Sftyme

few stories -Challange- Two side


Dibawah teriknya matahari seorang prajurit dengan berseragam pelindung lengkap sedang menjalankan misinya. Derap langkah sang pejuang seolah tak terdengar saat menyentuh tanah.

Tandusnya tempat ini membuat tenggorokan menjadi kering dan kehausan. Namun, kehausan tersebut tak bernilai lagi pada saat seperti ini. Karena misi negara adalah hal yang harus dijunjung tinggi hingga titik darah penghabisan.

“Sersan Kim!”

pst~ siap Kapten

“Bersiap”

cklikk

Deretan isi anak peluru telah bersiap dan kini target sudah dikunci agar ujung pelatuk siap ditarik.

“TEMBAK!!!”

Raungan komando dari sang pejuang Kapten Kwon kita telah diserukan. Suara tembakan meramaikan ranah tandus tersebut.

Selama suara tembakan dan anggota pejuang maju menyerang lawan, Soonyoung dengan penyamarannya berhasil menuju markas utara milik korea bagian utara dan..

“Gotcha!–”

cklik

“Mau kemana kau Kapten Kwon Soonyoung? apa yang ada di balik tangan kananmu itu?”

Ucap Letnan Ryu dari utara yang sudah meletakan ujung pistolnya tepat pada pelipis Soonyoung.

“Hah-hahaha, Kau ditugaskan hanya mengambil scraf merah itu? Bukankah itu milik anak presiden negaramu?”

Soonyoung menguatkan genggamannya pada scraf yang ada ditangannya guna menahan amarah agar tidak memulai perkelahian antara mereka berdua.

“Kembalikan Jihoon!” lirih Soonyoung.

“Ahh! Jadi namanya Jihoon? Lucu sekali hahaha- tak semudah itu Kwon!”

BRUKK!

Tendangan kuat berhasil menumbangkan lawannya, amarahnya sudah tak terkendalikan. Kini tangan Soonyoung menumbukan kepalan tinjunya pada prajurit yang bernama Letnan Ryu ini.

“KEMBALIKAN JIHOON! HYAAAA!!”

Dengan sekuat tenaganya iya kerahkan untuk menghajar pria dari utara ini dan hasilnya.

“Coba... saja...akhh.. kau cari sendiri.”

Itu adalah kalimat terakhir yang di sampaikan oleh pria sekarat digenggaman Soonyoung ini.

“JIHOON-AAHHHH!!!! AKHHHH HUWAAA!!!”

Isak tangisnya menjadi-jadi sambil menggenggam erat scraf merah milik Jihoon yang berlumuran darah tersebut. Soonyoung tak kuasa meluapkan semua tangisannya dengan menggebu-gebu.

Kekasih sekaligus Anak atasannya telah menghilang pada korea bagian utara. Soonyoung kini sudah kembali menjadi seorang prajurit yang mengamankan anak dari pemimpin negaranya. Tapi usahanya entah bisa di sebut berhasil atau tidak.

Dalam kasus ini banyak prajurit yang direnggut nyawanya hanya untuk mencari bagian warga sekaligus anak petinggi negeri gengseng tersebut. mereka hanya berhasil mendapatkan seperca kain merah yang terakhir Jihoon gunakan sebelum ia dinyatakan menghilang.

Soonyoung akhirnya keluar dari markas tersebut dan hanya berhasil membawa scraf itu menuju keluar dengan lumuran darah disana. tetapi saat berada di luar pekarangan peperangan mereka tadi, dari ujung selatan ia melihat seseorang dengan bertubuh mungil dan juga memakai pakaian persis saat terakhir Jihoon di nyatakan hilang.

“Ji-jihoon?” ucap Soonyoung terbata.

Tidak ada jawaban hanya saja angin yang disertai dengan pasir halus berhamburan mengaburkan pandangannya. Setelah angin itu berlalu dan berhembus kencang, pria kecil itu menghilang.

Tak salah lagi, Jangan coba-coba untuk tidak fokus dalam keadaan seterik ini atau tak meminum segelas air pun. Maka kau akan menemukan fatamorgana yang sama seperti Soonyoung.

Dalam misi ini Kapten Kwon Soonyoung dinyatakan gagal dan bersedia mengulang kembali misi pencarian Anggota Keluarga dari Kepresidenan Korea Selatan untuk di asingkan ke Korea Utara bersama dengan rekan timnya yang masih hidup.

Trilogi AADSNHN [Ada Apa Dengan SoonHoon] @sftyme x @keajaibanwoozi


Setelah kejadian beberapa hari belakangan tentang kesalahpahaman yang terjadi antara Soonyoung dan Jihoon pun membuat mereka tidak melakukan komunikasi satu sama lain. Baik itu Soonyoung atau pun Jihoon, keduanya juga saling tak menukar kabar dan akhirnya hari ini kejadian yang tak terjadi mereka inginkan malah berkejadian.

Soonyoung biasanya melepas kejenuhan maupun kegalauannya di studio bumzu dan semenjak itu pula bumzu menjadi pakar percintaannya. Untunglah bumzu mau mendengar dan memberi masukan kepada Soonyoung bila ia sudah datang ke ruangan pribadinya itu.

Tok! Tok!

“Masuk aja elah~, kayak orang lain aja!” Ucap bumzu yang masih fokus di depan monitor.

“Siapa si-?......” kalimat seseorang terputus dari belakang pintu masuk studio itu, dan mereka berdua tak sengaja beradu tatap hingga tak lama memutuskan kontak mata tersebut dengan cepat.

“Mau berdiri aja? Ga mau duduk gitu? Bisulan lu?” Canda bumzu kepada Soonyoung yang masih salah tingkah di dekat pintu masuk studio.

“Apa sih bang, ga lucu”

Sambil melemparkan pandangan sinis kepada Bumzu, Soonyoung akhirnya duduk di sebelah Jihoon yang sedari awal ia memang sudah masuk di sana dan ia lah pemilik suara dari kalimat yang terputus tadi.

Jihoon dengan extensinya yang terlalu serius pada layar handphone tak menyangka kekasihnya ini akan duduk di sebelahnya, “padahalkan kita masih musuhan” ucap nurani Jihoon dalam diam saat tahu disebelahnya adalah Soonyoung.

“Diem-diem bae sambil main hp? Berantem?” Kali ini bumzu sudah tau maksud dari suasana dingin ini sedari Soonyoung masuk hingga mereka berdua hanya sibuk dengan gawai mereka masing-masing tanpa melontarkan satu kata pun. Bumzu pun memulai menanyakan perihal dua sepasang kekasih ini yang biasanya duduk bak di lekatkan lem kini yang telah memudar dan memberi jarak antara satu sama lain.

ckllkkkk

Suara dari blitz flash sinar kamera polaroid bumzu berbunyi dan mengeluarkan kertas berukuran kecil hingga menampakan dua anak adam sedang duduk berjauhan di depannya.

“Hadeh~ hadeh~ . susah ngatur anak muda ya!, gue keluar dulu deh mending. Males disini bau cupu menyengat banget. Semangat nyong!”

Bumzu keluar dari studio sambil menepuk pundak Soonyoung agar dapat memberikannya hasil foto dari kamera polaroid baru bumzu dan berlalu keluar meninggalkan mereka berdua di studionya.

blamm~

Suara dentuman pintu yang bertanda sudah keluarnya bumzu menambah suasana mencekam di sekitar mereka berdua. Soonyoung yang bingung menatap Jihoon sebentar yang masih berselancar di benda pipih pada tangannya kemudian melihat kembali monokrom pemberian bumzu.

Pemandangan yang aneh dan tak biasa ada di dalam satu foto itu. Kemana pergi dua orang yang selalu berdekatan bila pergi ke studio bumzu?. Kemana dua orang yang selalu menempel jika sudah bertemu itu?.

Soonyoung bertanya-tanya, apa ini lah saatnya untuk mengalah kepada Jihoon tentang perihal kemarin?. Berdiam dan menjaga jarak seperti ini tanpa berbicara satu sama lain membuat Soonyoung muak dan ingin menanyakan apa kabar kekasihnya di sebelah ini.

“J-ji?..”

Satu.

“Jihoon?”

Dua. Sepertinya tak ada sahutan dari lawan yang diajak berbicara.

“Sayang?”

“Hemmm…”

Dari awal Soonyoung sudah tahu betul, jika ia memanggil Jihoon dengan namanya maka kekasihnya ini tak akan memberi sahutan bila ia memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

“Mau sampe kapan diem-dieman gini?”

“Ga tau”. Jawab Jihoon lurus tanpa melihat kepada Soonyoung.

“Seriusan mau ngambekan terus?. Masa masalah sepele kita besar-besarin?”

Jihoon kemudian mengalihkan badannya menghadap kepada Soonyoung. Ia pun menatap nanar yang tertuju pada netra milik kekasihnya di seberang, kemudian menunjuk pipi gembulnya dengan telunjuknya dan tak lupa pula kakinya yang sudah bersila mantap di depan Soonyoung berjarak lima cm.

Tuk! Suara pipi Soonyoung yang bersumber dari mulut Jihoon. Soonyoung kaget apa yang barusan pacarnya ini lakukan kepadanya secara tiba-tiba.

“Kamu beneran sayang sama aku?”

Pertanyaan ini sungguh mendadak, Soonyoung tak bisa mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Jihoon yang sungguh tiba-tiba ini.

“K-kamu nanyain apaan sih? Kaget tau!”

“Ini jawaban kamu?” tanya Jihoon kembali dengan tatapan suram.

Soonyoung merasa terintimidasi dan ia pun berusaha bersusah payah menelan ludah pada tenggorokannya sendiri.

“J-ji. Aku beneran sayang sama kamu. percaya deh! Aku tuh cuman pengen semua orang tau kalau kamu punya aku. Cuman itu doang kok ga lebih!”

“Kamu egois tau ga sih?” ucap Jihoon sambil menyilangkan tangan pada dadanya.

“Iya aku tau aku egois, makanya aku sayang kamu pake banget! Sampai egoisnya aku mau semua orang tau dan ga boleh ganggu kepunyaan aku!. Please ji! Ngertiin aku satu kali ini aja!. Kasih aku kesempatan sama dunia buat nunjukin kamu punya aku.”

Dengan menyipitkan matanya serius dan tenglengan kepalanya yang membuat Soonyoung menunduk takut karena wajah Jihoon mulai mendekat pada Soonyoung.

Tangan mungilnya mulai membimbing dagu Soonyoung agar menatap matanya dengan jarak yang dekat. Mengedipkan matanya tak percaya dengan cepat, Soonyoung terheran akan tingkah Jihoon yang sangat tiba-tiba sedari awal mereka berbicara.

Bibir bawahnya terasa sudah basah akibat tautan dari bibir Jihoon yang sudah melumat daging tebal pada mulutnya itu tanpa meminta izin kepada empunya terlebih dahulu.

“Nghhh…ji!” Soonyoung melepaskan tautan mereka dan menampakan benang bekas bercinta lumatan Jihoon yang menjuntai bagai jembatan penyebrangan antara indra pengecap mereka.

“K-kamu? G-ga marah lagi?” tanya Soonyoung sambil memegang erat pundak Jihoon.

Jihoon?. Ia mana peduli dan memilih untuk menghapus bekas salivanya yang tertinggal pada ujung bibir Soonyoung.

“JIHOON! JAWAB AKU” dengan lantang Soonyoung menyeru nama kekasihnya dan mengguncang pelan pundak Jihoon.

“Apa Sih? Kan udah tau jawabannya apa?. Ih sia-sia aku ngecup kamu dulu tapi kamunya ga peka”.

Dengan berhamburan, Soonyoung merengkuh tubuh mungil Jihoon dan mencium puncak kepalanya dengan rakus. Berpuluh-puluh ucapan terima kasih sudah ia lontarkan kepada Jihoon dan tak hentinya ia mencium seluruh wajah Jihoon dengan gemas.

“Makasih sayang! Kamu beneran Precious boy nya aku deh! Aduh sayang banget sama kamu banyak banyak! Muah! Muahh!! Muahh!!”

Lagi-lagi Soonyoung mengecup wajah mungil kekasihnya ini, sedangkan yang di kecup malah keenakan dan menampakan senyum gembira disana.

“Kamu kenapa sih lemah banget kalau aku ambekin?. Padahal aku cuman mau tau kamu sayang banget apa nggak ya sama aku”

“Dih masa alasannya gini sih?. Aku kira kamu ga mau go public sama aku”

“Iya beneran kok kalo yang itu aku ga mau sekarang soon. Soalnya aku takut nanti awak media buat artikel yang engga-engga tentang kita dan grup. Itu beneran ketakutan terbesarku, jadi tolong pahamin ya?”

Soonyoung akhirnya paham, jika saja Jihoon memberitahunya kemarin seperti ini dan juga bahwa mengumumkan kepada seluruh dunia tentang status mereka saat ini akan berdampak kepada Jihoon dan membuatnya semakin takut pada dunia jejaring sosial yang kejam dari setiap kata yang dikutip dari netizen. Dan maka dari itu Soonyoung berjanji akan menjaga kekasihnya apapun resikonya kedepannya nanti.

“Kalo gitu, foto ini boleh ga aku upload di twitter? Soalnya lucu, aku malah keinget sama kejadian waktu trainee kita loh masa? Hahaha”

“Mana? Aku mau lihat dulu fotonya”

Soonyoung merogoh disekitar tempat duduknya sambil mencari polaroid yang diberikan oleh Bumzu tadi dan memberikannya kepada Jihoon yang masih bersandar dibawah ceruk lehernya.

“Nih! Lihat!. Mirip waktu aku ganggu kamu lagi main piano haha, kamu main geplak aja dan waktu itu juga kita berantem terus aku pergi ke tempat bang bumzu buat cerita kalau kamu jahatin aku. Kamu main geplak aja kepala aku, padahal waktu itu aku cuman menyalurkan cinta aja ke kamu malah ditolak”

Jihoon yang mendengar kalimat itu dari mulut Soonyoung pun tertawa keras hingga meringkuk sambil memegangi perutnya yang geli akibat tawanya sendiri.

“Kok ketawa sih? Hei!”

“Hahahahaha Hahahaha aduh soon~ hahaha kamu masih aduh hahaha masih inget aja kejadian itu. Aku udah lupa sumpah hahahaha”

Jihoon masih tertawa dan Soonyoung meredamkan suara tawa Jihoon menuju dadanya dengan gemas.

“Kamu pacar siapa sih? Tadi ngambekan sekarang malah enak ngetawain aku?”

“Hahahaha pacar kamu tau! Pacar Kwon Ttungyong!”

Ucap Jihoon sambil menepuk-nepuk pipi gembil Soonyoung dengan gemas dan sesekali ia cubit.

“Eih! Masa di cubit pipi aku! Sakitt tau ayy~”

“Hehehe maap maap, sini aku obatin”

cup!

“Sini juga sakit” ucap Soonyoung sambil menunjuk pipi sebelahnya yang belum Jihoon cium.

cup!

“Ha! yang mana lagi nih sakit? Sini?”

Tangan nakal Jihoon menunjuk pada tempat yang sensitif milik Soonyoung. dengan senyum nakal, Soonyoung mengangguk dan menidurkan mereka berdua.

Menyelimuti badan mereka dengan selimut milik bumzu yang sedari tadi berada di sebelahnya.

Mereka tertawa-tawa di dalam selimut itu sambil mengucapkan kalimat sayang. Kemudian bercerita kembali masa-masa trainee mereka hingga berpacaran dan alasan mereka bertengkar tadi setelah Soonyoung mengupload foto mereka berdua di laman resmi aplikasi Twitter milik grup mereka.


AADSNHN Part. 2 -fin


AADSNHN [Ada Apa Dengan SoonHoon] @sftyme X @keajaibanwoozi

few stories -Challange- One side


Korea Selatan. Negeri gingseng dan negara maju yang memiliki anggota militer terbanyak setara dengan jumlah penduduknya.

Sistem militer di negara ini adalah sistem Wajib Militer pada seorang anak laki-laki yang mulai menginjak umur 21 – 29 tahun. Pelatihan tersebut biasanya berlangsung dalam kurun waktu 2 tahun. Jika salah satu anggota yang memenuhi syarat dan pencapaian terbaik, maka ia akan disahkan oleh negara sebagai anggota kemiliteran tetap negara.

Namun, ada pengecualian bagi yang mendapatkan blacklist card. Yaitu, kartu akses bebas mengikuti Wajib militer atau Tidak.

Aku, Lee Jihoon. Seorang anak petinggi negara ini yang mendapatkan salah satu blacklist card. Dengan hati yang bimbang, aku harus memutuskan ikut atau tidaknya agenda Wajib militer ini. Karena ada hadiah istimewa yang menungguku jika aku mengikuti Wajib Militer ini yaitu, Pangkat dan menjadi anggota kemiliteran negara.

Sedari dulu aku bercita-cita ingin menjadi komandan berpangkat banyak yang akan menghiasi baju tentaraku kelak jika aku mengikuti wajib militer ini.

Tapi, cita-citaku itu lenyap seketika semenjak ayah mencalonkan diri nya sebagai Presiden negara ini.

Sekarang beliau sedang duduk tenang di singgah sananya sambil menunggu keputusan ku.

Aku yang memegang blacklist card sambil duduk termenung diruang tunggu kantor pendaftaran Wajib militer ini hanya bisa terdiam dan mempertimbangkan kembali pilihanku. Karena ayah sangat menentang ku untuk ikut wajib militer ini. Tapi aku juga ingin mencoba menuju jalan yang inginku pilih sendiri, karena cita-cita ku itu kembali bersinar dan ada sepercik harapan disini agar aku bisa mewujudkannya walaupun hanya dalam 2 tahun saja.

“Yaa! Kau punya blacklist card?”

Seorang pria tinggi tengah berlutut di depanku dengan topi kostumnya berwarna merah sambil menunjuk blacklist card yang ku pegang.

“Hmm Punya. kau mau?”

Dengan ringan, aku memberikan kartu berwarna hitam ini kepada pria di depan ku.

“Ya!? Kok malah kasih ini sama aku? Itu punyamu. Aku gak berhak mengambil yang bukan punyaku. Lagi pula aku menunjuk kartu itu karena hanya ingin mengejekmu saja hahahaha. Ku beri tahu ya, kau lemah jika kau tidak masuk kemiliteran ini hahaha.”

Pria ini maunya apa? Kalimatnya barusan secara tak langsung sudah mengejekku bukan? Apa ini saatnya untuk mengambil langkah jalanku sendiri?

Aku merasa tertantang, karena pria ini membangkitkan emosi ku dari awal ia muncul dan melihat ku sedari tadi saat bersender pada dinding disampingku sambil mengunyah permen karet.

“Hahaha.. Kenapa terdiam? Apa kau takut? Hei Ayo lah?! ku beri kesempatan sekali lagi kepadamu hehe. kau boleh memukul ku jika kau masuk kemiliteran ini dan anggap itu sebagai pelajaran karena kalimat ejekanku barusan.”

Mata bulan sabitnya melengkung dan itu membuatku semakin kesal. Dengan langkah kaki yang kokoh, aku bersiap masuk ke ruangan dan mendaftarkan diri untuk masuk kemiliteran negara karena merasa sudah ditantang oleh lelaki aneh ini.

Dan akhirnya...

“Saya menggugurkan Blacklist card ini agar saya bisa masuk mendaftarkan diri menjadi angkatan militer negara. Saya, Lee Jihoon. Siap untuk mengabdi kepada negara sampai titik darah penghabisan untuk menjunjung tinggi tanah air Republik Korea Selatan!”

Semua orang tercengan, bertepuk tangan karena aku berhasil mengambil jalan ku sendiri dan mengabaikan perintah ayah.

Seluruh awak media lokal memberitakan seorang anak presiden Korea Selatan memutuskan untuk ikut wajib militer sebagai pengabdiannya kepada negara.

Tentu saja pandangan masyarakat akan positif kepadaku dan aku bisa menjadi contoh generasi muda kelak Karena seorang anak presiden saja bisa mengabdi kepada negara dengan cara ikut wajib militer.

Beda lagi dengan sudut pandang ayahku. Ia melihatku seperti anak yang lemah, diatur olehnya seperti Pion kecil pada bidak catur dipaksa untuk mengalahkan Ratu yang selalu melindungi Raja dipermainan ini.

Seharusnya saat ini aku mengambil pendidikan sarjana lanjut dengan title profesor agar mengganti jabatan jikalau ayah akan berhenti menjadi presiden.

Tetapi alasanku yang benar masuk kemiliteran ini adalah untuk melayangkan pukulan keras kepada pria tinggi berhoddie hitam dengan topi kostum berwarna merah di belakang sana.

BBUAKK!!!

Satu pukulan dari tangan ku berhasil melayang pada pipi gembil pria yang tingginya lebih dari ku ini. Terbaring dilantai dengan aku yang berada di atasnya hingga meninju bibirnya berdarah dan aku senang sekaligus puas melihatnya.

Kepalan bukuan tinju tadi sudah berubah menjadi jabatan tangan yang ku berikan kepadanya.

“Senang bertemu denganmu kembali, Kwon Soonyoung”

“Sudah lama tak bersua, Lee Jihoon”

Sambutan jabatan tanganku sudah digenggamnya dengan erat dan tak lupa juga dengan pelukan lelaki sejati diantara kami berdua.

Ya, pria ini sebenarnya bukan pria aneh dan asing. melainkan teman sefakultasku dulu, sekaligus ia adalah pria yang ku sukai semenjak menginjakan kaki pada tempat yang sama 4 tahun yang lalu.

Tempat dimana aku memukulnya untuk memberi pelajaran atas apa yang sudah ia katakan di hari itu pada saat pendaftaran kemiliteran.

2 tahun yang lalu, dimana hari terakhir kami menjalankan kewajiban kami sebagai anak laki-laki dari negara gingseng ini melakukan latihan kemiliteran.

Dilantik dengan pangkat yang sesuai dengan kemampuan dan kinerja selama melakukan wajib militer disini dan aku mendapatkan gelar Letnan dan pangkat Perwira muda Daewi

Sedangkan Soonyoung, ia mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari ku karena kerja keras dan kinerjanya benar-benar di acungi jempol oleh seluruh petinggi kemiliteran yang melatih disini.

Dengan gelar Kapten Mayor Kolonel dan pangkat Soryeong bintang lima perwira muda, Ia berhasil diangkat sebagai perwira abadi pada militer dan sah masuk pada kemiliteran negara Republik Korea Selatan sebagai apresiasi kerja nyatanya selama berlatih.

Aku dengan bangga bisa bertemu dengannya kembali semenjak awal jumpa saat pendaftaran militer hingga latihan kemiliteran 2 tahun disini selesai.

Ada rasa saling suka antara kami berdua yang timbul saat melakukan tugas dan saling terkoneksi selama 2 tahun di sini karena kita sudah saling mengenal lama disemasa duduk difakuktas yang sama.

Namun, Soonyoung dan aku sampai sekarang belum ada yang berani untuk melangkah ke jenjang lebih serius.

Selama 2 tahun dipelatihan kami berpacaran tanpa sepengetahuan kerabat dan pelatih disini. Hanya saja berita ini sudah terlanjur di ketahui oleh ayah ku sehingga saat aku pulang dari pemangkatan dan juga bertugas, Ayah dengan segera mengasingkan ku keluar negeri. jauh dari negara ku dan juga kekasih ku yang baru saja di angkat sebagai anggota kemiliteran sah ditempat tanah kelahiranku.

Sudah 2 tahun pula berpisah dengan tanah air dan juga Soonyoung tanpa melakukan kontak sama sekali.

Aku menjalani hidupku sebagai warga negara asing di negara gandum dan tulip ini. Sesekali aku juga mengasah keterampilan bela diri yang ku pelajari dulu sewaktu berada di pelatihan wajib militer pada kantor kemiliteran setempat.

Bayangan Soonyoung masih melekat pada ingatan ku karena suasana militer disini sama halnya saat masa ku berlatih dahulu bersamanya.

Dan sampai akhirnya hari ini aku kembali lagi ke tanah air ku. Karena telah direncanakan bahwa aku menggantikan posisi ayah disinggah sananya saat ini.

Yang tak ku harapkan terjadi, semua usaha dan kewajiban yang kulakukan 4 tahun terakhir semuanya sia-sia. Cita-cita ku kembali lenyap. Aku kembali ke Korea Selatan dengan banyaknya penekanan dan ego dari golongan pihak ayahku.

Para ajudan dan pengawal ayah yang tugaskan untuk mengantarku pulang ke istana megah milik beliau sudah mengantri menunggu kepulangan diriku di bandara.

Dan siapa sangka bahwa kapten bodyguard yang mengawalku saat ini. Ah!..

Lebih tepatnya pria yang berdiri disebelah ku saat ini dengan jas nya yang rapi dan tak lupa earphone di telinganya dengan berpenampilan gagah ini adalah seorang Kwon Soonyoung, Kekasih lamaku.

“Selamat Datang Kembali, Tuan Muda Lee Jihoon”

“Lama tak berusua Mayor Kwon”

Senyum manisnya ini berhasil mengobati kegelisahanku semenjak landing dari bandara hingga menuju kerumah.

Dan aku berharap bisa lebih lama melihat senyuman manis ini terukir di wajahnya yang tampan tanpa aku sadari bahwa tak ada hari esok untuk melihat senyuman manisnya kembali.

Satnight yang biasa di sebut anak-anak muda sekarang pengganti sebutan malam minggu yang identik dengan pacaran. Malam dimana para pasangan muda maupun tua, menikah maupun pacaran, atau mungkin lajang yang mencari pasangannya pada malam itu akan keluar meramaikan jalanan ataupun cafe dan pasar malam.

Seperti sekarang, aku dan pacarku Soonyoung sedang menikmati malam minggu ini sambil berjalan kaki menyusuri jalanan kota dengan berbagai macam jajanan malam dan juga tempat tongkrongan anak muda jikala ingin berkumpul di malam minggu.

Kali ini kami berhenti pada tempat dimana anak muda berbakat bisa menunjukan segala macam bakatnya disini. Lebih tepatnya bisa dibilang pojok kratif untuk mengapresiasi bakat.

Soonyoung dengan gembira dan semangat menarik ku agar bisa menonton penampilan busking akustik dipojok kiri. Seorang pemuda sedang memetik senar gitarnya dengan tangan lentik yang sudah hapal menjamah semua kunci pada gitar tersebut.

Soonyoung dengan wajah berseminya merengkuh tubuhku pada rangkulan lengannya. Sambil berbisik-

“Kamu mau lihat aku busking ga?”

Tanpa ambil pusing aku pun mendorong tubuh kekasihku ke depan untuk meminta izin kepada pemilik stand busking disini agar mengizinkan pacarku menyanyikan sebuah lagu untuk ku malam inim

Untungnya pemilik stand busking ini baik dan mereka akan melakukan istirahat sebentar sembari mendengar suara emas dari kekasihku yang kini tengah bersiap memainkan lagunya sambil bermalu-malu pandang denganku.

This Song Just For You, My love

Siapa sangka bahwa lagu ini akan di bawanya pada malam ini. Bergenre asli dangdut yang di aransemennya menjadi lagu akustik pun berhasil ia mainkan. Apa ia mendengarkan perkataanku dua hari yang lalu? Jika benar ini terlalu cepat untuk ia pelajari.

Aku, Lee Jihoon. Dosen sendratasik khusus bagian musik di institut seni Dan Soonyoung ini adalah rekan ku kerja ku Dosen sendratasik juga sama seperti ku tapi ia mengajar khusus dibidang tari dan akhirnya kami sudah berpacaran selama 6 tahun lamanya.

Siapa yang menyangka seorang dosen tari bisa memainkan gitar dengan lincah dan begitu pula dengan suara merdu melokalnya ini. Dan siapa sangka juga omongan ku 2 hari yang lalu ketika aku dengan tak serius mengungkapkannya pada telinga Soonyoung saat ia sedang terlelap lelah akibat pekerjaannya.

Sambil menyisir pelan surai hitamnya dan dengan kepala yang menopang pada pahaku. Aku berbisik-.

“Soonyoung, kalau kamu serius sama aku. Aku mau kamu lamar aku pake lagu dangdut yang di akustikin. Kayanya menantang deh! Pasti seru! Dan pasti aku bakalan terima lamaran kamu kalau berhasil hahaha kalau berhasil ya?”

Kini kalah telak sudah, mau tak mau tapi aku pasti akan menerima lamarannya ini. Karena lirik pada Refrain-nya terdapat makna yang sangat indah.

Bulan bawa bintang menari, iringi langkahku Malam hadir bawa diriku, berjumpa denganmu

Dua hati satu tujuan, melangkah bersama Cinta hadir bawa diriku, menyentuh indahnya

Secara tak langsung, Soonyoung sudah memulai sesi lamarannya. Dan saat semua orang bertepuk tangan, Soonyoung maju melangkah kepadaku. Tangannya sedang mengambil sesuatu dari belakang sakunya, kemudian....

“Oh Bulan?! Apakah kau bersedia mengiringi langkahku dalam satu tujuan yang biasa orang sebut.. Will you marry me?

Semua orang pada stand busking itu bersorak, dan mereka memberi ruang kepada ku dan Soonyoung agar menjadi tontonan mereka di tengah.

Tak bisa menolak, air mataku sudah menggenang sedari tadi. Hanya anggukan dan suara terbata ku yang menjadi jawaban untuk Soonyoung.

Y-yes, hiks.. I do bintang

Bertepuk tangan, sorak sorai memeriahkan lamaran ini. Sungguh malam minggu paling bahagia yang pernah ku rasakan seumur hidupku. Semua orang yang menyaksikan turut bahagia.

Dua cincin yang sama sudah saling terikat di jari manis kami berdua. Soonyoung dengan gemas mengangkat tubuhku dan berputar sambil memeluk erat seperti tak ada hari esok.

Pemilik stand memulai mengucapkan selamat dan di ikuti oleh pengunjung yang berada di stand itu.

Dengan iringan musik jazz akustik dari pemain musik busking stand ini, Kami secara tak langsung sudah membuat acara pesta pertunangan kami kecil-kecilan di stand orang asing.

Sekali lagi, ini adalah moment malam minggu terbahagiaku. Lagu tantangan yang ku berikan kepada Soonyoung berhasil dengan mulus ia bawakan, lamaran secara dadakan yang tak pernah aku pikirkan terjadi. Dan lagu ini kembali ia nyanyikan pada hari spesial kami.

9270k word Pov. Ariffa


Apa cuman gue aja manusia yang paling ga bahagia di dunia ini dari lahir sampe gede?.

Udah 17 tahun gue hidup dengan semua beban kesedihan yang gue pikul, dan selama itu juga semenjak kenal arka walau dia ngeselin di awal ketemu tapi dia tetap aja buat gue bisa ketawa walaupun cuman nyengir doang.

Jujur aja sih, selama ini senyum yang gue tunjukan ke semua orang itu cuman senyum kepaksa. Gue ga pernah benar-benar tersenyum sama orang maupun ke orang tua tunggal gue sendiri. Ya, bunda gue.

Bunda gue orang tua tunggal semenjak beliau ngelahirin dino. Waktu dino lahir ayah kecelakaan karena ngebut ke rumah sakit buat lihat bunda waktu pulang kantor. Mungkin takdir mengatakan bahwa hari itu hari bahagia sekaligus dukanya kami sekeluarga.

Gue kadang kasian lihat dino, dia ga bisa lihat sosok ayah begimana. Gue juga ga bisa jadi kakak yang baik buat dia, karena jarak kita hanya 2 tahun. Gue juga udah samar gimana bentuk ayah. Yang gue tau cuman ada foto keluarga ayah, bunda dan gue di gudang.

Gue udah menjadi imam keluarga gue semenjak umur 8 tahun. Mau ga mau gue harus bisa sholat biar gue bisa nuntun keluarga gue ke surga nanti. Tapi bunda membuat semua usaha gue sia-sia.

Beliau bohong sama kita tentang kerja kantornya yang minta lembur tiap hari. Dan gue udah tau bunda ngapain sebenarnya waktu gue kelas 2 sma.

Bunda jadi jalang, menjual dirinya pada atasan yang kaya raya hanya memuaskan birahi mereka. Bunda juga kedapatan gugurin kandungan 3 kali sama gue. Gue hanya bisa diem dan ga ngomong apa-apa ke bunda.

Tapi karena gue udah ngerasa dino udah dewasa dan bisa nerima kenyataan ini, akhirnya gue cerita ke dia kalo kita ga punya orang tua. Orang tua tunggal kita, ibu kita, yang ngelahirin kita, beliau udah kasih kita makan pake uang haram dan gue sama chan mau ga mau harus ngadu atau banting tulang buat nyari sesuap nasi.

Makanya mobil ayah walaupun sedan lama alhamdulillah bisa untuk kita tabung, Karena mobilnya bisa dibilang mobil antik dan mahal pada masanya. Gue ngerada bersyukur juga setelah mengobrak-abrik lemari beliau gue dapet surat wasiat yang bisa di gadai ke bang untuk uang sekolah kita dan kuliah chan nanti.

Gue ga ada niatan mau kuliah, yang penting adik gue sama kaya orang lain. Bisa sekolah yang tinggi dan ngebahagiain gue yang insyaallah akam membiayainya nanti. Gue minta doanya juga sama kalian dan teman-teman semoga gue bisa nyekolahin adik gur sampe sarjana. Amiin..

Yang paling gue syukuri saat ini adalah, Arka yang ga pernah ketemu sama bunda. Kalau aja sampai ketemu bunda pasti bakal panil dan rahasia papinya arka bakalan kebongkar.

Cukup gue aja yang tau soal ini karena gue kedapatan lihat dompet cowok yang ketinggalan di saku celana ibu di mesin cuci. Iya, gue yang nyuci gue yang masak karena ibu kerumah cuman ambil baju ganti terus ngelonte lagi.

Didalam dompet itu asli, kaget banget gue ngelihat foto arka. Jadi gue penasaran dan gue perhatiin banget waktu beliau bawa pria dewasa itu balik lagi ke rumah. Mereka udah sering ngelakuin hal itu di kamar bunda jadi gue bisa lihat tiap jam 2 malem.

Gue cuman bisa ngintip dari pintu kamar gue, dan ternyata benar pria dewasa ini, cowok yang udah kasih duit banyak ke bunda itu mirip banget sama arka. Sumpah speechless waktu tau tapi gue cuman bisa jagain rahasia biar orang yang udah buat gue tertawa lepas ga kecewa sama gue dan reputasi keluarga gue juga aman.

Tapi nasib malang dan kesedihan kembali kepada gue. Arka koma selama 6 hari dan belum sadar sampe sekarang karena orang gila yang otaknya cuman setengah dan isinya batu semua dengan beraninya mukul kepala harum Arka pake balokk kayu runcing.

Kepala Arka waktu itu bahkan ada di bahu gue, bersandar disana dan darahnya kesimbah seluruh baju gue. Gue bisa apa? Iya nangis, merenung, meratapi kesedihan dan kembali seperti sebelum mengenal arka dan tahu kelakuan ibu.

Nafsu makan gue berkurang dan penglihatan gue mulai buram bahkan kacamata yang lagi bertengger di mata gue saat ini bisa dibilang udah ga berguna lagi. Mata gue sakit karena terus nangis tiap malam waktu jagain Arka.

Selalu aja tiap malam gue bisikin ke Arka gini. “Ka! Buat gur ketawa lagi, ngelawak lagi lo depan gue coba. Buat jantung ini kedegup kencang lagi kaya lo cium gue waktu pertama kali! Ka! Gue minta kalo lo bangun tolong cari gue dulu!”. Dan arka beneran dengar perkataan gue yang selalu gue ucapin ketelinganya tiap malam.

“ARIFFFAAA!!!! ARKA SIUMAN!!!!”

Suara teriakan Farel sama Juan dari lorong mini market sebelah kedengeran sama gue yang ada di pojok tu mini market yang lagi menung mau milih minuman dingin yang mana lagi bakalan gue minum malam ini buat jagain Arka.

Seketika gue sadar dan kalimat yang Farel sama Juan teriakin serasa ga nyata di pendengaran gue. Gue pengen mastiin sekali lagi apa gue salah denger apa ngga.

“Hah?”

“Iyaa ayo cepat! Arka nyariin lo”

Setelah mengguncang badan gue yang lemah pucat pasi gini, mereka narik gue keluar mini market buat pergi ke ruangan Arka. Saking ga kuatnya gue lari akhirnya gue digendong sama Farel buat pergi ke Ruang inap Arka. Segitu lemahnya gue coba dengerin keajaiban yang gue tunggu selama 6 hari ini akhirnya Gue bisa ketawa lagi. Tertawa sedih lebih tepatnya karena sumber kebahagiaan gue udah kembali lagi.

“MANA ARKA?! ARKAAAAA!!!!”

Suara gede Farel menggema di dalam ruangan sambil menggendong gue menuju ke tempat tidur Arka dan sekarang apa yang gue lihat setelah Farel ngedudukin gue di samping dia.

“Hai manis! Mau peluk”

Dengan entengnya si cinta gue ngomong gitu dan mau ga mau gue berhamburan memeluknya dengan kuat. Beneran ga mau banget gue lepas pelukan ini sampe kapan pun. Gue takut dia ga bangun lagi walaupun gue berada di sampingnya.

Suara tangis gue pecah, pecah banget sampe dada gue sesak. Arka juga sampe kualahan berentiin tangisan gue. Gue ga peduli entah siapa yang ada diruangan itu gue ga tau pokoknya arka mulai detik itu ga boleh lepasin pelukan gur walaupun di depan kepala sekolah sekalipun.

“Lebih baik kita tinggalkan mereka berdua. Hngungkkkmhmm... Om sudah ga kuat mending kita makan yuk!”

Dengan ga nyamannya mereka sampe kepsek pun ngajak mereka makan buat ninggalin gue berdua sama arka.

“Udah dong nangisnya, nanti pusing”

“GA! GAMAU! LO PUNYA GUE!”

“Iyaya sayang, aku punya kamu kok hehe, udah ya sini aku mau ngomong”

“NGOMONGNYA GINI AJA ATAU GA GUE GETOK NIH!”

“Ih galaknya masib aja ada ya haha”

“CEPETAN MAU NGOMONG APA HIKSS!”

“aku mau bilang i love you, udah berenti nangisnya nanti kamu sakit. Aku mau cium kamu”

Siapa yang ga kaget denger kalimat barusan? Gue jadi harus was-was nih. Beneran apa ngga? Akhirnya gue berenti meluk dia dan meriksa apa ada yang aneh sama dia. Dan taunya bener.

Ni kenapa rambutnya berubah? Kenapa jadi orange gini?

“Apa yang? Kok kamu gitu lihat aku? Ga mau nanya aku mimpiin apa selama aku tidur?”

Ditraksi Arka berhasil mengalihkan pandangan gue. Beneran gue penasaran apa beneran dia denger ucapan gue tiap malam?

“Cerita coba!”

“Sini dulu! Tidur sama aku sini”

Gue tanpa menolak langsung berhamburan masuk ke selimutnya terus tidur beneran di sebelah dia. Tapi apa yang gue dapat? Bukan cerita tapi malah kiss stamp yang gue dapat. Mungkin bibir gue yang pucat balik jadi merah lagi gara darah gue yang naik reflek ga sengaja sama reaksi tubuh gue saat Arka cium gue.

“Kamu udah makan? Udah tidur? Kenapa pucat? Badan kamu juga panas? Kamu sakit? Jujur sama aku rif! Kamu gapapakan selama aku ga jagain kamu?”

Kok malah gue yang di teror pertanyaan? Oke yok jawab bohong sama dia.

“Ga kok gue sehat ka! Ayok cerita lo mimpiin apaan waktu lo tidur panjang?”

“Kamu ih! Ngalihin pembicaraan tau!”

“Heh bukannya lo ya?”

Ya bertengkarkan akhirnya. Ah! Jadi badmood tapi gue sayang Arka. Ya badmood tapi meluk.

“Ih lucu deh, kamu galak tapi tetap aja manja sama aku haha”

“Ga mau tau gue sayang sama lu walaupun sebel”

Gue nangis, nangis di dada Arka. Gue takut dia ga bisa ngomong ataupun natap gue lagi kaya gini.

“Hei! Udah ih jangan nangis sayang! Ya allah aku marah nih!”

Gue ga percaya arka bisa marah atau ga tapi kalo dia ngambek gue pasti dihindarin dia dan gue takut itu.

“Udah! Jangan nangis ya! Kamu ga boleh nangis terus. Udah cukup 6 hari kemarin kamu nangis sambil cerita sama aku tentang ayah kamu yang ninggalin kamu sama bunda, dan tentang kamu jujur sama aku kalau kamu susah di ajak jalan karena kamu kerja paruh waktu terus juga tentang bunda dan juga tentang kamu bersyukur udah ketemu sama aku. Makasih udah nyeritain semuanya sama aku walaupun kamu sampe ga tidur dan ga makan buat cerita itu semua sama aku.

Kamu tau ga? Selesai kamu nyeritain semuanya dan mungkin suara kamu udah ga ada lagi kamu pasti udah tidur dan pada saat itu air mata aku keluar mulu. Dengan susah payah aku pengen nangis kenceng meluk kamu supaya bisa bangun. Tapi tenaga aku ga kuat buat buka mata dan ngomong aja susah.

Aku juga makin sayang sama kamu saat tau kamu yang banyak donorin darah ke aku sampe kamu pingsan. Plis jangan gitu lagi demi aku, aku ga sanggup lihat kamu begitu saat aku ga bisa ngapa-ngapain”

Ngomong lagi ka! Aktif lagi lo ngomong sama gue! Marahin gue lagi! GUE SUKA LO MARAH KE GUE CEPAT MARAHIN!!

“Mulai sekarang jangan pendem cerita sendiri ya, kalau ada apa-apa ayo selesain berdua. Kita cerita dan cari jalan solusi gimana kedepannya. Untuk rumah yang mau kamu jual mending jangan dulu, biar aku yang beli rumah kamu buat biaya hidup kalian berdua. Aku bisa tinggal sama kalian dan ga ngontrak lagi.

Bukan sombong dan juga aku menyesal punya ayah yang ga tau malu begitu. Tapi uang punya ku itu dari hasil kerja keras aku sendiri kok rif. Jujur aja sih hehe aku tuh sebenarnya bisa semuanya dan mendali yang aku dapat aku jual biar bisa nanggung biaya hidup sendiri tanpa hak asuh orang tua.

Dan semua uang aku cukup kok untuk buat kita hidup bertiga ditambah juga uang tabungan kamu mungkin kita udah kaya keluarga pasti sama chan pelengkapnya. Hahaha gimana? Kamu jangan mikir lurus gitu, ayo musyawarah sama aku sama chan dan tanyain status kamu sama bunda emang udah ga ada status lagi atau masih ada. Karena kamu bilang bunda ga ngambil tanggung jawab yang besar sama kalian.”

Dia dengar semua, cerita yang gue ceritain ke dia tiap malem dia pahami dengan baik. Gue ga nyangka bakalan ketemu orang yang kaya gini di hidup gue. Sudah ke berapa kalinya, Cuman Arka doang yang bisa balikin senyum gue kembali.

Gue saat ini cuman bisa ngangguk tanpa mencerna semua kalimat arka. Yang gue lakuin cuman ngangguk dan natap dia dengan rasa penuh syukur sampe ga sadar lengan arka nyaman untuk gue tidur disana karena udah 3 malam gue ga tidur buat ceritain masalah gue yang panjang.

Sunggu gue manusia yang ga bahagia dari lahir sampe gede. Punya banyak beban masalah sampe 3 hari baru kelar kecerita sama arka. Dan sekali lagi gue bilang sama kalian, semenjak ketemu sama Arka gue bisa tau kalau gue bisa Bahagia di dunia ini dengan kehidupan sebagai seorang kakak sulung beradik satu dan anak yatim dengan orang tua tunggal yang ninggalin kita demi uang sampe akhirnya gue ketemu sumber kebahagiaan gue yang sedang tidur pulas bersama gue dalam pelukannya.

Thanks and Nice To Meet you Arka sayang!.


“sayang, pst...pst..” panggil Soonyoung sambil berbisik kepada pacarnya yang masih menatap gadget sedari tadi. Tapi sang kekasih hanya mendehem tanpa melihat padanya.

“jangan lihat hape mulu! Mending usir bang seungcheol biar kita bisa bobo. Udah malem nih masa mau disini terus?”

Dengan risih karena terus mendengar suara Soonyoung yang sedari tadi berbisik tanpa mendekatinya yang ia memang memancing agar pacarnya ini bisa memberikan skinship kepadanya tanpa di beritahu terlebih dahulu.

Karena itu pula Soonyoung rusuh karena pacarnya mengekspos paha mulus miliknya itu menghadap langsung kepada seungcheol yang sedari tadi masih duduk di bangku tempat Jihoon biasa mengkomposing lagu sambil memainkan handphone miliknya juga.

“Hyung, gue mau tidur”

“Oh! oke”

Tanpa aba-aba dan ancang-ancang Jihoon pun mengusir seungcheol keluar. Dan untungnya leader kesayangan mereka ini mengerti karena sudah bersekongkol dengan Jihoon sejak awal mereka bertiga berada di dalam ruangan ini.

“Udah kan?”

“Kok ga ada pake sesi tanya jawab kenapa di usir hyungnya?”

“Kamu banyak banget salahnya, aku tidur duluan nih ah!”

Jihoon makin kesal dan membalikan badannya sambil masih memainkan handphonennya kembali walaupun ia hanya mengscroll kronologi di aplikasi instagram saja.

Soonyoung tahu pacarnya sedang tidak mood, mungkin dengan melingkarkan lengannya di pinggang ramping Jihoon akan membuat moodnya bagus kembali.

“Saaayang?!”

“Apa?”

Soonyoung tersenyum karena Jihoon mau menjawab kalimatnya.

“Lihat sini dong!”

Ia pun membalikan badan Jihoon agar menghadap kepada Soonyoung dan mengambil handphone Jihoon untuk ia simpan serta selimut yang berada di kaki Soonyoung tadi untuk menyelimuti tubuh mereka berdua.

Satu kecupan di dahi Jihoon sudah Soonyoung cap tempelkan disana dengan sangat lama. Kemudian ia rangkul erat tubuh mungil Jihoon dalam kukuhan badannya yang besar.

“Sesek soon! Ih!”

“Hehe maaf maaf, kamu sih ngambek jadinya aku gemes!”

“Apaan huu-”

Kalimatnya terhenti karena kecupan di bibir Jihoon yang mengpout barusan sudah Soonyoung berikan disana karena dimata Soonyoung pacarnya ini sangat gemas ketika sedang marah.

Pukulan kecil di dada Soonyoung dilayangkan oleh bukuan jari Jihoon karena ia kesal dengan tingkah Soonyoung yang tiba-tiba menjadi manis kepadanya.

Soonyoung dengan gemas kembali memeluk Jihoon sambil mengguncang pelan badan mereka dalam pelukan eratnya itu.

“Ihhh!!! Kamu lucu banget sihhhh ngggg! pacarnya siapa sih aduhhh gemesssss!”

“Dasar ga peka!”

Kalimat Jihoon barusan membuat Soonyoung berhenti dan menatap wajah mungil Jihoon yang mengerucut bibir sambil menggenangkan air matanya di bawah curuk leher Soonyoung.

“Lah? Kok nangis?”

Tangisan Jihoon pecah karena Soonyoung yang menanyakan mengapa ia menangis. dan ia menangis di dalam dada bidang Soonyoung sambil memukul pelan kembali di bagian sana.

“Kamu jaat! Ga peka! Soonyoung ga peka! Huwaaa! Aku sebel!”

“Hei! Hei! Sini ih berenti dulu!”

Soonyoung menangkap pergelangan tangan Jihoon dan membuat Jihoon kembali menatapnya.

“Ga peka kenapa sayang? Kan aku tadi udah bilang sama kamu suruh Seungcheol hyung masuk ke kamarnya. Nah ini kita udah berduaan nih, tinggal bobo aja lagi kan? Kok malah nangis?”

Jihoon kembali memukul dada Soonyoung dan menangis kembali disana sambil melontarkan kalimat yang samar tapi masih bisa didengar oleh Soonyoung.

“Kamuh kenapa ga tegurr akuh tadi pas pamer paha depan hyung? Masa kamu ga mau skinshipan depan hyunghh? Akuh jadi sekongkol sama hyung biar kamu kesel tau gasihkhhikss... Kamu malah ga nanggepin apa-apah malah sibuk neken neken hape mulughhh dari tadi huwaaaaaa!!”

“Hei! Jihoon!! Ih! sayang jangan gitu ntar pusing kamunya nangis mulu”

Ucap Soonyoung sambil menghapus air mata Jihoon kemudian kembali memeluknya agar menenangkan Jihoon sambil menepuk pelan pundaknya.

“Aku ga gubris karena aku ga mau buat situasi canggung sama hyung. masa iya kita ga ngehormatin dia yang masih ada urusan disini sama kita dari tadi tapi kita malah mesra-mesraan depan dia. Kan ga enak yang.” masih sambil menenangkan Jihoon dan mengecup puncak kepalanya sebentar.

“Aku sebenarnya juga kesel sama kamu tadi tau. Ngapain pacar aku umbar paha didepan seungcheol hyung padahal pacarnya di sebelah nih. Tapi aku ga mau seungcheol hyung malah keganggu karena cuman aku cemburu liat kamu umbar paha depan dia.”

“Lain kali jangan gitu ya? Aku ga suka. Kalo kamu mau sama aku berduaan aja, lebih baik kita terang-terangan aja sama orang. Jangan ngejauh kaya tadi. Aku ngerasa kamu kaya ngebangun tembok pembatas antara aku sama kamu tau?.”

Mendengar penjelasan Soonyoung, Jihoon pun memberanikan menatap mata Soonyoung dan mengapai pipi gembulnya untuk ia elus sayang.

“Udah ya, besok janji ga kaya tadi lagi?”

“Janji!”

Jihoon pun mengarahkan jari kelingking nya di hadapan Soonyoung dan ia pun mencium jari kelingking Jihoon lalu diletakan pada wajahnya.

“Pinternya pacar aku~, dah yok bobo!”

“Yuk!. Selamat malam Soonyoung, Aku sayang kamu”

“Malam juga sayang, aku lebih sayang sama kamu”

“Aku”

“Aku”

“Aku lebih banyak soon”

“Aku malah lebih lebih lebih banyak dari kamu ji”.

“Ih aku!!! Soon! Aku!”

“Hahaha, iya ji iya kamu. Dah yuk! selamat malam”

Walaupun pertengkaran masih sempat terjadi dikala ingin memejamkan mata. Kini mereka sepasang kekasih itu sudah tertidur pulas dalam pelukan hangat satu sama lain dengan lengan Soonyoung sebagai bantalan Jihoon hingga pagi pun datang.


Apa kamu tau Ji?, Kita berdua selalu bersama saat hujan turun. Pada saat senang, sedih, kesal, hingga seperti sekarang masih di temani dengan rintikan hujan yang turun dari langit yang membasahi diriku dan kamu.

Suasana sekarang sangat mendukung untuk aku bercerita. bercerita tentang hujan dan kita.

Dan jangan lupakan momentum emosi yang terus bersamaan mewarnai cerita kita dalam kepungan hujan itu.

Hujannya sudah mereda, sepertinya aku sudah siap bercerita dan mari kita ingat kembali kisah kita bersama dengan iringan hujan dulu.

Waktu itu kita tak sengaja bertemu saat berteduh bersama di suatu kios tempat mesin atm berada.

Dengan baju kaus oblong yang kebesaran berwarna ungu serta celana pendek berwarna hitam yang kamu pakai membuat sekujur badan mu menggigil melawan dinginnya udara kala itu.

Aku tau bagaimana rasanya dan maka dari itu akupun memberanikan diri menawarkan jaket tebal beserta pelukan hangat agar kamu tak kedinginan.

Memang aku seperti pria mesum dikala itu yang langsung menawarkan pelukan kepada orang asing.

Hahaha.. Tapi ingat Ji, waktu itu aku masih sepenuhnya sadar saat menawarkan pelukan ku kepadamu. Dan benar saja mana mungkin ada yang akan menerima pelukan orang asing yang baru pertama bertemu.

Saat hujan belum mereda aku dengan berani menanyakan sesuatu padamu agar suasana tak begitu canggung. Dan mulai saat itu juga aku mengenalmu hingga kita bisa menimbulkan rasa satu sama lain.

Setelah beberapa waktu kita saling mengenal, Kita pun memberanikan diri untuk bersua kembali. Dengan motor pespaku yang ceper dan menyusahkan itu kita di pertemukan kembali dengan hujan dan kembali juga berteduh pada sebuah pendopo yang berdekatan dengan taman kota.

Ya untung dan sialnya hari itu kalau bukan karena motor butut ku mogok mungkin kita sudah kehujanan. Saat berteduh disana bukan kesalahan dan juga hal yang buruk untuk kita berdua.

Disana kita bisa lebih saling leluarsa melihat wajah satu sama lain, suara yang sudah lama tak pernah di dengar dan ekspresi wajah yang belum kita lihat ketahui sebelum kenal lama kini perlahan sudah mulai mengabsen di pikiran untuk di ingat.

Senda gurau hanya kita berdua saja yang bisa dengarkan. karena suara hujan yang berlomba bersamaan dengan suara kita pun mendukung untuk membuat moment bahagia kita berdua pertama kalinya.

Aku tak lupa juga akan moment kacau saat itu setelah bersela lama kita sudah menjadi sepasang kekasih. Cukup sulit aku pahami namun enggan untuk ku ingat kembali.

Jujur saja, waktu itu aku lah yang salah. Jika saja aku menjemput mu mungkin kamu tidak akan sakit dikala itu Jihoon. Aku minta maaf sekali lagi dan salahkan juga hujan lebat yang turun membuatmu memaksa pulang menerjang badai saat itu.

Dan salahkan juga staff terminal yang tidak memberimu izin untuk berteduh di pos mereka. Aku minta maaf sekali lagi Jihoon, itu moment tersedih ku tidak bisa menjagamu dikala hujan sedang tak bersahabat dengan kita.

Aku juga benci moment ini tapi jika tidak ada moment ini maka aku tidak bisa menikahimu.

Hahaha..lucu memang tapi agak menjengkelkan, karena diwaktu itu hujan lebat turun dan kita sedang bercengkrama dan saling belawanan arah pendapat di dalam mobil ku yang tengah terparkir di bahu jalan.

Aku hanya ingin kau mengerti bagaimana nasib ku yang sudah berumur ini masih saja belum memiliki seorang pendamping hidup. Karena semua keluarga sudah menganggap ku mapan untuk bisa membawa gandengan untuk mereka jadikan menantu dirumah itu.

Sedangkan kamu hanya memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa menunggu sebentar karena masih ada yang ingin kamu kerjakan sebelum masa lajang mu lepas.

Karena ego masing-masing, kita kembali bermain bersama hujan. Keluar dari mobil dan saling mengejar karena ego mu yang terlalu tinggi dan membuat dirimu kesal hingga meninggalkan mobil dan memutuskan untuk pulang dengan menerjang hujan sekali lagi sambil berjalan kaki.

Untungnya aku mencegatmu agar tidak kehujanan, namun apa yang aku dapatkan. Kamu malah memelukku dan berbisik bahwa kamu hanya bercanda soal apa yang akan kamu lakukan sebelum melepas masa lajangmu.

Dengan malu karena kau sudah mengetahui ada sepasang cincin di saku kemejaku. dengan hujan sebagai saksi atas pertunangan kita dan dengan gembiranya kau mengajakku menari di bawah rintik hujan rinai itu.

Di hari pernikahan, untungnya kita mengambil tema didalam ruangan. Karena sudah diprediksi bahwa dihari itu akan turun hujan seharian.

Lagi-lagi hujan menemani sekaligus sebagai saksi kembali atas janji suci yang sama-sama kita ucapkan untuk saling memiliki satu sama lain hingga kini maut pun memisahkan kita.

Sekarang aku bersama mu yang tertanam dibawah gundukan tanah ini. dengan rintikan hujan yang kembali menemani kita dimana moment kali ini yang belum pernah aku rasakan bersamamu.

Yaitu moment pilu, duka dan sakit hati yang amat mendalam. Bahwa seseorang yang terus bersama dengan ku dikala hujan turun kini telah tiada. namun memang hujan saat ini sedang turun dan mengguyur sekujur badan ku, tapi hanya aku yang berkuyupan menemanimu tanpa mendengar sepatah kata yang ku dengar sedari tadi dari mu.

Tapi tak apa, situasi ini malah bisa membuatku untuk merelakan mu pergi dengan tenang. Bersamaan dengan hujan kembali aku bisa menerima kenyataan dan menyimpan cerita yang kita rangkai dengan baik-baik.

Sudah ku bilang bahwa hujan punya banyak cerita antara kita berdua. Baik senang, sedih, kesal dan seperti sekarang. Aku tetap ingin bersamamu.

Lee Jihoon~.

Night Talk


Sembari menunggu suaminya selesai membersihkan diri, Dami kembali duduk di sofa ruang tengah apartemen mereka sambil menonton tv dengan channel berita pada dini hari dan tak lupa tangan dan mulutnya yang penuh dengan sate dari hasil bian berkelana sampai keluar kota.

Tak lama menunggu, pria yang bertelanjang dada dan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk bawahannya sambil mengeringkan rambutnya tersenyum saat melihat suami yang tengah mengandung anaknya duduk manis didepan tv sambil melahap bawaannya tadi. Dengan cepat ia pergi ke kamar dan memasang baju tidur yang sudah disiapkan oleh dami untuknya.

“Laki gue gemes amat dah, pake segala lagi naroh CD gambar bebek karet buat gue pake malam ini” katanya sambil tertawa memggeleng.

“Mas? Kalo udah selesai sini duduk makan sate bareng!” teriak Dami dari ruang tengah dan di sambut teriakan kata “Iya ntar lagi!” dari suaminya yang berada di kamar.

Setelah selesai dengan urusannya di kamar, Bian pun menuju Dami dan menidurkan kepalanya pada paha mungil suaminya yang asik mengunyah itu.

“Yang! Minta satu!”

“Duduk makannya mas, nanti keselek. Kamu juga nanti kena saos kacangnya kalo tiduran disana”

Ada benarnya yang dikatakan Dami, ia pun langsung duduk untuk ikut bersama melahap sate yang ia beli sebanyak 3 porsi itu mengingat suaminya yang tadi ia pikir tengah mengidam.

“Kamu beneran belum ngidam yang?”

Tanya Bian dengan tangan kanan kiri yang bertengger pada senderan sofa dan tangan kanannya yang memegang tusukan sate.

“Belum mas, mungkin nanti 2 atau 3 minggu lagi aku pasti mulai ngidam. Soalnya aku cuman mual mual aja”

“Ya udah gapapa, yang penting kamu sehat dan anak kita baik-baik aja. Terus aku mau tanya, apa kita udah bisa mulai beli perlengkapan bayi? Aku mau beli yang motif macan”

Dengan kilat tatapan Dami yang serius pada siaran tv pun beralih ke Bian dengan matanya yang menatap tajam seperti ada percikan api kecil disana. Untuk meredakan api kecil itu Bian pun dengan jahil mengecup bibir Dami singkat dan terkekeh gemas sambil mengusap surai hitam Dami.

“Hehehe, ga yang ga! Aku cuman bercanda”

“Ya lagian kalo emang mau beli juga ga boleh sekarang mas, kata ibu sama mami kemaren apa coba?”

“Apa tuh?!”

Dengan serius dia menanyakan kembali kepada Dami apa yang dikatakan oleh ibu mereka.

“Ih tuh kan! Makanya kamu tuh jangan tidur soon! Di dengar makanya orang tua kalo mampir tuh di dengar!”

Panggilan kesal Dami kepada Bian sudah keluar, itu pertanda mood swing bawaan orang hamil telah muncul pada Dami dan Bian mengerti akan situasi ini. Untuk tidak memperkeruh keadaan dan dengan momen yang tepat saat Dami meminta segelas air kepadanya, Bian pun memiliki ide dan untungnya berhasil.

Ia mengambil segalas air lalu ia tampung pada mulutnya yang penuh, lalu mentransfer air putih tersebut melalui ciuman mereka. Dengan pelan dan tak membuat Dami tersedak sampai air itu habis ditelan oleh Dami.

“Hah~.... Mas ih kamu!!!”

Dengan rasa malu Dami pun mengejar Bian untuk ia hukum dengan pukulan pelannya. Mereka berlarian di apartemen mereka pada jam 3 dini hari dan tanpa Bian sadari jika suaminya berlarian seperti ini akan mengakibatkan fatal terhadap suaminya dan calon bayi mereka. Dengan sigap Bian menangkap Dami dan menggendongnya menuju kamar mereka.

“Kamu nakal! Soonyoung nakal ih!”

“Haha iya Soonyoung nakal. Maaf ya sayang”

“Ga mau”

“Kok ga mau?”

“Mas ngeselin!” sambil melipat lengannya didepan dada.

Dengan hati-hati Bian menidurkan dami kemudian menyelimuti tubuh mungil sang suami dengan tubuhnya yang berada disampingnya.

“Jangan peluk-peluk!”

“Biarin deh nanti juga nyari guling kan?”

“Kita ga punya guling mas”

“Kan aku guling kamu”

Berhasil kembali membuat suaminya luluh, Dami pun langsung membalikan badannya dan masuk dalam pelukan hangat dari sang suami.

“Sayang kamu tau ga kenapa?”

“Ga tau aku ngantuk mas”

“Hahaha hei dengerin dulu ih bandel nih suami aku”

“Haha iya apaan?”

“Aku tuh bersyukur banget ketemu kamu, nikahin kamu sampai kita bakalan punya baby. Dan aku janji ga bakalan tinggalin kamu dan aku bakalan terus jagain kamu”

Cup

Kecupan di puncak kepalanya membuat Dami terkekeh geli dengan ucapan yang barusan Bian katakan kepadanya.

“Hahaha iya mas ya ampun lucu banget tapi aku geli tau”

“Kok gitu?, ayo kamu ngomong gitu lagi ke aku. Masa aku doang”.

“Hahaha iyaya mas, makasih udah nikahin aku, jadiin aku suami mas. Terus udah kasih momongan buat keluarga kita dan aku bersyukur banget mas suami aku. Sehat sehat ya mas aku sayang kamu”

“Iya sayang kamu juga ya, aku sayang kamu juga.”

“Dah yok tidur”

Malam itu adalah malam dimana pertama kalinya temperatur tempramennya naik turun dan bisa saja ia akan begitu dan berlangsung lama. Apakah Bian akan kena impasnya? Oh ya tentu saja karena ia adalah suami Dami.

Go to sleep


Kini jam menunjukan jam 10 malam dan Soonyoung maupun Jihoon tengah bersiap untuk istirahat dikamar setelah asik menonton tv di ruang tengah.

“Jihoon jangan lupa cuci kaki sama mukanya ya?!”

“Siap soonie!”

Soonie? Nama panggilan baru lagi buat Soonyoung dari Jihoon? Lucu sekali tingkah menggemaskan yang Jihoon lakukan barusan. Apa kalian percaya Soonyoung bisa diam ketika gendang telinganya menangkap suara Jihoon barusan? Tentu saja tidak.

Lihatlah betapa gemasnya ia sampai menciumi wajah Jihoon penuh di tangkupan tangannya.

“Ihh ya ampun kenapa gemes banget ya tuhan”

Cup! Cup! Cup!

“Jihoon nikah yuk?!”

Cup! -

“Gamau! Jihoon masih kecil!”

Kecupan Soonyoung dihentikan oleh Jihoon dengan kalimat tolakan ajakan nikah Soonyoung barusan. Entah dia sadar atau bukan, karena disini ialah yang berumur sangat tua tapi kita bisa mengasingkan kata itu untuknya saat ini karena amnesia yang ia alami.

“Hahaha iya sayang gapapa, tapi mau kan tinggal sama aku selamanya?”

Si kucing mungil didepannya mengangguj dan berhamburan pergi ke pelukan Soonyoung.

“Dah yuk selesai cuci muka nanti jangan lupa tukar baju tidur ya”

“Ciap soonie!”

Soonyoung hanya terkekeh gemas dan membuat kedua belah hidung mereka saling beradu gemas.

Soonyoung kini sudah duduk di ujung kasur sambil merapikan tempat tidur mereka dan kini Jihoon pun berlari kecil menuju Soonyoung dengan hanya menggunakan kaos oversize dan short pants saja.

“Wahh! Jihoon nakal ya”

“Hahaha Soonyoung geli!”

Kucing yang dua hari kemarin murung dan membenci dirinya sendiri kini sedang berada dalam puncak kebahagiaannya. Ia dirangkul oleh Soonyoung untuk duduk di pangkuannya. Sesekali Soonyoung dengan jahil mengusap pelan paha mulus Jihoon.

“Soonyoung!”

“Hehe jangan marah meng”

Cup!

Entah lah, berapa kali mereka berciuman singkat seperti ini dalam sehari. Tapi Soonyoung ingin sekali melakukan ciuman yang lebih dalam untuk ia berikan kepada Jihoon. Dan malam ini ia ingin mencobanya untuk membujuk Jihoon agar tinggal bersama seokmin sebentar sembari ia bekerja.

“Sayang kuhhh mumumumu” ucap bibir Soonyoung yang tepar di leher Jihoon hingga ia kegelian.

“Apa sonnie hahaha hentikan aww!”

“Hahaha, aku mau ini sekali, boleh?”

Sambil menunjuk bibir ranum Jihoon dengan ujung telunjuknya.

“Bukannya udah sering?, soonie ga tanya dulu sama Jihoon kalo mau kan ya?”

Soonyoung terkekeh lucu dan kembali mengecup pipi gembul Jihoon.

“Hahaha itu mah aku emang ga perlu tanya lagi sayang, tapi aku tanya ini karena mau cium lebih lama lama lama lama lama lama lama lama lama boleh ga?”

“Banyak banget lama nya?” gubris Jihoon sambil menghitung kata lama dengan jarinya.

“Astaga tuhan lucu banget sih ihh!!! Aku gigit nih!”

“Jangan ih! Ya udah boleh boleh aja, kan Jihoon punya soonie”

dengan mendengar kalimat Jihoon barusan dan melihat air wajah Jihoon hang sumbringan bak mentari dimalam hari dengan deretan gigi yang ia rapatkan dan ujung bibir yang di tarik lebar. Soonyoung pun dengan tak sadar bahwa wajahnya bisa dibilang seperti anpanman. Ya, superhero dengan pipi gembil yang sangat sangat berwarna merah disana. Soonyoung dengan segera ia menautkan bibirnya dan bibir Jihoon kedalam ciuman dalam mereka. Sangat intens dan ketara dengan tempo yang tergesa-gesa hingga Jihoon tak kuat menahan nafasnya lalu memukul dada Soonyoung pelan untuk berhenti.

Soonyoung melepaskan tauntannya karena pukulan tak berdaya Jihoon pun kini mereka berdua mengambil oksigen dengan rakus dan belum sempat keduanya menetralkan nafas Soonyoung kembali melahap ceruk leher Jihoon dan meninggalkan jejak kepemilikan disana.

“Sooniehhhngghhh...kamu ngapain?”

Yang di panggil langsung menyadarkan diri dan kembali teringat dengan apa yang harus ia lakukan. Bukan, bukan ini yang seharusnya ia lakukan pada Jihoon, karena ini terlalu cepat untuk mereka berdua lakukan.

“Haha maaf ya aku menyinggung garis batas kita” ucap Soonyoung sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal dan Jihoon?, mana dia tau istilah dalam menarik garis.

“Iya gapapa soonie, ayo bobo” dengan kebiasaan Soonyoung yang menggunakan kata bobo sebagai ganti kata tidur kepada Jihoon, Soonyoung yang mendengar kembali tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal merebahkan diri ke arah tempat tidur.

“Ih soonie! Apa yang lucu?! Kamj ketawa terus ih males!”

Mendengar kembali kucing kecil dipangkuannya kesal, Soonyoung pun kembali tertawa kencang hingga suara tawanya memenuhi seisi kamar mereka.

“Hahaha hahahaha kamu tuh ya tuhan, ga bisa lagi aku tahan kamu lucu banget sayang lucu aduh sakit perut aku”

“Nah kan sakit perutnya, yang mana yang sakit?”

Soonyoung dengan segera bangkit dan menunjuk pipinya, Jihoon pun dengan langsung dan tanpa ada aba-aba mencium pipi Soonyoung.

“Lagi? Yang mana yang sakit?”

“Sini sini sini sini sini sini sini”

“Kok banyam lagi? Tapi gapapa biar sembuh”

Jihoon pun mendaratkan ciumannya pada bagian yang Soonyoung tunjuk mulai dari kening, pelipisnya, kedua mata, hidung, pipi satunya lagi, dagu, bibir, leher dan juga terakhir perut kanannya yang dimana titik terakhir adalab bagian yang sebenar-benarnya sakit.

“Nah! Udah. Yuk bobo”

“Yuk”

Soonyoung dengan segera menggendong Jihoon dan menidurkannya disamping Soonyoung. Kini Soonyoung merasa ini saat yang tepat untuk mengatakan kepada Jihoon tentang menitipkannya kepada “the lee brother's”.

“Jihoon?”

“Iyah?”

“Besok aku mulai kerja”

Jihoon melirik keatas tepat Soonyoung yang sedang menyender di senderan tempat tidur mereka sambil mengusap pelan surai Jihoon.

“Benarkah?”

Soonyoung mengangguk untuk jawabannya dan memulai kalimatnya lagi.

“Kamu besok main sama chan sama seokmin ya?”

“Aku sama mereka?”

“Iya sayang cuman sebentar. Nanti kalo udah selesai aku operasinya, aku jemput kamu terus makan diluar bareng ya? Mau?”

“Ga mau! Aku mau terus sama Soonyoung!”

“Kok gitu? Aku kan kerja”

“Tapi aku ga mau sama mereka”

Soonyoung kehabisan kata dan ia memulai mengecup puncak kepala Jihoon. Ya mungkin dengan kecupan afeksi untuk menetralkan mood swing bisa manjur.

“Nanti aku ga lama kok kerja nya, paling sore aku udah jemput kamu”

“Tapi Jihoon kan! Ih soonie huwaaaa”

“Lah nangis, cup cup cup sayang aku cuman kerja ya ampun”

Bayi besar Soonyoung menangis sambil mengusap matanya dengan kedua bukuan jarinya. Soonyoung kewalahan menghentikan tangisan Jihoon agar tidak semakin menjadi dan cara jitunya adalah...

“Nanti kita main ke universal studio lagi! Mau ga? Naik marry a ground lagi? Mau ga? Ji?”

Jihoon hanya mengingat sebagian kejadian yang ia lakukan di hari dimana ia telah membunuh seekor hybrid anjing yang membuat ia ambesia sementara.

“Oke setuju, janji ya”

Dan benar saja, Jihoon berhenti menangis dan menjulurkan jari kelingking kecilnya di hadapan Soonyoung

“Janji sayang janji, ya udah yuk bobo”

Sembari menepuk pelan pundak dan mengecup(lagi) kedua kelopak mata Jihoon agar terlelap. Soonyoung pun masih kepikiran akan ia yang kini lah bermasalah dengan dirinya sendiri yang enggan lagi melepaskan Jihoon esok hari untuk menitipnya kepada soekmin.

Klimaks


Aroma semerbak bunga lavender yang berkabung didalam ruangan ini begitu amat tenang untuk siapa saja yang menyinggahinya.

Sekarang diruangan minimalis dan tenang ini ada seorang pemuda yang memiliki bipolar parah hingga menyebabkan gen kelainan sosiopatnya menggebu-gemu keluar tanpa disuruh. Ini sesuatu perilaku yang amat buruk jika tak bisa di kontrol dengan tenang.

Pemuda jakung tampan ini tengah tak sadar bertengger di sandaran sofa empuk berwarna merah karena pengaruh bius penenang agar ia berhasil dibawa ke psikolog tanpa adanya korban luka lagi.

Ya, sebelum pergi menuju ke psikolog ini sekaligus juga ayah dari teman osisnya Joshua, tengah terjadi keributan hingga membuat adanya korban luka saat mengantar Ziqri kemari dan untungnya korban luka ringan hanya mimisan akibat layangan pukulan yang pemuda ini berikan.

Tak berselang lama, ia terbangun dengan tangan dan kaki yang sudah terbelit tali. Ia menceloteh kata kasar untuk dilepaskan dan suara pelan dari psikolog itu masuk dan membuat Ziqri terdiam.

Benar adanya, Ziqri sudah di sugesti oleh psikiater ini hanya dengan jentikan jari, berucap pelan tepat ditelinganya dan menutup matanya sebentar.

“Your name is Ziqri Febrian right?”

Yang ditanya hanya mengangguk dan terdiam memandang psikiater didepannya.

“Ah oke ziqri, kita hanya sedang direkam oleh kotak hitam dengan lampu kecil merah yang berkedip itu. Ia saat ini sedang merecord kita. Jadi saya harap kamu bisa tenang saat saya bertanya ya?. Maaf jika saya mensugesti mu, ini demi teman mu yang sekarang masih belum sadarkan diri dan juga diri mu sendiri”

Ziqri kembali mengangguk dan memperhatikan dengan seksama pertanyaan yang di berikan oleh pria paruh baya didepannya.

“Pertama, kau seorang sosiopat benar?”

“Benar”

“Dan kau tau tindakan mu berlebihan?”

”...”

Tak ada jawaban, ia hanya menatap psikiater ini dengan tatapan kosong.

“Oke next question. Why you do it?”

“Karena cemburu?. Aku tidak paham”

Cemburu? Nampaknya dia sudah sadar dari sugesti ini. Mari kita tidurkan ia kembali sambil merileksasikan pernafasannya dangan lilin aroma lavender ini lagi. Sudah dirasa aman Ziqri kembali ingin speak up.

“You know why me do it this act? Because... JALANG ITU! AH.. SORRY . karena IBU DARI MURID PINDAHAN ITU SUDAH MEMBUAT IBUKU MENINGGAL!”

dengan smirk yang terukir di wajahnya ia dengan enteng membentak orang tua didepannya ini. Tapi, apa hubungannya? Apa hubungannya dengan arka? Apa ia ingin membalas dendam kepada anaknya? Mari kita tanyakan.

“Lalu apa hubungannya dengan sahabat mu yang masih terbujur di ruangan ICU itu?”

“Karena dia juga darah daging dari wanita jalang itu bukan? Aku tau kenapa arka sangat suka kepada ariffa. Karena ariffa memiliki jiwa keibuan dan yang gilanya lagi, wanita itu adalah pelakor yang merebut ayah ku dari ibu hingga ibu meninggal!!. Dan hebatnya lagi dan aku sampai kasian kepada ariffa karena didekati oleh anak dari pria yang melacuri ibunya agar bisa menyuap nasi kepada dua putra malangnya!”

apa ini benar?

“Semua di katakan orang yang berada dalam zona sugesti akan menjawab pertanyaan dengan jujur. aku hanya ingin meyakinkan mu nak, mengapa kau tega memukul kepala teman mu dengan bilah kayu yang runcing hingga membuat ia kehabisan banyak darah?”

“Ha..ha..ha..ha..hahahahahah Hahahaha!!. Yahh~ itu yang ku mau. Biarkan dia meninggal dari pada menjalani kehidupan kelam yang telah di lakukan oleh kedua orang tuanya. Dan aku tidak suka ariffa, ia yang sama seperti ku didekati oleh anak yang berdarah daging dari anjing gila seperti kedua orang tua sialan itu!!!!!”

“Sudah. Tenang! Mulut mu cukup banyam mengatakan hal kotor.”

“Kita istirahat sebentar”

Ia menolak dan melanjutkan kalimatnya.

“Dokter, apa kau tak ingin menanyakan apakah aku menyesal setelah melakukan itu kepada arka?”

Psikiater itu tidak menjawab dan hanya menunggu jawabannya.

“Hemm...jawabannya, hiksss...ja...nggg...jawabannya IYAAA AKU MENYESAL. SEMENYESAL NYESALNYA! KENAPA GUE JADI MONSTER DENGAN BER GEN SOSIOPAT INI!!”

“Kamu hanya mendapat dorongan, dan maka dari itu monster didalam tubuhmu keluar”

Iya benar, ada faktor pendorong yang membuat jiwa sosiopat Ziqri berubah menjadi psikopat. Ia adalah seorang sosiopat Bona yang kita kenal dengan orang yang ceriwis dan juga cemburuan itu.

Kini ia juga tengah menyesal atas apa yang ia perbuat. Mencukur rambutnya saat ini yang ia lakukan hanya sia-sia. Hingga akhirnya ia bunuh diri dikamarnya sendiri, dengan menggantungkan leher pada tambang yang menggantung dikamarnya.

Untung Ziqri ditangani oleh spesialis dan ia akan bersitirahat dan berisolasi di rumah Joshua selama beberapa hari untuk pemulihan. Hingga ia bisa sadar apa yang telah ia lakukan kepada Arka.