Seharusnya ini tidak terjadi
Tw!!// 8k word blood, violance, sosiopat, and harshword.
Pada awal minggu terakhir ujian semester akhir, Arshila Biwariffa. Seorang Ketua Osis yang sebentar lagi masa jabatannya akan habis dan menyibukan diri dengan memahami konsep evaluasi tahap akhir sekolah pada esok yang akan ia kerjakan esok hari dan berlangsungny juga dengan kegiatan pemilihan ketua osis baru untuk angkatan tingkat bawahnya.
Karena setelah sesi ujian pertama dan terakhir selesai, ia kemudian menemui rapat osis untuk pembentukan struktur osis baru hingga selesai pada sore hari, tepatnya sekarang jam yang sudah menunjuk ke arah 16.10. Pemuda bertubuh mungil itu kini sedang menjulurkan tangannya sebagai bantalan untuk tumpuan kepala yang ia sandarkan di meja.
Siapa sangka ariffa akan tertidur di perpustakaan hingga sore begini dan siapa sangka lagi bahwa arka dan circlenya heboh mencari keberadaan pacarnya yang tak diketahui dengan pengecualian bona.
“Arifff???! Arifff????!! Juaan! lu lihat ariff ga?”
Tanya arka pada juan yang baru saja keluar daru ruangan osis.
“setau gue dia yang pertama keluar dari ruang rapat tapi gue ga tau kemana lagi tuh arahnya, soalnya gue yang terakhir disini. Maaf ya”
“Ah! Oke gapapa sans makasih ya”
“Iya sama-sama, gue cabut dulu ya udah keburu maghrib nih”
“Oke hati-hati lo berdua yaa!”
Berdua? Iya berdua karena juan sudah di tunggu oleh farel untuk mengantarnya pulang. Dan yang tersisa hanya arka dan dika yang masih sibuk mencari ariffa.
“Dik, lo cari di ruang uks deh. Mungkin dia sakit atau apa”
“Ah iyaya, nah lo coba cari di perpus siapa tau dia ketiduran disana sambil belajar”
“Ya udah lo kasana ya hati-hati”
“Oke ka. Gue kesana ya”
Arka menggubris kalimat dika dengan anggukan dan ia bergegas ke perpustakaan dengan berlari secepat mungkin.
Perpustakaan sekolah memang ramai dikunjungi hingga malam hari di kala mendekati ujian nasional. Tak hanya satu dua orang yang arka jumpai disini. Ada puluhan siswa yang masih bergelut dengan tumpukan dan rak buku disini.
Karena tidak boleh mengeluarkan suara terlalu keras, arka pun berjalan menyusuri tiap lorong rak dan juga meja baca yang tersedia di belakang menghadap ke jendela. Menyelidiki satu-persatu pembaca disana hingga ia menemukan ariffa yang masih tertidur pulas mengatup matanya dan menumpu kepala pada lengannya.
“Hahh.... Alhamdullilah ketemu!”
Suaranya pelan agar tak membangunkan ariffa. Ia pu duduk disamping ariffa dan membuka cardigannya untuk ia selimuti pundak sang kekasih. Sebelum ia ikut menyenderkan kepala pada meja baca itu, arka pun memberitahu dika agar ia pulang terlebih dahulu saja dan Berterima kasih sudah membantunya mencari ariffa dan untungnya dika lega dan pulang dengan berpamitan melalui via chatingan.
Kepalanya sudah disandarkan pada furniture berbahan dasarkan kayu itu. Ia dapat melihat wajah cantik dari kekasihnya ini yang sedang tertidur pulas di depan nya. Arka menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah ariffa yang menghadap jendela dan cahaya sore saat ini bisa menserikan wajah ariffa.
Bulu matanya yang lentik dapat arka lihat saat ariffa yang masih mengatup matanya. Sungguh arka terkagum dengan apa yang sedang ia lihat saat ini. Namun kebisingan terjadi karena suara yang ia dengar tampaknya ia tau siapa seseorang pembuat onar ini.
“ARKA TIAN PRATAMA HAHAHA!! KELUAR LO BAJINGAN!!”
TTAAAKKK!!
Ya siapa lagi kalau bukan ziqri yang memukul kuat rak buku dengan sebilah kayu dan bona yang berdiri di sampingnya. Nampaknya mereka berdua telah bersekongkol dan entah apa maksud dari semua yang akan mereka lakukan.
Arka dengan sigap menarik buku dengan asal dan membuka lembaran halaman buku itu untuk menutupi wajah mereka berdua. Walaupun buku yang ia gunakan untuk menutupi mereka bisa dibilang mujarab tapi asilnya tetap saja nihil, karena ziqri dapat melihat jelas buku yang sedang di baca oleh pembaca yang duduk di meja nomor dua di sebelah kanan itu berposisi terbalik dan mana mungkin orang bisa membaca tulisan terbalik ya walaupun hanya beberapa orang yang bisa.
“OHOYYY! LO PIKIR GUE GA TAU KALAU ITU LO ARKAA?!..KESINI GA LO ANJING!!”
Mendengar kalimat kasar yang di lontarkan kepada kekasihnya, ariffa pun terbangun dan menutup buku yang digunakan untuk menutupi wajah mereka. Iya benar, sedari arka datang ariffa tak benar-benar terlelap. Ia hanya menutupkan matanya saja.
“Mau apa lo kesini?”
Ucapnya santai namun sangat tertuju untuk ia lontarkan kepada subjek jelasnya, Ziqri.
“Woahh?! Hahaha masih nanya lo ya rif? Gue kesini buat ambil lo”
“Apaan Ih!? main ambil-ambil aja. Dia punya gue!”
Kalimat arka membuat ariffa dan juga bona tersentak atas kalimat ketara yang keluar dari mulut arka.
“HAH?! APAA?! GA SALAH DENGER KUPING GUE NIH?!”
“Iya. lo ga salah denger, gue sekarang punya arka!”
Balas ariffa sambil memeluk lengan arka erat. Semua yang ada Di perpustakaan itu berkerumun dan menonton aksi drama mereka berempat. Ziqri memang membuat kehebohan ini dengan sengaja sehingga ia bisa melaksanakan tujuan awalnya bersama bona yang ingin mengungkapkan hubungan antara arka dan ariffa.
“Kalo iya coba buktiin!. Gue ga percaya ya kaya apa yang lo udah lakuin selama ini ke ariffa. Lu tau kan gue ga main main buat dapatin ariffa. Jadi sok coba buktiin kalo lo emang punya diaa!!”
Tantang ziqri membuat arka ragu untuk bertindak, sedangkan ariffa memaksa agar suasana dan keributan ini dapat selesai dengan secepatnya.
Alasan mengapa ia ragu adalah takut akan ariffa yang enggan untuk mempublikasikan hubungan mereka dan ke dua ia takut kekasihnya di ambil orang tak waras seperti pria tinggi yang berada di sudut utara sana dengan mantan sabahat kecilnya yang melihat mereka berdua dengan maya yang memercikan kobaran api.
“Ka! Hei lihat aku! ARKAA!!”
“Hah?! Apa riff”
Arka yang termenung tengah mempertimbangkan kalimat Ziqti pun disadarkan oleh sikap lembut Ariffa yang terlalu tiba-tiba kepadanya.
“Buktiin! Buktiin kalau aku emang pacar kamu! Sekarang!”.
“Tapi kita kan udah jan-”
“Ingkari janji itu karena janjinya udah aku hapus. cepat!!”
“Tapi rif!”
“Ih lama! Sini gue aja!”
Cup!
Ciuman yang didaratkan oleh ariffa krpada arka dan sangat sangat sangat tiba-tiba itu mengagetkan semua orang yang melihat mereka. Masih menempel dan tidak dilumat, arka membelakan matanya dan melihat ariffa yang memegang wajahnya sambil menutup mata menikmati sensasi stamp kiss mereka untuk menunggu arka yang memberi akses kepadanya.
Dengan hati-hati, arka pun menggapai wajah ariffa dengan pelan dan satu tangan lainnya ia lingkarkan pada pinggang ramping ariffa. Bibir tebalnya kini dapat ariffa rasakan dan mereka kini sedang beradu cumbu mesra di hadapan para audience yang dikumpulkan oleh keonaran ziqri tadi.
Merasa kesal, marah dan geram, pria tinggu yang memegang sebilah kayu itu pun berjalan cepat menuju pasangan yang masih bercumbu di meja baca itu.
Saat dalam perjalannanya menuju mereka, ziqri sudah siap untuk melayangkan satu pukulan dengan bilah itu menuju punggung arka. Dan...
TTAAA!!!!
Bilah itu sudah berada diujung sepatu Ziqri dengan ujungnya menitikan darah menuju lantai. Arka, kekasih ariffa sudah dak sadarkan diri didalam cumbuan mereka dan menyandarkan kepalanya pada pundak ariffa.
“Ha...ha..hahahhahahaha...HAHAHAHAHAHAHAH SIAALLLL!”
“ar-arka? Ar..ARKA! BANGUN! ARKAAA?! ARKAAAA?!!!ARKAAAA!!! ARKAAAA!! HUWAAA ANJING! BAJINGAN LO ZIQRI! PUNAH LO GA ANJING!!!”
Dengan sekuat tenaga dan semua yang menyaksikan berhamburan mencari bala bantuan dan hingga menyeret Ziqri yang kini dengan tatapan psikopatnya dengan termenung melihat riuhnya keadaan dan kepanikan ariffa yang berusaha menutup lukanya agar darah tak terus mengalir disana.
Dengan tangisan yang sejadi-jadinya ariffa merangkul arka kuat untuk tetap bersandar padanya walaupun seragam mereka telah berlumuran darah.
Setelah beberapa menit ambulans dengan cepat sampai menjemput arka untuk segera di tangani lebih lanjut di rumah sakit.
Untunglah ada seorang siswi yang tak sengaja berhamburan keluar untuk memanggil kepala sekolah menabrak dino, adik ariffa dan memberi tahunya bahwa pacar kakaknya sedang mengalami pendarahan hebat dikepalanya saat ini.
Dino dengan inisiatif mengambil ponselnya untuk menghubungi pihak rumah sakit dan kini mereka berlima, ariffa dan adiknya beserta farel, dika dan bona yang memojok dinpintu IGD menunggu hasil dari operasi yang tengah berlangsung untuk menyelamatkan teman sekaligus orang tersayang mereka.
Sementara itu di bk telah di adakan sidang siswa untuk menjatuhkan hukuman skorsing hingga ia diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua mpk serta keputusan tinggal kelasnya yang di tujukan kepada Ziqri atas tindakan criminal yang ia lakukan kepada siswa sekaligus keponakan kandung dari kepala sekolah SMA 2.
Ziqri dengan amukannya memulai membantai kembali ruangan sidang dengan amarahnya dan ia berhasil dilarikan pada praktek pskiater.
Sudah 6 jam yang lalu ia mendengarkan suara manis arka yang tak ingin membangunkannya, sudah 5 jam yang lalu mereka berhasil mengungkapkan status hubungan mereka kepada semua orang dan kini sudah 4 jam berlangsungnya operasi yang tak kunjung menampakan hasilnya.
Tangis ariffa belum berhenti semenjak 5 jam yang lalu, segukan terus terdengar hingga dino kewalahan untuk menenangkan kakaknya. Dika dan farel yang sibuk menenangkan diri tak kuasa mendengar suara Ariffa dan ikut memecahkan tangisannya. Sementara bona yang masih disudut pintu ruang operasi menjerumuskan diri dengan termenung sangat dalam.
“Ariff! Riff! ARIFFA!!.”
Suara teriakan han yang menggema dan membuat yang di panggil menatapnya dan sesegera mungkin ia peluk pada rengkuhannya agar ia dapat mengeluarkan tangisnya disana.
“Tenang kita udah disini ya?! Yuk ganti baju nya dulu, ini kotor loh. Masa mau ketemu arkanya nanti pas siuman kamu blepotan gini? Yuk?!”
“Kamu juga belum makan kan, kalian semua juga. Ayo makan dulu, juan ajak tuh pacarnya makan”
Dengan kalimat han yang kemudian di sambung oleh joshua, kini mereka menenangkan diri sembari menunggu hasil dari operasi yang tengah berlangsung. Bona? Jangan hiraukan dia, ia sedang meratapi hasil perundungannya dengan ziqri tadi yang sudah melampau batasnya.