Sftyme

This So Real


Melihat jihoon yang sudah bangun sambil berjalan menuju ke meja tempatnya sudah sarapan, soonyoung pun memanggilnya untuk duduk sarapan bersama dengannya.

“Sini sayang duduk”

Jihoon langsung duduk dengan berpenampilan acak-acakan sambil mengusap mukanya pelan dengan tangan yang dikepalnya dan membasuhi wajahnya dengan air liurnya.

“Sifat kucingnya ga hilang ya, cuman sifat abis perangnya aja yang ilang ternyata” ucap soonyoung sambil memotong apel dan matanya tertuju bingung kepada jihoon.

“Soon! Hati-hati nanti berdarah”

Untung tangannya tak terpotong dan untungnya juga jihoon sigap menghentikan pergerakan soonyoung.

“Ah! Hahaha maaf maaf aku jadi ga fokus gara kamu”

Jihoon tertawa dan mengambil buah apel dan pisaunya dari soonyoung untuk ia kupas kulinta dan memotong buahnya.

Soonyoung malu karena tingkah bodohnya di perlihatkan di depan jihoon karena beralasankan tak fokus. Ia kembali menyiapkan sarapan mereka berdua yang mana ada roti panggang yang di beri selai kacang dan juga susu uht di dalam gelas.

Jihoon masih mengumpulkan nyawanya sambil menguyah roti, memegang erat gelas susu dan juga menatap ke jendela dengan termenung.

Soonyoung sedari tadi yang sudah mengetahui sikap jihoon pun memulai menanyakan apa gerangan ia terlena dalam lamunannya itu.

“Ji? Kok ngelamun sih? Makan dulu coba habisin roti sama susunya”

Jihoon langsung melahap semua makanan dan minumannya hingga menyisakan bekas cemot di bagian bibirnya. Soonyoung berantusias membersihkan area mulut jihoon dengan tisu sambil melontarkan pertanyaannya kembali.

“Hehe lucu cemong gini, btw kenapa ngelamun?”

“Jihoon mimpiin kaisar klan kucing tadi malam. Terus kaisarnya marah sama jihoon ga bisa menangin perangnya”

Jihoon menjawab pertanyaan soonyoung, tapi soonyoung tak tahu apa yang tengah ia bicarakan. dan ia teringat perkataan seokmin tentang jihoon yang akan memberitahu identitas aslinya. Ia juha teringat tentang mimpi anehnya semalam dan menceritakan kepada jihoon.

“Aku juga tadi malam mimpiin kamu pake baju zirah yang terakhir kamu pakai terus dalemannya hanbok. Ditangan kamu ada katana yang kaya lagi kamu sodorin ke lawan. wah aneh ya! Untung cuman mimpi hahaha”

Soonyoung tertawa dan kemudian tertawa canggung karena jihoon menjawab kalimatnya dengan air muka yang serius.

“Itu bukan mimpi, yang di mimpi soonyoung itu potongan kisah soonyoung”

“G-gimana? Gimana sih maksudnya?”

“Ehmm, kaisar klan kucing itu soonyoung”

Soonyoung bergidik kaget dan tertawa ringan sambil menanyakan kembali perihal jihoon yang mendadak serius.

“Ha ha(?) serius? Masa iya aku kaisar klan kucing?”

“Iya, karena kamu adalah reinkarnasi kaisar harimau yang memimpin klan kucing”

“Serius ji, kamu jangan ngaco gitu ih! Merinding tau. Jaman sekarang mana ada yang percaya begituan!”

“Jadi soonyoung ga percaya jihoon ada?”

Ucapan soonyoung menjadi boomerang baginya, tak bisa ia elak karena keberadaan jihoon sangat nyata baginya.

Jihoon kembali dengan wujud kucingnya dan meninggal kan Soonyoung beberapa langkah kemudian berwujud manusia lagi untuk menuju soonyoung kembali. Ekor putih lebatnya dinampakan kepada Soonyoung dan jihoon nyelipkan tangannya di belakang sana untuk mengambil katana miliknya.

Tangan jihoon bergerak menutup mata soonyoung dan membukanya kembali untuk ia perlihatkan sosok yang ada dimimpi soonyoung tersebut.

“Hmm jjeonha! Iggonnaya” (hmm yang mulia, ini aku)

Soonyoung yang duduk di kursi kini sudah terjungkir dari tempat duduknya dan mnyudutkan diri disudut kamar karena terkejut melihat sikap jihoon yang merubahkan diri menjadi kesatria yang benar-benar mirip pada mimpinya semalam.

“Jihoon! K-kamu jangan gitu dong! Aku takut beneran nih sama kamu”

Penampilan gagah jihoon langsung luntur karena muka sedih dan mata bulatnya sendu membuat ia merasa bersalah telah mengagetkan tuannya.

“Jihoon cu-cuman mau nunjukin diri jihoon yang sebenarnya kok soonyoung~. Soonyoung jangan takut ya?”

“GA! Eh! Maksudnya MASUKIN LAGI TUH KATANA KE DALAM SARUNGNYA! PLIS NGERI ANJERR!”

sambutan tangan jihoon di tepis oleh soonyoung dan membuat jihoon menguah dirinya menjadi kucing untuk menyimpan semua dan kembali menjadi dirinya yang acak setelah bangun tidur tadi.

“Jihoon minta maaf ya soonyoung hiks.. Maafin jihoon”

Ia kembali ke kasur dan menenggelamkan diri didalam selimut agar suara tangisannya tak terdengar oleh soonyoung.

Soonyoung yang melihat merasa bersalah lagi sudah kasar terhadap jihoon. Dirasa sudah siap untuk menghampiri jihoon karena jantungnya sudah kembali berdetak netral kemudian ia datang dan duduk di ujung kasur dimana ada jihoon disana.

“Jihoon~ maafin aku juga ya udah kasar sama kamu. Aku tuh orangnya jantungan ji! jadi tolong maklumin ya? Besok besok aku ga lagi deh kasarin kamu. Maaf ya sayang”

Selimutnya terbuka dan menampakan setengah wajah jihoon dan soonyoung bisa melihat air mata jihoon yang mengalir dan juga masih tergenang disana. Soonyoung menghapus air matanya kemudian mengusap kepalanya pelan.

“Maafin aku ya, maafin aku jihoon~ maafin aku yaa”

Soonyoung meminta maaf berkali-kali hingga ia menyujudkan kepalanya pada kasur agar dimaafkan jihoon.

Jihoon pun keluar dari sana dan mengangkat bahu soonyoung untuk menghentikan aksi meminta maaf yang berlebihan itu kemudan tangannya masuk kesela lengan soonyoung dan mengunci jarinya di belakang punggung Soonyoung. Kepalanya ia sender didada soonyoung sambil mengucapkan.

“Aku cinta kamu”

Kalimat lancar pertama jihoon yang diajarkan oleh soonyoung ternyata masih diingat oleh jihoon. Soonyoung yang mendengar langsung memeluk erat jihoon dalam dekapannya seperti tak ada hari esok.

“Maafin aku ya”

“Iyaa jihoon maafin, jihoon juga minta maaf sama soonyoung ya udah bikin soonyoung jantungan”

“Iya sayang, ga papa”.

Merekapun enggan melepaskan pelukan itu karena dirasa nyaman dan meneruskannya selama 1 jam lebih diposisi itu.

Dua ujung pelatuk yang siap ditarik untuk menembus bagian kulit lawan guna melumpuhkan satu sama lain. Soonyoung dan jihoon adalah dua kapten militer yang bertugas di beda negara antara korea bagian selatan dan utara.

Kedua tangan telah disiap menarik ujung pelatuk itu kebelakang, namun siapa yang tahu bahwa mereka bukan bertujuan untuk menjunjung nama tanah air mereka melainkan untuk mengakhiri hidup bersama karena telah melanggar peraturan kadet berpangkat.

Mencintai sesama jenis, melanggar norma hukum dan sosial, melanggar janji dharma seorang prajurit dan tentunya berhubungan karena berbeda negara.

“Hanya kita berdua yang tersisa disini, mayor lee. Apa kau tak ingin mencoba memerintahku untuk mengakhiri hidupmu?”

Aksi ini mereka lakukan karena pertikaian di daerah ini hanya menyisakan mereka berdua. Maka, timbulah rasa ingin saling mengakhiri hidup satu sama lain pada waktu yang sama, tempat yang sama dan cinta yang sama.

“Aku hanya ingin kita berdua mengakhiri hidup bersama dengan menarik pelatuk ditangan masing-masing yang mengarah pada satu sama lain. Jendral kwon”

Cklakkk..

Suara anak pelatuk ditarik bersamaan dan posisi siap tegap rentangan tangan kanan saling mengarah ke dada satu sama lain, Tepat di bagian vital jantung.

“Sebelumnya mayor lee, tolong Izin kan aku mengucapkan kalimat ini sebelum kau mengambil nyawaku!”

“Baiklah, apakah kalimat itu mayor?”

Ia simpan pelatuk ke dalam sakunya sebentar dan merogoh sakunya yang lain. Ternyata ia mengeluarkan kotak beludru navy yang didalamnya berisikan sepasang cincin untuk disematkan ke jari manis sang Mayor Lee dari Korea Utara itu.

“Mau kah kau menikah dengan ku disurga, Mayor Lee Jihoon?”

Sambil berlutut, Ia mengeluarkan cincin yang telah tertetes air matanya dan menunggu jawaban dari sang kekasih.

“Jika kau bilang kita akan menikah di surga, maka aku tak segan akan menerimanya Kwon Soonyoung”

Sekarang yang sedang berpelukan bukan lah Tentara yang mengabdi pada negaranya. Tapi seorang warga sipil yang ingin menjunjung pilihan dan kebahagiaannya yang telah direnggut oleh status mereka sebagai seorang prajurit.

Teramat dalam dan lama isakan tangis serta pelukan yang hangat menenangkan satu sama lain hingga tak bisa mendominasikan betapa sulit untuk dilepas. Hingga mereka tersadarkan waktu yang dimana daerah ini sebentar lagi akan ada pengeboman yang Sengaja diperintahkan langsung oleh Jendral Kwon kapada anak buahnya.

“Jangan menangis, sebentar lagi kita akan berbahagia dialam sana. Aku tau kau kuat, karena kau prajurit sejadi di negaramu. Aku tau tangan mungil ini lelah membunuh lawan negaramu tapi aku mohon gunakan tangan mungil ini untuk terakhir kalinya kepadaku”

Tangis pecah membasuhi pipinya. Tak kuasa menahan perihnya rasa didada karena kalimat yang dipinta oleh calon suami surganya. Tak lama ia mengangguk dan memberikannya satu perintah lagi.

“Sebagai terimakasihku karena telah melamar ku secara romantis ini. Ku perintahkan kau Jendral Kwon Soonyoung untuk menarik pelatukmu ke arah dadaku secara bersamaan dengan anak pelatuku”

“Pe-perintah diterima mayor!”

Suasana kembali haru, pelukan kembali membalut, tak ingin rasanya mengakhiri hidup seperti ini hingga mereka ingin menyalahkan takdir.

Mereka kembali berdiri pada posisi siap menembak, dengan air mata yang masih mengalir sambil menunggu aba-aba dari pangkat tertinggi.

“Angkat senjata!”

“Siap!”

“Shootttttt!!!”

Ttrrrrttt! Tta! Tta! Tta!

‌Pelatuk pun ditarik sebanyak 3x dan mereka pun berbaring lemas di atas tanah bekas peperangan dengan pandangan terakhir wajah kekasihnya masing-masing.

Arka Tian Pratama


Arka Tian Pratama, nama yang cukup bagus untuk didengar tapi beda sama kelakuannya kalo kalian udah liat dia secara langsung.

Arka ini tipe orang yang kalau udah dapat mangsa bakalan di incar terus sampe dapat. Ya..contohnya gue....

Jujur agak malu untuk ngespill diri sendiri tapi ini memang sesuai kenyataannya, jadi gue ga bisa nolak.

Gue ga tau nih orang sukanya apaan dari gue? Tiba-tiba aja langsung ajak kenalan terus minta jadi pacarnya? Aneh banget ga sih?. Tapi endingnya tetap gue terima.

Mari kita singkirkan keanehannya, tapi kita liat sisi positif dia dari awal gue ketemu.

Sore sekitaran jam 2, gue keluar buat jemput adek gue di tempat dia les dan kalian tau kan dino sampe sekarang ga bisa nyebrang tapi bawa motor valentino rossi aja di selip sama dia. Dan waktu gue jalan buat jemput adek gue, gue sama dia malah ketabrak, alhasil ga ada perdebatan seperti orang pada umumnya yang ga mau ngalah, tapi arka langsung minta maaf sopan sama gue.

Dilihat dari first imprestionnya ke gue itu udah dibilang bagus banget dan gue ngehargain kesopanannya.

Next day, gue ke sekolah pake bus trans. Ada jarak sekitar 20 meter dari halte bus dan trotoar yang sedang gue tempuh, gue ngelihat pemuda yang mirip sama orang yang nabrak gue kemaren di trotoar jalur kanan. Dia kaya lagi bantu anak kecil buat nyebrang jalan pake cara yang unik banget.

Biasanya kalo mau nolong orang nyebrang tuh ya nyebrang aja kan, nah dia ini kebanyakan gaya sumpah!. Ga salah gue salut sama caranya nolongin tuh anak kecil. Bukan di bimbing tapi dia ngajarin anak kecil itu nyebrang dengan cara melompati, menari dan menyanyi di zebra cross.

Sambil digoyangin pinggulnya guna buat ngehibur anak kecil itu biar ga takut nyebrang, sempat-sempatnya gerakan putar dansa di pertengahan jalannya. Nyanyi lagu 1+1 buat hitung garis putih zebra cross yang diinjak dan akhirnya mereka sampai di perseberangan sambil berpelukan sebagai apresiasi buat anak kecil yang berhasil nyebrangin jalan.

Seketika gue pen nyodorin dino ke dia buat bantu nyebrang tapi gue sadar, ntar yang malu gue bukan dino. Soalnya ga pernah ngajarin adik sendiri nyebrang.

Disekolah, saat ada yang pingsan. Kalian tau kan, biasanya kalo nolongin orang sakit tuh kudu ribut dulu baru nolong. Kalo arka beda, dia langsung bawa ke uks. Iya! dia sendiri yang angkat tanpa bantuan siapa-siapa. Farel yang badannya gede? Ga guna! Badan doang yang gede!.

Waktu gue di paksa ziqri, dia rela benyek demi gue dan serius gue panik banget waktu itu. Masih dengan ziqri yang lemparin kotak susu yang udah kebuka ke arah gue dan arka duduk. Jujur, gue pengen bangkit buat jujutsu tuh kepala ziqri tapi malah dicegat sama arka yang sibuk ngelap air susu yang keciprat dimuka gue sambil senyum. Siapa yang ga kaget liat orang senyum padahal dia lagi dalam keadaan emosi. Dari sana gue pengen tes arka.

Cabut? Oh iya, gue belum cerita soal kita yang bolos sekolah ke warnet itu kan?. Di warnet gue sengaja lamain waktu disana, gue pengen lihat sampe mana dia bosen nungguin gue. Tapi hasilnya nihil, dia malah buat gue makin betah duduk didepan pc itu. Kekhawatirannya yang tau kalo gue belum makan malam pun langsung goputin nasi padang buat gue sendiri, Gue batuk langsung disodorin minum, gue pegel langsung di pijit, gue yang jenuh dia yang hibur gue dan disana gue lihat kalo arka emang sungguh-sungguh suka sama gue.

Abis dari warnet gue minta dia buat jalan ke taman menteng. Disana gue tanya ke dia ada suka ga sama cewek atau lagi deket sama cewek. Taunya...dia belok. Gue kecewa sekaligus bahagia, entah kenapa ada sesek saat dia bilang kalo dia lagi deketin seseorang saat itu.

“Kamu nanyain aku ada suka sama orang tadi ya?”

“Hemmm”

“Ada kok!”

Serius kaget! dia tunjuk pipi gue pelan dan bisik ke gue.

“Kamu~”

Ga bisa ngomong, ngebatu banget gue diposisi itu juga. Saking kagetnya gue lari ninggalin dia dan kita masih pulang barengan sih.

Arka walaupun dia ngeselin dan clingy. Gue suka caranya berkomunikasi sama orang selain gue. Sopan, ramah, konsisten dan bisa ngelindungin dan ngejagain nama baiknya di depan semua orang dengan semua sikap baiknya.

Yang gue butuhkan saat ini adalah kepribadian seorang pelindung seperti arka, disaat gue butuh dia pasti ada. Walaupun ini belum gue ceritain atau emang belum kalian tahu. Sejujurnya, arka selama ini ngelindungin gue diam-diam tanpa gue sadari.

Contohnya, malam ini dimana ditengah keramaian dia minta izin buat genggam tangan gue dan juga ngerangkul gue. Dia jaga gue supaya ga ke gencet, dia lari nyari air buat gue yang udah kerangsangan. Dari afeksi kecil itu yang dia kasih ke gue seketika mudah buat gue luluh ke dia.

Chan, farel, dika, joshua dan han. Mereka yang kasih tau semuanya sama gue tentang arka yang ngelindungin gue. Kalo bukan mereka gue pasti ga bakalan tau dan peka apa yang selama ini arka lakuin ke gue. Pasti yang kalian tahu cuman tentang ziqri doang yang sering ganggu gue secara terang-terangan. Tapi, ada sosok lain yang ngeganggu gue secara sembunyi-sembunyi.

Hint ada pada bagian nama, kalian tau kan siapa? Hemm iya dia. Manusia bermuka dua yang sejatinya temen dari smp dan sekaligus tetanggaan gue ini lagi ngincar arka dari kecil, tapi arka tolak dengan lembut kalo dia suka sama gue dan akhirnya gue yang jadi sasarannya.

Waktu pelajaran olahraga, kita main volly dan kelas gue sama kelas arka yang tanding. Dia di tim gue tapi malah nyodorin bolanya ke gue, hampir aja hidung gue mimisan kalo ga di tarik arka yang lagi ga main waktu itu.

Waktu rapat osis untuk pertandingan basket diperpus saat gue lagi menerangkan sketsa permainannya, entah kenapa tiba-tiba buku di rak atas jatuh ngarah ke gue dan alhasil punggung arka yang jadi sasaran. Setelah kejadian dia keluar dari balik rak.

Dan yang buat ziqri datang secara tiba-tiba padahal gue udah hati-hati supaya ga kelihatan dia, itu juga ulahnya. Dia manfaatin ziqri buat ngejauhin arka dari gue.

Dan malam ini, gue ngeliat dia lagi ngikutin kita dari tempat duduk seberang sambil megang kamera DSLR ditangannya yang ngarah ke kita. Dengan sigap gue ngalihin arka dengan cara lari dari sana. Aneh bukan?

Tapi yang jelas gue udah dapat seorang pelindung yang gue cari dari dulu sampai sekarang. Dia adalah Arka Tian Pratama. Gue harap dengan jawaban gue nerima dia sebagai pacar gue bisa ngebuat gue lebih tenang untuk kedepannya.

Sebetulnya gue pengen lebih softy lagi ke dia, cuman agak gensi. Karena butuh proses buat gue bisa begitu ke dia. Mohon dimaklumi.


“Itu alasan gue nerima lo”

”.....”

“Arka? Halo?”

”.....”

“Tidur?”

”.....”

“Oh~ udah tidur. Selamat malam arka mimpi indah”

sesuatu yang akan bersemi


Ariffa yang baru saja sampai langsung di tanya oleh farel yang duduk diatas motornya bersama dengan juan.

“Kenapa lama? Katanya cuman pasang sepatu?”

“Yang penting gue udah sampai disini kan? Mending gue ga jadi pergi aja dah”

Mendengar kalimat barusan arka pun menahan ariffa dengan menarik pergelangan tangannya pelan.

“Farel! Kan ariffnya ngambek nih!”

“Siapa yang ngambek?”

“Kamu!”

Terdiam beberapa menit, ariffa pun melirik pergelangan tangannya yang masih digenggam oleh arka. Ia pun sadar apa yang tengah di lirik oleh ariffa dan langsung melepaskan genggaman kecilnya itu.

“Dah lah! Kenapa pada gelut gini dah! Kuy lah keburu larut nanti pulangnya”

Dika pun menyadarkan mereka untuk sesegera pergi menuju tempat tujuan. Mereka pun pergi dengan menggunakan sepeda motor. Bisa dibilang urutannya seperti ini, Farel-Juan, Arka-Ariffa, Dika-Joshua, dan Chan-Han.

Bisa dibilang 4 pasangan lainnya selain arka dan ariffa saling memeluk sang pengendara dengan nyaman dan ada bumbu romansa disana, namun beda dengan pasangan yang satu ini. Mereka tengah beradu mulut dengan kecepatan motor yang dikendarai oleh arka berdampingan dengan melawan arah deruanya angin.

“Lo bisa bawa motor ga sih? Ini kita yang dibelakang sekali loh!”

“Bisa! Aku bisa kok! Ga perlu ngebut nanti kita sampenya juga aman!”

“Change atau gue lompat!”

“Biar aku aja yang bawa! Jangan lompat plis!”

“Jangan pegang tangan gue!”

“Jangan lompat riff! Ariffa!”

Dan akhirnya mereka bertukar driver.

“Pelan-pelan, jangan ngebut! Ntar jatoh”

“Iya tau, gue ga selambat lo bawa motor yang kecepatannya 20km/h”

Arka pun memegang pinggang ariffa erat, untungnya sang empu tak komplain karena ia memang ingin melawan perkataan arka barusan. Ariffa pun melajukan motornya untuk mengejar rombongan konvoinya yang sudah jauh didepan.

“ARIFFAAAAA! AKU MARAH YA SAMA KAMU”

“Pura-pura ga denger aja lah gue”

Mereka sampai pada tempat tujuan dengan rambut arka yang sudah acak-acakan karena terpaan angin. Arka turun dari motor dan merapikan rambutnya namun sempat tak bisa berdiri kokoh, ariffa yang masih berada di atas kendaraan roda 2 itupun memegang lengannya yang bertujuan menolong arka agar tetap berdiri.

“Aa! Aaa! Aaaa! Berdiri yang bener!”

“Pusing tau ga!? Aku ga bisa naik motor kenceng banget!”

“Dasar anak mami!”

Arka yang mendengar kalimat ariffa itu langsung memanyunkan bibirnya dan menunduk teringat kejadian semalam. Iya arka benci dengan ibu kandungnya sendiri.

Ariffa yang melihat pun langsung merapikan rambut arka, mumpung si empu surai hitam gondrong ini menunduk dan posisinya bisa ariffa gapai.

Arka hanya diam, menikmati sentuhan tangan ariffa pada kepalanya. Ia pun dengan sengaja menaikan kepalanya pelan dan membuat tangan tangan ariffa beralih ke pipi gembilnya.

“Eh!” kaget ariffa

Arka terkekeh renyah dengan tangan ariffa yang masih memegang pipinya. Dikira kesal, ariffa pun mencubit pipi gembilnya hingga arka pun mengaduh ampun.

“Aduhduh sakit! Wei sakitt aww!”

“Nakal sih lo!, ayo cepetan masuk sholat dulu tapi. Anak-anak juga udah ngilang noh! Sekalian biar bisa cari mereka”

“Iyaya”

Merekapun mencari mushola kecil untuk melakukan ibadah sholat maghrib.

Setelah selesai, merekapun masuk di kawasan ramai. Jalan yang sempit, sesak hingga mengharuskan mereka berdesakan ditengah keramaian ini.

“Rif? Yakin mau masuk ke sini nyari mereka?”

“Kenapa? Lo ga yakin?”

“Aku nya yakin aja, tapi kamu?.....”

“Gue kenapa?”

“Aku takut kamu hilang”

Ariffa menyipitkan matanya sambil menaikan posisi kacamata sambil melihat ke arah arka sinis. Arka yang melihat pun mengangkat tangan nyerah.

“Hehe maaf maaf”

“Nih!”

Ariffa pun memberikan telapak tangannya didepan arka, namun arka melihat tangannya bukan menggenggamnya.

“Kenapa? Tangan kamu kenapa?”

Ariffa berdecak malas dan menggenggam tangan arka. Yang digenggam malah terheran dan ariffa memulai langkahnya untuk masuk kedalam keramaian tersebut sambil bergandengan dengan arka.

Terhimpit, saling mendorong, hingga sesaknya dengan kepadatan kawasan ini. Arka mencoba melindungi ariffa supaya tak hilang dari pandangannya maupun disisinya. Ia genggam erat tangan ariffa, ia jadikan punggungnya sebagai tameng Dari dorongan agar tak mengenai ariffa, hingga ia merasa tautan tangan ini tak sekokoh rangkulan dibahu ariffa.

“Riff, aku rangkul ga papa ya?”

“Haa?”

kurang jelas didengar oleh ariffa hingga arka mendekatkan Wajahnya ke wajah ariffa.

“Aku rangkul gapapa ya?!”

Dengan jarak yang sangat dekat ini warna rona merah di pipi ariffa tiba-tiba saja muncul. Jantungnya berdegup kencang, matanya saling bertemu dengan mata arka dengan jarak yang begitu dekat. Hingga ia pun mengangguk ragu.

Arka yang belum menyadari itu karena terlanjur mengkhawatirkan keselamatan ariffa pun langsung merangkul bahunya dan berusaha agar bisa mencari ujungnya keramaian ini.

Setelah beberapa menit kejadian tadi, ariffa masih menatap arka dengan intens. Ia dapat melihat sosok pelindung pada diri arka sekarang, ariffa berusaha menyadarkan diri namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya pada arka.

“Tahan sebentar ya, ini kita udah sampe ujung”

Tak ada gubrisan, ariffa tetap saja menatap wajah arka, lalu menatap tangan dan bahunya yang arka genggam. Tak selang lama mereka sampai di penghujung keramaian itu dan kembali ke parkiran Namun ariffa masih saja dengan fokusnya.

“Iyahh! Dah sampe nih. Haus g-gak.....?. Riff?”

“Hah?!”

“Haha kok bengong gitu? Maaf ya aku lancang giniin kamu?”

Posisi ariffa masih dirangkul oleh arka walaupun ia sudah disadarkan oleh arka.

“Iya ga papa, gue haus!”

ucapnya dengan tangan yang masih menggenggam tangan arka. Arka sadar bahwa genggaman tangan ariffa tak luntur dan ia pun menuntunnya untuk mencari penjual minuman.

“Mau minum apa? Ambil aja”

Ariffa melepaskan genggaman mereka dan mengambil 2 botol air mineral dan kembali menautkan tangannya kembali.

“Ini aja dua”

Arka yang melihat tingkah ariffa yang sekarang hanya bisa menahan kekehan dan langsung membayar air tersebut hingga sengaja mengalihkan fokus ariffa agar tidaj ketahuan karena tingkah lucu nya ini.

“Oke, mau duduk dimana?”

Ariffa menunjuk taman yang bisa dibilang begitu asri dimalam hari, karena ditengah taman itu ada air mancur. Tak selang lama, arka pun menuntun ariffa mencari tempat duduk di taman tersebut.

“Disini yuk, kayanya bagus nih pov buat mandang”

Ariffa mengangguk dan tanpa ia sadari lagi ia duduk berdekatan dengan arka hingga bahu bersinggungan dengan bahu lainnya.

“Aku buka sini tutup botolnya”

Arka membuka tutup botol mineral ariffa karena melihatnya yang tengah kesusahan membuka tutup botol tersebut. Ariffa hanya melihat, ia melihat dengan pandangan yang tak pernah ia lakukan selama ia dekat dengan arka. Pandangan itu seakan menunjukan ia mengagumi aksi arka sedari awal mereka masuk.

Arka sudah merasa bahwa sedari tadi ariffa menatapnya, namun ia tak menegur. Karena memang ini yang ia ingin kan, membuat ariffa jatuh cinta kepadanya.

“Rif~”

sapa arka pada ariffa, yang dipanggil terkejut dan tersadar dari kekagumannya.

“I-iya kenapa?”

“Hahaha, diminum dong mineralnya~ itu udah aku bukain tinggak diminum aja lagi”

“O-oh! Iyaya”

Ariffa meneguk mineralnya dengan tergesa dan membuat ia tersedak akan ulahnya sendiri. Lagi-lagi arka menolongnya, menepuk pelan dan mengusap punggungnya pelan. Ariffa menatap arka kembali hingga mereka bertemu pandang kesekian kalinya.

“Kenapa? Kenapa natap aku begitu? Ada yang aneh ya?”

Ariffa yang mendengar ucapan arka barusan kembali terbatuk kering dan di buat-buat agar ia mengalihkan pembicaraan mereka. Arka terkekeh dalam diam dan menuntun pandangan ariffa yang membelakanginya menjadi menatapnya. Ariffa terkejut atas tindakan beraninya yang sekerang tengah memegang dagunya intens namun dengan hati-hati.

“Rif, aku mau tanya..” ia beri jeda dan menunggu gubrisan dari ariffa.

“Iya, a-apaan?” ia mengangguk dan menjawab dengan gagap.

“Kamu....udah suka belum sama aku?”

Pertanyaan itu membuat dirinya tersentak dan menghasilkan cegukannya hebat. Terburu meneguk mineralnya kembali, arka yang melihat mencoba menahan tawanya sambil menolong memegang botol mineral ariffa hingga tak sadar mineral tersebut habis dalam 5 kali tegukan.

“Haus banget ya? Haha”

tanya arka, ariffa menggeleng kuat dan menyembunyikan wajahnya. Pemuda dihadapannya itupun mencoba membuka taupan pada wajahnya dan berhasil walaupun masih ada selingan tawa pada usahanya.

“Kok ditutupin sih mukanya? Hahaha jawab dong~”

Ariffapun membenarkan kacamatanya dan menarik nafasnya dalam. Arka sudah ikhlas menerima konsekuensinya karena ia mengerjai orang yang salah hingga ia menutup matanya. Namun bukan tamparan yang ia terima, tapi sebuah kecupan yang mendarat pada pipi gembilnya saat ia menutup mata.

“Eh!”

ia pun memengang kedua pipinya dan terkejut kaget sedangkan yang melakukan aksi tersebut sesegera mungkin meninggalkan arka. Untungnya berhasil arka tahan dan membawa ariffa kembali duduk bersamanya.

“Riff~, serius itu tadi kan?” arka mencoba meyakinkan lagi.

“G-gatau!”

“Hahaha, oke jadi jawabannya apa?”

“Pikir sendiri!”

Arka masih tak percaya dan merontakan kakinya di tanah kegirangan. Ia pu kembali membenarkan posisinya dan mencoba membawa ariffa duduk menatapnya kembali. Kini ia genggam kembali tangan ariffa, dan sepertinya ia telah menyiapkan kalimat yang akan ia lontarkan kepada ariffa.

“Rifff~ huffftttt......–”

”-jangan ketawa ya! Aku serius”

Ariffa yang mendengar larangan tersebut tertawa sejadi-jadinya dan menular kepada arka yang berusaha tenang untuk memulai percakapannya kembali.

“Ih! Kan aku udah bilang jangan ketawa rifff~”

“Iyaya hahaha bentar sakit perut gue!”

“Oke udah ya?”

“Iyaya udah”

Arka pun kembali menarik nafasnya dalam dan mengeluarkan nafasnya teratur lewat rongga hidungnya. Dirasa siap, ia pun memulai dengan mengatakan.

“Ariffa~, mau ga...hufttttt bentar bentar hahahah”

“Hahahaha apaan sih!”

“Oke oke ini serius”

“Ga serius gue tabok ya?”

Arka pun menyenderkan kepalanya kepada bahu ariffa sebentar dan menatap ariffa kembali sambil berusaha menghantikan tawanya.

“Ok..ariffa~ kamu mau ga? Jadi...pacar aku?”

Menunggu untuk kesekian detiknya, ariffa pun menjawab dengan sekali anggukan dan

“Iya...gue mau...”

“Yesss! YUHUUU ARIFFJIUMSMHUMPPPP”

“JANGAN TERIAK KENAPA, PUTUS NIH PUTUS!”

“Ih jangan dong hiks”

“Cengeng”

Ariffa membekap mulut arka yang histeris dan membawanya kembali duduk untuk menenangkan diri masing masing.

“Resmi pacaran ni ya?” ia kembali meyakinkan ariffa kembali. Ariffa mengangguk dan memberinya sebuah permintaan.

“Iya, tapi ada satu yang gue minta sama lo”

“apa tuh?”

“Jangan kasih tau orang kalo kita pacaran”

Arka dengan kuat mengangguk dan memeluk ariffa dengan erat.

“Sayang banget sama kamu!”

“Lepasin ih sesek”

“Gamau!”

“Arka!”

“Apa? Ih tumben manggil nama!”

“Arka?”

“Hihi seneng deh”

“Lepasin! Astagfirullah sesek!”

Merekapun pulang tanpa mengetahui dimana perginya sahabat-sahabat mereka. Di perjalanan pulang, arka yang mengendarai motor dan ariffa berbonceng dibelakang sambil memeluk arka kuat. Tanpa mereka sadari, ada 1 orang yang mengetahui hubungan mereka.

sesuatu yang akan bersemi


Ariffa yang baru saja sampai langsung di tanya oleh farel yang duduk diatas motornya bersama dengan juan.

“Kenapa lama? Katanya cuman pasang sepatu?”

“Yang penting gue udah sampai disini kan? Mending gue ga jadi pergi aja dah”

Mendengar kalimat barusan arka pun menahan ariffa dengan menarik pergelangan tangannya pelan.

“Farel! Kan ariffnya ngambek nih!”

“Siapa yang ngambek?”

“Kamu!”

Terdiam beberapa menit, ariffa pun melirik pergelangan tangannya yang masih digenggam oleh arka. Ia pun sadar apa yang tengah di lirik oleh ariffa dan langsung melepaskan genggaman kecilnya itu.

“Dah lah! Kenapa pada gelut gini dah! Kuy lah keburu larut nanti pulangnya”

Dika pun menyadarkan mereka untuk sesegera pergi menuju tempat tujuan. Mereka pun pergi dengan menggunakan sepeda motor. Bisa dibilang urutannya seperti ini, Farel-Juan, Arka-Ariffa, Dika-Joshua, dan Chan-Han.

Bisa dibilang 4 pasangan lainnya selain arka dan ariffa saling memeluk sang pengendara dengan nyaman dan ada bumbu romansa disana, namun beda dengan pasangan yang satu ini. Mereka tengah beradu mulut dengan kecepatan motor yang dikendarai oleh arka berdampingan dengan melawan arah deruanya angin.

“Lo bisa bawa motor ga sih? Ini kita yang dibelakang sekali loh!”

“Bisa! Aku bisa kok! Ga perlu ngebut nanti kita sampenya juga aman!”

“Change atau gue lompat!”

“Biar aku aja yang bawa! Jangan lompat plis!”

“Jangan pegang tangan gue!”

“Jangan lompat riff! Ariffa!”

Dan akhirnya mereka bertukar driver.

“Pelan-pelan, jangan ngebut! Ntar jatoh”

“Iya tau, gue ga selambat lo bawa motor yang kecepatannya 20km/h”

Arka pun memegang pinggang ariffa erat, untungnya sang empu tak komplain karena ia memang ingin melawan perkataan arka barusan. Ariffa pun melajukan motornya untuk mengejar rombongan konvoinya yang sudah jauh didepan.

“ARIFFAAAAA! AKU MARAH YA SAMA KAMU”

“Pura-pura ga denger aja lah gue”

Mereka sampai pada tempat tujuan dengan rambut arka yang sudah acak-acakan karena terpaan angin. Arka turun dari motor dan merapikan rambutnya namun sempat tak bisa berdiri kokoh, ariffa yang masih berada di atas kendaraan roda 2 itupun memegang lengannya yang bertujuan menolong arka agar tetap berdiri.

“Aa! Aaa! Aaaa! Berdiri yang bener!”

“Pusing tau ga!? Aku ga bisa naik motor kenceng banget!”

“Dasar anak mami!”

Arka yang mendengar kalimat ariffa itu langsung memanyunkan bibirnya dan menunduk teringat kejadian semalam. Iya arka benci dengan ibu kandungnya sendiri.

Ariffa yang melihat pun langsung merapikan rambut arka, mumpung si empu surai hitam gondrong ini menunduk dan posisinya bisa ariffa gapai.

Arka hanya diam, menikmati sentuhan tangan ariffa pada kepalanya. Ia pun dengan sengaja menaikan kepalanya pelan dan membuat tangan tangan ariffa beralih ke pipi gembilnya.

“Eh!” kaget ariffa

Arka terkekeh renyah dengan tangan ariffa yang masih memegang pipinya. Dikira kesal, ariffa pun mencubit pipi gembilnya hingga arka pun mengaduh ampun.

“Aduhduh sakit! Wei sakitt aww!”

“Nakal sih lo!, ayo cepetan masuk sholat dulu tapi. Anak-anak juga udah ngilang noh! Sekalian biar bisa cari mereka”

“Iyaya”

Merekapun mencari mushola kecil untuk melakukan ibadah sholat maghrib.

Setelah selesai, merekapun masuk di kawasan ramai. Jalan yang sempit, sesak hingga mengharuskan mereka berdesakan ditengah keramaian ini.

“Rif? Yakin mau masuk ke sini nyari mereka?”

“Kenapa? Lo ga yakin?”

“Aku nya yakin aja, tapi kamu?.....”

“Gue kenapa?”

“Aku takut kamu hilang”

Ariffa menyipitkan matanya sambil menaikan posisi kacamata sambil melihat ke arah arka sinis. Arka yang melihat pun mengangkat tangan nyerah.

“Hehe maaf maaf”

“Nih!”

Ariffa pun memberikan telapak tangannya didepan arka, namun arka melihat tangannya bukan menggenggamnya.

“Kenapa? Tangan kamu kenapa?”

Ariffa berdecak malas dan menggenggam tangan arka. Yang digenggam malah terheran dan ariffa memulai langkahnya untuk masuk kedalam keramaian tersebut sambil bergandengan dengan arka.

Terhimpit, saling mendorong, hingga sesaknya dengan kepadatan kawasan ini. Arka mencoba melindungi ariffa supaya tak hilang dari pandangannya maupun disisinya. Ia genggam erat tangan ariffa, ia jadikan punggungnya sebagai tameng Dari dorongan agar tak mengenai ariffa, hingga ia merasa tautan tangan ini tak sekokoh rangkulan dibahu ariffa.

“Riff, aku rangkul ga papa ya?”

“Haa?”

kurang jelas didengar oleh ariffa hingga arka mendekatkan Wajahnya ke wajah ariffa.

“Aku rangkul gapapa ya?!”

Dengan jarak yang sangat dekat ini warna rona merah di pipi ariffa tiba-tiba saja muncul. Jantungnya berdegup kencang, matanya saling bertemu dengan mata arka dengan jarak yang begitu dekat. Hingga ia pun mengangguk ragu.

Arka yang belum menyadari itu karena terlanjur mengkhawatirkan keselamatan ariffa pun langsung merangkul bahunya dan berusaha agar bisa mencari ujungnya keramaian ini.

Setelah beberapa menit kejadian tadi, ariffa masih menatap arka dengan intens. Ia dapat melihat sosok pelindung pada diri arka sekarang, ariffa berusaha menyadarkan diri namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya pada arka.

“Tahan sebentar ya, ini kita udah sampe ujung”

Tak ada gubrisan, ariffa tetap saja menatap wajah arka, lalu menatap tangan dan bahunya yang arka genggam. Tak selang lama mereka sampai di penghujung keramaian itu dan kembali ke parkiran Namun ariffa masih saja dengan fokusnya.

“Iyahh! Dah sampe nih. Haus g-gak.....?. Riff?”

“Hah?!”

“Haha kok bengong gitu? Maaf ya aku lancang giniin kamu?”

Posisi ariffa masih dirangkul oleh arka walaupun ia sudah disadarkan oleh arka.

“Iya ga papa, gue haus!”

ucapnya dengan tangan yang masih menggenggam tangan arka. Arka sadar bahwa genggaman tangan ariffa tak luntur dan ia pun menuntunnya untuk mencari penjual minuman.

“Mau minum apa? Ambil aja”

Ariffa melepaskan genggaman mereka dan mengambil 2 botol air mineral dan kembali menautkan tangannya kembali.

“Ini aja dua”

Arka yang melihat tingkah ariffa yang sekarang hanya bisa menahan kekehan dan langsung membayar air tersebut hingga sengaja mengalihkan fokus ariffa agar tidaj ketahuan karena tingkah lucu nya ini.

“Oke, mau duduk dimana?”

Ariffa menunjuk taman yang bisa dibilang begitu asri dimalam hari, karena ditengah taman itu ada air mancur. Tak selang lama, arka pun menuntun ariffa mencari tempat duduk di taman tersebut.

“Disini yuk, kayanya bagus nih pov buat mandang”

Ariffa mengangguk dan tanpa ia sadari lagi ia duduk berdekatan dengan arka hingga bahu bersinggungan dengan bahu lainnya.

“Aku buka sini tutup botolnya”

Arka membuka tutup botol mineral ariffa karena melihatnya yang tengah kesusahan membuka tutup botol tersebut. Ariffa hanya melihat, ia melihat dengan pandangan yang tak pernah ia lakukan selama ia dekat dengan arka. Pandangan itu seakan menunjukan ia mengagumi aksi arka sedari awal mereka masuk.

Arka sudah merasa bahwa sedari tadi ariffa menatapnya, namun ia tak menegur. Karena memang ini yang ia ingin kan, membuat ariffa jatuh cinta kepadanya.

“Rif~”

sapa arka pada ariffa, yang dipanggil terkejut dan tersadar dari kekagumannya.

“I-iya kenapa?”

“Hahaha, diminum dong mineralnya~ itu udah aku bukain tinggak diminum aja lagi”

“O-oh! Iyaya”

Ariffa meneguk mineralnya dengan tergesa dan membuat ia tersedak akan ulahnya sendiri. Lagi-lagi arka menolongnya, menepuk pelan dan mengusap punggungnya pelan. Ariffa menatap arka kembali hingga mereka bertemu pandang kesekian kalinya.

“Kenapa? Kenapa natap aku begitu? Ada yang aneh ya?”

Ariffa yang mendengar ucapan arka barusan kembali terbatuk kering dan di buat-buat agar ia mengalihkan pembicaraan mereka. Arka terkekeh dalam diam dan menuntun pandangan ariffa yang membelakanginya menjadi menatapnya. Ariffa terkejut atas tindakan beraninya yang sekerang tengah memegang dagunya intens namun dengan hati-hati.

“Rif, aku mau tanya..” ia beri jeda dan menunggu gubrisan dari ariffa.

“Iya, a-apaan?” ia mengangguk dan menjawab dengan gagap.

“Kamu....udah suka belum sama aku?”

Pertanyaan itu membuat dirinya tersentak dan menghasilkan cegukannya hebat. Terburu meneguk mineralnya kembali, arka yang melihat mencoba menahan tawanya sambil menolong memegang botol mineral ariffa hingga tak sadar mineral tersebut habis dalam 5 kali tegukan.

“Haus banget ya? Haha”

tanya arka, ariffa menggeleng kuat dan menyembunyikan wajahnya. Pemuda dihadapannya itupun mencoba membuka taupan pada wajahnya dan berhasil walaupun masih ada selingan tawa pada usahanya.

“Kok ditutupin sih mukanya? Hahaha jawab dong~”

Ariffapun membenarkan kacamatanya dan menarik nafasnya dalam. Arka sudah ikhlas menerima konsekuensinya karena ia mengerjai orang yang salah hingga ia menutup matanya. Namun bukan tamparan yang ia terima, tapi sebuah kecupan yang mendarat pada pipi gembilnya saat ia menutup mata.

“Eh!”

ia pun memengang kedua pipinya dan terkejut kaget sedangkan yang melakukan aksi tersebut sesegera mungkin meninggalkan arka. Untungnya berhasil arka tahan dan membawa ariffa kembali duduk bersamanya.

“Riff~, serius itu tadi kan?” arka mencoba meyakinkan lagi.

“G-gatau!”

“Hahaha, oke jadi jawabannya apa?”

“Pikir sendiri!”

Arka masih tak percaya dan merontakan kakinya di tanah kegirangan. Ia pu kembali membenarkan posisinya dan mencoba membawa ariffa duduk menatapnya kembali. Kini ia genggam kembali tangan ariffa, dan sepertinya ia telah menyiapkan kalimat yang akan ia lontarkan kepada ariffa.

“Rifff~ huffftttt......–”

”-jangan ketawa ya! Aku serius”

Ariffa yang mendengar larangan tersebut tertawa sejadi-jadinya dan menular kepada arka yang berusaha tenang untuk memulai percakapannya kembali.

“Ih! Kan aku udah bilang jangan ketawa rifff~”

“Iyaya hahaha bentar sakit perut gue!”

“Oke udah ya?”

“Iyaya udah”

Arka pun kembali menarik nafasnya dalam dan mengeluarkan nafasnya teratur lewat rongga hidungnya. Dirasa siap, ia pun memulai dengan mengatakan.

“Ariffa~, mau ga...hufttttt bentar bentar hahahah”

“Hahahaha apaan sih!”

“Oke oke ini serius”

“Ga serius gue tabok ya?”

Arka pun menyenderkan kepalanya kepada bahu ariffa sebentar dan menatap ariffa kembali sambil berusaha menghantikan tawanya.

“Ok..ariffa~ kamu mau ga? Jadi...pacar aku?”

Menunggu untuk kesekian detiknya, ariffa pun menjawab dengan sekali anggukan dan

“Iya...gue mau...”

“Yesss! YUHUUU ARIFFJIUMSMHUMPPPP”

“JANGAN TERIAK KENAPA, PUTUS NIH PUTUS!”

“Ih jangan dong hiks”

“Cengeng”

Ariffa membekap mulut arka yang histeris dan membawanya kembali duduk untuk menenangkan diri masing masing.

“Resmi pacaran ni ya?” ia kembali meyakinkan ariffa kembali. Ariffa mengangguk dan memberinya sebuah permintaan.

“Iya, tapi ada satu yang gue minta sama lo”

“apa tuh?”

“Jangan kasih tau orang kalo kita pacaran”

Arka dengan kuat mengangguk dan memeluk ariffa dengan erat.

“Sayang banget sama kamu!”

“Lepasin ih sesek”

“Gamau!”

“Arka!”

“Apa? Ih tumben manggil nama!”

“Arka?”

“Hihi seneng deh”

“Lepasin! Astagfirullah sesek!”

Merekapun pulang tanpa mengetahui dimana perginya sahabat-sahabat mereka. Di perjalanan pulang, arka yang mengendarai motor dan ariffa berbonceng dibelakang sambil memeluk arka kuat. Tanpa mereka sadari, ada 1 orang yang mengetahui hubungan mereka.

you can call me soonyoung, Just Kwon Soonyoung


Soonyoung pun keluar dari kamarnya dan dengan tergesa memakai piyamanya sambil menuju ketempat jihoon dan chan berada.

“Lo kenapa ga panggil gue aja sih?!” ucap soonyoung sambil memegang kepala chan.

“Ish! Kan gue udah bilang di twitter tadi!” kalimat chan membuat soonyoung menjitak kepalanya.

“Bang sakit anjir!!!, tuh bangunin jihoon coba!” tegas chan sambil memajukan bibirnya menunjuk kearah kucing putih berbulu lebat yang sedang terkapar lelah dilantai.

“Cing~, ASTAGA ANJIR NGAGETIN LO MENG!” panggil lirih soonyoung yang disusul oleh seruan kejutnya ulah jihoon yang merubah wujud menjadi manusia didepan kedua pemuda itu.

“Master-nim sudah selesai mandi?, kalo sudah jihoon ingin memperkenalkan diri” Mendekatkan dirinya menuju soonyoung yang sedari tadi belum beranjak dari atas senderan sofanya karena kaget.

“Iya meng udah, sini kita kenalan hehe” soonyoung kini sudah duduk tenang disofanya yang disebelahnya sudah ada jihoon yang menyodorkan jabatan tangannya.

“Jangan panggil meng atau cing lagi ya master-nim. Panggil aku jihoon” perkenalan jihoon kepada soonyoung yang diselingi dengan garis matanya yang menyipit.

“Ih gemes banget sih, iyaya nanti aku panggilnya jihoon ya!. Aku soonyoung, jangan panggil master-nim ya?” akhir dari kalimat soonyoung membuat jihoon dan chan bertemu pandang bingung.

“Terus jihoon manggilnya apa?” tanya si kucing kepada tuannya yang tak ingin di panggil namanya.

“Panggil aja nama aku, jangan pake masternim atau apa lah ribett”

“Ok, soonyoung! Aku akan menjagamu dan mohon bantuan kerja samanya~”

Soonyoung bingung apa maksud dari kalimat jihoon barusan. Tapi untungnya chan menjelaskan kalimat akhir jihoon adalah kebiasaan orang korea saat ingin melakukan sesuatu baik pekerjaan maupun saat berkenalan.

“Ini ga ada rencana mau lepasin tanganya ga jihoon?” tanya soonyoung yang dibalas jihoon bingung lagi.

“Goblok! Kan situ yang nahan tangannya bang! Gimana sih?”

Tawa pecah soonyoung ditularkan kepada jihoon. Satu ruangan itu tertawa bersama karena ulah soonyoung.

Soonyoung masih ingin mendengarkan penjelasan chan soal menjaga hybrid kucingnya. Jihoon pun ikut mendengar karena ia rasa perbincangan antara kedua pemuda ini juga akan menjadi suatu informasi untuk menutup identitas aslinya.

how should i call you?


Hybrid? Bisa di bilang jenis hibrida hasil eksperimen persilangan antara manusia dan hewan. Dari ilmu kedokteran dan biologi yang gue tau, anatomi dan hasil dari persilangan antara kedua makhluk itu bakalan gagal atau ga sempurna. Kecuali antar ras hewan A dan hewan B seperti Liger hasil persilangan antara singa jantan dan harimau betina yang dijelasin sama seokmin waktu dia jadi dosen undangan di UI.

Tapi, kenapa makhluk hibrida yang gue temuin disemak belukar sebelah halte bis rumah sakit ini sempurna banget?. Yang bikin gue makin gidik aneh lagi itu, kenapa dia pake baju zirah sambil pegang katana yang kaya kecelup darah sebadan?. Dan bikin gue makin heh hah hoh lagi tuh, dia pake bahasa korea coyy!.

Sekarang gue lagi mandangin dia yang lagi fokus belajar memahami bahasa gue, bahasa indonesia. pake kamus bahasa korea – indonesia yang gue pinjam ke seokmin soalnya dia blasteran kor-ina makanya gue pinjam.

Perban dimana-mana yang ngebalutin luka kulit putihnya bertelanjang dada, tangannya yang sibuk nyibak rambut panjangnya kebelakang, ekornya yang berbulu lebat halus mengdangdut dibelakang badannya, tolong seseorang bilang kalo ini cuman khayalan gue doang!. Vibenya tuh kaya aktor yang lagi main film kerajaan-kerajaan cina gitu, percaya ga lo?

“Master-nim! Oddigatso?” (master-nim! Mau kemana?)

Eh! Kaget anjir! Baju gue ditarikkk!. Huhu calm down nyong calm down.

“Hah? Ga boleh lari nih?!” gue tanyain dia soalnya tampang dia tuh kek ga bolehin gue ngejauh dari dia.

Dia nenglengin palanya imut banget mandang gue pake mata kucingnyaa!!! Gue ga sanggup liat dia plis imut banget hueueueue~

Kayaknya gue ga boleh pergi deh. Tapi gue pen ambil karet buat kuncir rambutnya! Dia yang punya rambut gue yang gerah njirr! Mending gue tanya sama yang punya rambut deh sebelum gue kuncirin.

“Cing! Aku- boleh- kuncir- rambut- kamu- ga?” ini gue ngomongnya sambil pake bahasa tubuh, susah amat dah.

Lama nih dia mikirnya, lagi mencerna sambil naruh tangannya di dagu. Cing,jan keras banget dah mikirnya, gue cuman mau nguncir rambut doang elah hiks~

Akhirnya ngangguk!, oke sok atuh kita kuncir rambut panjangnya hehehe.

“Yaudah lanjut belajarnya gih!” gue suruh dia baca lagi sambil nunjukin tuh buku. Dia senyum dong sama gue, anjayani senyumnya manis banget euyy mleyott~

Untung gue udah ada pengalaman dari mantan pacar gue yang sering banget minta tolong kuncirin rambutnya, mau gaya cepol, kuncir kuda, iket dua, kepang, sampe sanggul pengantin kalo bisa gue jaban dah. Jadi gue pake gaya kepang aja lah buat rambut kucing ini biar kelihatan manis aja hehe.

Sumpah, gue pen pipis udah ga tahan lagi nih. Berdirilah gue buat pergi ke toilet tapi yang gue kepang rambutnya tadi udah jadi wujud kucing. Gemes banget lu meng, gembul ini ngikutin gue lagi buat pipis.

“Meng, gue pipis bentar kok ga lama. Yah?!”

Dia langsung lari terus duduk baca buku lagi sambil garuk telinganya pake paw manusianya kek ga denger apa-apa. Jadi aneh nih pikiran gue, kenapa nih kucing langsung lari pas gue bilang mau pipis?.

Abis selesai, gue duduk lagi di sebelah meng. Baru aja gue duduk meng, perut gue lagi yang bunyi haha.

“Master-ni~, ja..Jangan tinggalin jihoon!~”

DEMI APA INDONYA UDAH KELUAR(?) HELP! GUE PEN GIGIT MENGNYA!

“Cing? Kamu ngomong sama aku?”

Ngangguk coyy! Hahaha. Seneng banget gue kek denger suara anak gue panggil nama gue lurus banget. Ya walaupun belum punya anak sih gue hehe.

Baru seneng loh meng, lu udah ngeluarin KATANA! SEREM WOI! Gajadi makan kan gue.

“master-nim! Yeoggi mwiwoneso!”(master, disini berbahaya!)

Meng, ga ngerti jujur dah huhu.

“Meng, katananya di simpen dulu ga papa kan?”

Dia enggan banget noleh kebelakang njir, ini dia lagi ngalangin kek lagi jagain gue gitu loh. Padahal cuman ada suara orang jalan dari lorong coba, tapi ya aneh sih masa ruangan kedap suara gini bisa denger suara ketukan kaki orang jalan di lorong.

Tok! Tok! Tok!

Fiks! Gue pen pingsan. Katananya udah mulai mau nerobos daging orang nih!

“Meng, bahaya meng! Jan dibuka katananya!”

“BANG! BANG NYONG! BUKA PINTU!!”

“CHAN?!”

“CHAN-SII?!”

hnggg? Kenal chan? Bodo lah nanti aja. Gue bukain dah pintu ni anak dulu, ngeribut aja bikin tetangga pada keluar.

“Oh! Jihoon-ah?!” chan panggil jihoon-ah(?)

“Ya! Lee chan!” jabat tangan dong mereka, btw katananya udah di disimpen lagi diekornya. ga kalian doang yang penasaran gimana cara dia nyimpen, gue pun juga.

Ni orang bedua kek jenguk temennya yang udah lama ngerantau deh, iya bre gue ditinggalin sendiri dipintu.

Keknya biarin aja dah mereka ngobrol, toh satu bahasa. Mending gue mandi dulu deh, soalnya tadi sore ga mandi ngihihi.

“Master-nim mau kemana?” suaranya imut bangetttt

“Mau mandi meng, kan ga mandi dari pagi tadi hihi”

“Ah~, baiklah!” senyumnya lebar lagi hueueue ga mau ninggalin.

“Sonoh bang mandi, ni gue lagi ngajarin jihoon biar lancar ngomongnya!”

Iya sih masih kebata-bata, tapi gue seneng banget! Jadi pengen ngomong lagi sama si meng!! Let's go kita mandii!!!

happiness day with you


Jam kosong yang terus berlangsung dari awal upacara hingga sampai saat ini jam makan siang yang sudah berjalan 2 menit setelah lonceng berbunyi.

Siang ini jihoon makan siang sendirian dan soonyoung yang melihat keberadaannya ikut tergerak hati ingin menemaninya yang keseorangan diri itu.

“Dika!, rel! Lo makan aja bedua di meja sebelah ariffa, gue mau duduk berdua sama dia. Mana tau pengen suap-suapaan hahayy~” ucapnya sambil meninggalkan kedua temannya yang masih mennyendokan serba-serbi makanan sekolah.

“Pede banget lo ka, hati-hati kebangun sakit loh! Hahaha” gurau dika yang mendorong farel agar menuruti perintah arka duduk di meja yang berbeda dengannya.

“Hai aripaaa~!” sapa arka pada ariffa yang di balas senyum pelit olehnya.

“Kok sendirian? Kemana tuh tema-”

//ppaak!

“Huffttt~ untung aja ga kena nih muka ganteng kamu hehe” ucap arka sembari menyeka pipi ariffa karena cipratan susu yang di lempar oleh ziqri ke punggung arka.

“Woi!! Lo jan pegang-pegang punya gue kenapa?!” lantang suara teriak ziqri yang berada di ujung belakang arka.

“Dah~ dah bersih nih, yok makan!” ajakan arka yang masih santai memakan makan siangnya dan mengacuhkan pembicaraan ziqri.

Saat arka melahap makanannya dengan punggung yang lengket akibat tumpahan susu, ariffa pun mengangkat tangannya kemudian menyeka cipratan susu tadi di wajah arka.

“Kenapa ga ngehindar?” tanya ariffa

“Ntar kamunya kena, apa lagi kan aku ga tau kalo dia lemparin. Dan untungnya ada tameng nih punggung aku haha, untung punggung gede ini berguna haha” polos arka sambil mengankat bahunya.

“Makasih udah lindungin gue” ucapnya lirih masih dengan tangan yang sibuk mengusap wajah arka yang terkena susu.

Senyum teduh arka yang hampir habis ditarik ujungnya di nampakan sambil mengangguk kuat dan menguyah makanannya. Ariffa yang melihat pun ikut tersenyum dan memajukan badannya ke arah telinga arka.

“Mau cabut ga?!”

“WOI ARIFFA LO KENAPA MALAH MAKIN DEKET SAMA DIA SIH!”

tanya ariffa kepada arka dan menghiraukan teriakan ziqri dengan mengacungkan jari tengah kepadanya tepat saat ia membisikan kalimat itu kepada arka.

Setelah selesai berbisik ia melemparkan senyumnya dan menaikan alis seperti menunggu persetujuan. Arka pun mengiyakannya dengan menghabiskan seluruh makanannya dengan tergesa dan menarik tangan ariffa. Kemudian mereka berlari menuju tembok belakang sekolah bersama guna untuk bolos sekolah.

“Sialan lo berdua! Liat ya gue samperin lo!!” teriak ziqri kesal lagi melihat mereka berlari sambil bergandengan tangan.

Sesampainya di tembok belakang sekolah yang bisa dibilang cukup tinggi untuk ukuran ariffa, arka pun berjongkok dan menepuk bahunya agar menjadi pijakan untuk ariffa naik.

“Naik yok sini!”

“Ntar jatuh gimana?”

“Ga bakalan! Aku jamin kamu aman”

Ariffa pun mengiyakan kemudian menaiki bahu arka sebagai tumpuannya dan tak lama ia berhasil lolos dari dinding itu, sedangkan arka lolos dengan satu lompatan dengan tumpuan lari jarak jauh.

Ariffa yang melihat aksi ekstrimnya terkaget heran dan membersihkan kemeja pada bahu ariffa karena pijakannya tadi.

“Makasih ya!”

“He'eng! Sama sama hihi. Yok mau kemana?”

Mereka pun memulai aksi bolos mereka untuk pergi menukar baju arka yang terkena tumpahan susu tadi ke rumah nya terlebih dahulu.happiness day with you


Jam kosong yang terus berlangsung dari awal upacara hingga sampai saat ini jam makan siang yang sudah berjalan 2 menit setelah lonceng berbunyi.

Siang ini jihoon makan siang sendirian dan soonyoung yang melihat keberadaannya ikut tergerak hati ingin menemaninya yang keseorangan diri itu.

“Dika!, rel! Lo makan aja bedua di meja sebelah ariffa, gue mau duduk berdua sama dia. Mana tau pengen suap-suapaan hahayy~” ucapnya sambil meninggalkan kedua temannya yang masih mennyendokan serba-serbi makanan sekolah.

“Pede banget lo ka, hati-hati kebangun sakit loh! Hahaha” gurau dika yang mendorong farel agar menuruti perintah arka duduk di meja yang berbeda dengannya.

“Hai aripaaa~!” sapa arka pada ariffa yang di balas senyum pelit olehnya.

“Kok sendirian? Kemana tuh tema-”

//ppaak!

“Huffttt~ untung aja ga kena nih muka ganteng kamu hehe” ucap arka sembari menyeka pipi ariffa karena cipratan susu yang di lempar oleh ziqri ke punggung arka.

“Woi!! Lo jan pegang-pegang punya gue kenapa?!” lantang suara teriak ziqri yang berada di ujung belakang arka.

“Dah~ dah bersih nih, yok makan!” ajakan arka yang masih santai memakan makan siangnya dan mengacuhkan pembicaraan ziqri.

Saat arka melahap makanannya dengan punggung yang lengket akibat tumpahan susu, ariffa pun mengangkat tangannya kemudian menyeka cipratan susu tadi di wajah arka.

“Kenapa ga ngehindar?” tanya ariffa

“Ntar kamunya kena, apa lagi kan aku ga tau kalo dia lemparin. Dan untungnya ada tameng nih punggung aku haha, untung punggung gede ini berguna haha” polos arka sambil mengankat bahunya.

“Makasih udah lindungin gue” ucapnya lirih masih dengan tangan yang sibuk mengusap wajah arka yang terkena susu.

Senyum teduh arka yang hampir habis ditarik ujungnya di nampakan sambil mengangguk kuat dan menguyah makanannya. Ariffa yang melihat pun ikut tersenyum dan memajukan badannya ke arah telinga arka.

“Mau cabut ga?!”

“WOI ARIFFA LO KENAPA MALAH MAKIN DEKET SAMA DIA SIH!”

tanya ariffa kepada arka dan menghiraukan teriakan ziqri dengan mengacungkan jari tengah kepadanya tepat saat ia membisikan kalimat itu kepada arka.

Setelah selesai berbisik ia melemparkan senyumnya dan menaikan alis seperti menunggu persetujuan. Arka pun mengiyakannya dengan menghabiskan seluruh makanannya dengan tergesa dan menarik tangan ariffa. Kemudian mereka berlari menuju tembok belakang sekolah bersama guna untuk bolos sekolah.

“Sialan lo berdua! Liat ya gue samperin lo!!” teriak ziqri kesal lagi melihat mereka berlari sambil bergandengan tangan.

Sesampainya di tembok belakang sekolah yang bisa dibilang cukup tinggi untuk ukuran ariffa, arka pun berjongkok dan menepuk bahunya agar menjadi pijakan untuk ariffa naik.

“Naik yok sini!”

“Ntar jatuh gimana?”

“Ga bakalan! Aku jamin kamu aman”

Ariffa pun mengiyakan kemudian menaiki bahu arka sebagai tumpuannya dan tak lama ia berhasil lolos dari dinding itu, sedangkan arka lolos dengan satu lompatan dengan tumpuan lari jarak jauh.

Ariffa yang melihat aksi ekstrimnya terkaget heran dan membersihkan kemeja pada bahu ariffa karena pijakannya tadi.

“Makasih ya!”

“He'eng! Sama sama hihi. Yok mau kemana?”

Mereka pun memulai aksi bolos mereka untuk pergi menukar baju arka yang terkena tumpahan susu tadi ke rumah nya terlebih dahulu.

i trust you can believe me


Hari ini soonyoung sudah mengambil jadwal dinas subuhnya dan sekarang ia bisa bersantai diteras apartemennya sambil menunggu peliharaannya siuman agar bisa ia berkenalan dengan baik.

Waktu sudah menunjukan jam 12 siang, jihoon sang hybrid bangun dengan wujud manusianya. Ia perperanjat saat ia mengetahui ruangan asing mana lagi yang sedang ia singgah.

Jihoon keluar dari ruangan itu dengan masih bertelanjang dada karena luka pada bahu dan dada sebelah kanannya memiliki luka yang parah hingga untuk memakai baju saja sulit.

Kini ia memindai seisi ruangan apartemen soonyoung yang sangat luas dan minimalis ini hingga ia berhenti saat tepat melihat sang empu rumah sedang berdiri didepan balkon teras apartemennya dengan angin yang menerpa dan membuat surainya acak.

Bagian tubuh belakang jihoon yang memiliki bulu yang lebat berwarna putih itu pun mengibas ke kiri dan ke kanan. Seakan ia juga menikmati pemandangan indah siang hari dari dalam rumahnya menuju balkon.

Brak..srrrrrrr......

Akibat dari kibasan ekor jihoon, vas bunga yang ada tepat di sebelahnya terjatuh dan menumpahkan pasir didalamnya.

Jihoon kaget dan langsung membersihkannya, namun ada tangan seseorang yang ikut membantunya membersihkan ulahnya itu. Ya, dia soonyoung majikan jihoon yang juga ikut terkejut saat mendengar suara vas bunganya jatuh.

“Udah~ kamu duduk aja. Biar aku yang beresin” menyandarkan jihoon pada sofanya sambil menyenderkan cardigannya pada bahu jihoon.

Binaran dari mata jihoon terpancarkan karena kebaikan soonyoung kepadanya, hingga ia merasa bersalah telah membuat soonyoung kerepotan membantunya membersihkan tumpahan pasir itu.

“Jjeoseung-hamida~” (maafkan saya) Ucap jihoon lirih hingga soonyoung mendengarnya samar.

“Hah?! Kamu ngomong apa barusan cing?” teriak soonyoung hingga membuat jihoon yang menunduk terperanjat menegakan kepalanya.

“Hah!//terkejut, Jjeoseunghamida masternim! Jjebal ttorajoshipshio! Eh?” (hah!, maafkan saya master, tolong hukum saya!,eh?)

Soonyoung membuat jihoon terkaget kembali karena ia sekarang sedang menyodorkan gawainya untuk menterjemahkan bahasa hybrid tersebut agar ia bisa pahami.

ah! Maaf masternim, hukum saya tolong //suara translate yang tak bisa diandalkan.

“Apaan hukum-hukum, ini cuman kecelakaan kecil ga penting banget pake hukum segala. Masa iya gue tega hukum kucing gue yang imut begini?” ucap soonyoung sambil mengelus surai jihoon hingga tak sengaja menyentuh telinga kucingnya.

“Ha-hajima!~” (hen-hentikan!~)

“Eung? Sakit ya? Apa gue salah pegang?”

Jihoon pun akhirnya menyerah berkomunikasi dengan soonyoung dan memutuskan menggunakan bahasa tubuh.

Ia menunjuk telinganya, kemudian menyilangkan tangan sebagai ganti kata larang dan menyatukan tangan seperti memohon.

“Ahh~ oke oke, ga bakalan gue pegang lagi tuh kuping. Pasti sensitifkan?”

Jihoon mengangguk saat soonyoung mengucapkan sensitif sambil ikut menyilangkan tangannya seperti tanda silang.

Perlahan soonyoung mulai bisa beradaptasi dengan jihoon, namun jihoon masih enggan untuk mendekatkan diri pada masternya mengingat kejadian yang membuat soonyoung kembali trauma dengan apa yang sudah hybrid kucing miliknya lakukan padanya.

“Appayo masternim?~” (sakitkah masternim?)

Jihoon menunjuk leher soonyoung dan membuat si empu mengerinyit. Soonyoung ingin sekali berteriak kesakitan namun ia tak tega melihat hybrid kucingnya itu sedang memandang lukanya yang secuil dengan tatapan sendu.

Kalo boleh jujur, soonyoung akan mengatakan sakitnya sungguh luar biasa, seperti luka ringan yang diberi jeruk asam diatasnya. Namun sayang soonyoung tak tahu jikalau katana milik hybrid kucingnya itu bukan katana biasa.

“Shh~ gak sakit kok cing, masa luka leeeaacet!~ gi- nihhhh sakit hehe” ucap soonyoung kesakitan saat jihoon mencoba menjilat luka dilehernya itu.

“Heung~ cing! Kok sakitnya hilang? Lah sayatannya juga ga kerasa? Kamu penyihir ya cing?” tunjuk soonyoung kepada jihoon yang sedang mengusap mukanya sambil menjilati tangannya.

Jihoon menengleng heran dan soonyoung pun dibuat geram hingga menelusupkan kucing hybrid itu pada pelukan soonyoung.

“Nggg! makasih cing! Baik banget dah” ucap soonyoung yang dibalas anggukan oleh jihoon sambil menggoyangkan ekornya senang walau ia masih merasa terintimidasi soal kejadian tak sopannya barusan.

how i can believe you?


Sesampainya mereka dikediaman soonyoung, seokmin masuk terlebih dahulu sambil menggendong kucing putih itu menuju kamar soonyoung untuk memasangkan infus pada tangan gembulnya. mengingat kucing tersebut masih dalam masa penyembuhan.

“Seok! Mari dulu dah gue tanya bener bener ama lo!” memanggil seokmin agar duduk di sofanya setelah mereka berdua sibuk bebersih sedikit apartemen soonyoung.

“Hemm~iya bang apa tuh?” tanya seokmin kembali sambil duduk menyeruput teh yang ia seduh.

“Jadi, ntar tugas gue melihara sama ngasih makannya aja kan?” kalimat soonyoung yang mudah sekali dilontarkan olehnya ini membuat seokmin menipis dahinya kesal.

“Aduh! Bang~ bukan gitu doang elah!. Lo tau ga gimana sistem jajan?”

“Jajan? Belanjaan bulanan?”

“Gue tau otak lo udah pasti tau selangkangankan? Jadi ga mungkin lo merasa ambigu waktu gue bilang jajan”

tegas seokmin sambil menyilangkan kakinya menyeruput kembali teh racikannya.

“Hehe, iya tau soalnya gue sama nenek lampir pernah”

“Nah tuh kan, lo aja pernah!. Jadi gini bang sistemnya itu lo jadi majikannya nih disini, sebutannya itu master dah harfiahnya. Kalo lo pengen sebutan lain juga bisa kaya sebutan manja ala sudad”

Jelas setengah dari seokmin yang langsung terputus saat soonyoung memberikan reaksi.

“Plis? Sudad banget nih? haha”

“Iya bang, sistemnya sama aja kaya sudad tapi ini lebih ke kaya lo udah nikah sama subab lo, jadi lo bisa manja manjaan kalo capek kerja, atau bahkan lo bisa main diranjang bareng loh!” goda seokmin sambil menyikut lengan soonyoung.

“Serius lo?!”

Soonyoung yang mendengar langsung mengalihkan badannya tepat disebelah seokmin untuk meyakini perkataannya barusan dan seokmin pun mengangguk.

“iya bang serius. Soalnya hybrid bakalan nurut sama yang udah nolongin dia. Tapi hati-hati dan pelan-pelan aja lo sama hybrid yang ini ya bang, soalnya dia agak misterius dan lo ga bakal ngerti dia siapa, dari mana karena itu privasi. Tergantung sih kalo dia udah siap cerita mungkin lo bakal tau. Tapi amannya itu dia baik kok dan gemesin kalo udah tau tuannya siapa. Ah! Dan juga lo bisa ajarin dia pake bahasa indo kok bang. Caranya ya sama kaya ajarin anak tk ngehehe” jelas singkat seokmin kembali

“Gue jadi guru nih sekarang?”

Seokmin menggelengkan kepalanya dan memberitahu soonyoung bahwa ia akan membantunya dalam merawat hybrid ini.

“Ga kok bang, lo usahain buat diri lo jadi majikannya. Ya kaya lo ngerawat hewan kaya biasanya tapi lo harus banyak nunjukin kasih sayang lo sama dia kaya lo sayang sama pacar. gue bantu lo juga kok bang aman~, lo bisa cuti buat beradaptasi sama hybrid lo seminggu ini karena klinik hewan gue bakal libur dulu dan gue ambil alih tugas lo di ruang operasi, ok?” tanya seokmin sambil mengacungkan jempolnya kepada soonyoung.

Soonyoung hanya diam karena ia masih bingung, bagaimana cara merawat hybrid berbahaya ini.

Sebenarnya jihoon bukanlah kucing yang berbahaya. Hanya saja soonyoung trauma akan kejadian tadi malam yang mengakibatkan lehernya lecet.

Karena seokmin akan menolongnya maka soonyoung pikir apa salahnya untuk mencoba.