❀ siluetfrasa

— être dans la lune

幽玄 — soul-knotted, a prequel.

.

.

“Sumpah lo mau ke Daegu sekarang? Pake KTX—jam segini? Mau mati karena sesak nafas, ya, lo?”

Read more...

Taehyung kembali masuk ke kamar, tahu Jeongguk bakal mengekor. Cukup sulit membawa laki-laki yang mengaku mabuk itu turun. Membiarkan kartu entry masih di pintu, Taehyung melangkah masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur queen-size.

Tak lama, suara langkah Jeongguk yang sebagian besar dibisukan karpet merah hotel terdengar mendekat. Bunyi pintu kembali terkunci, bayangan Jeongguk mendekat, sebelum kedua telapak tangan Jeongguk mendarat di kanan dan kiri kepala Taehyung. Masih terbaring, Taehyung menjulurkan lidah pada wajah Jeongguk yang memerah akibat suhu dingin Paris dan sisa episode mabuknya.

“Sudah sadar?” Taehyung bertanya, melipat lengan di atas dada.

“Minuman tadi bukan sekadar alkohol, Tae,” Jeongguk berkilah. “Ada magic mushroom-nya, pasti.”

“Lagian main diterima aja, gak cek dulu ke penduduk lokal. Tanya ke staf di hotel ini, kek, sebelum minum. Tiba-tiba malah manjat ke gedung tetangga... untung gak ada yang lapor ke polisi setempat.”

“Maaf, maaf.”

Taehyung menjulurkan lidah lagi. Memutar mata. Jeongguk terlalu sering melakukan hal yang seharusnya sudah ditinggalkan oleh usianya sekarang... kadang terlalu bersemangat dan antusias bisa menyakiti dirinya dan itu yang Taehyung khawatirkan.

“Tae?”

“Hmmm.”

“Kita udah nikah?”

Taehyung mengangguk.

“Mana buktinya?”

“Surat nikahnya ada di Kor—“

“Cincin.”

Taehyung mengangkat tangan kanannya. Tersemat di jari manisnya, cincin emas putih polos yang Jeongguk berikan sepulang dari pesta pribadi kementerian pangan India di Dubai. Dia tidak percaya Jeongguk lupa pada kenyataan bahwa mereka sudah menikah hanya karena menenggak minuman beralkohol. Dan Jeongguk tidak semabuk itu.

“Kok aku lupa, ya, Kak.”

Taehyung mendengus. “Bohong ya kamu?” Taehyung menyentil kening laki-laki itu dengan lembut. “Kayak dulu. Pas kamu skripsian. Ingat gak? Pura-pura marah ke aku biar aku ngasih izin ke kamu buat nginap.”

“Ingat. Pas dulu pandemi, kan? Ketemuan sama kamu susahnya kayak mau ketemu sama dosen yang sibuk bimbing skripsi, tesis sama disertasi sekaligus,” Jeongguk menurunkan tubuhnya, menambah beban pada suaminya dan menciumi wajah Taehyung. Tangannya menggenggam erat jemari Taehyung yang bercincin. “Aku gak bohong... cuma pura-pura bohong. Biar diperhatiin ekstra sama kamu. Hehe.”

Taehyung tertawa. “Tuh, kan, benar. Cemasku sia-sia, dong?”

“Gak sia-sia, dong. Apa yang sia-sia dari kamu? Gak ada.”

Taehyung menangkup sisi kepala Jeongguk. Tersenyum padanya seperti bulan sabit, dan Jeongguk mengecup jarinya karena tidak bisa mengecup pipi yang membundar itu. “Lainkali ingat... nama kamu Kim Jeongguk.”

Jeongguk terkekeh. “Dan nama kamu Jeon Taehyung.”

— FIN (beneran).


Taehyung terlambat satu jam lebih empat puluh lima menit. Keamanan sekolah membukakan pintu gerbang dengan wajah kosong, kaget bukan main karena yang melintasinya di hari pertama masuk sekolah adalah Kim Taehyung, anak teladan nomor satu dengan kesempurnaan di seluruh aspek dua puluh empat tujuh.

Read more...


Begitu Taehyung menapakkan sepatu keds hitam di ruang kelas XI IPS 2, Jeongguk tahu keadaan Taehyung masih sama dengan kemarin. Terlambat satu jam lebih, seragam kusut, kancing yang tidak berpasangan, wajah murung dan kehilangan ambisi. Jeongguk sudah siap mengacungkan tangannya lagi membela laki-laki yang selalu jadi pusat pikirannya.

Read more...

Aku tidak bisa melihat apapun selain buram dan cahaya acak. Aku lari keluar dari kelas yang kosong karena ini jam istirahat—atau pulang, entah, rasanya waktu berhenti dan aku tertahan di dua minggu lalu sebelum semua petaka ini terjadi. Kira-kira aku belok, menunduk agar siapapun tidak melihat tangis yang membutakan, dan berjongkok di bilik kamar mandi paling sempit di lantai satu.

Read more...

Taehyung paling suka datang paling pagi,

Read more...

Aku bergegas lari ke arah lift eksekutif, memeluk pouch yang selalu kubawa di setiap perintah Pak Jeon berkumandang.

Read more...

“Bisa dimulai bersih-bersihnya, Pak Taehyung. Bos bilang cukup rapikan sebagaimana Pak Taehyung bersih-bersih, anggap saja rumah sendiri.”

Read more...

Taehyung sudah menyiapkan segala keperluan bahan dan alat-alat untuk membuat kue.

Read more...

Pipi Taehyung terbakar membaca lanjutan obrolan di LINE.

Read more...