SHE KNOWS
“Oh! Hello crackhead!” seru Sheren saat melihat Willa baru saja keluar dari kamar mandi.
“Udah lama disini?” tanya Willa.
“Ngga juga sih,” jawab Sheren lalu kembali membaca buku yang dia ambil tadi dari rak bukunya Willa.
“Ohiya, aku belum sempet kasih tau ke kamu kemarin kalau hari ini Kiran gak bisa dateng nemuin kamu, katanya sih udah ada janji sama orang lain,” celetuk Sheren.
“Sama siapa?”
“I don't know,” balas Sheren sambil mengangkat kedua bahunya.
Willa menghembuskan nafasnya dengan berat, tentu saja Sheren mendengar itu.
“Kenapa?”
“Ngga, aku cuman ngerasa bersalah aja karna udah cuekin dia kemarin gara-gara rasa kesel aku ke papa,” jelas Willa.
Sheren menutup buku yang dia baca lalu pindah untuk duduk di sebelah Willa.
“Kamu sesayang itu ya sama Kiran?” tanya Sheren. Willa mengangguk pelan.
“She's so lucky!” seru Sheren. “Well, itu juga bukan salah kamu sih, dia juga pasti bakal ngerti kok.”
“Semoga aja,” gumam Willa.
“Saingan aku kayaknya berat banget ya, apa aku harus jadi pemain volly juga biar bisa di taksir sama kamu?” celetuk Sheren.
Mendengar itu Willa langsung menoyor kepala Sheren dengan pelan. Kebiasaanya yang satu ini memang tidak pernah hilang sepertinya.
Sheren tertawa kecil, “I'm just kidding, dummy!”
“Salah sendiri pindah ke US ngga bilang-bilang, udah gitu hilang tanpa kabar sama sekali pula,” dengus Willa.
“Waah, jadi maksudnya kalau aku ngga pindah ke US secara tiba-tiba kamu bakal suka sama aku gitu?” canda Sheren.
“Uhmm...maybe?”
Sheren tertawa mengejek lalu melempar bantal sofa pada Willa dengan kencang.
“Ngomong-ngomong handphone kamu dari tadi bunyi, kayaknya sih ada pesan masuk,” ucap Sheren yang kembali melanjutkan bacaanya.
“Kirana, she is very lucky because she can make someone like you open your heart to girls.”
Willa berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke meja belajar untuk memeriksa handphonenya apa benar ada pesan atau tidak.
Baru melihat layar handphonenya saja Willa sudah mengerutkan dahinya bingung, apalagi dengan pesan Ray.
“Pesan dari siapa?” tanya Sheren.
“Nala, Ray sama Yudith,” jawab Willa sambil jari-jarinya mencari aplikasi burung biru itu.
Willa penasaran dengan pesan dari Ray, kenapa ngga boleh lihat twitter? Dan saat aplikasi burung biru itu terbuka disitulah Willa paham.
“Sheren, siap-siap. Kita keluar sekarang,” ucap Willa dengan suara beratnya.
“Huh? Mau kemana?”
Kiran sampai di rumah adik tiri Mamanya atau lebih tepatnya di rumah sepupu kembarnya sambil membawa box pizza ukuran besar.
“Loh? Kiran?” seru Sheila.
“Sore kak Shei ku yang paling cantik!” sapa Kiran dengan gembira dan memeluk kakak sepupunya itu.
“Alen sama Ila ada di rumah kan?”
“Ada, tadi mereka juga udah ganti baju, kalian mau keluar ya?”
“Hah? Aku kesini karna di minta sama mereka berdua, katanya Ila lagi sensi makannya aku kesini sambil bawa pizza pesanannya dia.”
“Lah, pas kakak tanya mereka bilangnya mau keluar bareng kamu,” ucap Sheila.
“Eh, udah dateng lo?” sahut Kalendra yang turun dari lantai atas bersama Kayla.
“Nih, pizza yang lo mau!” ujar Kiran.
“Kasih ke kakak aja, kita bertiga cari makan di luar sekalian quality time,” kata Kayla.
“Ish, tau gitu gue pakai baju yang bagusan dikit,” dengus Kiran.
“Ngapain? Lo udah cantik kayak gini, udah ayo nanti keburu malam!”
Kayla mengambil box pizza dari tangan Kiran dan di berikan pada kakaknya.
“Bilangin ke Mama sama Papa aku sama Kalen keluar bareng Kiran ya, kak!” pamit Kayla.
“Hati-hati!” teriak Sheila.
Melihat pizza di tangannya, Sheila jadi teringat Willa. Dia belum sempat mengucapkan kata selamat atas kemenangan Willa di turnamen kemarin.
Walaupun sedikit kesal Kiran tetap mengikuti kedua sepupunya ini yang membawanya entah kemana, dia juga tidak tau mereka akan mencari makan dimana
“Gue mau nanya sesuatu deh, mumpung lo berdua ada di depan mata gue saat ini!” celetuk Kiran memajukan sedikit badannya ke depan lalu melirik Kayla dan Kalendra yang duduk di samping kiri dan kanan secara bergantian.
“Lo kalau nanya soal Willa gue pukul ya! Jangan nyebut nama dia dulu, gue gak mau mood gue makin ancur,” timpal Kayla yang seolah tau pertanyaan dari Kiran itu apa.
“Kok lo tau sih gue mau nanya soal Willa?” ujar Kiran.
Kalendra tertawa, “Mending lo kali ini ngalah aja, daripada nanti moodnya si Ila makin gak bagus.”
Kiran mendelik, padahal dia hanya ingin membantu jika mereka memang punya masalah. Karna nanti dia sendiri yang akan pusing.
Sekitar 20 menit mencari tempat yang pas untuk mereka habiskan waktu bersama, akhirnya mobil mereka berhenti di salah satu cafe.
Cukup ramai tapi setidaknya cafe ini terlihat sangat besar dan luas. Saat masuk ke dalam cafe ternyata ada cukup banyak orang yang mengenal Kiran bahkan sampai meminta foto bersama dan juga tanda tangan.
Selesai mengadakan jumpa fans dadakan ketiganya memilih untuk duduk di bagian luar cafe dengan tujuan nanti tidak di ganggu oleh fans-fans Kiran.
“Fans lo banyak banget padahal artis aja bukan,” ujar Kalendra.
“Gue kan cantik yah, jadi jangan heran sih fans gue banyak,” timpal Kiran.
“Dih, sombong!” ketus Kayla.
Berbeda dengan Triple K yang sedang tertawa bersama seolah tidak ada beban yang mereka tanggung, Sheren malah merasa hawa-hawa Willa yang sekarang sangat tidak bersahabat.
Dari mereka masuk mobil sampai sekarang mereka tiba di salah satu parkiram cafe yang Sheren juga ngga tau ini dimana, ekspresi Willa itu sudah menyeramkan sangag berbeda saat di rumah tadi.
“Willa, kita sebenarnya mau kemana sih?” sahut Sheren ikut turun dari mobil dan mengekori Willa dari belakang.
“Kamu mau nyari siapa di—oh? Itu Kiran bukan?”
Sheren menunjuk tempat Kiran duduk bersama Kayla dan Kalendra. Kedua mata Willa mengikuti arah telunjuk Sheren.
Benar saja itu Kiran.
Dengan langkah yang terburu-buru Willa mendekat ke arah mereka bertiga, Sheren berlari kecil mengejar Willa.
“Jadi ini orang yang janjian sama kamu?” sahut Willa.
Kiran menoleh, kaget melihat Willa dan Sheren yang berada di belakangnya.
“Wi–Willa? Kok kamu bisa ada disini?”
“Aku udah pernah bilang kan jangan deket-deket sama mereka? Kenapa sekarang malah keluar bareng mereka berdua?” tekas Willa.
“Wil, itu...aku—”
“Ayo, pulang sekarang!” Willa meraih lengan Kiran dan mengajaknya pulang tapi dengan cepat di tahan oleh Kalendra.
“Weits, sabar dong! Lo gak liat dia lagi bareng gue sama Kayla?”
Sheren yang tidak paham dengan situasi antara mereka berempat hanya bisa diam memantau.
“Gue ngga ngomong sama lo, jadi lo diem!” ketus Willa lalu menarik Kiran secara paksa dari sana. Sheren menyusul, Kayla dan Kalendra juga ikut menyusul di belakangnya.
“Willa, tunggu dulu,” ujar Kiran.
“Tunggu apa? Aku kan udah minta kamu buat jauhin mereka, aku udah bilang aku ngga suka liat kamu deket sama mereka berdua, terus sekarang apa? Kamu malah nolak buat ketemu sama aku dan malah pergi keluar bareng mereka!” bentak Willa.
Kiran kaget, karna ini pertama kalinya Willa membentaknya, ini kali pertama juga dia melihat Willa sangat emosi.
“Di saat aku butuh kamu, kamu malah pergi keluar bareng orang lain, kamu lebih milih buat nolak ketemu sama aku dan pergi bareng mereka, kamu pikir aku suka?!”
“Kamu kenapa sih?” kata Kiran.
“Kamu yang kenapa? Udah jelas aku gak suka kamu deket-deket sama mereka, aku—”
“Kamu kenapa? Kenapa aku harus jauh-jauh dari mereka? Kenapa aku gak bisa deket sama mereka? Kenapa?!” potong Kiran.
“Setiap kali aku tanyain kamu soal ini kamu ngga pernah ngasih jawaban yang bener! Kamu marah karna aku jalan keluar bareng mereka tanpa ngasih tau ke kamu tapi kamu sendiri gimana? Kamu bilangnya mau istrahat tapi kamu malah jalan keluar bareng Sheren!”
“Apa aku marah? Engga! Kamu bohongin aku dan itu jauh lebih buat aku kecewa tau ngga!”
“Lo kok ngga sopan banget sih? Kiran tuh lagi bareng kita kenapa malah lo tarik seenaknya?” celetuk Kalendra.
Willa memejamkam matanya mencoba untuk menahan emosinya.
“Lo ngga usah ikut campur!” tekas Willa.
“Harus lah, Kiran perginya bareng gue jadi dia tanggung jawab gue!” timpal Kalendra menarik Kiran kembali.
“Gue bilang lo ngga usah ikut campur anjing!”
Bertepatan dengan teriakannya itu satu pukulan melayang tepat di rahang kiri Kalendra sampai membuat cowok tinggi itu tersungkur di tanah.
“Alen!”
“Oh my good Willa! What are you doing?!” Sheren yang kaget langsung menarik Willa menjauh sebelum Kalendra di pukul lagi.
“Willa! Kamu tuh apa-apaan sih?!” teriak Kiran.
“Kamu belain dia? Kamu belain dia daripada aku?!”
“Itu karna kamu yang salah, Willa!”
“Lo kalau kesel karna Papa ngga ngucapin selamat ngga usah main pukul gini dong!” sentak Kayla.
“Kenapa? Lo ngga terima Papa cuman ngucapin selamat sama kita? Lo harusnya sadar Papa ngga pernah nganggap lo sebagai anaknya!”
PYAAAR
Kepala Kiran serasa mau pecah saat itu juga. Dia terdiam seribu bahasa dan menatap Willa, Kalendra, Kayla secara bergantian.
Kiran mulai berfikir dengan keras, Willa yang tidak suka dengan Kayla dan Kalendra. Cerita Nala tentang Willa yang sama sekali tidak pernah akur dengan saudara tirinya begitu juga dengan kedua sepupunya ini yang tidak pernah akur dengan saudara tiri mereka. Sikap dan tatapan Willa yang tiba-tiba menjadi dingin setiap bertemu Kayla dan Kalendra.
Kalendra yang tiba-tiba menanyakan perihal hubungannya Willa dan dia, Willa yang pernah bilang kalau saudara tirinya itu adalah saudara kembar sepasang.
Sekarang dia tau bahwa Kayla dan Kalendra itu saudara tiri Willa yang sering di ceritakan oleh Willa. Kenapa dia bisa tidak menyadari benang-benang merahnya.
Dia harus bagaimana sekarang?
“Jadi ini, saudara tirinya yang di ceritain Willa waktu itu,” batin Sheren menatap Kayla dan Kalendra dengan tajam.
“Karna kita baru kali ini ketemu, aku bakal lupain apa yang udah kamu bilang tadi, tapi lain kali aku pastiin kamu ngga bisa ngomong sembarangan lagi,” sela Sheren sambil tersenyum, menahan Willa agar tidak menyerang lagi.
“Kiran, kamu obatin dulu temen kamu itu, kalau udah selesai langsung nyusul kita aja ya?” ucap Sheren. “Willa biar aku yang urus.”
“Ngga perlu nyusul, lagian aku bukan siapa-siapanya dia,” celetuk Willa lalu pergi meninggalkan mereka.
“Maaf ya, Kiran! Nanti aku chat kamu lagi kalau moodnya Willa udah agak mendingan!” ucap Sheren kemudian berlari menyusul Willa.
“Kenapa....”
“Kenapa ngga pernah bilang ke gue kalau Willa tuh saudara tiri lo berdua?!” teriak Kiran.
“Kenapa lo berdua ngga pernah ngasih tau gue kalau Papanya Willa itu bokap lo berdua juga? Kenapa?!”
“Ran, kok lo jadi marah gini sih? Kita ini sepupu lo!”
“Justru itu! Justru karna lo berdua itu sepupu gue semuanya jadi kacau tau ngga!” bentak Kiran.
“Jadi selama ini....”
“Kata-kata lo tadi udah keterlaluan tau ngga! Lo harusnya ngga ngeluarin kata-kata itu kalau dari sejak lo lahir lo udah dapat kasih sayang dari om Renold!” ucap Kiran.
Kiran memijit keningnya, tidak tau harus bagaimana sekarang. Semuanya jadi rumit.