Sftyme

Seharusnya ini tidak terjadi

Tw!!// 8k word blood, violance, sosiopat, and harshword.


Pada awal minggu terakhir ujian semester akhir, Arshila Biwariffa. Seorang Ketua Osis yang sebentar lagi masa jabatannya akan habis dan menyibukan diri dengan memahami konsep evaluasi tahap akhir sekolah pada esok yang akan ia kerjakan esok hari dan berlangsungny juga dengan kegiatan pemilihan ketua osis baru untuk angkatan tingkat bawahnya.

Karena setelah sesi ujian pertama dan terakhir selesai, ia kemudian menemui rapat osis untuk pembentukan struktur osis baru hingga selesai pada sore hari, tepatnya sekarang jam yang sudah menunjuk ke arah 16.10. Pemuda bertubuh mungil itu kini sedang menjulurkan tangannya sebagai bantalan untuk tumpuan kepala yang ia sandarkan di meja.

Siapa sangka ariffa akan tertidur di perpustakaan hingga sore begini dan siapa sangka lagi bahwa arka dan circlenya heboh mencari keberadaan pacarnya yang tak diketahui dengan pengecualian bona.

“Arifff???! Arifff????!! Juaan! lu lihat ariff ga?”

Tanya arka pada juan yang baru saja keluar daru ruangan osis.

“setau gue dia yang pertama keluar dari ruang rapat tapi gue ga tau kemana lagi tuh arahnya, soalnya gue yang terakhir disini. Maaf ya”

“Ah! Oke gapapa sans makasih ya”

“Iya sama-sama, gue cabut dulu ya udah keburu maghrib nih”

“Oke hati-hati lo berdua yaa!”

Berdua? Iya berdua karena juan sudah di tunggu oleh farel untuk mengantarnya pulang. Dan yang tersisa hanya arka dan dika yang masih sibuk mencari ariffa.

“Dik, lo cari di ruang uks deh. Mungkin dia sakit atau apa”

“Ah iyaya, nah lo coba cari di perpus siapa tau dia ketiduran disana sambil belajar”

“Ya udah lo kasana ya hati-hati”

“Oke ka. Gue kesana ya”

Arka menggubris kalimat dika dengan anggukan dan ia bergegas ke perpustakaan dengan berlari secepat mungkin.

Perpustakaan sekolah memang ramai dikunjungi hingga malam hari di kala mendekati ujian nasional. Tak hanya satu dua orang yang arka jumpai disini. Ada puluhan siswa yang masih bergelut dengan tumpukan dan rak buku disini.

Karena tidak boleh mengeluarkan suara terlalu keras, arka pun berjalan menyusuri tiap lorong rak dan juga meja baca yang tersedia di belakang menghadap ke jendela. Menyelidiki satu-persatu pembaca disana hingga ia menemukan ariffa yang masih tertidur pulas mengatup matanya dan menumpu kepala pada lengannya.

“Hahh.... Alhamdullilah ketemu!”

Suaranya pelan agar tak membangunkan ariffa. Ia pu duduk disamping ariffa dan membuka cardigannya untuk ia selimuti pundak sang kekasih. Sebelum ia ikut menyenderkan kepala pada meja baca itu, arka pun memberitahu dika agar ia pulang terlebih dahulu saja dan Berterima kasih sudah membantunya mencari ariffa dan untungnya dika lega dan pulang dengan berpamitan melalui via chatingan.

Kepalanya sudah disandarkan pada furniture berbahan dasarkan kayu itu. Ia dapat melihat wajah cantik dari kekasihnya ini yang sedang tertidur pulas di depan nya. Arka menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah ariffa yang menghadap jendela dan cahaya sore saat ini bisa menserikan wajah ariffa.

Bulu matanya yang lentik dapat arka lihat saat ariffa yang masih mengatup matanya. Sungguh arka terkagum dengan apa yang sedang ia lihat saat ini. Namun kebisingan terjadi karena suara yang ia dengar tampaknya ia tau siapa seseorang pembuat onar ini.

“ARKA TIAN PRATAMA HAHAHA!! KELUAR LO BAJINGAN!!”

TTAAAKKK!!

Ya siapa lagi kalau bukan ziqri yang memukul kuat rak buku dengan sebilah kayu dan bona yang berdiri di sampingnya. Nampaknya mereka berdua telah bersekongkol dan entah apa maksud dari semua yang akan mereka lakukan.

Arka dengan sigap menarik buku dengan asal dan membuka lembaran halaman buku itu untuk menutupi wajah mereka berdua. Walaupun buku yang ia gunakan untuk menutupi mereka bisa dibilang mujarab tapi asilnya tetap saja nihil, karena ziqri dapat melihat jelas buku yang sedang di baca oleh pembaca yang duduk di meja nomor dua di sebelah kanan itu berposisi terbalik dan mana mungkin orang bisa membaca tulisan terbalik ya walaupun hanya beberapa orang yang bisa.

“OHOYYY! LO PIKIR GUE GA TAU KALAU ITU LO ARKAA?!..KESINI GA LO ANJING!!”

Mendengar kalimat kasar yang di lontarkan kepada kekasihnya, ariffa pun terbangun dan menutup buku yang digunakan untuk menutupi wajah mereka. Iya benar, sedari arka datang ariffa tak benar-benar terlelap. Ia hanya menutupkan matanya saja.

“Mau apa lo kesini?”

Ucapnya santai namun sangat tertuju untuk ia lontarkan kepada subjek jelasnya, Ziqri.

“Woahh?! Hahaha masih nanya lo ya rif? Gue kesini buat ambil lo”

“Apaan Ih!? main ambil-ambil aja. Dia punya gue!”

Kalimat arka membuat ariffa dan juga bona tersentak atas kalimat ketara yang keluar dari mulut arka.

“HAH?! APAA?! GA SALAH DENGER KUPING GUE NIH?!”

“Iya. lo ga salah denger, gue sekarang punya arka!”

Balas ariffa sambil memeluk lengan arka erat. Semua yang ada Di perpustakaan itu berkerumun dan menonton aksi drama mereka berempat. Ziqri memang membuat kehebohan ini dengan sengaja sehingga ia bisa melaksanakan tujuan awalnya bersama bona yang ingin mengungkapkan hubungan antara arka dan ariffa.

“Kalo iya coba buktiin!. Gue ga percaya ya kaya apa yang lo udah lakuin selama ini ke ariffa. Lu tau kan gue ga main main buat dapatin ariffa. Jadi sok coba buktiin kalo lo emang punya diaa!!”

Tantang ziqri membuat arka ragu untuk bertindak, sedangkan ariffa memaksa agar suasana dan keributan ini dapat selesai dengan secepatnya.

Alasan mengapa ia ragu adalah takut akan ariffa yang enggan untuk mempublikasikan hubungan mereka dan ke dua ia takut kekasihnya di ambil orang tak waras seperti pria tinggi yang berada di sudut utara sana dengan mantan sabahat kecilnya yang melihat mereka berdua dengan maya yang memercikan kobaran api.

“Ka! Hei lihat aku! ARKAA!!”

“Hah?! Apa riff”

Arka yang termenung tengah mempertimbangkan kalimat Ziqti pun disadarkan oleh sikap lembut Ariffa yang terlalu tiba-tiba kepadanya.

“Buktiin! Buktiin kalau aku emang pacar kamu! Sekarang!”.

“Tapi kita kan udah jan-”

“Ingkari janji itu karena janjinya udah aku hapus. cepat!!”

“Tapi rif!”

“Ih lama! Sini gue aja!”

Cup!

Ciuman yang didaratkan oleh ariffa krpada arka dan sangat sangat sangat tiba-tiba itu mengagetkan semua orang yang melihat mereka. Masih menempel dan tidak dilumat, arka membelakan matanya dan melihat ariffa yang memegang wajahnya sambil menutup mata menikmati sensasi stamp kiss mereka untuk menunggu arka yang memberi akses kepadanya.

Dengan hati-hati, arka pun menggapai wajah ariffa dengan pelan dan satu tangan lainnya ia lingkarkan pada pinggang ramping ariffa. Bibir tebalnya kini dapat ariffa rasakan dan mereka kini sedang beradu cumbu mesra di hadapan para audience yang dikumpulkan oleh keonaran ziqri tadi.

Merasa kesal, marah dan geram, pria tinggu yang memegang sebilah kayu itu pun berjalan cepat menuju pasangan yang masih bercumbu di meja baca itu.

Saat dalam perjalannanya menuju mereka, ziqri sudah siap untuk melayangkan satu pukulan dengan bilah itu menuju punggung arka. Dan...

TTAAA!!!!

Bilah itu sudah berada diujung sepatu Ziqri dengan ujungnya menitikan darah menuju lantai. Arka, kekasih ariffa sudah dak sadarkan diri didalam cumbuan mereka dan menyandarkan kepalanya pada pundak ariffa.

“Ha...ha..hahahhahahaha...HAHAHAHAHAHAHAH SIAALLLL!”

“ar-arka? Ar..ARKA! BANGUN! ARKAAA?! ARKAAAA?!!!ARKAAAA!!! ARKAAAA!! HUWAAA ANJING! BAJINGAN LO ZIQRI! PUNAH LO GA ANJING!!!”

Dengan sekuat tenaga dan semua yang menyaksikan berhamburan mencari bala bantuan dan hingga menyeret Ziqri yang kini dengan tatapan psikopatnya dengan termenung melihat riuhnya keadaan dan kepanikan ariffa yang berusaha menutup lukanya agar darah tak terus mengalir disana.

Dengan tangisan yang sejadi-jadinya ariffa merangkul arka kuat untuk tetap bersandar padanya walaupun seragam mereka telah berlumuran darah.

Setelah beberapa menit ambulans dengan cepat sampai menjemput arka untuk segera di tangani lebih lanjut di rumah sakit.

Untunglah ada seorang siswi yang tak sengaja berhamburan keluar untuk memanggil kepala sekolah menabrak dino, adik ariffa dan memberi tahunya bahwa pacar kakaknya sedang mengalami pendarahan hebat dikepalanya saat ini.

Dino dengan inisiatif mengambil ponselnya untuk menghubungi pihak rumah sakit dan kini mereka berlima, ariffa dan adiknya beserta farel, dika dan bona yang memojok dinpintu IGD menunggu hasil dari operasi yang tengah berlangsung untuk menyelamatkan teman sekaligus orang tersayang mereka.

Sementara itu di bk telah di adakan sidang siswa untuk menjatuhkan hukuman skorsing hingga ia diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua mpk serta keputusan tinggal kelasnya yang di tujukan kepada Ziqri atas tindakan criminal yang ia lakukan kepada siswa sekaligus keponakan kandung dari kepala sekolah SMA 2.

Ziqri dengan amukannya memulai membantai kembali ruangan sidang dengan amarahnya dan ia berhasil dilarikan pada praktek pskiater.

Sudah 6 jam yang lalu ia mendengarkan suara manis arka yang tak ingin membangunkannya, sudah 5 jam yang lalu mereka berhasil mengungkapkan status hubungan mereka kepada semua orang dan kini sudah 4 jam berlangsungnya operasi yang tak kunjung menampakan hasilnya.

Tangis ariffa belum berhenti semenjak 5 jam yang lalu, segukan terus terdengar hingga dino kewalahan untuk menenangkan kakaknya. Dika dan farel yang sibuk menenangkan diri tak kuasa mendengar suara Ariffa dan ikut memecahkan tangisannya. Sementara bona yang masih disudut pintu ruang operasi menjerumuskan diri dengan termenung sangat dalam.

“Ariff! Riff! ARIFFA!!.”

Suara teriakan han yang menggema dan membuat yang di panggil menatapnya dan sesegera mungkin ia peluk pada rengkuhannya agar ia dapat mengeluarkan tangisnya disana.

“Tenang kita udah disini ya?! Yuk ganti baju nya dulu, ini kotor loh. Masa mau ketemu arkanya nanti pas siuman kamu blepotan gini? Yuk?!”

“Kamu juga belum makan kan, kalian semua juga. Ayo makan dulu, juan ajak tuh pacarnya makan”

Dengan kalimat han yang kemudian di sambung oleh joshua, kini mereka menenangkan diri sembari menunggu hasil dari operasi yang tengah berlangsung. Bona? Jangan hiraukan dia, ia sedang meratapi hasil perundungannya dengan ziqri tadi yang sudah melampau batasnya.

Sweet Morning


Udara pagi ini emang seger banget, karena tadi malem habis hujan jadi segarnya tuh dari embun subuh yang ngepul di atmosfer sekitaran komplek sini.

Tiap pagi minggu entah kenapa kebiasaan dino tuh membuat gue ikutan good mood kalau dia hidupin speaker kenceng-kenceng di rumah. Dan pagi ini gue coba request lagu yang agak bernuansa 90an tapi jazz modernnya masih kerasa.

Dan dino play lagu C.H.R.I.S.Y.I dari diskoria beserta teman duetnya yang gue masih belum hapal sampe sekarang siapa yang nyanyiin tapi gue hapal lagunya.

Sebenarnya ini lagu gue requestnya tadi malem sama dino pas makan malam. Iya, kita makan malamnya masih berdua karena bunda ga pulang-pulang dan yah... Gue ga peduli.

Saat gue abis sholat subuh dan matahari mulai naik, gue mulai peregangan dan mau siap-siap pergi lari pagi sama arka. Dia yang mau jadi gue temenin aja.

“Ah~yeahhh~ ladies and gentleman, kita sambut requestan dari abang ariff! Awas ya bang lo ga goyang gue videoin!”

Haha adik gue kenapa dah pake segala nyebut nama gue pake mic. Taoi curang masa gue ga goyang dia videoin?

Dah lah musiknya udah dimulai pas banget gue lagi buka jendela. Dan asal kalian tau aja sih, kamar gue dan kamar arka itu berseberangan. Jadi kalo mau temu kangen dari jendela aja dan gue juga ga usah keluar.

Lantunan irama lagunya ga bisa buat pinggang gue ga goyang deh serius. Pengen dansa aja kayanya dan ini relaksasi pagi minggu gue.

Berputar-putar, membuat pola acak dan goyang pinggul kiri dan kanan hingga gue ga sadar ada yang nonton gue sambil senyum di seberang sana.

Gue malu, gue ngumpet di balik gorden jendela kamar gue. Dia malah ketawa lihat gue salting gini.

Tangannya melambai dan membuat gerakan seperti berdansa. Gue nimbulin kepala gue dikit supaya dia bisa lihat dia. Dan lo tau apa yang gue lihat!!.

Arka ga pake atasan! Bertelanjang dada kelemahan gue dan ini tolong dirahasiakan. Karena gue suka sixpack dan arka punya itu.

Muka gue merah dan gue keluar dari balik gorden buat nutup jendela tapi arka buat gue salfok banyak ngga dikit!

Dia malah goyang gajelas sama yang kaya gue lakukan tadi, karena tiba-tiba aja volume speaker rumah gue kenceng banget kaya speaker organ tunggal nikahan di komplek.

Dan arka malah ketawa-ketawa masih sambil ajak gud goyang, dan dia kaya mohon banget sama gue sambil buat jarinya kaya angka satu dan satuin telapak tangannya.

Mau ga mau gue goyang dan dia kayanya gembira banget. Gue harap senyum itu terus ada di wajahnya. Gue ga mau senyum itu pudar. Kalo boleh egois gue pengen sekali deketin mukanya sama muka gue biar gue bisa lebih jelas lagi liat dia dari dekat.

Alarm hp gue bunyi, dan kayanya ini alarm buat pergi lari pagi. Ga sampe semenit gue lihat hp notif chat dari arka muncul dan gue rasa udah saatnya kita bertemu dengan jarak yang dekat.

Cinta itu Gila


Suara pintu dari kamar mandi yang berada di kamar Jihoon baru saja berbunyi yang menandakan ada seseorang keluar dari sana. Ya, siapa lagi kalo bukan Soonyoung yang meningap malam ini disana.

“Makasih ya udah izinin aku numpang mandi terus nginap disini”

“Hemm sama sama”

Perasaan dan suasana canggung membendung menyelimuti ruangan itu. Keduanya enggan untuk memulai pembicaraan sampai akhirnya si pemilik kamar memulai pertanyaan terbatanya kepada Soonyoung.

“L-lo eh! M-maksudnya kita mau tidur dimana?”

Hening sebentar setelah pertanyaan itu di lontarkan kepadanya. Ia dengan santai menjawab setelah mengecek handphonr yang ada di tangannya dan di sana tertera halaman browsingnya tentang jadwal pertandingan bola liga dunia.

“Gimana kalau kita begadang buat nonton bola malam ini? Katanya final sih brazil lawan inggris. Mau ga?”

Dengan tak ragu dan matanya yang membulat Jihoon pun mengiyakan ajakan Soonyoung.

“Biar seru gimana kalau kita keluar beli cemilan?”

“Yuk, bentar aku pake cardigan dulu biar ga dingin”

Jihoon mengangguk kembali dan ikut mengambil jaketnya di lemari untuk melengkapi kaus oblongnya serta celana training, begitu pula dengan Soonyoung bak anak kembar yang memiliki baju yang sama namun tak serupa warnanya.

Desiran tapak sendal swallow mereka yang mengasah di aspal hendak menuju ke minimarket terdekat komplek mereka sambil mengiringi suara percakapan mereka yang masih bertanya tentang kehidupan pribadi satu sama lain. Ternyata perkenalan mereka belum usai dan masih berlanjut hingga sekarang.

“By the why, lo udah punya pacar belum?”

“Kenapa nanya gitu?, kamu sendiri udah punya?”

Sial lah kau Akbar Jihoon, senjata makan tuan. Kau terperangkap oleh ranjau yang kau buat sendiri.

“G-gue? Hahaha ya...yaaa...hahha ga pernah”

“Haha kok murung gitu? Berarti sama dong”

“Beneran?”

“Hngg beneran”

Ternyata membuahkan hasil. Pertanyaan itu dapat menjawab pertanyaan inti dari perkenalan ini. Pipi merona Jihoon tak dapat ia sembunyikan sampai mereka sudah sampai di toko swalayan yang mereka tuju.

Saat tepat di depan lemari pendingin besar, Jihoon masih melamun dan memikirkan jawaban Soonyoung tadi untuk di olah menjadi pertanyaan yang baru. Tapi Soonyoung mengejutkannya dan mengambil 2 kaleng minuman bersoda dan meletakan di kedua sisi pipi gembil Jihoon.

“Hihi pipi kamu merah sejak tadi jadi aku redamin pake ini”

“Ih apan sih nyoung haha”

“Ya abisnya kenapa gitu, sampe merah”

Soonyoung, kau terlalu dekat hingga Jihoon bisa melihat seberapa tebal garis bibir mu itu.

“S-soonyoung”

“Hmmm... Bentar ji aku mau lihat kenapa pipi kamu merah gini?”

“S-soon..”

“Kayanya kamu demam deh”

Sial, tangan dingin Soonyoung sudah sampai di tengkuk belakang Jihoon dan itu semakin membuat pipinya merona.

“S-soon...Soonyoung! Udah!”

“Ahh! Maaf udah buat kamu marah aku cuman khawatir kayanya kamu demam”

“Ga! Gue ga demam..gue gini karena gue maluhmpp!”

Raut dan tutup lah mulut mu dengan erat jika tak ingin mengeluarkan semua kalimat tak pantas itu didepan umum dan juga Soonyoung.

“Hah?”

“Ga ada! Lo ambil aja colanya sama apa lah gue mau ambil snack di rak sebelah bye!”

Jihoon pergi meninggalkan Soonyoung dengan bertingkah seperti anak-anak yang takut pada petasan. Ia menarik turun ujung kausnya kebawah dan merapatkan giginya karena geram dengan ulahnya sendiri.

Setibanya di rak snack, entah mengapa ia menyandarkan diri disana dan membiarkan tubuhnya terbujur duduk dilantai. Sambil memukul kepalanya karena ia menyesal sudah bertingkah seperti tadi didepan Soonyoung.

“Jihoon bodoh Jihoon bodoh Jihoon bodoh ji-”

“Jangan dipukul nanti kamu pusing”

Suara ini dan gengaman tangan ini cukup erat mencengkram tangan Jihoon yang hendak memukul kepalanya tadi.

“Kamu kenapa duduk disini? Kayaknya kamu beneran sakit deh yuk pulang abis aku bayar ini semua sambil beli kompres buat kamu ya?”

“Tapi gue ga dema-”

“Shttt.. Udah ji ikut aja”

Tangan Jihoon masih di genggam oleh Soonyoung dan di tarik agar tetap disampingnya hingga mereka membayar semua tagihan belanja mereka serat tak lupa kompres tempel yang di beli oleh Soonyoung untuk Jihoon.

“Makasih~ padahal gue ga sakit”

Cicit kecil Jihoon terdengar oleh Soonyoung yang memasang kompres tadi di belakang tengkuk Jihoon dari depan hingga si kecil ini bisa mencium aroma harum dari tubuh Soonyoung.

“Haha kamu lucu deh, gapapa ini mah namanya sedia payung sebelum hujan. Biar kamu ga tambah panas”

“Tapi gue ga demam soon!~”

Tangan Soonyoung sudah berada di kedua pundak Jihoon dan pipinya kembali merona. Entah anak muda kecil ini punya penyakit diabetes sampai beberapa kali menampakan warna semi merah muda di kedua pipinya.

“Jihoon, ini demam ga boleh di sepelein walaupun belum parah. Hmm?”

“Iya deh iya”

“Ya udah yuk pulang”

Soonyoung membimbing tangan Jihoon yang hendak pergi pulang kerumah si tomat kecil disampingnya ini. Jihoon terheran-heran dengan tingkah laku Soonyoung yang mendadak menjadi dekat dan perhatian kedapanya.

Saat dirumah mereka memakai satu selimut yang sama dengan jarak duduk yang saling menyentuh satu sama lain dan menatap layar besar yang memperlihatkan pertandingan bola di depan mereka pada kamar Jihoon.

“Ji, main yuk”

“Ha?”

“Haha iya main”

Ambigu, one shoot. Kepala Jihoon di pancing berpikiran negatif oleh Soonyoung hanya karena ia bercoloteh kata “main yuk”.

“Main apa?”

“Kamu di tim mana? Nanti misalnya tim yang kamu dukung gol, kamu boleh melontarkan 1 pertanyaan serius nanti aku bakalan jawab jujur”

Terdengar klasik tapi boleh di coba.

“Oke, gue di tim brazil lo inggris ya”

“Oke siap!”

Mereka berdua pun menyimak siaran langsung pertandingan itu dengan seksama dan serius. Mulut mereka masih menguyah cemilan yang mereka beli tadi. Hingga akhirnya babak pertama selesai dengan hasil seri 0:0.

“Soon”

“Hmmm?”

“Kalo ga ada yang menang gimana?”

“Pasti ada”

Terdengar meyakinkan, Jihoon mengiyakan dan kembali menyimak dengan benar pertandingan tersebut lagi.

“Yes! Golll! Akhhh Jihoon aku menang!!”

Tim inggris memasukan bola tepat pada 1 menit terakhir sebelum pertandingan selesai. Dan Jihoon kalah telak dalam permainan ini hingga ia tak bisa mendapatkan kesempatan menang.

“Isss tadi curang tau, out side!”

“Ga boleh gitu ya! Kamu ngelak nih haha”

“Ya udah deh apaan cepetan”

Soonyoung dengan langsung memutarkan badan Jihoon kesamping kanan hingga ia merasa posisi Jihoon benar-benar mantap menghadap padanya.

Pundak si kecil didepannya kembali ia pegang dan pertanyaan serius itu siap ia layangkan.

“Jihoon, kamu sadar ga apa yang aku lakuin dari tadi...ehmm...ga deh dari 2 hari sebelumnya?”

Betul, mereka baru mengenal satu sama lain 3 hari yang lalu. Jihoon mengangguk setuju dan menunggu pertanyaan berikutnya.

“Kalau tau aku mau kamu yang berkesempatan bertanya sama aku apa hal tersebut”

Jihoon dengan sigap mengambil tangan Soonyoung dan ia pegang erat sambil menautkan jari-jari mereka.

“Soonyoung lo mau ga jadi pacar gue?”

Pertanyaan ini.. Apakah Jihoon tidak mengambil ancang-ancang atau berpikir terlebih dahulu? Apa dia waras menanyakan pertanyaan ini kepada Soonyoung? Apa dia tak menarik nafas atau menahan malu sebelum ia menayakan pertanyaan bodoh ini kepada Soonyoung yang kita kenal sangat taat kepada agama ini?

Jawabannya tidak teman-teman. Ini pure dari mulut Jihoon, karena dirasa ia memang harus mengeluarkan kalimat ini sedari tadi. Ah! Mungking dari beberapa hari yang lalu. Tepat di tanggal 10 Dzulhijah ini sebelum berganti hari menuju tanggal 11 Dzulhijah, Jihoon berhasil menyatakan cintanya kepada Soonyoung. Kalian ingin tahu jawaban Soonyoung?

“Jihoon...”

“Hmm...”

“Kamu tau di dalam agama kita tidak boleh berpacaran?”

“Ah?! Iyakah?”

Dia tak tahu akan hal itu karena ia adalah seorang mualaf.

“Ah! Maaf ji, aku lupa kamu baru aja masuk agama ini. Tapi setauku di agama islam tidak boleh berpacaran apa lagi sesama jenis”

Jihoon menunduk, seakan-akan ia menyesali perbuatannya barusan. Namun ciuman di pucuk kepalanya membuat ia terkejut apa yang baru saja Soonyoung lakukan.

“Tapi kamu tahu? Aku juga suka sama kamu dari awal kita kenal. Memang aku agak jengkel sama kamu yang sifat nya blak-blakan tapi makin hari makin dekat sama kamu aku jadi ada rasa ingin terus sama kamu. Dan jawaban aku untuk pacaran no! Tapi kalau untuk menjadi imam mu aku big yes”

Mereka berdua gila, gila karena cinta dan menentang agama. Jihoon yang tidak tahu malu ini mendaratkan pautan bibirnya pada bibir ranum tebal Soonyoung. Saling mengecap dan menukar saliva pada mulut penuh itu hingga menciptakan suara yang mengisi ruangan kamar Jihoon.

“KEBAWAH SEKARANG!!!”

Tak mereka sadari koh hao yang baru saja ingin masuk ke kamar Jihoon terkejut akan perbuatan mereka barusan dan membentak agar mereka turun ke bawah menuju ruang tamu.

What are you doing?


Pada sore yang cerah di singapura, Soonyoung dan Jihoon memutuskan untuk pergi memanjakan mata mereka menyusuri daerah tersebut sambil melihat indahnya langit sore bersama.

Berjalan-jalan masuki kawasan universal studio sambil berswafoto, melihat air mancur yang keluar pada tugu singa yang menjadi icon negara ini hingga mereka menyempatkan untuk mencicipi jajanan kaki lima dipinggiran kota.

“Jihoon!, Aaaaaa~...”

Yang di panggil membuka mulutnya lebar seperti anak kecil yang menunggu suapan sayang dari sang ibunda. Yang menyuapi pun ikut senang melihat lahapnya si kecil hybridnya ini.

“Belopotan yah makannya haha”

“Nggak kok, soonyoung aja yang gak bisa nyuapin jihoon”

Suara kekehan kencang Soonyoung pecah karena tingkah lucu hybrid yang sudah bisa menjahilinya.

“Soonyoung, jihoon boleh makan itu ga?”

Apakah Soonyoung bisa menolak permintaannya? Tentu saja tidak, karena mata yang bulat dan tangan kecilnya yang menarik ujung kemeja Soonyoung ini tampak amat manis untuk di pandang. Bagaimana bisa ia tak mengabulkan permintaannya.

“Jihoon mau gelato?”

“Iyahh!”

Sorak gembira hybrid itu pun berhasil menghadirkan tawa Soonyoung kembali, Mereka pun menuju gerai gelato diseberang. Soonyoung menanyakan varian rasa apa yang Jihoon inginkan, ternyata ia ingin rasa mint choco dan Soonyoung bergidik aneh dengan seleranya. Tapi demi keinginan sang hybrid maka ia akan membelinya.

“Mint choco gelato one, please!”

“Soonyoung ngomong apa?”

Merasa aneh didengar, Jihoon mencoba menanyai Soonyoung tentang percakapan yang baru saja terjadi.

“Hah Kenapa? Oh!..Mau coba belajar bahasa inggris ga?”

“Mau!! Tapi gimana?”

“Bisa kok tenang mudah, kecill! Haha sini duduk biar aku ajarin”

Soonyoung menarik tangan Jihoon menuju kursi yang disediakan oleh pemilik gerai itu. Lalu mengajari Jihoon cara menggunakan pengungkapan berbahasa inggris pelan-pelan sambil membelai kepalanya sayang. Saat Soonyoung memulai mengajarinya, Jihoon pun membeo perkataan Soonyoung.

“Sir..”

“Sir?”

“I”

“I”

“Love”

“Love?–....bentar kaya pernah dengar kata ini”

“Hahahaha maaf maaf”

Siapa yang tak ingat dengan kalimat tersebut. Iya, itu kalimat yang Soonyoung ajarkan pertama kali kepada Jihoon. Untungnya ia mengingat kalimat tersebut karena Soonyoung sedang menjahilinya.

“Ulang ya” Diterima anggukan oleh Jihoon.

“Sir!”

“Sir”

“One gelato please!”

“Wan jelato pwwissss...!”

Jihoon menyipitkan matanya, merapatkan deretan giginya dengan senyum yang lebar dan jangan lupa tenglengan kepalanya yang membuat orang ingin memasukan dirinya ke dalam karung gemas.

“Jangan gemes gemes! nanti dikasih satu baskom gelatonya ke kamu ih!”

Soonyoung melihat Jihoon bertingkah gemas pun tak sanggup dan merangkul tubuhnya dengan erat. Karena tingkah bayi besar ini ia enggan untuk mengambil gelato mereka yang sudah siap.

“Bentar ya sayang, duduk disini! Aku mau ambil dulu gelato punya kamu”

Jihoon mengangguk dan Soonyoung berlalu pergi mengambil pesanan mereka. Tetapi ada satu hal yang membuat Jihoon lupa pada tihtah yang barusan Soonyoung berikan kepadanya.

Seekor kucing sedang bertengkar dengan anjing di sudut lorong yang berpapasan disebelah kiri Jihoon. Ia penasaran karena ingin menolong saudara sepesiesnya, dan Jihoon pun mengikuti arah pertengkaran mereka.

“Jihoon! Ini gee-... Lah kemana tuh anak?”

Soonyoung pun kehilangan kucingnya dan meninggalkan gelato itu tergeletak di tanah dan berlari mencari Jihoon.

Setelah berkelana mencari Jihoon, akhirnya ia menemukan hybridnya yang kini sedang mengayunkan katananya pada sosok hybrid berwujud anjing dengan menghunuskan bilah katana itu tepat pada jantung sang lawan hybridnya.

Soonyoung berdelik kejut melihat apa yang ia lihat saat ini. Hybrid kucingnya penuh dengan darah yang menciprat di seluruh bajunya, iya baju yang ia kenakan pada saat ia pergi bersama Soonyoung bukan berganti dengan hanbok tradisionalnya.

“J-jiihoon?!”

Deep voice Soonyoung membuat mata Jihoon yang tadinya menukik sekarang menjadi sendu.

“Ah!! Soonyoung?”

Kaget bukan kepalang, ia takut akan dimarahi oleh Soonyoung. Ia mulai melangkah menuju Jihoon, namun kucing itu melangkah mundur dan berteriak agar berhenti mendekatinya.

“JANGAN!– Jangan Soonyoung, Ji-jihoon penuh darah”

“Ji?!...”

Soonyoung terus mendekatinya dengan melangkah maju, namun saat jarak mereka sudah setengah meter Jihoon mengeluatkan katana dan menempatkannya tepat pada leher Soonyoung dengan kilat.

Zzzingg!!

“Berhenti disana!”

Suara dalam Jihoon keluar, ini bukan hybrid lucunya. Watak asli Jihoon sedang muncul saat ini dan dia bukan lawan Soonyoung ataupun milik Soonyoung.

“Tinggalkan aku sendiri. Ku mohon”

Dengan meneguk liurnya dengan susah payah menuju tenggorokan, Soonyoung pun meninggalkannya dan menuju ke hotel tempat mereka menginap.

praangg!!

Jihoon menjatuhkan katana dan meringkuk memeluk kedua lututnya dengan pecahnya tangisan di dalam sana.

“INI BUKAN TEMPAT KU!!! KENAPAAAA!!!”


Tok!..Tok!..Tok!..

Saat membuka pintu kamar hotel mereka, Soonyoung bisa melihat Tubuh mungil Jihoon yang masih banyak bercak darah disana.

Jihoon maju, merentangkan tangannya menuju Soonyoung yang bertujuan untuk memeluknya. Namun masternya ini melangkah mundur dan enggan membalas pelukannya.

“Hiks...maafkan Jihoon soon..hiks”

Tak tega, ia pun akhirnya merengkuh tubuh mungil hybridnya yang sedang menangis didepannya. Membelai lembut surainya, mencium pucuk kepada sebagai afeksi darinya walaupun bau dari noda darah bisa ia cium saat ini.

“Mandi ya?” ucap Soonyoung dan diterima anggukan oleh Jihoon.

Berselang beberapa menit, Jihoon pun selesai bebersih. Soonyoung yang melihat tubuh mungil yang memakai kemeja oversize yang kemarin ia pakai mengetat di badan Jihoon pun nampak aneh.

“Jihoon?! Kamu kok ciut gitu?”

”...”

Tak ada jawaban dari yang kecil. Soonyoungpun menghampirinya dan membawa duduk di ujung kasur.

“Duduk sini!”

Jihoon mengangguk dan benar, Soonyoung baru saja mengambil kotak p3k yang selalu ia bawa saat bepergian. Melihay banyaknya goresan yang dalak dan yang ringan, maka dari itu ia mencoba mengobati hybrid kesayangannya ini.

“Awsss! Sa-kit” melihat ada bendungan air Soonyoung pun membuka baju Jihoon dan benar, luka jahitan yang belun sembuh seminggu kemarin sudah terbuka kembali.

Soonyoung dengan pelan menidurkan Jihoon dan membarinya suntikan bius agar meredakan sakit saat Soonyoung kembali merapikan jaitannya.

Setelah selesai disana, Soonyoung mulai mengolis salap dan juga obat luka pada bagian luka ringan. Tak sadar lagi karena keasikan mengurus tubuh si putih yang penuh luka ini, Jihoonpun terlelap karena sentuhan khawatir dari Soonyoung.

Sang empu hybrid ini terkekeh gemas melihat sang hybridnya yang sudah tertidur pulas. Namun, mengganjalkan jikala ia sudah kembali sadar dengan apa yang ia lihat saat ini.

Tubuh Jihoon tingginya mneyusut berkuran 30cm. Bisa dibilang tubuh Jihoon sama tingginya dengan anak smp, kecil, mungil dan lucu. Wajahnya masih tetap sama, namun proporsi tubuh primanya hilang. Bisep yang kekar itu hilang dan juga kotak-kotak diperutnya.

Soonyoung merasa tidak apa-apa Jihoon seperti ini agar Jihoon memiliki tubuh ideal yang ringan untuk ia bawa. Tetap saja naluri Soonyoung ingin sekali mengetahui ada apa dengan hybridnya ini.


[Masih dengan sambungan telepon kepada Seokmin]

“Gitu seok ceritanya. Itu btw kenapa sih?”

“Jujur sama gue bang, dia ngapain?”

“hemm...anu itu loh, dia ngelawan hybrid anjing”

“nah itu, dia salah lawan bang. Ga seharusnya dia bunuh yang bukan klan lawan yang sebenarnya”

“Bisa gitu ya?”

“bisalah kan buktinya ada”

“Jadi gimana tuh caranya?”

“ga ada cara bang, Jihoon juga udah jadi manusia setengah hybrid jadi dia juga ga punya aroma hybrid kucing lagi karena udah nyerang lawan yang salah. Maybe lu udah bisa pulang lagi ke indo bang, karena disini udah aman juga terus Jihoonnya juga ga bisa di kenal sama hybrid lain”

“akhirnya~, oke seok besok gue pulang ke indo”

“oke bang besok gue ke apart lo deh mampi”

“sip”

-call end.

Alasan


Ting! Tong!

“Asalamualaikum! Soon-yoooouung~....! Assalamualaikum!”

Jihoon udah sampai dirumah Soonyoung dan ga lama tuan rumah buka pintu buat suruh tamunya masuk

“Waalaikumsalam,mari masuk haha”

“Kenapa lo ketawa?”

“Lucu tau manggilnya pake irama haha”

“Suka-suka lah”

“Haha iya deh”

Maafkan Jihoon yang ga kurang sopan ini sehingga kalian nanti akan terbiasa dengan sifatnya yang judes dan juga misterius ini.

Sekarang Jihoon udah masuk kerumahnya dan ternyata langsung lurus masuk kamar. Hadeh~ anak siapa sih ini?. Soonyoung padahal udah duduk di kursi ruang tamu, tapi tamunya malah nyongsor ke kamar jadi ya udah turutin aja dah tamu liar satu ini.

“Kasur lu empuk ya-akhhh adeh saket!”

Hemm..karma ga sopan pantatnya sakit, untung ga kerlap kerlip.

“Eh?! Kenapa?”

“Pantat gue sakit gegara jatoh”

“Lah ini kenapa ada darah kering di kening”

“Eh?! Serius pala gue bocor?!”

Palanya bocor. Eh- maksudnya kepalanya cuman luka tapi syoknya minta ampun kek mau diamputasi.

“Haha ngga bocor Jihoon, cuman kegores dikit deh kayanya. Bentar aku ambil salep sama obat merah dulu”

Lihat lah bund, bisa ae si bocil tahan tangan anak sholeh kita sambil beradu tatap kaya di sinetron sctv.

“Jangan gue udah beli tau! Sini gue pasangin ke kaki lo”

Oh iya, kita lupa dengan kaki Soonyoung yang juga luka karena cekeran pulang dari masjid agung ke rumahnya yang jaraknya 1km dari rumahnya.

“Eh! Eh! Jihoon kenapa? Kaki aku eh?!”

“shhh~Diem! Jangan bergerak atau gue slepet pala lo pake sendal nih!”

Biadap ya permirsah, ga ada sopan sopannya. Tapi misi tetap jalan, namanya suka ya di kejar kalo ga ya diculik.

“Sendal aku itu”

Iya sendalnya yang di culik. Ga tau dah Jihoon suka sendal apa orangnya.

“Ya tetap aja”

“Haha lucu”

“Hah?”

“Ga ada”

Jujurly, sebenarnya dia denger tapi pura-pura budeg aja.

“Dah siap”

“Makasih ya, sekarang gantian sini deketan biat bisa lihat lukanya sedalam-”

Tau ga kenapa dialognya kepotong?, soalnya nih bocil senderin palanya ke bahu Soonyoung, katanya dalam hati “biar kelihatan lukanya sedalam apa, Apa sedalam cinta ku kepadamu?.” Halah bau.

“Ji, deket banget”

“Cepetan aja ih”

Kok maksa bapak ini?

“Btw harum ya lo, pake deodoran apa sih?”

“Aku pake nivea men”

Sempet-sempetnya nih bocil kampret nanyain deodoran. Bingung dah ngedeskripsiin posisinya dimana sekarang, ntah hidungnya di ketiak soonyoung tapi palanya di bahu. Terserah dah suka-suka Jihoon.

“Lah di jabanin lagi males”

“Kan kamu tanya aku jawab”

Bener tuh Soonyoung, selip aja udah dia bandel.

“Ga tau lo polos banget emang”

“Hahah iya deh terserah Jihoon”

Jawaban Soonyoung adalah jawaban kita semua permirsah.

“Hah...”

Jihoon ngeluh karena lukanya udah di obatin. Biasa caper padahal belum kenalan.

“Udah selesai nih, jangan tidur di bahu aku. tidur pake bantal aja sana”

Bagus Soonyoung tidur tuh pake bantal bukan pake bahu.

“Yah gagal caper”

“Hahaha Jihoon Jihoon. Mau makan ga? Aku belum makan siang soalnya”

“Lanjut, gue udah makan tadi sebelum kesini”

“Yaudah aku makan dulu ya, kamu baringan aja di situ gapapa”

“Makan disini aja biar kita ngobrol, gue pen deket sama lo”

“Ah?–...oke”

Entah siapa yang tuan rumah diantara dua orang ini entah siapa juga yang tamunya. Ni Jihoon seenek jidatnya aja baringan sambil numpuin pala pake tangannya suruh Soonyoung makan di dalam kamar, Soonyoung nya juga mau lagi. Ciri-ciri akan bulol maklumin yah.

“Soon”

“Iyaa? Dalem?”

Btw Soonyoung baru selangkah jalan ye Jihoon.

“Jangan lama lama!”

“Hahaha iya, bentar juga kedapur deket loh”

“Oke”

“Ada-ada aja”

Kata Jihoon, sengaja buat reader kepanasan terus kesel ngiri sama dia ga bisa gituin Soonyoung yang alim ini.

Soonyoung udah balik lagi kekamarnya, terus duduk dibersila dilantai dan Jihoon yang duduk disebelahnya makan ciki bungkus gede di samping Soonyoung sambil nonton tv di kamar.

“Soon, lo tinggal sendiri?”

“Ga kok, ini rumah orang tua aku cuman mereka lagi dinas di kalimantan jadi aku tinggal sendirian disini”

“Sama aja kan yak?”

“Cuman mau nyampein lebih kronologis aja hehe”

Soonyoung orangnya detail, iya detail biar ga ditanyain lagi sama Jihoon.

“Kerja?”

“Iya kerja”

“Dimana?”

“Deket thamrin”

“Lah searah dong”

“Besok besok yuk barengan”

“Ini sih yang gue tunggu, hayuk gas ngengg”

Mencari kesempatan dalam kesempitan yang ternyata dilapangkan oleh seseorang. Dah lah capek sama nih orang berdua.

“Hahaha lucu”

“Lucu mulu dari tadi, gue ga badut wei”

Merasa terpanggil? Iya saya juga. Tapi memang mereka berdua juga badut.

“Iya deh, aku ke luar mau cuci piring sebentar”

“Gue mau pulang, yuk barengan”

“Kok pulang?”

“Kan bisa sambung di chat ayy ceritanya haha”

“Ayy?”

“Eh itu ya pokoknya gue pulang ya”

Ayy? Baru kenal udah manggil ayy, Jihoon sadar. disebelah malaikat rawib atip lagi ketawain lu. Pdkt dulu baru manggil ayy.

“Bentar aku taroh ini piring dulu”

“Oke”

Sekarang Jihoon udah engkol motornya dan udah masuk gigi 3 biar nanti abis salam dia langsung cross.

“Soon pulang ya?!”

“Iya makasih udah antar sendalnya”

“hahaha Iya sama sama, maaf gue tadi bawa sendal lo”

Sebenarnya Soonyoung mau bawa kasus ini ke polres tapi ga jadi lihat orang yang ngambilnya gemes kek pentol.

“Iya gapapa, Btw kenapa bawa motor?”

“Panas takut item”

Sok-sok item, kemaren main volly di pantai ga pake kutang aja bangga.

“Haha bisa aja ih, hati-hati ya”

“Hemm, soon!”

Ape lagi nih?

“Iya Jihoon?”

“Follow gue di twt ya”

“Iya nanti aku follow”

“Sekarang!”

“Iyaya”

Maksa ya anda.

“Balik dulu ya, assalamualaikum”.

“Waalaikumsalam”

Nah bener, dia langsung cabut pake kecepatan 60km/h. Maklum anak motor abg abal-abal mau nyobain rasa gesekan aspal.

sampai dirumah jangan tanya Soonyoung langsung duduk, tentu saja tidak. Baru setengah pantatnya turun mau nyentuh kasur aja hpnya langsung bunyi. Ya siapa lagi kalo bukan Jihoon.

Wedding Day💐 -this a wonderfull day of SoonHoon and SoonHoon-ist 🕊


Suara orkestra dan ramainya para tamu undangan mengiringi kedua calon mempelai memasuki area acara pengikatan janji suci antara Kwon Soonyoung Dan Lee Jihoon.

Kedua pria dewasa itu telah berdiri tegap di atas podium dengan setelan kemeja putih yang senada dengan dekorasi pernikahan mereka.

Pastor yang mendampingi dan yang akan meresmikan pernikahan mereka berdiri di antara tengah berhadapan dengan mereka.

Terlihat dua pasang cincin emas putih bernilai dua emas di setiap karatnya terletak di depan mereka berdampingan dengan satu bukcet bunga disana.

Sang pastor memimpin dengan siraman rohani sebelum acara pengucapan janji dimulai.

“Diminta agar seluruh audience, untuk tenang selama proses pengucapan janji. Silahkan kepada Saudara ku Kwon Soonyoung untuk mengucapkan janji kepada calon suami mu”.

Semua orang mendengar dan mengikuti proses acara secara khusyuk.

“Lee Jihoon, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus.”

Genangan air sudah berada di pelupuk mata sang mempelai bertubuh kecil ini. Dengan tubuh yang bergetar dan hati yang tenang ia memulai pengucapan janjinya kepada calon suaminya itu.

“Kwon Soonyoung...., aku menerima engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus.”

Semua orang bergembira, mendengar prosesi acara pernikahan yang berlangsung dengan lancar.

“Kedua anak cucu adam kita telah mengikat janji satu sama lain. Semoga kalian menjadi keluarga yang diberkati oleh tuhan yang maha esa. Amiin”

Penuh kasih dan cinta, Kwon Soonyoung dan Lee Jihoon telah resmi menjadi sepasang suami yang akan memadu kasih di dalam satu kehidupan rumah tangga yang diberkati tuhan.

“Kepada kedua mempelai agar segera memasang cincin pernikahan dan silahkan para tamu undangan untuk memberi tepuk tangan yang meriah”

Dua jari manis itu telah di pasang dengan cincin yang berataskan dasar cinta. Kedua mempelai saling menaut ranum bibir pasangannya didepan seluruh tamu undangan.

Penuh sorak sorai yang memeriahkan aksi umun mereka. Duka cita membalut disana, hari ini moment yang paling dinantikan semua orang maupun juga dengan kedua orang tua mereka.

Tak meninggalkan adat acara bermaaf-maafan kepada orang tua berlangsung hikmat kembali.

Tumpahnya air mata mengaburkan netra, suara tangis didepan orang tua sebagai tanda berbaktinya anak tersebut dan enggan untuk berpisah.

Namun cinta berkata lain dan mengatukannya dengan sang kekasih membangun rumah tangganya sendiri.

“Silahkan para tamu undangan yang melajang diharapkan berkumpul haha.. Kak mingyu sama kak wonwoo dilarang ya! Bang seungcheol juga sama kak han awas aja!”

Apakah kalian kenal dia?, Siapa lagi kalo bukan suara mc kesayangan mereka Boo Seungkwan yang sedari tadi memimpin prosesi acara pernikahan Soonyoung dan Jihoon.

Para penggemar, kolega, dan sanak saudara mulai berbondongan menuju tempat pelemparan bucket bunga.

Kedua pasangan itu tampak gembira. Air muka bahagia tergambarkan di sana. Suara tawa menghiasi area acara prosesi dan dalam hitungan ke tiga mereka melempar bukcet bunga itu kearah belakang agar hadirin yang datang berhasil menangkap bukcet bunga itu.

“Gue dapat! Gue dapat aw!!!!”

Ada yang mengatakan bahwa siapa yang mendapatkan atau berhasil menangkap karangan bunga yang dilempar oleh kedua mempelai, maka sebentar lagi dia akan mendapatkan Jodohnya dan akan segera menyusul pengantin baru ini dalam waktu dekat.

Siapa yang menyangka, yang berhasil mendapatkan bucket bunga itu adalah pasangan seokmin dan Jisoo. Keduanya menangkap secara bersamaan dengan tangan yang saling bertautan saat menangkapnya.

Suasana kembali ramai, dengan tepukan tangan para undangan acara pernikahan itu berjalan lancar.

Acara terakhir di ikuti dengan pelepasan dua ekor merpati putih yang di lepaskan oleh kedua mempelai.

Suasana harmonis dan manis ini mereka momenkan bersama-sama. Dengan diramaikan oleh SoonHoonist dan Juga teman mereka.

Lihat lah siapa yang menari dan menyanyi disana. Seokmin, Seungkwan dan Dino terus-menerus dan tak ingin lari dari band yang mereka sediakan.

Lagu ballad dan trot ikut memeriahkan Momen satu hari yang diselenggarakan sekali seumur hidup mereka.

Kini Soonyoung dan Jihoon menjadi sepasang suami yang berbahagia.


Happy wedding 💐🕊

Purple Teddy Bear


“Yuk jalan!”

Suara sapa halus Jihoon masuk ke lorong telinga Soonyoung dan hampir saja ia di buat terkejut akan kehadiran yang sangat tiba-tiba dari sang empu pemilik rumah tempat ia berparkir ini.

“Sini aku bantu naik”

Soonyoung turun dari motornya dan mengangkat tubuh kecil Jihoon untuk membantu ia naik ke atas motor yang tinggi milik Soonyoung.

Jihoon memegang erat pundak Soonyoung saat ia mengangkat tubuhnya. Setelah berhasil menempatkan Jihoon di kursi penumpang belakang, Soonyoung pun naik di bangku pengendara.

Jangan heran, ini adalah kegiatan mereka setiap ingin jalan-jalan menggunakan motor ninja milik soonyoung.

Sudah tau yang ia bawa tingginya hampir setara dengan jok motornya tapi ia masih saja keras kepala ingin membawa kendaraan roda dua itu.

Untung lah Jihoon tak banyak protes dan tak masalah jika tubuhnya di angkat oleh Soonyoung setiap kali ingin jalan-jalan dengan kuda bajanya itu, karena pemiliknya adalah seseorang yang ia kagumi juga secara diam-diam.

Mereka pun berangkat menuju kampus dan di sela perjalanan, Jihoon memeluk Soonyoung dari belakang guna untuk memegang kuat agar tidak jatuh dari motor. yang di peluk juga merasa aman jika sang penumpang menopang kokoh pada tubuhnya.

Memang denial, mereka berdua ini saling suka namun menutupi perasaan mereka satu sama lain dengan berdasarkan tumpuan pertemanan mereka.

Sesampainya di kampus, Jihoon kembali diangkat oleh Soonyoung untuk turun dari motornya.

Bagaimana pandangan orang sekitar tentang mereka? Haha, itu sudah biasa bagi masyarakat kampus ini. Mereka semua sudah mrnganggap kedua dari mereka sudah menjalin hubungan. Tapi kenyataannya, mereka hanya menganggap teman satu sama lain tapi memiliki rasa, hanya perasaan dan cinta yang di tutupi oleh rasa ragu untuk memulainya.

Mereka sudah menyusuri pasar loak bersama. Bergandengan tangan seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah berkencan di festival tahunan kampus.

Menyusuri beberapa stand untuk melihat-lihat. Hingga akhirnya Jihoon menarik Soonyoung agar berhenti di salah satu stand milik fakultas seni.

“Soon! Soon! Kita ke sini yuk!? Ada boneka gede banget, aku mau!”

Dengan mata yang berbinar ia meminta soonyoung agar berhenti di stand itu seperti seorang anak kecil yang meminta di belikan permen.

“Boleh ya? Hemmm?” tanyanya lagi

“Haha gemes banget. Boleh kok Ji.., yuk!”

Soonyoung yang melihat gemas dan iba pun mengacak lembut pucuk kepala Jihoon dan membimbingnya menuju stand tersebut.

Di stand itu, syarat permainan menginginkan boneka teddy besar ini harus menembak seluruh piramid kaleng hingga rata. Jika yang terjatuh hanya setengah maka akan mendapatkan teddy Yang ukuran medium.

“Aku mau satu yang gede warna ungu!”

“Oke, lihat ya!”

Soonyoung mengambil ancang-ancang seperti seorang penembak jitu. Ia menarik pelatuknya dengan intens menuju tatget yang telah ia sasarkan dan FYI, (Soonyoung Adalah anak dari Militer Angkatan Darat.)

Jadi jangan heran kalau proporsi tubuh, skil dan tenaganya bisa dibilang boleh di uji untuk soal sekecil ini dan juga Soonyoung termasuk dalam list tipe pacar idaman di kampusnya.

Jihoon bercita-cita ingin mempunyai pacar tentara namun ia malah mendapatkan Soonyoung yang vibenya mirip dengan tentara naumn ia belajar di fakultas kedokteran. Tak apa-apa, Soonyoung sudah masuk dalam list pacarnya.

Kini Soonyoung menantang dirinya sendiri dengan memompa pelatuk sebanyak 3 kali dan peluru itu siap menembak 3 piramid kaleng tersebut dengan kilat.

Ping! Ping! Ping!

Suara peluru dan juga kaleng terdengar nyaring. Seluruh orang yang menonton bertepuk tangan, Jihoon yang dari awal sudah menemani Soonyoung pun ikut tercengang oleh aksi Trippel Killnya.

“Soon?..... K-kamu DAPAT TIGAA IHHH!!!!SENENG BANGETT!!!”

Jihoon dengan sangat excited pun dengan cepat menghamburkan tubuhnya mendarat pada pelukan Soonyoung. Yang dipeluk hanya terkaget terbelalak oleh sikap tiba-tiba Jihoon ini dan tak lupa tangannya dengan inisiatif membalas pelukan Jihoon.

“J-jihoon?”

“Soon! Kamu berhasil huwaa!”

“Haha makasih, ini bonekanya 3”

ucap penjaga stand yang sedang mengulurkan tangannya untuk memberi ke tiga boneka beruang besar itu.

“Hiks.., makasih Soonyoung. Akhirnya aku punya teddy bear. Mana dapet sekali tiga sekaligus lagi haha. Makasih banyak ya Soonyoung” cup!..

Jihoon dengan muka gemasnya berterima kasih kepada Soonyoung dan menyambar bibir tebal ranum milik yang tinggi sebentar.

“Ji.., k-kamu ngapain?”

Yang di tanya hanya menyembunyikan tubuhnya di belakang teddy bear hasil tembakan Soonyoung.

“A-aku cuman mau t-terima kasih aja kok”

Semakin malu, semakin ia menulusupkan wajahnya pada bulu halus boneka raksasa itu.

Soonyoung sadar bahwa aksi yang Jihoon lakukan tadi adalah aksi umum yang secara tak sengajs di lakukan pada keramaian.

Ia meraih tangan Jihoon bersama dengan tiga boneka besar beruang yang ia genggam satu dan di kukung Soonyoung dua. Mereka sekarang sedang menuju rooftop garden di atas gedung kampus mereka.

Untungnya suasana di rooftop garden ini menyesuaikan dengan apa yang sedang Soonyoung rencanakan.

Ia pun menarik tubuh Jihoon agar bisa mendekat beberapa senti darinya karena ada penghalang ditengah mereka.

Ya benar, bayi teddy bear besar ungu tadi masih Jihoon pegang erat dan medistancing jarak antara mereka berdua saat ini.

“Jihoon... Kamu tau ga apa yang barusan kamu lakuin? Di depan umum loh?.”

Jihoon semakin menarik teddy bear ungunya hingga ketengah hidungnya dan hanya menampakan dua manik hitamnya saja.

“Tau soon, tau!. Jihoon tau, Jihoon salah”

Si kecil menundukan kepalanya karena benar yang ia lakukan salah, dan kesalahan tersebut tidak seharusnya ia lakukan di depan umum.

Soonyoung berjalan melangkah dengan gerakan maju hingga berhasil memojokan Jihoon di tembok belakangnya.

Soonyoung menahan Jihoon dengan kuncian tangan disisi badan pria mungil didepannya. Dan tentu saja sang dominan hanya bisa bersembunyi di balik besarnya ukuran teddy bear yang masih ia kukung erat.

“Siapa yang bilang salah?”

“Lho? Gak ya? T-terus kenapa Soonyoung marah sama Jihoon?”

“Siapa yang marah sama Jihoon?”

Wajah Soonyoung mendekat, mengikis jarak diantara mereka. Jihoon dengan antusias menutup matanya dan apa yang ia peroleh?

Bukan tamparan atau pun kekerasan lainnya tapi..

Cup

Sebuah kecupan kening mendarat pada dahi Jihoon. Yang di kecup menimbulkan warna semi merah pada pipi gembilnya hingga ia harus menelungsupkan kembali wajahnya disana karena malu.

Soonyoung yang melihat hanya terkekeh gemas. sekarang ia pun menarik boneka besar menuju dibawah dagunya.

Soonyoung kembali mendekatkan wajahnya pada wajah mungil Jihoon. Ia menatap manik hitamnya yang berbinar, terlihat ada kecemasan disana.

“Soon.., kamu mau ngapain? Jangan hukum aku?! Plisss!”

“Hahahaha ga Jihoon, aku ga hukum kamu kok. Tapi benar untuk tadi aku ga bakalan kasih ampun untuk kamu”

bruk

Tangan Soonyoung kembali menempel pada dinding ruang rooftop garden itu.

Ia mengecup dahi teddy bear yang dibelakangnya adalah bibir gumpal Jihoon dan setelah mengecup singkat, Jihoon pun kebingungan. kini Soonyoung melontarkan satu pertanyaan untuknya.

“Jihoon, kamu tau gak kenapa aku malah cium kening teddy bearnya kebanding cium kamu balik?”

Jihoon menggeleng tak tahu, ia pun kembali menanyakan alasan tersebut kepada Soonyoung.

“Ga tau, kenapa tuh?”

“Karena aku belum bisa jadi hak milik bibir kamu makanya aku cium kening teddy bearnya aja, toh di belakangnya bibir kamu kan? Haha”

“Lah kok gitu? Terus aku tadi gimana dong? Aku salah ya tadi duh lupa”

Jihoon menepuk jidatnya yang berhasil dihalang oleh Soonyoung agar tepisan Jihoon tak mengenai kulit dahinya.

“Sakit tau, jangan di tampar jidatnya!”

“Aku bingung Soon! Aku bingung gimana caranya kamu bisa cium aku balik?”

Sungguh tiba-tiba, tentu saja pertanyaan polos Jihoon ini menguji adrenalin Soonyoung agar terus maju selangkah lagi untuk mendapatkan orang yang di cap sebagai crushnya ini. Untung-untung Jihoon sudah menggelar karpet merah untuk menuju pada pintu hatinya.

“Caranya...cuman satu”

“Apa tuh?”

“Mau gak jadi pacar aku?”

Netra Jihoon melebar, seakan pertanyaan mendadak ini menusuk jantungnya hingga berhasil memberi tahta untuk Soonyoung masuk kedalam hatinya.

Jihoon tanpa ragu menarik kerah baju Soonyoung dan membuang boneka teddy besar itu asal.

Ia tarik kembali kerah Soonyoung agar sejajar dengan tubuhnya yang mungil. Menyapa tautan bibirnya dengan bibir ranum tebal Soonyoung, melumat halus bibir sang submitif dengan pelan hingga ia membuka aksesnya untuk menyapa seluruh isi didalam.

Saling bertarung lidah hingga sang dominan kehabisan nafas membuat ciuman itu terhenti.

Benang saliva yang masih menyatu di ujung bibir mereka terlihat dan membuat Soonyoung ingin mengecup bibir Jihoon kembali.

Ciuman singkat hanya sekedar menyeruput sisa saliva disana dengan lembut membuat wajah Jihoon merona masak seperti tomat masak.

“Jadi kita pacaran?”. Tanya Soonyoung sambil menyeka dan membersihkan di area sekitar mulut Jihoon kembali.

“Hmm! pacaran!. Makasih sayang bonekanya aku suka”

“Haha jadi makasih karena boneka doang nih?”

“Ih! gak dong!, kan udah jadi pacar juga. jadi makasih banyak udah nembak aku jadi pacar kamu.”

Soonyoung dengan gemas memeluk kekasih barunya dengan erat. Mengangkat tubuhnya dan mengukung tinggi tubuh mungil Jihoon.

Dengan berputar arah jarum jam, mereka berselebrasi atas pernyataan cinta mereka.

Jika bukan karena teddy bear besar itu, mungkin mereka tak akan pernah menjadi sepasang kekasih.

Bisa jadi saja mereka akan pacaran tanpa adanya teddy bear ini, hanya waktunya saja yang berbeda dan caranya juga berbeda.

Kissing Day


Saat ia tahu kekasihnya itu tengah berada di studio miliknya, Soonyoung yang dari lobby pun menuju lift yang menuju ke lantai atas tepat dimana Jihoon berada.

Terus menekan tombol menuju ke lantai atas dengan tergesa, karena ia sangat merindukan calon suaminya itu. sudah seminggu berlalu semenjak kantor agensi mereka dikabarkan ada seorang staff yang terkontaminasi virus. jadi seluruh karyawan termasuk artis melakukan isolasi mandiri di rumah. Jihoon dan Soonyoung yang serumah pun juga ikut melakukan isolasi dan berjauhan selama seminggu.

Kini pintu lift telah terbuka, ia langsung lari berhamburan menuju studio dimana tempat ia memproduksi lagu. tepat sebelum ia berada didepan pintu ruangan kerjanya, Jihoon berjalan kearah Soonyoung sambil menampakan senyum teduhnya.

Soonyoung dengan tergesa lagi menarik tangan Jihoon asal dan mereka masuk diruangan rapat agensi. Karena Soonyoung merasa ada seseorang selain mereka berada di lorong tadi dan terus mencurigai mereka.

Mengatur nafas karena serangan panik mendadak mereka sambil menyenderkan kepala satu sama lain dan tertawa sebentar karena dirasa kejadian tadi sangat lucu.

“I love you”

“I love you too Soonyoung”

“I miss u”

“Me too”

Soonyoung pun mengiring tubuh Jihoon kedalam pelukan hangatnya. Kalimat seruan rindu terua diracau oleh Soonyoung dan di sambut lembut oleh Jihoon.

Bucin memang, rasa egois mereka untuk memiliki terhadap satu sama lain memang besar hingga membutakan mereka sendiri. Soonyoung mencium puncak kepala Jihoon sebelum mendorong tubuhnya pelan agar bisa beradu tatap dengan netranya.

“Sayang, kamu tau ga hari ini tanggal betapa?” ucap Soonyoung kepada Jihoon.

“Hmmm..selasa(?)”

“Iya bener sih cuman, hari ini ada peringatan kaya hari apa gituu?”

Soonyoung tetap memancing Jihoon agar mengingat ada event apa pada hari ini. Jihoon masih berfikir keras hingga ia pusing dan lelah untuk memikirkan ada apa hari ini.

“Today is kissing day, babe!. How you can remember? Ahh aku kecewa” dengan wajahnya yang kecewa akibat sang dominan tak tau ada apa dengan hari ini, Soonyoung menunduk dan memajukan bibirnya kesal.

Jihoon yang menatao gemas pun dengan cepat menyambar bibir ranum tebal milik Soonyoung dengan singkat.

“Happy kissing day honey! Gimana aku bisa ga tau hari ini? Aku tau! Dari pagi tadi juga aku tau yang haha”

Jihoon tertawa hingga menyandarkan kepalanya kepada bahu Soonyoung. Sang empu bahu hanya menatap Jihoon kesal yang sedang tertawa padanya.

Soonyoung pun menangkup wajah mungil Jihoon lalu melahap bibirnya dengan ganas. Seperti tergesa dan seperti tak ada hari esok, ia menautkan bibirnya dan bibir Jihoon dengan cumbuan panas. Soonyoung menggigit bibir bawah Jihoon guna membuka akses agar lidahnya dan lidah jihoon bisa bergulat di dalam sana. Sesekali menyapa deretan isinya dan membuat Jihoon tersedak.

Setelah membari jeda agar Jihoon bernafas, Soonyoung kembali menautkan gumpalan merah muda mereka yang sudah membengkak itu. Saling bertukar saliva dan menumpahkannya dengan sengaja agar mengalir di perbatangan leher masing-masing.

Kini Soonyoung beraksi di bagian aliran saliva Jihoon mengalir. Dikecup dan sesekali dihisap guna meninggalkan tanda kepemilikannya disana.

Jihoon mendesis dan menepuk pundak Soonyoung pelan yang bertujuan agar berhenti melakukan aktifitanya disana.

“Sayang! Ih! Bandel ya!. Kita masih kerja, jangan gila disini deh ih!” Jihoon kesal dan Soonyoung dengan gemas hanya tertawa sambil mengusap bibirnya guna menghapus bekas saliva yang masih tertinggal.

Kemudian ia angkat tubuh mungil Jihoon duduk di atas meja rapat. Ia arahkan tangan kekasihnya agar mengalung di lehernya. Tangannya menumpu pada pinggang ramping Jihoon guna menahannya agar tak jatuh.

“Aku gila, aku udah gila karena udah cinta sama kamu. Makanya aku gila”

Jihoon yang mendengar kalimat tersebut terkekeh kegelian. Ia menangkup wajah Soonyoung kembali dan menyatukan batang hidung mereka kemudian diarahkan ke kanan dan ke kiri karena ia gemas melihat tingkah Soonyoung ini.

“Lebay~, aku juga tau kalo itu. Kamu kenapa sih tadi chat aku?”

“Ya aku mau ngelakuin ini”

“Ini doang?”

Sebetulnya bukan ini saja tujuan Soonyoung ingin bertemu Jihoon. Tetapi ada sesuatu hal yang akan ia beri tahu kepada calon suaminya ini.

“Jihoon kayanya kita bisa ketemu orang tua aku deh” ucapnya datar dan membuat jihoon gelisah.

“Lah? Kenapa?”

Soonyoung terdiam sebentar sambil memutarkan tubuhnya dan kembali merangkul pinggang Jihoon.

“Ehmm...ssss itu loh. Merekaa...”

Jihoon mengangkat alisnya dan menunggu kelanjutan kalimat dari Soonyoung.

“Mereka yang bakal TEMUIN KITA KESINI YEAYY!!!”

“Beneran?!”

Soonyoung mengangguk kuat dan diikuti suara teriakan dari Jihoon yang langsung menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Soonyoung. Sang empu tentu saja membalas pelukan sang kekasih, merekapun berencana setelah pulang dari bekerja untuk mencari baju yang akan dikenakan mereka esok hari pada acara makan malam pertemuan keluarga.

SCENE 4


Tubuh ringkih Jihoon tergeletak tak berdaya diatas kasur berukuran king size milik Soonyoung. Beberapa luka dan lebam terlihat sangat kontras pada tubuh putih susunya.

Dari ujung kepala hingga kaki tak ada bagian yang luput dari tangan panas Kwon Soonyoung yang semalam diselimuti kemarahannya dan sekarang pelaku yang telah membuat Jihoon sangat berantakan ini -Soonyoung- hanya bisa menatap nanar tubuh pujaan hatinya.

Kepala Soonyoung masih terasa berputar efek mabuknya belum hilang dan juga ia baru tertidur 30 menit setelah malam panas itu berlangsung. Ia masih pusing memang tapi kesadarannya kini sudah terkumpul. Yaa, ia baru sadar jika perlakuannya pada Jihoon sedikit berlebihan.

“Jihoon-a, sakit banget ya? Maafin aku ya. Aku kasar banget ya sama kamu?, tidur yang nyenyak yaa~.”

Soonyoung mengelus puncak kepala lelaki manis disampingnya. Mukanya sangat damai, bibirnya terkadang mengerucut gemas. Jihoon benar terlihat seperti bayi yang tengah tertidur pulas. Soonyoung pun tak tahan untuk tidak mengecup bibir merah Jihoon yang masih terlihat membengkak.

Nafas Jihoon terdengar teratur membuat Soonyoung tak tega untuk membangunkannya, sepertinya ia benar-benar kelelahan.

“Aku tinggal ke kamar mandi dulu, love you Ji”

Sekembalinya Soonyoung dari membersihkan tubuhnya, ia juga membawa kain dan air hangat untuk menyeka tubuh Jihoon.

Dia juga membawa salep untuk mengobati luka lebam pada tubuh kesayangannya itu. Dengan begitu telaten, Soonyoung mulai menyeka tubuh Jihoon. Ia sangat berhati-hati agar si manis tidak terbangun dari tidurnya. Tiap inci tubuh Jihoon ia bersihkan, tak luput bagian lubang Jihoon yang penuh dengan spermanya.

Beruntung posisi tubuh Jihoon tengah membelakangi Soonyoung sehingga lelaki itu bisa dengan leluasa membersihkan sisa lelehan spermanya. Setelah dirasa cukup, Soonyoung mulai mengoleskan aftercare balm disekitar anal Jihoon yang membengkak.

“Maaf ya Ji, sakit banget ini ya pasti. Nanti bangun terus dikompres ya. Hiks.. Maafin aku sekali lagi, aku nyesel main kasar semalem”

Berulang kali Soonyoung mengucapkan kata maaf bahkan matanya mulai berair. Ia benar-benar menyesal. Terdengar ringisan kecil dari bibir si manis membuat Soonyoung tersadar, Manik mata Jihoon pun mulai terbuka.

“Eh!..ehh!...perih ya. Aduh maaf ya sayang. Tidur lagi yuk, masih gelap ini. Mau aku puk puk?” Soonyoung langsung beranjak dan memeluk Jihoon. Ia meletakkan lengannya agar Jihoon tidur disana.

“S-soonhh...maaf” ujar Jihoon lirih sambil mulai mendekat ke arah Soonyoung. Ia kembali meringis karena tubuhnya terasa benar benar remuk. Setitik air mata mulai turun dari pelupuk matanya.

“Ssstt... udah sekarang tidur dulu aja. Kita obrolin pas udah terang”

Jihoon hanya mengangguk dan menyamankan posisinya dalam dekapan Soonyoung sedangkan, Soonyoung mengelus pelan punggung Jihoon agar ia cepat terlelap.

Soonyoung kembali menahan tangisnya setelah melihat pujaan hatinya sakit akibat perbuatannya itu.

Cahaya mentari mulai masuk dari celah-celah korden kamar yang belum terbuka. Netra kecil milik Jihoon mulai terbuka. Tangannya meraba kasur disebelahnya, kosong. Soonyoung nya sudah bangun terlebih dulu, setelahnya ia dikejutkan oleh suara seseorang,

“Sayang? Udah bangun?”

Jihoon dapat mendengar jelas suara netral soonyoung telah kembali, ini soonyoungnya bukan harimau gila yang menghukumnya dengan semena-mena tadi.

“Soonyoung? Hikss soooonyoungg huaaaaahaaa..hiks huaaa soonyoung”

Sesaat setelah Jihoon membuka matanya, Jihoon langsung menangis kencang. Soonyoung yang baru saja mengambil sarapan untuk Jihoon terkejut dan reflek menaruh makanan itu ke nakas. Langsung saja ia dekap kekasih mungilnya itu,

“Shhttt..shhtt sayang udah jangan nangis yah, cup cup sayangkuuu. Maafin aku ya udah kasar sama kamu”

Soonyoung memeluknya dan sesekali mengecup puncak kepala Jihoon. Tangis Jihoon kembali pecah dalam pelukan Soonyoung. Bahkan matanya kembali berair, ya rasa bersalah itu kembali memenuhi hatinya.

“Ih! Udah dong jangan nangis lagi ya sayang? Maafin aku yaa”

Soonyoung menautkan bibirnya dan bibir ranum jihoon dengan lembut guna meredakan tangisannya dan juga cegukannya. Sembari bercumbu ia membelai sayang surai empunya. Mengabsen di setiap deretan giginya kemudian lidah yang tengah sibuk bergulat saling menukar saliva dan ciuman itu semakin memanas hingga soonyoung harus mengubah posisinya menjadi berada di atas jihoon.

Masih saling bertatapan, Jihoon mulai membelai pipi dominan yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Soon...maafin aku ya. Maaf karena aku egois, kamu satu-satunya yang ada dihatiku. Aku harap kamu ingat itu” ujar Jihoon lembut yang kemudian disusul dengan kecupan singkat di bibir lembut sang dominan.

Soonyoung hanya tersenyum, ia kembali pada posisi duduk disamping Jihoon. Jihoon pun mulai bangkit dan menghamburkan dirinya ke dekapan prianya.

Soonyoung sudah tidak kuat untuk menahan tangisnya, hingga tak terasa setitik air matanya mengalir begitu saja dan mengenai pipi jihoon yang ada dipelukannya. Jihoon langsung mendongakkan kepalanya, dan benar saja Soonyoung nya tengah menangis.

“Soon, kamu kok nangis?” Yang ditanya hanya mengeratkan pelukannya tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan padanya.

“Ji, kamu tau. Kamu itu terlalu indah tapi apa yang kuperbuat kemarin. Aku buat kamu sakit, aku...a-aku…..” sebelah tangan Soonyoung mengelus pergelangan tangan Jihoon yang masih terlihat merah bekas hukuman yang Soonyoung lakukan semalam. Matanya menatap nanar pergelangan tangan kekasih hatinya.

“Aku minta maaf, maaf karena buat kamu sakit gini. Harusnya aku ga emosi, harusnya aku denger dulu penjelasan kamu. Harusnya aku ga kaya semalem, sekali lagi maafin aku ya sayang” Air mata Soonyoung kembali mengalir, ia merasa sangat bersalah.

Tangan mungil jihoon mulai menggapai wajah soonyoung guna menghapus air matanya yang mengalir dipipi lalu ia mencoba membuat soonyoung tenang.

“Udah soon! Udah! Yang salah disini aku sayang. Maafin aku”

“Aku yang salah jihoon! Aku yang salah. Seharusnya aku ga sekasar ini sama kamu”

Jihoon hanya tersenyum seraya menatap wajah Soonyoung. Soonyoung hanya menunduk, ia bahkan tidak berani untuk menatap Jihoon. Ia sangat menyesal saat ini.

Setengah jam lebih mereka hanya saling diam dan memeluk satu sama lain. Biarlah mereka berpelukan selama yang mereka mau. Mereka berdua pun saling berjanji agar tidak mengulang kesalahan seperti ini lagi.

Mari kita biarkan kedua insan ini menikmati waktu mereka berdua, ya menikmati manisnya kisah mereka setelah pertarungan ego masing-masing yang menyebabkan mereka berdua jatuh ke dalam jurang sakit hati.

SCENE 2


Jihoon sedikit berlari sesaat lift itu berhenti di lantai kamar mereka. Langkah kaki mungilnya menyusuri lorong koridor dengan tergesa hingga ia harus berlari untuk segera sampai menuju dorm dimana kamar kekasihnya yang bermata seperti bulan sabit itu berada.

“Semoga Soonyoung ga marah. Semoga Soonyoung ga marahhhh! ARGH!”

Cuitan kalimat tersebut diulang terus-menerus keluar dari mulutnya yang khawatir akan kemarahan Soonyoung hingga ia tak sadar telah menabrak tanpa sengaja bahu leader grup mereka yang baru saja keluar dari ruang latihan.

Brukk

“Ah! Maap Coups hyung!”

“Eh! Ji!, iya santai gapapa~. Btw dah balik ya?”

Pertanyaan Seungcheol hanya di gubris dengan anggukan oleh Jihoon.

“Ketemu Soonyoung ga hyung?” Tanyanya kepada yang lebih tua.

“Si Soonyoung di kamarnya. Dia pulang duluan tadi, Eh! Bentar.. tapi dia ada bilang sama kita kalau mau pergi ke studio lu? Emang ga kesana ya? Apa tu anak cuman alesan doang?”

Jihoon terdiam, membungkam mulutnya dan Seungcheol tau ada sesuatu yang sedang terjadi diantara mereka berdua.

“Kalian berantem ya? Yaudah sana diselesein. Hyung tinggal dulu ya!, minta maaf baik-baik sama Soonyoung Ji!~”

Seungcheol pun berlalu dan mengusak rambut si manis jihoon. Jihoon yang mendengar kalimat nasehat dari Seungcheol hanya bisa terdiam sambil tersenyum miris.

Siapa yang tahu, entah apa yang akan terjadi setelah ini. Apakah dia akan baik-baik saja atau tidak?.

Di dalam hati gundah gulananya, Jihoon hanya berharap Soonyoung akan memaafkannya tanpa ada kontak fisik sedikitpun dan mereka kembali berbaikan seperti tak pernah terjadi apa-apa.