taeyangbii


Sesampainya di IKEA Seungwoo dan Seungyoun pun berkeliling mencari hadiah yang tepat untuk Sungwoon.

“Ini mejanya bagus sih mas, ga gede, ga kecil juga, mau diselipin diruang mana pun bisa. Rumahnya minimalis banget emang?” Tanya Seungyoun sambil mengelus meja dihadapannya.

“Engga sih, sedang lah. Tapi meja ini bagus juga ya, kesannya minimalis malah bikin penghias gitu ngga sih jatuhnya tapi tetap berfungsi secara baik, iya kan?”

Seungyoun mengangguk mendengar pendapat Seungwoo. “Yaudah, tolong ya meja ini bisa langsung dikirim kan?” Tanya Seungwoo kepada salah satu pegawai.

“Bisa pak, silahkan ikut saya untuk mengurusnya.”

“Aku urus ini dulu ya Youn, kamu liat-liat aja dulu sambil nungguin.”

“Iya mas gapapa santai aja.”

Seungyoun pun berjalan sendiri melihat berbagai furniture yang menyegarkan mata, dirinya menelusuri bagian perabotan makan, melihat berbagai macam piring, gelas bahkan mug. Tak sengaja mata Seungyoun melihat mug pasangan bergambar karakter snoopy, diambilnya salah satu mug tersebut dan ia pun pun pura-pura minum menggunakan mug tersebut.

“Gemes banget engga bisa beli satu aja apa ya?”

“Gimana kalau beli dua-duanya aja?”

Seungyoun terperanjat dan memeluk erat mug digenggamannya saat mendengar suara seseorang dibelakangnya, “mas Seungwoo ih ngangetin!” Seungyoun reflek memukul lengan Seungwoo sedangkan oknum yang membuat terkejut hanya tertawa. “Minum apa tadi tuh didalam mugnya?”

“Minum kopi tapi kopinya keburu dihabisin, tuh kosong kan? Hehehe.” Seungyoun menunjukan mugnya kepada Seungwoo.

“Kamu mau?” Tanya Seungwoo.

“Mau tapi ngga bisa beli satu.”

“Yaudah beli aja 1 set itu kalau emang mau gapapa biar aku yang bayarin.”

“Loh kok malah mas Seungwoo yang beliin sih kan aku yang mau?”

“Gapapa lah, sebagai kenang-kenangan juga lumayan loh.”

“Gimana kalau aku bawa satunya nah satunya lagi biar mas Seungwoo yang bawa?”

“Terus kita punya mug pasangan gitu?” Seungwoo senyum menggoda Seungyoun. Seketika pipi Seungyoun merona dan ia pun salah tingkah.

“E-engga gitu maksud aku biar adil aja mas!”

“Hahahaha iya iya boleh enaknya kamu gimana aja, ambil gih keburu direbut sama orang.”

“Engga lah kan udah aku pegang mana ada yang berani pegang barang yang udah aku ambil!”

“Widih serem nih mainnya daerah teritorial.” Seungwoo semakin menggoda Seungyoun dengan menatapnya pura-pura takut.

“Mas Seungwoo!” Seungyoun tertawa malu sambil memukul Seungwoo.

Kak Uyon!?

Mendengar namanya dipanggil Seungyoun pun langsung menoleh begitu juga dengan Seungwoo, “Hyunggu ngapain?” Tanya Seungyoun.

“Kakak yang ngapain disini?” Hyunggu melirik Seungwoo dan menahan senyumannya, Seungyoun yang paham langsung melebarkan matanya pada Hyunggu.

“Sayang ka- Seungwoo!? Ngapain lu disini, sama ... oh.” Hongseok tak melanjutkan pertanyaannya dan tersenyum penuh arti.

“Beli apa kalian?” Tanya Seungwoo kepada Hongseok sedangkan Seungyoun dan Hyunggu sibuk saling bertatapan mata seakan melakukan telepati.

“Tuh rak buat Hyunggu, lu sendiri?”

“Beliin hadiah buat Sungwoon udah janji juga kan kita mumpung inget ya sekalian.”

“Gimana bisa?” Hongseok melirik Seungyoun.

“Sekalian mau gua anterin pulang tadi dia pakai taxi, singgah dulu sini.”

Hongseok menyikut perut Seungwoo, “pinter juga cara lu ya siapa yang ngajarin hm?”

“Cara apa njir mulai dah lu ye!” Seungwoo menjitak kepala Hongseok.

“Gua tua dari lu ya!”

“Cuma 8 bulan doang!”

Disisi lain Seungyoun sudah menarik Hyunggu mendekat dan mengancamnya, “pokoknya awas aja lu bilang sama anak grup ya!”

“Dih suka-suka gua lah ngapain lu ngancem? Pokoknya bakal gua laporin!”

“Nyebelin banget sih!”

“Salah sendiri ketahuan sama gua hehehehe. Lagi pula apa salahnya sih? Udah sampai jalan aja padahal baru kenalan.”

“Bukan jalan ya! Gua cuma mau nemenin aja sekalian diantar pulang tadi gua pakai taxi!”

Hyunggu menutup mulutnya dengan tangan menahan tawa, wajahnya sengaja mengejek Seungyoun.

“Youn udah belum? Yuk ke kasir.” Ajak Seungwoo membuat kedua laki-kali yang tadi berdebat langsung menoleh padanya.

“O-oh iya mas!” Seungyoun mengambil mug pasangan tadi dan masih menyempatkan diri melirik Hyunggu sinis. “Ekhem! Mas ekhem!” Hyunggu sengaja berdehem dengan cara yang menjengkelkan, membuat Hongseok menahan tawanya dan Seungwoo berusaha tidak peduli walau ia tak dapat menahan senyum tipis disudut bibirnya.

“Hong gua duluan ya,” Seungwoo menepuk pundak Hongseok sekilas dan pergi bersama Seungyoun meninggalkan keduanya.

Hongseok dan Hyunggu saling bertatapan kemudian keduanya tertawa geli, “menurut kakak mereka jadian ngga?”

“Pasti jadi sih, Seungwoo ngga pernah ngajakin orang yang baru dia kenal buat pergi bareng atau belanja gini. Kalau udah begini pasti klop banget ini mah, moga aja jadi.”

“Semoga sih, keliatan cocok juga mereka.”


Seungyoun terdiam berjalan disamping Seungwoo membuat Seungwoo heran, “ada apa Youn?”

“Eh? Gapapa mas hanya ngerasa gemes aja sama Hyunggu jahil banget pengen aku cubit!”

“Hahahaha namanya juga Hyunggu, engga dia, engga pacarnya itu berdua emang jahil makanya cocok. Tapi Hyunggu itu tipe sensitif manja gitu, iya ngga sih?”

“Iya bener banget! Manja banget, tapi gemesin juga sih udah aku anggep saudara sendiri malah.”

Seungwoo membayar meja yang tadi ia beli dan juga mug yang Seungyoun bawa. “Mba kotaknya bisa dibedain ngga?” Tanya Seungyoun.

“Bisa mas.”

“Tolong dipisahin aja ya, soalnya mau dibawa masing-masing mugnya.”

Seungwoo tersenyum kecil melihat Seungyoun yang sibuk sendiri. “Ini dia belanjaannya untuk mejanya akan dikirim besok sesuai alamat ya pak, terima kasih.”

Keduanya meninggalkan kasir dan menuju parkiran, sebelum memasuki mobil Seungyoun berdiri dihadapan Seungwoo sambil mengangkat 2 kantong ditangannya, “mas Seungwoo mau yang mana? Kiri apa kanan aku?” Seungwoo tampak berpikir, “kalau kanan aku berarti sebelah mana kamu?”

“Hmm kiri?”

“Oke aku ambil kanan!” Seungwoo mengambil kantong ditangan kanan Seungyoun.

“Mas Seungwoo nih ya diem-diem jahil juga, suka aneh sendiri deh!”

“Hahaha ya gapapa dong tapi seru kan?”

Seungyoun tersenyum dan mengangguk, kemudian keduanya pun masuk kedalam mobil dan pergi untuk mengantar Seungyoun pulang.

Chapter 2: First Meet


Sebelum naik ke lantai 2 càfe tempatnya bertemu dengan Seungwoo, Seungyoun menyempatkan diri untuk memesan terlebih dahulu.

Iced americano, lantai 2 ya.”

Seungyoun menatap langit-langit càfe pikirannya sudah penuh dengan apa yang akan ia lakukan saat bertemu Seungwoo, tanpa sadar dirinya menghela napas berat.

“Ada lagi?” Tanya penjaga kasir.

“Itu aja.” Seungyoun pun membayar pesanannya dan naik keatas, “ayo Seungyoun lu bisa!” Batinnya memberi semangat.

Saat berada dilantai 2 suasana lebih sepi daripada dibawah, Seungyoun memperhatikan sekitar dan melihat seorang laki-laki yang sedang sibuk menatap laptop dihadapannya, dengan ragu ia menghampiri Seungwoo.

“Permisi mas...,” ucap Seungyoun lembut. Seungwoo langsung menoleh dan tersenyum, “Seungyoun, udah pesan?” Tanya Seungwoo dan dijawab anggukan serta senyuman oleh Seungyoun, ia pun duduk dihadapan Seungwoo.

“Maaf ya berantakan banget baru aja kelar meetingnya jadi belum sempat beresin mejanya,” Seungwoo mematikan laptopnya dan membereskan beberapa barang di atas meja.

“Gapapa kok mas santai aja, saya engga ganggu kan?”

“Engga lah kan saya yang ngajakin ketemu.”

Seungyoun tersenyum canggung dan menunggu Seungwoo selesai membereskan barangnya. Diperhatikannya tiap detail gerakan Seungwoo, bahkan wajah serta baju Seungwoo pun tak lepas dari perhatian Seungyoun, “demi Tuhan kenapa ni orang cakep banget, wanginya ngga nyantai!” batin Seungyoun gemas.

Seungwoo sadar jika Seungyoun sedari tadi memperhatikannya tetapi ia mencoba tak peduli, karena menurutnya lucu melihat Seungyoun yang terdiam dengan wajah serius memperhatikannya.

“Jadi, tadi kesini pakai apa?” Tanya Seungwoo tiba-tiba untuk membuka percakapan.

Seungyoun sedikit terperanjat dan mencoba untuk terlihat biasa saja walau gagal, “pakai taxi, mobil kebetulan dipakai sama mama ya biasalah ibu-ibu ada aja janjiannya.”

Baik Seungyoun maupun Seungwoo keduanya terkekeh bersama padahal tidak ada hal yang lucu. “Permisi iced americano?” Seorang pelayan datang membawakan pesanan Seungyoun, “makasih....” ujar Seungyoun lembut dan semua tingkahnya pun juga diperhatikan oleh Seungwoo.

“Pesan kopi aja engga mau cemilan atau dessert, biar saya pesanin ya?”

“Eh engga mas, ga usah repot-repot!” Seungyoun menahan lengan Seungwoo yang ingin beranjak dari kursinya.

“Beneran, udah makan? Apa engga laper?”

“Beneran, udah kok tadi makan dirumah santai aja mas hehehe.”

Seungwoo pun kembali duduk menatap Seungyoun yang tersipu, tanpa diduga tiba-tiba Seungwoo mengulurkan tangannya ke hadapan Seungyoun membuat Seungyoun menatapanya bingung.

“Kenapa mas?”

“Kita belum kenalan secara benar-benar, mau kenalan dulu ngga?” Seungwoo tersenyum. Seungyoun pun ikut tersenyum dan menggenggam tangan Seungwoo, “perkenalkan nama saya Cho Seungyoun, panggil aja Seungyoun atau bisa juga Uyon teman-teman dekat sayang manggilnya begitu.”

“Saya Seungwoo, Han Seungwoo. Kalau saya mau panggil Uyon berarti harus deket dulu dong?”

Seungyoun melepaskan genggamannya terlebih dahulu sambil menggigit bibirnya malu, “y-ya engga juga sih senyamannya mas aja gimana hehehe. Engga mesti harus dekat dulu baru manggil Uyon, sekarang juga boleh kok kalau mas Seungwoo mau.”

“Kerasa kaku ngga sih?”

“Gimana mas?”

“Kita sekarang rasanya masih canggung ngga sih?”

Seungyoun menggaruk pipinya kikuk, “ya habis gimana ya mas saya tu masih kepikiran soal kemarin rasanya malu aja gitu ketemu mas Seungwoo lagi mana mas Seungwoo rupanya temen bang Sungjoo makin engga enak saya tuh,” Seungyoun menunduk malu memaikan tangannya diatas meja.

Seungwoo terkekeh geli, “jangan nunduk gitu santai aja kali sama saya hmm atau kita mulai ngomong pakai aku kamu atau lu gua? Seungyoun nyamannya ngomong pakai yang mana?”

Seungyoung menggenggam erat tangannya dan menggigit bibirnya gugup, “bisa ngga sih jangan soft gini!? Gila ni orang!” Seungyoun protes didalam hatinya, ia pun langsung menatap Seungwoo yang ternyata sedari tadi menatapanya. “Aku kamu aja deh mas,” Seungyoun meringis pelan meratapi kebodohannya. “Kenapa aku kamu sih Youn!? Itu sama aja gua bunuh diri!

“Oke kita mulai ngomong aku kamu tapi jangan ada canggung lagi dan lupain kejadian kemarin, gimana deal?” Seungwoo mengulurkan jari kelingkingnya kepada Seungyoun.

“Jadi kita deal apa pinky promise nih mas?” Seungyoun terkekeh dan menyilangkan kelingkingnya bersama milik Seungwoo.

“Ya kalau salaman kan udah biasa, jadi cari yang engga biasa. By the way kamu sedekat itu sama Sungjoo?”

“Dibilang dekat banget juga ya engga sih, tapi emang udah aku anggep abang sendiri. Dulu pas SMP sempat tinggal sama bang Sungjoo, kamu sama dia cuma beda 2 tahun aja, soalnya aku anak tunggal dari kecil main kemana-mana sendiri, temen deket ya paling itu pacarnya kak Hong si Hyunggu sama ada 3 temen lainnya, sambil temenan sambil kerja jadi satu tim juga kita.”

“Tim? Tim apa?”

“Tim composer gitu mas, ya bisa dibilang kita ada agensi kecil lah sama temen-temen ini yang emang suka bikin musik, bereksperimen sama musik gitu.”

“Kayak anak indie gitu ya?”

“Hmm .... ya bisa dibilang gitu sih mas, jadi kita bikin lagu, terus kerja sama dengan agensi besar yang memang mau beli lagu sama kita, kadang kita juga rekaman buat penyanyi gitu.”

“Wah hebat juga dong! Apa nama tim kalian?”

MOLA Music mas, kepanjangan dari Make Our Life Awesome jadi kita semua aku sama temen-temenku mau setiap musik yang kita bikin buat hidup kita jadi luar biasa gitu mas.”

Seungwoo menatap Seungyoun kagum, ia tak menyangka laki-laki dihadapannya ini cukup banyak kejutan. Awalnya ia mengira Seungyoun mahasiswa tingkat akhir atau freelancer biasa ternyata lebih dari itu.

“Mas Seungwoo sendiri gimana? Aku denger mas Seungwoo sama bang Sungwoon ya yang bikin studio 94's Snap?”

“Ya begitu, kita kenal itu dari SMA pas kuliah ketemu lagi kebetulan hobi kita sama jadi kita coba rintis deh itu hobi kita jadi bisnis. Awalnya foto-foto biasa, bikin studio kecil di rumah Sungwoon, anak-anak kuliahan gitu kan mau foto yang harga agak murah ya sama kita, eh lama-lama lumayan menghasilkan jadi pas udah lulus kuliah kita mantepin deh jadi sekarang.”

“Wah aku engga tau loh sejarah studio bang Sungwoon tuh begini, yang aku tau bang Sungwoon bikin studio sama temennya aja udah dan ternyata itu mas Seungwoo. Jadi kenal sama bang Sungjoo, kak Hong gimana?”

“Kalau sama Sungjoo kenal dari Sungwoon, kalau sama Hongseok itu kebetulan satu jurusan sama ketemu ditempat gym pas kita semua ditemukan malah cocok jadi langsung akrab aja kayak temen lama gitu.”

“Oalah, emang mas Seungwoo jurusan apa? Bentar kalau sama kayak kak Hong, berarti manajemen ya?”

“Yup bener seratus buat kamu!”

“Yeay dapat seratu!” Seungyoun menepuk tangannya seperti anak kecil membuat Seungwoo terkejut dan tertawa kecil. “Tapi mas aku kok engga pernah tau mas ya? I mean sejarang-jarang aku sama bang Sungjoo pasti tau temennya bang Sungjoo bahkan kak Hong sama Hyunggu aja aku yang bantuin jadi kenal gitu loh.”

“Ya aku emang jarang ngumpul bareng anak-anak, sama kayak Hongseok suka ambil bisnis luar kota sekalian travel gitu. Aku prefer yang dikontrak beberapa bulan terus ke kota atau negara lain gitu Youn.”

“Oalah pantesan, seengga pernah bahkan asing aku tuh sama mas Seungwoo. Makanya pas diundangan kemarin aku kira mas Seungwoo itu saudara mempelai perempuan atau siapa gitu jadi takut aku.”

“Kan tadi udah dibilang lupain masalah undangan?” Seungwoo menaikan alisnya, Seungyoun reflek menepuk dahinya. “Oh iya lupa hehehe ya maklumin mas ya aku tu anaknya sebenarnya banyak ngomong gini jadi pembahasannya kemana-mana.”

“Gapapa kok aku malah seneng ada bahan obrolan. Kamu dulunya jurusan apa Youn?”

“Musik sama kayak bang Sungwoon, aku adik tingkatnya bang Sungwoon malah.”

“Hmm pantesan sih jadi penulis lagu rupanya anak musik. Boleh dong lain kali dengerin lagu kamu?”

“Boleh mas, boleh banget tapi tunggu aku siap ya.”

“Kenapa gitu?”

“Aku tu suka insecure gitu kadang mau dengerin lagu aku ke orang lain, mesti dipaksa atau dimarahin dulu sama temen-temenku buat rilis lagu diluar bisnis. Soalnya kadang aku kan emang suka iseng aja bikin lagu ntar aku simpen di draft sampai lupa pernah bikin lagu itu hehehehe.”

“Loh kok gitu? Jangan dong, kamu harus percaya diri sama diri kamu. Buktinya temen kamu sampai maksa dan marahin kamu pasti mereka percaya lagu kamu sebagus itu dan worth buat didengerin orang lain. Bahkan ada yang mau kerja sama dengan kamu kan? Tandanya lagu kamu enak, mereka tertarik dibikin lagu sama kamu karena kualitas kamu, jadi jangan insecure lagi ya? Aku yakin lagu kamu pasti bagus dan berkualitas.”

Seungyoun terdiam mendengar setiap tutur kata Seungwoo kepada dirinya, baru kali ini ada seseorang yang bahkan belum 1 jam ia kenal tetapi dirinya sudah dibuat nyaman membicarakan segalanya.

“Aku terlalu banyak ngomong ya Youn? Maaf kala-”

“Engga kok mas, makasih banyak! Makasih banget udah buka pikiran aku, next time aku bakal lebih percaya diri dan bakal dengerin ke mas Seungwoo lagu aku kalau mas mau.”

“Mau lah, mau banget! Aku tunggu ya?” Seungyoun mengangguk mantap, keduanya tersenyum satu sama lain dan tanpa sadar debaran jantung keduanya lebih kencang dari biasanya.

Obrolan keduanya terus berlanjut hingga tanpa sadar sudah hampir sore, kopi keduanya pun telah habis.

“Habis ini kamu mau kemana lagi Youn?” Tanya Seungwoo.

“Langsung pulang aja mas, emang mas Seungwoo mau kemana?”

“Rencana mau ke IKEA cari hadiah buat Sungwoon, bingung juga mau beliin apa buat pengantin baru pindahan gini.”

“Hmm IKEA ya, kasur mungkin, sofa, rak buku, rak TV, meja kecil?”

Seungwoo tampak berpikir sejenak, “gimana kalau kamu aja ikut aku ke IKEA bantu milih barangnya?”

“E-eh?!” Seungyoun melebarkan matanya.

“Kamu engga ada kesibukan kan? Sekalian aja ntar pulang bareng aku, kan tadi kamu pakai taxi.”

“Engga ngerepotin?”

“Engga lah, lagian sama adik temen sendiri juga ntar kalau kamu kenapa-napa malah aku yang dimarahin sama Sungjoo.”

“Hahaha ya iya sih bang Sungjoo lumayan galak juga kalau marah.”

“Yaudah yuk kita pergi? Eh iya ini baju kamu sampai lupa balikin sakin asik ngobrol.” Seungwoo memberikan paper bag berukuran sedang kepada Seungyoun, “udah dicuci juga santai.”

“Ih mas Seungwoo mah dibalikin biasa aja gapapa kok mas.”

“Udah udah gapapa, yuk keburu sore!” Seungwoo menyentuh pundak Seungyoun dan membalik badannya menuju pintu keluar.


Jujur saja Seungyoun masih clueless pernikahan siapa yang ia datangi, cukup banyak orang yang datang dapat Seungyoun lihat orang-orang sudah mulai memasuki aula hotel, dirinya masih terduduk diam sambil memainkan ponsel menunggu di lobby.

Tak lama Seungyoun mendengar derap langkah mendekat, ia pun menoleh dan melebarkan bola matanya. “Bang Sungjoo!” Ujarnya terkejut.

“Loh Seungyoun ngapain lu disini?” Tanya Sungjoo kepada Seungyoun, ia pun juga heran mengapa ada adik sepupunya yang berpenampilan rapi menunggu di hotel acara pernikahan sahabatnya, “wait jangan bilang.”

“Kak Uyon!” Datang Hyunggu berlari kecil menghampiri Seungyoun dan langsung memeluk lengan Seungyoun.

“Udah gua duga,” Sungjoo tersenyum geli membuat Seungyoun bingung. “Gimana bang?”

“Lu datang kesini pasti karena Hyunggu, gua lupa lu temenan sama dia.”

Seungyoun pun akhirnya paham, “yaelah kirain apa, nah lu kenapa disini emang ini nikahan siapa sih Hyunggu ga ada kasi tau.” Belum sempat Sungjoo menjawab datang Hongseok menyapa Seungyoun, “hai Youn ntar tolong jagain Hyunggu ya.”

“Haha iya bang pasti dijagain tenang aja, nikahan siapa sih ini?” Tanya Seungyoun lagi.

“Nikahannya Sungwoon,” Jawab Sungjoo.

“Lah serius bang Sungwoon!? Wah Ggu untung lu ajakin gua, gua ngga tau kalau bang Sungwoon nikahan!” Seungyoun menepuk lengan Hyunggu yang memeluk lengannya.

“Nah kan ngga sia-sia lu kak ikut gua sampai harus merelakan tidur pagi berharga lu,” Hyunggu sedikit memainkan nada omongannya diakhir untuk menyindir Seungyoun dan langsung mendapat lirikan sinis dari Seungyoun.

“Seungwoo udah nelpon-nelpon nih, yuk masuk keburu ntar mereka marah,” ujar Hongseok.

“Yaudah kakak duluan aja aku sama kak Uyon bisa masuk nanti kan undangan ada sama aku,” Hyunggu menunjukan undangan di tangannya.

Hongseok menyempatkan diri mengecup pipi Hyunggu dihadapan Seungyoun dan Sungjoo, membuat kedua saudara sepupu itu memutar bola mata mereka malas, “tolong jagain ya Youn, kakak masuk duluan ya baby.”

“Youn duluan ya,” Sungjoo pun ikut berpamitan.

“Langsung masuk aja gimana? Keburu rame ntar udah mau masuk acara kayaknya,” saran Seungyoun dan Hyunggu langsung menariknya ke dalam aula.


Acara pernikahan berlangsung dengan lancar, Seungyoun tidak menyangka seniornya yang dulu bisa dibilang tidak begitu tertarik dengan hubungan serius malah menjadi yang pertama menikah diantara sepupunya dan kekasih sahabatnya.

Seungyoun cukup mengenal Sungwoon dengan baik, selain karena sahabat Sungjoo sejak SMP, Sungwoo juga seniornya saat duduk dibangku kuliah, keduanya sama-sama mengambil jurusan musik walau pada akhirnya Sungwoo bekerja sebagai salah satu fotografer di brand yang ia bangun sendiri dan Seungyoun berakhir menjadi seorang composer bersama para sahabatnya membentuk sebuah agensi kecil yang diberi nama M.O.L.A Music.

“Kak Uyon ga mau makan?” Tanya Hyunggu yang sudah mengandeng Hongseok dihadapannya, mereka baru saja selesai sesi foto-foto dengan pengantin.

“Makan kok, kalian duluan aja kayaknya gua mau ke bagian minuman dulu.”

Mereka pun berpisah, Seungyoun menatap berbagai menu yang disajikan membuatnya bingung harus memulai darimana. Orang-orang yang datang ternyata adalah kerabat dekat dan keluarga kedua mempelai sehingga Seungyoun cukup asing dengan wajah mereka.

Pilihan Seungyoun jatuh kepada strawberry juice dan dua potong kecil brownies cokelat yang sedari tadi menyita perhatiannya. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat moodnya naik, Seungyoun pun hendak pergi dari situ namun naas sepertinya ini bukan hari yang bagus untuk dirinya. Seungyoun tidak tau ada seseorang dibelakangnya sehingga ia menabrak orang tersebut membuat jus dan brownies yang ia pegang jatuh dan mengotori kemeja putih orang yang ia tabrak.

Oh shit!” Reflek Seungyoun mengumpat menyadari kebodohannya dan umpatan itu sukses membuat orang yang tadi ia tabrak terkejut. “E-eh maaf ya maaf, aduh maaf banget saya engga tau ada orang.” Seungyoun meletakan gelas dan piring kosongnya ke atas meja, para pelayan pun membantu membereskan kekacauan yang ia buat. Beberapa orang disana melihat kekacauan kecil tersebut tak terkecuali Hyunggu dan Hongseok yang kebetulan berada didekatnya.

Seungyoun menarik tisu dan bantu mengelap baju orang tersebut yang masih belum ia ketahui namanya, badannya tinggi, tegap, dengan wajah lancip dan hidung panjang, jangan lupakan aroma parfumnya yang menggelitik hidung Seungyoun seakan memanggil minta dipeluk. Ia menggelengkan kepalanya membuang pemikiran itu, “maaf ya mas, seriusan saya engga tau ada orang. Duh malah melebar lagi kotornya!” Seungyoun merutuki kebodohannya membuat orang itu terkekeh geli dengan tingkahnya dan menggenggam lengan Seungyoun supaya berhenti.

“Gapapa udah beneran gapapa, kotor kecil doang ini mah.”

“Mas ini kotornya besar banget, acara juga masih lanjut mas yakin bajunya kotor begini? Saya ada kok mas cadangan kemeja didalam mobil kalau mas engga keberatan pakai dulu, kemejanya bersih baru saya laundry juga.”

“E-eh ngga usah, ngerepotin banget nanti.”

“Gapapa mas, gimana pun saya juga harus tanggung jawab udah kotorin baju mas nya. Saya ambil dulu di basement ya?”

“Bareng aja ke basementnya, biar engga usah bolak balik lagi kasian juga kamunya.”

Mendengar kata kamu membuat Seungyoun berdebar tanpa sebab, “ada apa nih dari tadi debat mulu?” Hongseok pun akhirnya menghampiri bersama Hyunggu yang menatap Seungyoun bertanya minta diberi penjelasan.

“Ntar gua jelasin dari Hyunggu biar Hyunggu yang cerita, yuk mas!” Seungyoun langsung menarik tangan orang tersebut yang membuat Hongseok kebingungan, “ada apa bro?” gumam Hongseok tanpa bersuara, orang itu pun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

Tanpa mereka berdua sadari Sungjoo yang baru saja kembali dari toilet menatap heran ke arah Seungyoun yang membawa Seungwoo pergi, “lah kok Seungyoun narik Seungwoo?” batin Sungjoo heran.


Sesampainya di basement Seungyoun langsung menghampiri mobilnya yang tak begitu jauh dari pintu masuk, dirinya masih belum sadar sedari tadi masih menggenggam lengan Mas yang harus ia pertanggung jawabkan kemejanya ini.

“Mas tunggu disini dulu, saya ambil kemeja saya ya.” Seungyoun membuka bagasi mobilnya dimana ada beberapa baju yang memang sengaja ia bawa untuk persiapan jika dirinya tak balik ke rumah. “Ini mas, ukuran kita kayaknya sama semoga cukup ya,” Seungyoun memberikan kemejanya.

“Mobilnya ngga dikunci kan?”

“Engga mas, kenapa?”

“Saya ganti didalam mobil kamu aja.”

“H-hah? HAH YANG BENER AJA!?” Seungyoun berteriak tak menyangka.

“Kenapa, ga boleh ya?” Mas tersebut terlihat tidak nyaman dengan respon Seungyoun.

“E-eh bukan gitu, duh maaf mas jangan salah paham. Saya kaget tiba-tiba mas nya mau ganti didalam mobil saya, emang mas yakin? Engga takut apa ada orang atau apa?”

“Ya orangnya kan kamu, emang siapa lagi?” Mas itu tersenyum membuat Seungyoun kikuk. “Y-ya ga salah sih..., yaudah silahkan mas masuk saya jagain dari luar.”

“Jangan ngintip ya?” Mas itu sengaja menggoda Seungyoun membuat Seungyoun merona dan menggelengkan kepalanya.

Mas yang masih belum ia ketahui namanya ini pun masuk kedalam mobil Seungyoun, saat sedang membuka bajunya tak sengaja mata Seungyoun melihat sebagian badan yang sedikit terbentuk itu melalui kaca spion, Seungyoun langsung membuang pandangannya sambil mengelus dadanya. “Lu liat apaan tadi, lu liat apa bego!” Gumamnya pada diri sendiri.

Tanpa sadar Mas itu pun keluar dari dalam mobil dan heran melihat tingkah Seungyoun, “hmm halo? Permisi saya udah ganti baju,” Ujar Mas itu. Seungyoun langsung menoleh dan terdiam melihat kemeja itu fit body dengan Mas di hadapannya, badan terbentuk yang tak sengaja Seungyoun lihat tadi semakin tercetak jelas.

“E-engga sempit kan mas?” Tanya Seungyoun gugup.

“Engga kok, nyaman malah dipakai. Ntar saya balikinnya gimana?”

“Gapapa mas bawa aja, engga perlu dibalikin juga gapapa.”

“Kok gitu?” Mas itu mengernyit heran.

“Ya anggap aja sebagai ganti saya udah kotorin kemeja mas nya.”

Orang itu pun tersenyum tipis, “nama saya Seungwoo.” Ujarnya tiba-tiba membuat Seungyoun yang giliran mengernyit.

“S-saya Seungyoun.” Seungyoun balik memperkenalkan diri walau ia tidak tahu untuk apa.

“Makasih banyak ya Seungyoun kemejanya, kalau ada kesempatan ketemu lagi bakal saya balikin. Saya engga bisa nerima pemberian orang begini aja hanya karena hal kecil, jangan kesinggung dulu bukan saya ngga mau nerima kemeja kamu, tapi saya rasa ini bukan perkara besar dan saya sangat menghargai dan berterima kasih atas tanggung jawab kamu.” Seungwoo berbicara dengan lembut dan tak lupa senyumannya membuat Seungyoun hanyut.

“Gapapa kok mas Seungwoo, saya juga yang salah udah kotorin kemeja mas Seungwoo. Kalau memang ada kesempatan ketemu dan mas Seungwoo mau balikin kemejanya juga gapapa, dibawa juga gapapa hehehe.”

Keduanya saling tersenyum satu sama lain, “mau balik ke aula lagi?” Tanya Seungwoo.

“Mas aja duluan, saya masih harus beresin bagasi tadi ga sengaja malah berantakan saya bongkar cari baju.”

“Aduh saya ngerepotin ya?” Seungwoo merasa bersalah.

“Engga mas, beneran engga. Ngga sama sekali, mas Seungwoo duluan aja ya nanti saya nyusul.”

“Oh oke deh, sekali lagi makasih ya Seungyoun....” Seungwoo menunduk dengan sopan terlebih dahulu kemudian kembali menuju kedalan hotel sambil membawa kemeja kotornya tadi.

Ah gila tu orang sumpah beneran bikin gila!” Seungyoun mengusak kesal rambutnya dan menepuk dadanya yang sedari tadi jantungnya berdetak tak karuan.


Masih terlalu pagi bahkan embun pun berlomba-lomba untuk membasahi dedaunan diluar sana, sosok laki-laki bertubuh tinggi memasuki salah satu rumah yang terlihat sepi bahkan lampu ruangan pun masih menyala.

Laki-laki itu masuk ke kamar si pemilik rumah, dirinya hanya menggelengkan kepala melihat kamar yang masih gelap, ia pun membuka jendela dan mengabaikan suara erangan dari gundukan besar selimut diatas kasur. Sosok laki-laki yang masih belum diketahui itu pun mendekat ke gundukan dan sengaja membuka selimut itu hingga tampak sosok laki-laki manis yang masih terlelap.

Good morning baby,” bisik laki-laki tinggi kepada laki-laki manis yang merengut merasa tidurnya terganggu.

Engh Seungwoo tutup gordennya!”

“Bangun udah pagi sayang ...,” laki-laki dipanggil Seungwoo itu tak memperdulikan perintah lelaki manis itu.

Akhirnya yang dibangunkan pun membuka matanya, walau hanya terbuka setengah untuk memastikan jam berapa sekarang dari ponselnya, “ini bahkan baru jam 7 oh damn Seungwoo!”

“Tapi ini weekend Seungyoun, kamu ngga mau habisin waktu sama aku? Daripada malas-malasan mending kamu bangun, aku ada siapin hadiah buat kamu.”

Laki-laki bernama Seungyoun ini melirik Seungwoo malas, “hadiah apa sih? Kalau engga seru aku ngga mau! Seungwoo ih aku bahkan baru tidur 4 jam loh!” Dirinya mengusak rambut kasar karena kesal tidurnya diganggu oleh sang kekasih.

Seungwoo dan Seungyoun merupakan sepasang kekasih yang sudah 2 tahun terakhir ini bersama, keduanya bertemu saat menghadiri salah satu pameran seni rupa di Eropa. Seungwoo yang bekerja sebagai fotografer, sedangkan Seungyoun sebagai desainer di salah satu Startup yang fokus pada bidang interior.

“Siapa suruh tidur pagi?”

“Aku ngejar deadline biar bisa malas-malasan weekend ini!”

Seungwoo terkekeh, ia mengelus kepala Seungyoun yang masih terbaring malas di ranjang bahkan matanya saja enggan untuk terbuka sempurna.

“Kamu bakal nyesel kalau engga ambil hadiah kamu, nih aku letakin disini ya. Ayo habisin weekend dengan hadiah aku, jangan malas-malasan!” Seungwoo mendekat dan mengecup pipi Seungyoun gemas, kemudian ia pergi meninggalkan kekasihnya untuk mematikan seluruh lampu dan membuka gorden rumah kekasihnya. Namun sebelum itu Seungwoo sempat meletakan amplop berwarna biru langit diatas nakas samping tempat tidur Seungyoun.

Seungyoun menghela napas, mau tau mau ia pun memaksakan dirinya bangun masih dengan pengelihatan yang buram Seungyoun mengernyit melihat amplop biru berukuran sedang diatas nakas tersebut. Diambilnya amplop itu berserta kacamata bulat miliknya, “apa sih nih?” Gumam Seungyoun.

Dibolak baliknya amplop itu dan terdapat tulisan 'Seungwoo's dating coupon' dibagian depan dengan tinta putih, Seungyoun terlihat bingung dan segera memeriksa isinya. Dirinya dibuat makin kebingungan saat melihat sebuah kupon panjang yang saling menyatu satu sama lain, disetiap kupon memiliki tulisan yang berbeda.

Breakfast by Seungwoo, unlimited kisses, Seungwoo's morning treat, park walking, junk food lunch, ice cream date, bowling, movie date, photobox, cuddle,” Seungyoun membawa sederet kupon yang berada ditangannya, diperiksa lagi isi amplop tersebut dan ada sepucuk surat.

“Selamat kamu memenangkan 10 kupon khusus dating bersama Seungwoo! Kupon ini hanya berlaku pada hari ini dan akan hangus pada pukul 23.59, gunakan kupon ini sebaik mungkin karena ini kupon edisi terbatas dan khusus hanya untuk seorang Cho Seungyoun!”

Seungyoun tertawa geli membaca isi surat tersebut, kekasihnya ini selalu saja ada ide untuk menghibur dirinya dikala stress menghadapi pekerjaan. Dirinya pun langsung berlari menyusul Seungwoo sambil membawa kupon dan surat tersebut.

“Seungwoo! Aku harus pakai kuponnya gimana?” Tanya Seungyoun diambang pintu menuju dapur dan ruang makan, dapat ia lihat Seungwoo sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

“Oh udah dibaca ternyata, pakai kuponnya sesuai urutan sayang. Apa tulisan di kupon nomor satu?” Tanya Seungwoo

Breakfast by Seungwoo,” jawab Seungyoun.

“Tada! Aku udah siapin sarapan buat kita, ya walau cuma roti isi sama kopi lumayan kan buat ngisi perut sebelum kita habisin waktu seharian?” Seungwoo tersenyum dan menarik kursi dihadapannya untuk Seungyoun duduki.

Seungyoun membalas senyuman kekasihnya dan mendekat kepada Seungwoo untuk mengecup pipinya, “aku sekalian ambil kupon nomor dua ya?”

Seungwoo menangkup pipi Seungyoun dan mengecup dahi, kedua mata, kedua pipi, hidung, dagu dan terakhir bibir milik kekasihnya dengan lembut dan meninggalkan suara, “pokoknya satu harian ini kamu bakal dapat ciuman dari aku tanpa batas, jadi siapin diri ya?” Seungwoo mengelus pipi Seungyoun dengan jempolnya.

Seungyoun tersipu dan duduk dikursi yang Seungwoo siapkan, ia meminum kopinya terlebih dahulu dan memakan roti isi buatan Seungwoo, “gimana?” Tanya Seungwoo.

“Hmm enak! Kamu isi dagingnya ini darimana?”

“Makanya isi kulkas itu diperiksa, kebiasaan cuma makan mie instan mulu kasihan usus kamu sayang!” Seungwoo menarik pipi Seungyoun gemas.

“Hehehe ya gimana kan mie praktis, aku juga makan ham dilemari kok! Mana aku tau masih ada sisa bacon?”

“Gimana kamu bisa tau baconnya aja kena timpa sama kotak susu kosong kamu, kan?”

Seungyoun langsung membuang pandangannya, dirinya seperti tertangkap basah oleh Seungwoo.

“Sini kuponnya biar aku robekin dulu udah kamu ambil,” Seungwoo meminta amplop beserta isinya tadi kepada Seungyoun.

Seungyoun pun mengambil amplop yang tadi ia letakan diatas meja makan kepada Seungwoo, “kamu kok kepikiran aja bikin ginian, ide darimana?”

“Kemarin pas nemanin ibu belanja dapat kupon gitu, kepikiran aja udah lama engga habisin satu hari sama kamu jadi anggap aja ini reward dari kerja keras kamu,” Seungwoo mengecup kepala Seungyoun, ia pun merobek 2 kupon pertama.

“Kupon ketiga Seungwoo's morning treat itu apa?”

Bukannya menjawab Seungwoo malah menarik dagu Seungyoun agar menatap dirinya, “kumis kamu mulai numbuh, rambut kamu juga kayanya perlu dikeramas, habis ini kita cukur, terus mandi, semuanya aku yang layani!”

“Beneran!? Aku cuma duduk diem aja kamu cukurin, mandiin, keramasin?”

Seungwoo mengangguk sebagai jawaban dan Seungyoun langsung bersorak gembira karena dirinya terkadang melakukan hal-hal yang tadi Seungwoo sebutkan.

Selesai sarapan seperti yang sebelumnya dibicarakan bahwa Seungwoo akan mencukur Seungyoun pun benar ia lakukan. Sekarang keduanya berada dikamar mandi Seungyoun dengan Seungyoun yang duduk di atas wastafel sambil memeluk leher Seungwoo, sedari tadi senyuman tak luntur dari bibir Seungyoun membuat Seungwoo pun ikut senang melihatnya.

“Seneng banget aku cukurin, pasti rencana kamu mau ke salon lagi kan?”

“Hehehe tau aja, rencana aku tu besok pas hari minggu eh udah keduluan kamu. Makasih sayang!” Seungyoun mencolek hidung lancip Seungwoo.

Seungwoo mengecup rahang Seungyoun yang masih tersisa sedikit cream khusus mencukur sehingga meninggalkan bekas di hidungnya membuat Seungyoun terkekeh dan menangkup rahang Seungwoo.

“Sesayang apa kamu sama aku?” Tanya Seungyoun tiba-tiba.

Seungwoo tersenyum lembut, ia menyelesaikan dulu kegiatan mencukurnya kemudian meletakan alat pencukur di wastafel, “kalau aku bilang ga sayang gimana?”

“Kok gitu!?” Seungyoun merenggut.

“Soalnya aku sayang banget, bahkan cinta banget banget sama kamu!” Seungwoo memeluk pinggang Seungyoun dan mengecup bibir Seungyoun beberapa kali, keduanya pun hanyut dalam ciuman.

Seungwoo yang pertama menyudahi kemudian mengusak gemas rambut Seungyoun, “ayo mandi kita keramas ya, aku udah siapin air hangatnya,” Seungwoo membantu Seungyoun turun dari atas wastafel, kemudian tak lupa membantu kekasihnya membuka piyama yang ia kenakan.

“Merah kenapa nih?” Seungwoo memeriksa bekas ruam di pundak Seungyoun.

“Kemarin aku sama Chajun ke taman kantor mau ngopi bentar, terus ada serangga masuk ke dalam badan aku eh digigit malah jadi ruam gitu,” Seungyoun memberikan penjelasan.

“Nanti habis mandi aku obatin, bisa membekas nanti ini malah gatal-gatal parah loh,” Seungwoo mengecup bekas ruam tersebut dan setelah itu memegang pinggang ramping Seungyoun, “mau aku apa kamu yang buka celananya?” Keduanya saling bertatapan.

“A-aku aja!” Jawab Seungyoun gugup dan mendorong Seungwoo agar melihat ke arah lain.

Seungwoo terkekeh dan berjalan ke arah bathtub untuk memeriksa suhu air yang sudah ia siapkan, “kenapa mesti malu coba kan sering aku liat.”

“Mulutmu ya Seungwoo!”

“Cepet masuk keburu airnya dingin nih,” Seungwoo tak begitu peduli saat Seungyoun tanpa sehelai benang pun berjalan mendekat ke arahnya dan masuk kedalam bathtub.

“Sabunnya bau mint?” Tanya Seungyoun.

“Iya, kak Sunhwa bilang cocok buat ilangin stress. Aku sih engga tau juga ya, jadi aku bawain aja untuk kamu hehehe,” jawab Seungwoo lugu.

Seungwoo pun membantu Seungyoun mencuci rambutnya dengan Seungyoun yang sibuk bermain busa-busa didalam bak mandi tersebut, “enak ngga kepalanya aku pijit?” Tanya Seungwoo.

“Enak dong! Kuat dikit lagi sayang, nah iya gitu aduh udah cocok kamu buka salon aja, tapi cuma aku aja pelanggannya ya?”

Seungwoo tertawa bahkan dirinya menyempatkan diri mencubit gemas pipi Seungyoun, “kalau gitu bayarannya mesti mahal ya?”

“Sebutin aja nominalnya!”

“Aku mau bayarannya kamu, bisa?”

“Bisa dong,” Seungyoun mengedipkan sebelah matanya kepada Seungwoo, kemudian keduanya tertawa geli.

Setelah menghabiskan waktu 30 menit akhirnya Seungyoun selesai mandi, dirinya sekarang duduk di atas kasur dengan Seungwoo yang sibuk mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.

“Kita habis ini mau ke taman mana Woo?” Tanya Seungyoun.

“Liat aja nanti kamu pasti suka.”

“Jauh apa engga?”

“Hmmm 40 menit?”

“Jauh banget!? Awas ya kalau engga bagus, aku ngambek nih?”

“Engga bakal! Kamu pasti suka sama tamannya. Rambut kamu udah kering nih, aku pilihin baju dulu bentar,” Seungwoo membereskan hair dryer yang ia gunakan, setelah itu Seungwoo membuka lemari Seungyoun memilihkan baju yang nyaman untuk Seungyoun kenakan.

Pilihannya jatuh kepada baju kaos berwarna pink dengan rajutan bunga mawar dibagian dada kiri, dipadukan celana denim biru muda, “nih pakai ini, aku jarang liat kamu pakai baju warna terang, pasti sepatunya aja yang terang,” Seungwoo memberikan pakaian yang telah ia pilih kepada Seungyoun.

Seungyoun terkekeh mendengar perkataan Seungwoo, tanpa banyak berkomentar Seungyoun langsung memakai pakaian yang kekasihnya pilihkan untuk dirinya, Seungyoun pun bercermin sebentar dan melihat Seungwoo yang berdiri tak jauh dari dirinya, “gimana udah bagus belum? Baru sadar cocok sama kamu yang pakai kaos putih.”

“Rapiin dikit nih,” Seungwoo membantu merapikan baju Seungyoun yang dimasukan kedalam celana.

“Aku skincarean dulu, kamu kalau mau nunggu sambil manasin mobil atau apa bebas, aku engga lama kok.”

Baru saja Seungwoo ingin keluar ia baru teringat kuponnya, “kupon tadi mana sayang?”

“Diatas meja makan sayang!”

“Harus dibawa sampai tengah malem nanti pokoknya, kalau emgga ntar semuanya ga akan aku jalani!”

“Hmm iya iya!” Seungyoun menjulurkan lidahnya pada Seungwoo dan mendapat pelototan dari kekasihnya.

Diperjalanan menuju taman Seungyoun asik bernyanyi menemani perjalanan mereka, lokasi yang Seungwoo bilang membutuhkan 40 menit untuk sampai kesana terpaksa lebih lama lagi karena macet diwaktu weekend.

“Lagu siapa nih, kok enak?” Tanya Seungwoo tiba-tiba.

“Bless you lagunya Primary eh ada Woodz juga loh kesukaan aku itu!”

“Oh project lagu barunya? Enak, pas buat ngechill gini.”

Lama mereka mendengar lagu ini dengan Seungyoun yang masih ikut menyanyi tiba-tiba Seungwoo mengernyit, “ini lagu putus?” Tanyanya.

“Hehehe iya kurang lebih begitu.”

Seketika wajah Seungwoo langsung datar, “lagi jalan berdua gini malah denger lagu galau kamu tuh, untung aja lagunya asik.”

Seungyoun terkekeh, ia pun menyandarkan kepalanya di pundak Seungwoo, “yaudah sih kan lagunya yang cerita putus, bukan kita yang putus?”

“Heh! Jauh-jauh hush hush!” Seungwoo terdengar panik mengkibaskan tangannya seperti mengusir sesuatu, membuat Seungyoun terbahak.

“Apasih kamu tuh Seungwoo!?”

“Aku suruh hal-hal buruknya jauh-jauh jangan deketin kita,” Seungwoo tersenyum dan mengecup kepala Seungyoun.

Seungyoun hanya dapat menggelengkan kepalanya dan melihat keluar jendela, “ada danau Woo!” Tunjuknya keluar.

“Iya itu danau nanti nyambung ke taman tuh disana,” Seungwoo menunjuk ke arah taman yang tidak begitu ramai orang.

Mata Seungyoun berbinar saat melihat taman yang langsung menyatu dengan danau tersebut, ditambah ada beberapa kedai dan bangunan kuno rasanya seperti pergi ke kota bagian lain.

“Kamu tau tempat ini darimana?” Tanya Seungyoun saat mobil berhenti di parkiran.

“Minggu lalu aku take foto disini, ada yang aku kirim foto bebek itu loh ingey ngga?”

“Lah disini? Aku kira itu foto lama pas kamu di Eropa dong!”

Seungwoo mengacak rambut Seungyoun, “yuk turun mumpung baru jam 9 nih masih enak mataharinya.”

Keduanya pun turun dari mobil, Seungyoun berlari kecil untuk mengandeng tangan Seungwoo. Mereka berjalan beriringan menelusuri taman dengan tangan menggenggam satu sama lain, “kok banyak orang pakai scooter sama sepeda sih, ada penyewaan apa gimana?” Ucap Seungyoun saat melihat beberapa pasangan dan anak kecil melewati mereka.

“Ada disebrang danau sana, mau nyewa sepeda?”

“Mau mau! Ayo kesana!” Seungyoun pun berlari sambil menarik Seungwoo, dirinya tampak begitu antusias.

Sesampainya di tempat penyewaan sepeda Seungyoun pun kelelahan, “capek ya ampun jauh juga aku lari!” Keluhnya.

Seungwoo mengeluarkan saput tangan dan mengelap keringat Seungyoun, “emang kamu aja yang lari hm? Lagian semangat banget mau naik sepeda, emang kapan terakhir main sepeda?”

“Hehehe maaf aku lupa lari sambil tarik tangan kamu, terakhir aku main sepeda kuliah! Bayangin, berapa tahun lalu Woo?”

“Ga tau berapa tahun malas ngitung. Pak saya sewa sepedanya dua ya,” Seungwoo pun membayar uang sewa sepeda dan memberikan satu kepada Seungyoun.

“Mau lomba muterin danau ngga?” Tanya Seungyoun tiba-tiba.

“Menang dapat apa?”

“Cium!”

“Ey- curang! Cium itu bagian dari kupon kan unlimited.”

“Yaudah yang kalah nyetir ke lokasi selanjutnya, call!?”

“Call!”

Tanpa menunggu aba-aba Seungwoo langsung mengendarai sepedanya mendahului Seungyoun, “YAK SEUNGWOO! CURANG!”

“JANGAN BANYAK TERIAKNYA!”

Seungyoun merengut dan bergegas menyusul Seungwoo, keduanya pun membawa sepeda secara beriringan sambil melihat suasana taman yang hangat namun juga terasa sejuk. Seungyoun sedikit lebih depan dari Seungwoo, namun dengan cepat Seungwoo menyusul tidak mau mengalah sedikit pun sengaja agar kekasihnya ini merajuk.

“Ngalah dong!” Keluh Seungyoun.

“Suportif dong jangan ngeluh!” Ejek Seungwoo sengaja nenjulurkan lidahnya pada Seungyoun.

Saat sudah menyampai ujung danau Seungwoo sengaja mempercepat gerakan mengayuh sepedanya, “HAN SEUNGWOO CURANG!” teriak Seungyoun saat Seungwoo sampai lebih dahulu.

Seungwoo tertawa hingga wajahnya memerah melihat wajah kesal Seungyoun, “ya ampun beda berapa aja kok siapa suruh ga bisa ngejar?”

“Harusnya tadi mulainya barengan!”

“Mana katanya sering nge-gym kok ngga bisa ngejar?”

Seungyoun memutar bola matanya jengah, masih merasa kesal karena dikalahkan oleh sang kekasih. Seungwoo pun mendekat dan memeluk Seungyoun gemas, “iya iya maaf aku curang tapi kan ga ada peraturannya di awal jadi aku menang kan?”

“Ih~ masa gitu!?” Seungyoun menghentakan kakinya kesal masih dalam pelukan Seungwoo.

“Terus mau gimana? Tuh liat ada bebek!” Seungwoo membalik badan Seungyoun sambil menunjuk ke arah bebek yang sedang berenang di danau.

Seungyoun langsung melupakan kekesalannya dan menghampiri bebek yang baru saja menepi ke daratan, “hai bebek! Kok sendirian, kamu introvert ya butuh waktu sendiri?”

“Mana ada bebek introvert,” Seungwoo menanggapi.

“Ada nih dia sendirian, hei sini dong!” Seungyoun mengulurkan tangannya kepada sang bebek, naas bukannya mendapat perlakuan baik tangan Seungyoun dipatuk oleh bebek tersebut, “IH GALAKNYA! SAKIT TAU!” Teriak Seungyoun sambil mengelus tangan dan membiarkan bebek itu pergi menjauh.

“Hahahaha lagian sih ngapain juga sok ide nyuruh bebeknya nyamperin, mana yang sakit?” Seungwoo menarik tangan Seungyoun yang sedikit memerah bekas patukan bebek, dielusnya dan kecupnya tangan tersebut.

“Ada lukanya ga, sakit loh sungguhan. Nah kan merah! Hih dasar bebek!” Seungyoun pun kembali kesal kepada sang bebek.

Seungwoo hanya dapat terkekeh dan menarik Seungyoun untuk membawa sepeda mereka kembali ke tempat penitipan.

“Mau makan apa?” Tanya Seungwoo disela perjalanan mereka menuju parkiran, Seungyoun yang berada dalam rangkulan Seungwoo pun tampak berpikir, “junk food kan? Aku mau pizza!”

“Kamu yang bawa mobilnya ya, taruhan tetap taruhan,” Seungwoo memberikan kunci mobilnya kepada Seungyoun.

Seungyoun dengan malas mengambil kunci mobil kekasihnya dan langsung berlari menuju mobil mereka saat baru memasuki kawasan parkiran, “pokoknya pizzanya aku yang pesen!” Teriak Seungyoun sebelum memasuki mobul.

“Iya bawel!” Sahut Seungwoo.

Maksud dari Seungyoun yang memesan pizza adalah dirinya suka sekali memesan pizza dengan topping yang bermacam-macam dalam satu loyang pizza.

“Kamu makan yang zaitunnya ya?” Ucap Seungyoun saat pizza pesanan mereka datang.

“Kenapa suka pesen ini kalau topping zaitunnya selalu aku yang makan?”

“Ya aku mau makan yang daging, terus yang udah juga, sama nanas!”

“Kenapa engga pesen satu-satu aja?”

“Kenapa harus pesen banyak kalau bisa satu loyang dapat topping macam-macam terus ada kamu yang makan bagian topping zaitun?”

Seungwoo mendatarkan wajahnya mendengar jawaban Seungyoun, “masa aku makan zaitun doang?”

“Ini loh ada 8 potong, aku ambil ayam, udang, daging, nanas. Nah sisanya kamu nih!”

“Masa cuma zaitun, keju, jagung sama tuna? Aku juga mau daging, apa arti pizza tanpa daging!?”

Keduanya malah berdebat tak ada yang memulai makan, “yaudah dagingnya terakhir dimakan!” Saran Seungyoun.

“Yaudah kejunya juga aku jauhin,” Seungwoo pun meletakan pizza dengan topping daging dan keju dipiring lain.

“Kok gitu?” Seungyoun bingung.

“Ya biar adil aku makan 3 pizza, kamu juga. Paham?”

Seungyoun mengangguk paham dan mereka pun akhirnya mulai memakan pizza setelah hampir 15 menit berdebat.

“Coba gih dikit aja ujungnya,” Seungwoo memberikan sepotong zaitun kepada Seungyoun.

“Engga enak!”

“Coba dulu!”

Seungyoun melirik Seungwoo sinis dan memakan potongan kecil zaitun yang kekasihnya berikan, “kan engga enak ih~!” Rengek Seungyoun.

“Enak kok kamu aja yang pemilih,” Seungwoo menghabiskan pizza zaitunnya.

“Ngomong sama diri kamu yang ga suka alpukat!”

Seungwoo terdiam sejenak kemudian pura-pura tak mendengarkan ucapan Seungyoun.

Mereka terus makan sambil sesekali mengobrolkan pekerjaan dan keluarga satu sama lain, hingga tersisa dua potong pizza yang tadi Seungwoo sisihkan.

“Jadi gimana teknis kita makan ini?” Tanya Seungyoun.

“Shut ..., serahkan ke aku semua,” Seungwoo mengambil piring tersebut, ia pun membagi dua masing-masing pizza yang disisihkan, “adil kan? Terus satuin deh daging sama keju, pinter kan aku?” Seungwoo menyatukan pizza dengan topping daging dan keju menjadi satu dihadapan Seungyoun.

Seungyoun tertawa geli sambil menepuk tangannya, “kreatif nih aku suka!”

Seungwoo menyuapkan pizza tersebut kepada Seungyoun, “kapan lagi coba kamu dapat topping daging sama keju tapi pisah gini? Seungwoo doang nih!”

Seungyoun memukul lengan Seungwoo gemas, “iya deh iya kamu lah yang paling hebat, kamu paling top, aku cuma beng-beng!” Seungwoo terkekeh dan menarik gemas pipi berisi Seungyoun.

“Mau es krim mana habis dari sini?” Tanya Seungwoo.

“Jalan-jalan sepanjang kawasan sini yuk, bukannya diujung jalan ada tempat dessert gitu ya?” Saran Seungyoun.

“Boleh ngga begitu jauh juga.”

“Udah robekin kupon jalan ditaman sama makan siang belum?” Tanya Seungyoun tiba-tiba.

“Oh iya belum, tunggu habis makan es krim aja ingetin aku ya.”

Mereka pun beranjak dari tempat pizza menuju ke lokasi selanjutnya, sepanjang perjalanan Seungwoo merangkul Seungyoun karena orang-orang mulai ramai berjalan di kala weekend ini.

“Ih bunganya bagus,” gumam Seungyoun saat melewati flower shop.

“Yang mana?” Tanya Seungwoo dan berhenti tepat didepan toko bunga itu.

“Itu loh bunga mataharinya besar, aku engga pernah lihat sebesar ini.”

“Mau kah?” Seungwoo menatap Seungyoun.

“Engga usah deh, kan nanti kita masih pergi kemana-mana kasian bunganya kalau layu.”

Seungwoo pun mengangguk dan mereka lanjut berjalan hingga sampai ditempat yang ingin mereka datangi, “cookies and cream pakai cone,” ucap Seungyoun saat mereka baru saja masuk ke toko dessert itu.

“Baru masuk sayang belum didepan kasir,” Seungwoo memeluk kepala Seungyoun gemas.

“Hehehe ya aku cuma bilang aja biar kamu pesen engga pakai cup.”

Seungwoo pun memesan yang tadi Seungyoun sebutkan, sedangkan untuk dirinya sendiri ia memilih iced americano.

“Makan sambil jalan aja mau ngga, habis ini kita bakar kalori main bowling?” Saran Seungwoo dan mendapat anggukan setuju dari Seungyoun.

Setelah pesanan datang, keduanya pun berjalan lagi menuju tempat sebelumnya dimana mobil terparkir. Seungyoun sesekali menyuapi es krimnya kepada Seungwoo, begitu pula Seungwoo memberikan kopinya pada Seungyoun.

“Robek kuponnya jangan lupa,” ucap Seungyoun saat mereka sudah berada didalam mobil.

Kali ini Seungwoo yang kembali menyetir, karena Seungyoun bilang taruhan menyetir hanya berlaku saat dari taman menuju tempat mereka makan.

“Untung diingetin,” Seungwoo mengeluarkan amplop dari dashboard mobil, mengeluarkan kupon yang mulai berkurang dan merobek 3 kupon sekaligus.

“Aku kayanya udah lupa main bowling deh Woo.”

“Ya sama, terakhir aja kita main bowling 6 bulan lalu ngga sih ngikut anak-anak?”

“Iya, itu juga gagal. Ya kali kita tanding siapa cetak skor paling rendang gitu?”

Keduanya tertawa membayangkan jika nanti bermain bowling maka hanya ada skor terendah yang mereka hasilkan. Karena keduanya tidak begitu bagus bermain bowling, Seungwoo sengaja memasukan bowling pada kuponnya hanga untuk seru-seruan.

Dugaan Seungyoun benar terjadi, dari tadi skor yang keduanya hasilkan tidak ada selisih jauh, skor keduanya sama-sama buruk.

“Woo malu deh Woo sama anak SMA samping kita sana,” Seungyoun menunjuk dengan dagunya kumpulan anak-anak sekolah.

“Ya wajar lah jiwa muda, kita tu udah jompo mana bisa lagi kaya mereka,” jawab Seungwoo gengsi.

“Bilang aja emang ga bisa main! Tinggal terakhir nih, ayo kira-kira siapa yang cetak strike?”

“Emang bisa?” Seungwoo meremehkan.

Seungyoun menaikan sebelah alisnya dan mengambil bola besi tersebut, “awas ya kalau aku strike!”

“Buktiin!”

Seungyoun pun mengambil ancang-ancang, dirinya menghela napas panjang terlebih dahulu kemudian melepaskan bola besi tersebut. Seungwoo tampak santai melihat bola itu bergerak mengejar pin yang tersusun rapi, sedangkan Seungyoun terlihat tegang.

“ARGH DIKIT LAGI!” Teriak Seungyoun frustasi saat bola itu menghantam bagian belakang samping pin sehingga masih tersisa 4 pin lagi.

Seungwoo tertawa senang sambil bertepuk tangan, “gaya mu sayang kaya iya-iya bakal dapat strike!”

“Coba sana kalau kamu bisa!”

“Aku engga ada ngarepin strike ya,” giliran Seungwoo terakhir sebagai penutupan permainan.

Dirinya terlihat santai saat melepaskan bolanya, tanpa diduga semua pin tejatuh tepat didepan mata Seungwoo dan Seungyoun.

STRIKE!” Teriak Seungyoun dan langsung meloncat ke punggung Seungwoo, “SEUNGWOO HEBAT HUAAAAA!” Seungyoun mengacak rambut Seungwoo senang dan memeluk leher kekasihnya erat.

“Woah ternyata aku jago! Yeay yeay strike!” Seungwoo menahan kedua paha Seungyoun dan ia pun meloncat-loncat sambil menggendong Seungyoun dipunggungnya.

Anak-anak SMA yang tadi mereka bicarakan tertawa saat melihat keduanya merayakan kemenangan dititik terakhir bermain.

“Emang ya kita harus pasrah dulu baru dikasi menang,” Seungyoun turun dari punggung Seungwoo.

Seungwoo masih terkekeh tak menyangka akan strike disaat terakhir, ia melihat jam tangan ternyata sudah memasuki jam 7 malam, tak terasa mereka menghabiskan banyak waktu di arena bowling ini.

“Mau makan dulu apa langsung nonton?” Tanya Seungwoo.

“Nonton aja, aku mau makan ramem dirumah hehehehe.”

Mereka lupa jika ini sabtu malam, yang berarti bioskop akan ramai dengan orang-orang yang ingin menghabiskan waktunya bersama pasangan maupun keluarga.

“Jadi, kita nonton apa? Semuanya penuh,” tanya Seungwoo pasrah.

“Jangan sedih sayang, ada film kartun tuh kayanya seru deh nonton yang ringan-ringan. Pasti sepi paling cuma anak-anak aja sama orang tuanya, gimana?” Seungyoun memberi saran lagi saat dirinya melihat wajah sedih Seungwoo.

“Gapapa nih?”

“Gapapa lah! Asal nonton sama kamu mah mana tau ceritanya seru, yuk!” Seungyoun menarik Seungwoo untuk membeli tiket nonton, tak lupa membeli dua soda dan popcorn untuk menemani mereka menonton.

Saat keduanya sudah berada didalam teater, sesuai dugaan memang banyak anak-anak bersama orang tuanya bahkan ada segerombolan anak-anak yang sepertinya masih SMP memasuki teater.

“Oh anak sekarang jalannya ke bioskop ya,” gumam Seungwoo.

“Kita dulu kalau SMP ngumpul dirumah temen gitu ga sih? Apa cuma aku,” tanya Seungyoun.

“Aku mah dirumah aja main PS,” jawab Seungwoo.

Seungyoun menatap Seungwoo, begitu juga sebaliknya, “ngapa nih tatap-tatapan?” Tanya Seungwoo.

“Baru sadar pacar aku ganteng juga.”

“Kalau engga ganteng mana mungkin kamu mau?”

“Ya ka-”

Permisi ...,” tiba-tiba suara mengintupsi kegiatan mereka.

“Oh iya silahkan,” Seungyoun dan Seungwoo menyingkirkan kakinya sedikit agar orang tersebut lewat.

Baru saja mereka ingin melanjutkan pembicaraan lampu di dalam teater pun meredup, “diem-diem kamu,” bisik Seungyoun pada kekasihnya.

“Kamu tu yang diem,” Seungwoo menarik hidung Seungyoun saat kekasihnya sudah mengambil posisi menyandarkan kepalanya pada pundaknya.

Sepanjang film berlangsung Seungyoun tampak serius menonton, sedangkan Seungwoo asik mengecup kepala Seungyoun berkali-kali, bahkan ia pun mencuri mengecup pelipis Seungyoun.

Unlimited kiss yang kamu maksud tu ini?” Bisik Seungyoun.

“Iya apapun itu pokoknya aku mau cium kamu,” Seungwoo menjawab tak kalah pelan dan membawa punggung tangan Seungyoun kedepan bibirnya.

Seungyoun terkekeh membiarkan Seungwoo mengecup seluruh permukaan telapak tangannya, kemudian Seungwoo mengusak tangan Seungyoun ke pipinya, “hanget aku suka ...,” ujar Seungwoo.

Seungyoun menangkup kedua pipi Seungwoo sedangkan matanya masih fokus melihat ke arah film, “kamu tu nonton ga sih?”

“Nonton kok, nonton kamu hehehe.”

Seungyoun mencubit kesal perut Seungwoo, “diem kenapa sih!”

Shtt!

Keduanya langsung terdiam saat ditegur oleh penonton lain, Seungyoun melirik Seungwoo sinis sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tak berdosa.

Karena merasa bosan, Seungwoo pun menilih untuk memakan popcorn yang sedari tadi belum disentuh, Seungwoo pun berinisiatif menyuapi Seungyoun yang kembali fokus menonton film. Hingga tak terasa popcorn itu pun habis, bersamaan dengan film yang sudah dekat akhir cerita.

“Ini ceritanya tentang apa sih?” Tanya Seungwoo saat film berakhir.

“Hampir 2 jam ini kamu habisin buat apa hm?” Seungyoun mengelus pipi Seungwoo.

“Nyuapin kamu, ngusel dileher kamu hehehehe.”

Seungyoun memilih untuk menarik kedua pipi Seungwoo gemas, keduanya tak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang yang melewati mereka untuk keluar dari teater bioskop.

“Kita habis ini ngapain lagi?” Tanya Seungyoun saat mereka keluar dari bioskop.

Photobox.”

“Dimana?”

“Jalan kaki deket sini, bawel ya anda Cho Seungyoun pasti mulai laper.”

Seungyoun memeluk lengan Seungwoo, ia menyembunyikan wajahnya pada punggung Seungwoo karena merasa tertangkap basah.

Sesampainya di salah satu photobox yang memang tersedia ditepi jalan, Seungwoo langsung menarik Seungyoun masuk.

“Mau 8 foto apa 6 foto? 8 aja lah ya,” Seungwoo berbicara tanpa menunggu jawaban Seungyoun.

“Kamu nanya, kamu yang jawab. Sehat?”

Seungwoo mengecup pipi Seungyoun sekilas, “sehat banget obatnya lagi disamping aku ini.”

Saat kamera sudah mulai Seungwoo langsung merangkul Seungyoun, begitu juga sebaliknya. Keduanya tersenyum lebar saling merangkul satu sama lain, gaya selanjutnya Seungyoun memeluk pinggang Seungwoo dan Seungwoo mengacak rambut Seungyoun.

“Ih berantakan nanti rambut aku tuh hasilnya!”

“Biarin, cepet liat kamera lagi!”

Seungwoo sengaja menekan pipi Seungyoun hingga bibir sang kekasih mengerucut seperti bebek, Seungyoun balas dengan menarik kepala Seungwoo dan mengapitnya diantara ketiaknya, keduanya terus tertawa tak memperdulikan hasil foto yang akan mereka dapatkan nanti.

Tersisa 4 foto lagi, Seungyoun tiba-tiba mengecup pipi Seungwoo, begitu juga sebaliknya. Kemudian Seungwoo menangkup pipi Seungyoun dan mengecup bibir kekasihnya, tinggal foto terakhir tiba-tiba Seungyoun memeluk leher Seungwoo dari samping, “cepet gendong aku!” Teriaknya.

Seungwoo pun langsung menahan punggung Seungyoun dan menarik betis Seungyoun agar dapat ia gendong layaknya pengantin, “astaga beratnya!” Ujar Seungwoo, sedangkan Seungyoun tertawa dan bergaya dengan mengangkat dua jarinya kehadapan kamera.

Sesi foto yang cukup heboh itu pun berakhir, Seungwoo dan Seungyoun saling tertawa satu sama lain melihat hasil foto keduanya, “kan bener kan jelek berantakan rambut aku!” Seungyoun mengomel dan memukul punggung Seungwoo.

“Leher aku sakit kamu tekan begini!” Seungwoo pun tak mau kalah.

“Eh tapi bagus juga sih, coba liat kita jarang loh foto bareng ketawa selepas ini,” Seungyoun tersenyum melihat hasil foto mereka.

“Simpankan punya aku ya,” Seungwoo mengelus kepala Seungyoun dan menarik kekasihnya untuk pulang.

Sesampainya dirumah, Seungyoun dan Seungwoo langsung mandi secara bergantian. Satu harian menghabiskan waktu diluar membuat keduanya gerah dan juga lelah.

Baik Seungyoun maupun Seungwoo sudah terlihat lebih segar setelah mandi, Seungyoun memilih mengenakan piyama bergambar kucing dengan warna cream sedangkan Seungwoo mengenakan kaos hitam milik kekasihnya dan celana boxer miliknya yang sengaja ditinggal dirumah Seungyoun.

Seungwoo tengah menunggu Seungyoun memasak ramen, sembari menunggu Seungwoo melihat kupon yang tersisa satu lagi, “cuddle,” gumam Seungwoo.

“Kenapa Woo?” Tanya Seungyoun sambil membawa panci kecil dan meletakannya diatas meja.

“Gapapa, wah- enaknya!” Mata Seungwoo berbinar melihat ramen dihadapannya.

“Nih, ayo langsung eksekusi!” Seungyoun memberikan sepasang sumpit kepada Seungwoo dan keduanya langsung memakan ramen tersebut langsung dari pancinya.

Setelah selesai makan mereka pun langsung ke kamar mandi bersama untuk gosok gigi dan membersihkan wajah.

“Banyak banget skincare kamu?” Tanya Seungwoo baru menyadari berbagai macam jenis skincare dihadapannya.

Basic ini sayang, sini deh aku bantu bersihin wajah kamu,” Seungyoun menarik Seungwoo mendekat, ia membersihkan wajah Seungwoo dengan kapas yang sebelumnya sudah diberi cairan pembersih.

Seungwoo pasrah wajahnya di acak-acak oleh kekasihnya, sedangkan Seungyoun sendiri sudah wajahnya sudah bersih terlebih dahulu.

“Ini buat melembabkan, kan kamu ngeluh tuh ya wajah kamu kok kering mulu rasanya? Nah ini nih pakai pelembab, tenang aja semua skincare aku aman kok,” Seungyoun memberikan pelembab wajah pada Seungwoo.

“Terus udah wajah apa lagi, bibir kamu lembab juga kamu kasi pelembab?”

“Oh iya jelas dong! Kupon unlimited kiss aku masih berlaku kan? Nah sini bagi-bagi pelembabnya,” Seungyoun memberikan banyak pelembab pada bibirnya, kemudian ia menangkup pipi Seungwoo dan menempelkan bibirnya pada bibir kekasihnya.

Seungwoo tersenyum disela ciuman mereka, ia pun menggerakan bibirnya mengecup bibir kesukaannya itu, “kalau pakai pelembab bibirnya gini terus sih aku mau,” ujar Seungwoo sesaat setelah Seungyoun menarik wajahnya menjauh.

“Itu mah keenakan di kamu!”

Seungwoo terkekeh, ia memeluk Seungyoun dari belakang saat sang kekasih sibuk membereskan barang-barangnya.

“Udah selesai?” Tanya Seungwoo.

Seungyoun membalik badannya, memeluk leher Seungwoo dan menempelkan dahi keduanya, “gendong~” rengek Seungyoun.

Seungwoo mengecup dulu bibir Seungyoun untuk kesekian kalinya, kemudian ia mengangkat paha Seungyoun, melingkarkan kaki kekasihnya pada pinggangnya dan tak lupa menahan punggung Seungyoun, kekasihnya pun berada didalam gendongannya seperti anak koala dan Seungwoo pun membawa Seungyoun ke kamar.

“Kamu ga ada job kan besok?” Tanya Seungyoun saat Seungwoo membaringkan tubuhnya dikasur.

“Engga ada, tenang aja kita cuddle sampai besok siang. Kamu ga perlu marah-marah lagi kaya tadi pagi aku gangguin tidurnya,” Seungwoo pun ikut berbaring disamping Seungyoun, mendekap kekasihnya pada dadanya.

Seungyoun tersenyum sambil mengusak pipinya di dada Seungwoo, dada bidang yang selalu terasa hangat menjadi favoritnya, Seungyoun memeluk pinggang Seungwoo dan mendongak sedikit untuk menatap kekasihnya, dengan iseng ia mengecup dagu dan rahang Seungwoo meminta perhatian, “Woo-ya~” panggil Seungyoun manja.

“Hm, kenapa sayang capek ya?” Seungwoo mengelus pipi Seungyoun dengan jempolnya.

Seungyoun mengangguk, “tapi aku senang, makasih banyak ya sayang aku jadi bisa lupain sejenak pekerjaan aku,” Seungyoun mengecup leher Seungwoo lembut.

“Aku selalu bilang sama kamu, apapun itu asal kamu senang bakal aku lakuin. Next time mau kupon khusus lagi ngga?”

“Mau, tapi keluar negeri ya?” Seungyoun terkekeh geli.

“Oke boleh aja, tapi pas honey moon ya?” Seungwoo mengecup dahi, hidung dan bibir Seungyoun, “udah tidur gih kalau capek, mata kamu udah merah tuh,” Seungwoo mengeratkan dekapannya, ia pun mengusap punggung Seungyoun agar kekasihnya merasa nyaman.

Mata Seungyoun pun meredup, akhirnya ia terlelap didalam dekapan Seungwoo. Napasnya sudah teratur, wajahnya terlihat lebih tenang dari sebelumnya yang tampak banyak pikiran walaupun sedang tertidur. Seungwoo menatap lembut kekasihnya, disingkirkan rambut yang menghalangi mata kesukaannya, ia tersenyum menatap wajah tidur Seungyoun yang polos seperti bayi.

Good night baby...,” Seungwoo mengecup kepala Seungyoun dan ikut menyusul kekasihkan ke alam mimpi.

Hari panjang mereka pun berakhir tepat pada pukul 12 malam, tidak sia-sia Seungwoo mempersiapkan ini semua hanya untuk sang kekasih tercinta.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii


Pagi hari Seungyoun sudah disibukan dengan putri kecilnya yang bersemangat untuk pergi jalan-jalan bersama Hayoung. Sudah lama sejak Hayoung memang berencana mengajak Icha untuk liburan ke kebun binatang, akhirnya kesempatan itu pun datang saat Hayoung dan Suaminya tidak memiliki kesibukan.

“Icha nanti sama tante Hayoung harus jadi anak pinter ya? Bantuin tante Hayoung jagain si dedek, jangan minta apa-apa tapi kalau ditawarin baru boleh, jangan jajan sembarangan juga. Ngerti?” Seungyoun memberikan anaknya nasehat sambil mengikat rambut pendek putri kecilnya.

“Iya pipi!”

“Jangan berantem sama Sena ya? Pipi gamau ada adegan cakar-cakaran kaya waktu itu, paham?”

“Tapi kan pi itu Sena duluan rebut mainan Chacha, coba minta baik-baik kan Chacha bakal bagi,” Icha merengut kesal mengingat kejadian dirinya dan Sena berkelahi hanya karena berebut boneka yang dibawakan oleh Subin untuknya.

“Iya pipi paham, tapi jangan berantem ya? Kalau mau minta lagi baik-baik mintanya jangan marah-marah. Anak pipi kan cantik, baik, masa galak? Nanti dijauhin temen-temennya, ngga diajak jalan lagi, Sena ngga mau temen Icha lagi gimana? Hiiih pipi sih bakal sedih!”

“Aaaa engga mau! Icha masih mau main sama Sena!” Icha merengek dan memeluk leher papinya yang sudah selesai dengan rambutnya dan kini sedang merapikan bajunya.

“Makanta jadi anak pinter ya sayang. Udah siap! Yuk pamitan sama yayah dulu,” Seungyoun membawa Icha ke kamarnya bersama Seungwoo sambil membawa tas ransel perbekalan Icha.

Icha naik ke atas kasur perlahan dimana ada Seungwoo yang masih terlelap, ia baru saja menyelesaikan syuting drama terbarunya dan pulang jam 3 pagi.

“Yayah~! Icha pergi sama tante Hayoung dulu ya, mau liat gajah!” Icha menepuk pipi Seungwoo membuat ayah muda itu setengah tersadar.

Matanya sedikit buram karena terbuka setengah, Seungwoo dapat melihat Icha disampingnya dan hanya memeluk anaknya sekilas, “iya jangan nakal ya...,” ujar Seungwoo dengan suara serak khas bangun tidur.

Seungyoun yang memperhatikan suami dan putrinya itu hanya dapat terkekeh, tak lama terdengar suara klakson mobil dari luar rumah.

“Icha yuk udah dijemput!” Seungyoun memberitahu Icha.

Si kecil itu pun langsung loncat turun dari kasur dan berlari duluan meninggalkan Seungyoun dibelakangnya, Icha pun mengintip dari balik jendela dan melihat Sena digandeng oleh bundanya.

“Sena!” Teriak Icha kepada teman mainnya.

Sena yang sadar dipanggil pun menoleh ke arah jendela dan melambaikan tangannya semangat sambil meloncat kecil.

“Pipi cepet buka pintunya!” Perintah Icha kepada Seungyoun yang jalan mendekatinya.

“Iya sayang sabar, astaga kamu nih ya....”

Seungyoun pun membuka pintunya dan melihat Hayoung sudah repot mengendong anak kecil lainnya sambil mengandeng anak pertamanya.

“Yo wssup bro!?” Sapa Hayoung semangat.

“Rame bener cuma jemput anak gua?” Seungyoun terkekeh geli.

“Ya biasalah, satu turun semua mau turun. Ayo Icha kita pergi!”

Icha pun keluar dan langsung mengandeng tangan Sena, kedua anak kecil itu sudah terlihat senang seperti merencanakan hal menyenangkan saat nanti jalan-jalan.

“Sayang tasnya mau ditinggal?” Seungyoun mengangkat tas ransel berwarna oranye dengan gambar bunga matahari, “hehehe lupa!” Icha mengambil tasnya dan memeluk leher Seungyoun erat.

“Inget pesen pipi ya?” Icha mengangguk semangat.

“Young tolong jagain ya, kalau berantem marahin aja lagi Icha takut kalau sama lu.”

“Lebih takut lagi sama Byungchan sih.”

Kedua sahabat itu pun tertawa dan saling berpamitan, Seungyoun tetap berada pada posisinya hingga mobil yang membawa anaknya menghilang dari pandangan. Sesaat setelah itu Seungyoun langsung menghela napas lega, “akhirnya gua bisa beres-beres rumah dengan tenang terus habis itu santai!” Seungyoun menutup pintu depan dan kembali ke kamarnya untuk melihat keadaan suaminya.

Seungwoo masih terlelap, tampak pulas dan tak akan terusik sedikit pun. Seungyoun pun memilih untuk menyuci baju dan membereskan rumah yang mulai berantakan karena tidak tersentuh selama seminggu ini.

Sudah 2 jam berlalu, tak terasa sudah masuk jam makan siang Seungyoun terlalu asik membereskan barang-barang di gudang penyimpanan barang untuk menyimpan mainan anaknya dan barang lainnya yang sudah tidak terpakai lagi. Tak sengaja matanya melihat kotak berwarna biru dengan tulisan HAN SEUNGWOO dan dihiasi sticker berbentuk hati warna-warni. Seungyoun mengambil kotak tersebut dan dibukanya, ia pun terkejut melihat isi kotak itu yang ternyata barang-barang saat dirinya masih menjadi fans dari suaminya sendiri.

“Ih masih dong! Hahahahaha,” Seungyoun tertawa geli melihat isi kotak berukuran besar tersebut.

Sayang! Seungyoun!? Kamu dimana!?” sama Seungyoun dengar suara suaminya mencari dirinya.

Ia pun keluar sambil membawa kotak itu dan melihat Seungwoo yang sudah terlihat lebih segar sehabis mandi, “good morning my love! Gimana tidurnya?” Seungyoun mengecup bibir Seungwoo sekilas.

“Bawa apa nih kamu?” Seungwoo tidak menjawab pertnyaan suaminya, ia merangkul pinggang Seungyoun membalas kecupannya dan melihat kotak ditangan Seungyoun.

“Isinya dosa-dosa aku dulu!”

“Hah dosa!?”

“Iya alias merchandise Han Seungwoo.”

Seungwoo langsung mendorong dahi Seungyoun pelan dengan telunjuknya, “kirain apaan, kok masih ada dapat dimana?”

“Digudang! Aku tadi beresin barang disana ngga sengaja nemuin ini, aku kira dirumah mama loh?”

“Coba buka dong isinya!” Seungwoo tiba-tiba menjadi antusias.

“Eits! Makan dulu baru liat ini, kamu semalam banyak minum kan ngaku!?” Seungyoun menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit.

“Hehehe ya namanya juga penutupan, kapan lagi? Aku habis ini libur 2 minggu loh! Kamu ngga mau kemana-mana?”

“Lah lamanya 2 minggu!? Pulang ke rumah mama sama ibu yuk?”

“Boleh minggu ini kita ke rumah mama sama ibu, masing-masing 3 hari aja. Minggu depan soalnya walau kosong aku ada meeting.”

Seungyoun mengangguk, meletakan kotak yang masih ia bawa keatas meja ruang tengah dan menarik suaminya untuk ke dapur.

“Pusing ngga, apa butuh yang hangat?”

“Mau sop aja aku ada bahannya ngga?”

“Kentang sama macaroni aja nih, oh ada ayam juga. Gapapa?”

Seungwoo mengangguk, ia pun menyalakan mesin kopi dan memasukan satu kapsul kopi instan untuk dirinya.

“Gimana syuting terakhirnya?” Tanya Seungyoun disela kegiatannya memotong bahan-bahan makanan.

“Lancar banget, estimasi bakal sampai tengah malam gitu tapi jam 8 malam malah udah selesai.”

Seungyoun senyum mendengar pekerjaan suaminya lancar, “habis itu makan-makan dimana kalian?”

“Ada tempat grill enak deket lokasi, jadi makan disitu. Kayanya boleh deh kita sekalian refreshing ke sana sama Icha.”

“Berapa jam sih ke lokasi kamu kemarin?”

“2 jam aja kok, aku lama sampai karena emang suruh Sejun nyetir pelan aja. Udah malem kan, masih ada hutan disana jadi gelap gitu loh. Tapi kalau pagi sampai sore enak, seriusan deh aku pengen bawa kamu kesana sama Icha,” Seungwoo jalan mendekat ke Seungyoun mengecup pipi suaminya sekilas dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil es batu.

“Kamu bikin kopinya berapa?” Tanya Seungyoun.

“Tenang kamu juga aku bikin,” jawab Seungwoo santai dan menyiapkan dua gelas dengan es batu.

“Kamu mau lauk apa sayang?”

Seungwoo serius menuangkan kopi kemudian terdiam setelah kopi itu habis memenuhi dua gelas untuk dirinya dan Seungyoun, “boleh ngga aku minta yang aneh?”

“Hah apa?” Seungyoun mengernyit.

“Itu..., Icha ada nugget dia bentuk dino itu kan? Aku boleh makan nugget dia ngga? Aku pengen cheating,” Seungwoo bertanya ragu-ragu.

“Hahahaha astaga suamiku gemes banget kenapa sih!?” Seungyoun mengelap tangannya pada apron terlebih dahulu kemudian menangkup pipi Seungwoo gemas dan mengecup bibir Seungwoo, “ya boleh lah! Icha ga bakal tau kali nugget dia dimakan sama yayahnya, ih kamu nih ya ada-ada aja!” Terakhir Seungyoun menarik pipi Seungwoo gemas dan mengeluarkan nugget berbentuk dino sesuai permintaan Seungwoo dari dalam kulkas.


Saat asik makan Seungwoo baru menyadari jika sedari tadi putri kecilnya tidak ada, “Icha mana sih, aku kira dia main di halaman belakang. Kok ga ada?”

“Lah ga sadar? Tadi pagi Icha ada izin pergi sama kamu.”

“Hah kapan?” Seungwoo tampak berpikir sejenak, “oh itu beneran? Aku kira mimpi! Aku mimpi Icha tadi pergi sekolah pertama kalinya, jadi aku hmm hmm aja.”

Seungyoun tertawa geli dan memukul pundak suaminya, “makanya sadar!”

“Asli loh aku tu burem gitu liatnya tapi di otak aku Icha seneng banget,” Seungwoo pun ikut tertawa merasa lucu dengan dirinya, “emang Icha kemana?” Tanyanya kemudian.

“Kebun binatang sama Hayoung, udah lama dijanjiin baru bisa sekarang.”

Mendengar jawaban suaminya Seungwoo mengangguk mengerti dan menghabiskan makanannya. Setelah semuanya beres Seungwoo membawa semua piring kotor sisa makan dan mulai mencucinya.

“Aaa~ rajinnya suamiku. 2 minggu kedepan kamu yang kerjain semua ya?” Seungyoun memeluk Seungwoo dari belakang, dagunya ia sandarkan pada pundak Seungwoo.

“Hadiahnya apa?” Seungwoo menolehkan kepalanya menatap suami lucunya ini.

Seungyoun mencium dengan lembut bibir Seungwoo, “cuci piring untuk satu ciuman, cuci baju untuk dua ciuman, beresin rumah untuk dapatin aku?” Seungyoun mengedipkan matanya dan kabur ke ruang tengah.

“AKU TAGIH YA!” Teriak Seungwoo dan ia pun tertawa geli.

Selesai dengan kegiatannya mencuci piring, Seungwoo pun menghampiri Seungyoun yang sibuk membongkar kotak dosanya tersebut.

“Banyak banget sayang!? Perasaan pas kita udah pacaran engga lagi deh kamu beli barang ini?” Seungwoo ikut duduk disamping Seungyoun yang sudah nyaman dengan posisinya bersila dilantai.

“Dih siapa bilang? Aku tetap presidennya baby milk! Selalu paling depan berburu merch! Nih liat, aku bahkan ada ada slogan terbaru dua tahun lalu,” Seungyoun menunjukan slogan dengan desain terbaru.

“Lah kan ini pas Icha masih kecil, kapan kamu belinya?”

“Biasa orang dalem,” Seungyoun menaik turunkan alisnya.

Dahi Seungwoo mengkerut, “Subin?” Tebaknya ragu dan Seungyoun langsung tersenyum lebar, “waktu itu kan dia belum jadi sutradara terkenal nih mohon maaf ya suamiku jadi mau aja disuruh, nah sekarang karena aku udah pensiun, Subin juga udah sibuk jadi stop deh hehehe.”

Seungyoun mengeluarkan berbagai macam barang lainnya, bahkan ada satu album berukuran besar dimana isinya photocard Seungwoo, tiket konser yang Seungyoun datangi, “aku baru tau kamu sampai ke Eropa?” Seungwoo terperangah melihat album itu.

“Waktu itu kayanya emang keberuntungan aku sih dapat tawaran ke Eropa pas kamu konser, ya sekalian dong? Beruntung banget bisa nonton kamu di Eropa, bahkan aku pernah ngehayal kalau ke Eropa sama kamu pasti romantis gitu kan hehehe eh beneran kesampaian!” Seungyoun menyembunyikan wajahnya malu diceruk leher Seungwoo.

Seungwoo tersenyum lembut mengelus kepala Seungyoun, dirinya melihat ada lighstick didalam kotak itu dan mengeluarkannya, “masih berfungsi ga sih nih?” Seungwoo coba menyalakannya dan ternyata masih menyala walau redup karena sudah lama tidak digunakan.

“Woah nyala! Aku kira udah rusak dong?” Seungyoun mengambil alih lighstick tersebut dan memeluknya sayang, “hasil gaji pertama aku pas kerja jaga toserba, rela sisihin uang demi beli ini. Terus ini juga,” Seungyoun meletakan kembali lighsticknya mengeluarkan album berukuran sedang dari salam kotak, “aku ingat album debut kamu! Pernah ga aku cerita kerja apa pas dapat album debut kamu?”

“Apa? Kamu ga pernah cerita secara detail tentang dunia baby milk kamu ini,” Seungwoo menatap suaminya dan mengelus pipi Seungyoun.

Seungyoun merapikan barang-barang yang ia keluarkan kemudian menatap Seungwoo, “aku dulu sempat jadi tukang kebun. Jadi dulu tuh ada tetangga disebelah rumah aku pas aku kuliah, nenek-nenek gitu punya kebun bunga. Jadi dia suruh aku yang kerjain ngerapiin bunganya, nyapu halaman rumahnya, pagi-pagi aku bangun ke halaman dia dulu terus aku ke kampus. Ih kamu ya debut pas aku masih kuliah, dulu aku masih belum ada apa-apa kerja juga belum stabil.”

“Bukannya kamu mampu kenapa harus cari uang?”

“Mama bilang kalau mau ngefans sama seseorang harus usaha sendiri, jadi aku emang cari uang gimanapun caranya. Sampai akhirnya hidup aku beruntung lagi dapat kerjaan enak, bisa hasilin uang yang yah bisa dibilang cukup sampai akhirnya jadi sekarang ini hehehehe.”

Seungwoo pun tersenyum merasa bangga dengan suaminya yang benar-benar berjuang untuk dirinya bahkan sampai sekarang, “kenapa sih segitunya suka sama aku?”

“Ganteng,” jawab Seungyoun singkat.

“Kalau jelek engga mau?”

“Bukan gitu, realistis aja ya pas awal liat kamu tuh ganteng terus sebelum debut kamu sempat kan acting dulu terus nyanyi juga. Nah aku cari tau banyak tentang kamu, kesukaan kamu dan sebagainya kita banyak kesamaan gitu, makin suka dong aku! Berasa nemuin soulmate gitu, terus lagu kamu juga enak, acting kamu bagus, kamu juga baik walau awal ketemu kita malah ribut ya hmm...,” Seungyoun melirik Seungwoo mengingat pertemuan pertama mereka membuat Seungwoo tersenyum geli, “dulu sempat mau berhenti kuliah juga tapi pas kenal kamu, aku ngefans sama kamu jadi ada motivasi gitu loh akhirnya lulus, kerja engga jelas selama 4 bulan? Baru dapat kerjaan enak, langsung enak banget!”

Seungwoo menepuk-nepuk kepala Seungyoun, “nyangka ga sekarang jadi suami aku?” Tanya Seungwoo.

“Sampai sekarang masih ngga nyangka, kadang tengah malam aku bangun natap kamu tidur samping aku, aku elus pipi kamu, selalu bersyukur terus berdoa bilang terima kasih ke Tuhan kalau benar-benar kamu yang ada disamping aku, jadi suami aku, orang yang dulunya selalu terpisah antara kursi dan panggung, kursi dan meja kalau fanmeet, orang yang selalu aku semogakan menjadi kenyataan,” tanpa sadar mata Seungyoun berlinang mengingat setiap detik perjuangan dia untuk Seungwoo.

“Kamu senang?”

“Kalau ada kata lebih dari senang aku mau bilang itu, aku sesenang itu sampai sekarang. Aku merasa orang paling beruntung, aku engga tau udah nyelamatin apa dikehidupan masa lalu aku, aku bahkan selalu intropeksi diri sebagus apa diri aku, sepantas apa aku untuk dapat ini semua? Walau disini kita udah bareng, tau kehidupan satu sama lain, ada aja berantem kecil tapi itu ngga buat aku buat berhenti suka dan sayang sama kamu, bahkan aku lebih dan lebih terus bertambah perasaan aku ke kamu.”

“Kamu percaya engga kalau sampai sekarang lagi berdua gini aku masih deg-degan kalau sama kamu? Coba deh rasain,” Seungwoo menarik tangan Seungyoun dan meletakan tepat diatas jantungnya yang berdetak kencang.

Seungyoun tersenyum cerah, “percaya! Setiap pagi aku selalu nyempatin diri aku bangun, meluk kamu dan letakin kepala aku didada kamu buat denger detak jantung kenceng kamu, aku kira bakal biasa aja ternyata masih cepet.”

“Engga cuma kamu yang makin bertambah perasaannya, bahkan aku juga gitu mungkin bisa lebih dari perasaan kamu? Intinya aku juga merasa beruntung punya kamu, selain fans kamu benar-benar udah layaknya keluarga dan crush, aku nyaman deket kamu dari awal aku akhirnya berani curhain isi hati aku ke kamu, aku langsung ya dia orang yang tepat.”

Seungyoun memeluk Seungwoo erat, air matanya sudah membasahi pipi berisinya, ia tak dapat menahan haru jika sudah bersangkutan dengan hal-hal seperti ini. Keduanya sangat jarang berbicara hati ke hati seperti ini, yang mereka lakukan selalu mengisi kekosongan satu sama lain, mendukung saat dalam keadaan apapun dan tentu saja saling menyanyangi dengan caranya sendiri.

Kamu tau secinta dan sesayang apa aku sama kamu kan?” Seungyoun bertanya sambil terisak.

“Tanpa kamu bilang aku udah tau sayang, begitu juga kamu tau seberapa aku sayang dan cinta sama kamu kan?” Seungwoo mengeratkan pelukannya.

Seungyoun mengangguk, ia pun merenggakan pelukannya untuk menatap wajah Seungwoo, “jelek ih hidungnya merah,” Seungwoo sengaja mengejek untuk mencairkan suasana, ia mengusap air mata Seungyoun dengan jempolnya.

“Huh biarin jelek yang penting aku sayang sama kamu, sayang sama kamu sebagai idol aku, sayang sama kamu sebagai ayah Icha dan cinta serta sayang sama kamu sebagai suami aku!” Seungyoun mencium lembut bibir Seungwoo.

Seungwoo menarik Seungyoun agar duduk dipangkuannya, menekan tengkuk Seungyoun agar ciuman mereka semakin dalam dan intens, bahkan tangan Seungyoun sudah tak bisa diam menjambak rambut Seungwoo hingga berantakan.

I just wanted to say that I love you so much and I want you right now because I miss you so fucking much.”

Seungwoo langsung mengendong Seungyoun seperti anak koala dan membawanya ke kamar mereka, tak peduli dengan barang yang masih berserakan di ruang keluarga. Seungyoun hanya pasrah dan tersenyum senang menghabiskan hari ini dengan suaminya karena ia pun juga sangat merindukan suaminya, terutama sentuhannya. Tolong ingatkan Seungyoun untuk menyuruh Hayoung pulang lebih lama dan mentraktir sahabatnya itu karena memberikan dia kesempatan untuk berdua bersama sang suami tercinta.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii


Seungyoun mengernyit merasakan pusing karena mendengar suara teriakan ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya, tinggal di perumahan sederhana tidak menutupi kemungkinan mendengar suara para tetangga yang kadang sedikit mengganggu. Dirinya pun dengan terpaka bangun dari tidurnya dan ia meringis merasakan kepalanya yang semakin berdenyut, lembur yang ia kerjakan karena mendapat shift malam di salah satu càfe membuatnya merasa sangat lelah dan butuh tidur lebih lama.

Ia mengerjepakan matanya untuk menyesuaikan pengelihatan, dirinya pun menatap ke arah jam yang berada nakas samping tempat tidur seketika Seungyoun meloncat menuju kamar mandi. Seungyoun lupa jika hari ini ia mendapat shift pagi, tugasnya untuk membuka càfe, jam sudah menunjukan pukul 9 pagi sedangkan càfe harus dibuka tepat pukul 10.

“ARGHHH KENAPA ALARM GA BUNYI SIH!?” Seungyoun berteriak kesal sambil mencuci wajahnya tak lupa menggosok gigi, tak ada waktu untuk dirinya mandi.

Tak lupa Seungyoun memakai parfum untuk menutupi aroma yang mungkin tidak sedap karena dirinya belum mandi, ia menyempatkan diri mengambil roti isi didalam kulkas sisa semalam dan sekotak susu. Seungyoun berlari keluar rumahnya, mengunci pintu dengan terburu-buru dan berlari ke depan komplek untuk mendapatkan taxi.

“TAXI! TAXI!” Seungyoun berteriak menyetop taxi yang lewat sayangnya semua taxi penuh, Seungyoun mengecek jam dan sudah lewat 20 menit.

“Aish sial! Hari ini kayanya bakal jadi hari yang buruk!” Seungyoun pun berlari sambil menghabiskan roti isinya, sesekali ia pun menabrak pejalan kaki lain.

WOI LIHAT-LIHAT DONG!

“MAAF! Huhuhu please jangan telat, TAXI!” Seungyoun berhenti berlari dan menyetop taxi yang kebetulan kosong baru saja dirinya ingin menaiki taxi tersebut tiba-tiba ada orang yang merebut tempatnya.

Maaf ya saya telat banget! Berangkat pak!

WHAT THE FUCK!? WOI GUA JUGA TELAT ANJIR! ARGHHH!” Seungyoun mengusak kasar rambutnya sambil menghentak-hentakan kaki karena kesal, tak lama ada taxi lain yang berhenti dirinya pun langsung saja naik.

Sesampainya di càfe ternyata rekan kerja lainnya sudah ada yang datang dan membuka càfe terlebih dahulu, baru saja Seungyoun ingin menghela napas akan tetapi bosnya datang hari ini biasanya sang pemilik càfe tidak pernah datang jika hari biasa seperti sekarang ini.

“Kenapa terlambat!? Harusnya kamu yang buka càfe malah Wooseok yang buka!” Sang bos pun memarahi Seungyoun tepat saat dirinya baru saja masuk.

“M-maaf bos maaf...,” Seungyoun membungkuk beberapa kali merasa bersalah.

“Saya ngga mau tau hari ini kerjaan kamu sampai malam!”

Seungyoun terperangah, dirinya mendapatkan hukuman menjalani 2 shift pada hari ini. Seketika tangan Seungyoun gemetaran dan ia mengepal erat tangannya untuk menahan emosi, selama ini Seungyoun selalu on time baru ini saja dirinya hampir terlambat.

“Kenapa diam? Saya gaji kamu bukan buat diam begini! Sana siap-siap!”

Seungyoun membungkuk lagi dan masuk ke ruang ganti dimana sedari tadi Wooseok sudah memperhatikan rekan kerja sekaligus sahabatnya ini sudah dimarahi.

“Seungyoun gapapa?” Wooseok menepuk pundak Seungyoun.

“Gila ya tu nenek sihir! Seenak dia aja nambahin shift gua, kaga pernah ke càfe juga sok-sokan anjing!” Seungyoun meninju pintu loker miliknya yang terbuat dari kayu tersebut untuk menyalurkan emosinya.

Wooseok menggigit bibirnya, “Youn..., gua ga bisa bantu apa-apa selain bilang sabar ini udah mau jam buka càfe soalnya. Lu oke kan? Atur emosi lu dulu sebelum layani pembeli ya,” Wooseok menepuk lagi pundaknya dan pergi untuk menjaga kasir.

Seungyoun menghela napas berat, ia pun mencoba untuk menenangkan dirinya dengan mengatur napas saat dirasa sudah membaik Seungyoun mulai menata sedikit rambutnya, merapikan kemeja putihnya dan memakai apron berwarna cream dengan logo càfe tempatnya bekerja.

“Ayo Seungyoun semangat ini hanya hari buruk bukan hidup lu yang buruk, fighting!”

Hari ini cukup banyak pembeli yang datang, Seungyoun sebagai barista merasakan hecticnya bahkan Wooseok saja ikut turun tangan membantu Seungyoun membuat minuman.

“Seungyoun ice latte satu!” Wooseok meletakan struk pesanan dihadapannya.

Seungyoun pun langsung membuat minuman sesuai pesanan, sayangnya karena tidak fokus dirinya lupa memberikan gula pada minuman tersebut.

“Ice latte!” Seungyoun langsung saja menyerahkan kepada pelanggan.

Merasa tidak ada masalah Seungyoun kembali membuat pesanan lain, tetapi tak lama ia mendengar komplain dari pelanggan tadi.

“KENAPA TAWAR!? DIKASI GULA GA SIH!? GIMANA SIH JADI NGGA ENAK GINI SAYA NGGA MAU!”

Seungyoun cukup terkejut dengan teriakan pelanggan tersebut, dirinya semakin dibuat terkejut saat merasakan dinginnya es membasahi wajah dan kemeja putihnya. Wooseok dan beberapa pelanggan yang ada disana pun ikut terkejut saat pelanggan itu dengan sengaja menumpahkan kopinya pada Seungyoun.

“Saya ngga akan lagi kesini!” Pelanggan itu pun langsung pergi.

Seungyoun mengelap wajahnya dengan lengan baju yang masih ada tersisa kering sedikit, ia menunduk tidak nyaman pada pelanggan yang ada disana, “maaf atas ketidak nyamanannya, ini kesalahan saya mohon dimaafkan,” Seungyoun membungkuk beberapa kali membuat orang yang melihatnya pun iba.

“Ganti baju dulu sana,” Wooseok memberitahu.

“Ntar aja pas break, bos ga ada kan?”

“Udah pulang.”

Seungyoun dapat bernapas lega, jika bosnya masih ada bisa saja gajinya akan dipotong. Dirinya buru-buru membereskan kekacauan yang baru saja terjadi kemudian lanjut melakukan pekerjaannya dengan baju yang basah.

Saat jam istirahat Seungyoun memilih duduk diruang ganti sendirian sambil memakan cake yang Wooseok belikan untuknya, suasana hatinya sangat kacau hari ini dan dirinya hanya butuh waktu sendiri untuk waktu yang sebentar.

Beruntung Seungyoun selalu menyediakan baju lebih di dalam loker, sehingga ia sekarang memakai kaos putih dengan tulisan 'Cheers Up!' membuatnya sejenak tertawa karena seperti diejek oleh kaosnya sendiri.

Tiba-tiba ponsel Seungyoun berbunyi tanda telepon masuk, seketika senyumnya cerah melihat nama yang tertera di kontak.

“Halo kak Seungwoo!” Jawabnya dengan nada ceria.

Halo sayang, gimana kerjaannya lancar? Udah makan belum?” tanya seseorang bernama Seungwoo disebrang sana.

Seungwoo adalah kekasih Seungyoun, bekerja disalah satu start up yang fokus dibidang game. Bisa dibilang kehidupan Seungwoo cukup enak, keduanya telah berpacaran sejak duduk dibangku kuliah dan sudah sekitar 4 tahun bersama.

“Ini aku baru aja selesai makan.”

Seungwoo sadar kekasihnya tidak menjawab pertanyaan pertamanya, “sore jadi kan pergi sama aku?”

Dapat Seungwoo dengar helaan napas dari kekasihnya, “aku pulang malam lagi, gapapa perginya malam?”

“Gapapa..., aku tunggu ya? Semangat kamu kerjanya sayang. I love you....”

Me love you too....

Telepon singkat itu pun berakhir, mood Seungyoun sedikit membaik setelah mendengar suara kekasihnya. Dilihat jam tangannya menunjukan pukul 3 sore, masih tersisa 7 jam lagi dirinya pulang.

“Seungyoun fighting!”

Akhirnya waktu yang Seungyoun tunggu pun tiba, beruntung rekan kerjanya pada malam hari ini adalah adik tingkatnya bernama Hangyul sehingga dirinya bisa sedikit santai menutup càfe tidak seperti semalam ia harus membersihkan dan menutup càfe sendirian.

Lonceng pintu càfe berbunyi tanda ada orang yang masuk, “maaf càfenya sudah tu- kak Seungwoo!” Seungyoun tersenyum cerah melihat pacarnya mendekati kasir.

“Pesan Cho Seungyoun satu, dibawa pulang bisa?”

“Bisa kak!” Jawab Hangyul yang baru saja selesai membuang sampah.

Seungwoo terkekeh geli dan menatap Seungyoun yang terlihat lelah, “ngga siap-siap pulang?”

“O-oh iya tunggu ya!” Seungyoun buru-buru pergi ke ruang ganti.

Beberapa menit kemudian Seungyoun pun sudah terlihat lebih santai, baju kaos yang tadi ia pakai dipadukan dengan hoodie berwarna abu-abu. Hangyul pun juga sudah selesai sehingga mereka berdua serentak meninggalkan càfe bersama.

“Hati-hati Hangyul!” Seungyoun melambaikan tangannya.

“Hati-hati kak, have fun ya!”

Sepasang kekasih itu pun sudah menaiki mobil milik Seungwoo, “karena udah jam setengah sebelas mau nonton film juga mustahil jadi kamu mau kemana?” Tanya Seungwoo.

“Aku mau makan ramen pedes di toserba sama es krim satu box!”

Seungwoo tersenyum dan menjalankan mobilnya ke tempat yang dimaksud Seungyoun, salah satu toserba yang dekat dengan rumah Seungwoo.

Sebebarnya jika tidak ada kejadian penambahan shift Seungyoun dan Seungwoo berencana akan menonton film, kemudian makan malam bersama dan Seungyoun menginap dirumahnya karena besok waktunya dia off.

Seungwoo tidak menanyakan apa-apa tentang hari ini, ia hanya menggenggam tangan kekasihnya, sesekali mengecupnya dan membiarkan Seungyoun memejamkan mata sambil bersandar dipundaknya.

“Sayang udah sampai...,” Seungwoo membangunkan Seungyoun yang sempat terlelap.

Seungyoun langsung tersadar, menatap wajah Seungwoo sejenak untuk memastikan situasi apa yang sedang terjadi.

“Bangun ayo makan!” Seungwoo menangkup pipi berisi Seungyoun dan mengecup bibir Seungyoun beberapa kali.

Seungyoun sedikit merengut turun dari mobil, ia menutup kepala serta wajahnya dengan hoodie karena masih mengantuk. Seungwoo merangkul kekasihnya masuk ke toserba dan membiarkan kekasihnya duduk sedangkan dirinya membeli dan menyiapkan ramen untuk Seungyoun.

“Capek banget ya hari ini hm?” Seungwoo datang sambil membawa dua cup ramen dan dua botol air mineral dingin untuk dirinya dan Seungyoun.

“Hmm...,” Seungyoun memberi jawaban hanya dengan dehaman, “es krim aku mana?” Tanya Seungyoun masih dengan wajah yang setengah tertutup.

Seungwoo menurunkan hoodie Seungyoun, mengelus pipi pacarnya, “habisin ramennya dulu baru makan es krimnya ya?” Seungyoun pun menurut dan mulai memakan ramennya perlahan.

“Enak?” Tanya Seungwoo dan Seungyoun menangguk semangat.

Keduanya menghabiskan ramen dalam waktu yang bersamaan, Seungwoo membukakan botol minum untuk Seungyoun dan memberikannya pada sang kekasih.

“Mau rasa apa es krimnya?”

“Cookies and cream!”

Sesuai permintaan Seungwoo membelikan Seungyoun es krim dengan box berukuran besar dan tak lupa juga sendok, “makannya pelan-pelan ya!” Seungwoo mengacak rambut Seungyoun.

“Yehey! Makasih sayangnya aku,” Seungyoun memberikan flying kiss pada Seungwoo.

Langsung saja dibukanya tutup kemasan es krim tersebut dan diambilnya sesendok penuh es krim dengan rasa kesukaannya itu kemudian ia memakannya tanpa peduli mulutnya penuh hingga pipinya mengembung seperti tupai.

“Pelan-pelan kan aku tadi bilangnya?” Seungwoo membersihkan sisa es krim disudut bibir Seungyoun.

“Hehehehe aku gerah banget hari ini, kepala sama hati aku kelewatan panas jadi mau makan pedes sama dingin!”

Seungwoo diam mendengar perkataan Seungyoun, ia pun mengelus kepala dan punggung kekasihnya saat masih asik memakan es krim, “jangan ditahan...,” ujar Seungwoo lembut. Tiba-tiba terdengar suara isakan dari Seungyoun, akan tetapi ia masih tetap memakan es krimnya hingga habis setengah dari besarnya kemasan.

Seungwoo dengan lembut pun berdiri untuk menarik Seungyoun kedalam pelukannya. Sedangkan Seungyoun sudah menangis sesegukan memendamkan wajahnya di dada Seungwoo, ia pun berteriak dengan suara teredam namun masih dapat didengar oleh Seungwoo, “aku capek! Aku marah! Aku benci diginiin! Aku mau berhenti tapi aku ga bisa! Aku kesal kak! Aku capek! Huhuhuhu...,” suara pilu Seungyoun membuat Seungwoo makin mengeratkan pelukannya dan mengelus punggung Seungyoun.

Dirinya hanya dapat membiarkan Seungyoun mengeluarkan segala emosinya dengan menangis dan berteriak didalam pelukannya, setidaknya ini bisa sedikit meredakan kekesalan Seungyoun.

Hampir 20 menit berlalu Seungyoun pun selesai menangis, Seungwoo sedang sibuk mengelap sisa air mata Seungyoun dengan tisu. Hidung dan mata kekasihnya sudah memerah, bahkan mata Seungyoun langsung sembab, “minum dulu...,” Seungwoo memberikan Seungyoun minum.

Seungyoun menghabiskan satu botol air yang masih baru milik Seungwoo, “udah enakan?” Tanya Seungwoo.

“Udah...,” jawab Seungyoun suaranya serak karena banyak menangis dan berteriak.

“Jadi ada apa hari ini?”

Seungyoun akhirnya menceritakan semua yang ia lewati hari ini dengan Seungwoo yang menatapnya penuh perhatian, mendengarkannya dengan baik, sambil tetap mengelus kepala Seungyoun karena kekasihnya ini sangat suka dielus seperti ini saat sedang kesal atau pun sedih. Hingga kejadian dirinya dilempar latte oleh pelanggan Seungyoun kembali menangis lagi, Seungwoo yang mendengarnya pun menjadi emosi.

“Paham ga sih? Aku tuh capek, càfe lagi rame, susah banget bilang minta tambahan gula? Ya susah sih makanya dia lempar lattenya ke aku kan lebih mudah, ya kan? Ga berguna banget aku...,” Seungyoun melemah dan memeluk Seungwoo lagi.

“Kamu berguna sayang, kamu hebat, kamu udah bisa melewati hari berat, buktinya kamu dapat hadiah es krim kesukaan kamu kan? Ada ramen juga, oh iya ketinggalan satu ada aku!” Seungwoo menunjuk dirinya sendiri membuat Seungyoun terkekeh geli menatap dirinya.

“Jangan ngerasa ngga berguna, disetiap waktu pasti akan ada hal berat yang kamu lewati. Kamu bisa melewati ini semua dan berakhir dengan makan enak itu sebuah hadiah loh, capek, kesal, sedih itu normal kamu cuma manusia biasa sayang..., kamu hebat hari ini aku bangga!” Seungwoo mengecup dahi Seungyoun, turun mengecup kedua mata sembab dan basahnya, kemudian hidung bangir Seungyoun, terakhir bibir kesukannya, “seberat apapun hari yang kamu hadapi ingat ada aku disini yang selalu dukung kamu, bantu kamu, ngobatin kamu bahkan tanpa kamu minta dan kamu bilang sayang....”

“Aku engga tau udah pernah nyelamatin apa dikehidupan masa lalu, kayanya karena aku udah nyelamatin kucing kampus kesukaan kamu jadinya aku ditemukan sama orang sebaik kamu. Makasih banyak buat kucing kampus udah pertemukan aku dengan kak Seungwoo, malaikat penjaga aku yang bahkan aku aja ngga minta. Kak Seungwoo, aku sayang kakak pakai banget, makasih buat semuanya, makasih buat reward kecil yang kakak kasi hari ini, walaupun engga sesuai dengan rencana awal tapi selama sama kakak aku senang.”

“Kakak sayang kamu, sayang banget! Jangan sedih lagi ya, besok kalau aku ketemu sama pelanggan yang numpahin kamu kopi itu biar aku balas tumpahin kopi panas ke dia. Deal?”

“Heh! Jangan ngawur, biarin aja orang gila juga ntar dia bakal dibalas lebih dari itu.”

Keduanya pun berpelukan erat dan menghabiskan malam ditoserba sambil menghabiskan es krim yang mulai mencair masih tersisa setengah.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii


Setiap orang pasti memiliki film favoritnya, bahkan bisa menontonnya berulang kali tanpa merasa bosan. Begitu pula dengan Seungyoun, dirinya suka menonton film tapi ada satu film yang selalu menjadi favoritnya dan dirinya sudah berulang kali menonton film tersebut.

Crazy Rich Asian salah satu film yang rilis pada tahun 2018 ini adalah satu-satunya film yang sangat membekas dihati Seungyoun dari sekian banyak film yang telah ia tonton. Jika ditanya alasannya apa dirinya akan menjawab 2 alasan, 1. Jalan ceritanya, 2. Singapura adalah negara impian yang selalu ingin ia datangi.

“Nonton apa?” Tanya seorang laki-laki yang 2 tahun lebih tua dari Seungyoun.

Seungyoun tak menjawab ia hanya menunjuk layar televisi dengan dagunya dan muncul scene dimana pemeran utama seorang wanita yang kehujanan memasuki hotel mahal.

Laki-laki itu bernama Seungwoo, ia adalah kekasih Seungyoun dan sudah 3 tahun lamanya mereka bersama.

“Udah aku duga kalau kamu ngajakin aku satnight movie nontonya ini,” Seungwoo duduk disebelah Seungyoun membawa kekasihnya kedalam dekapannya.

“Kamu bosan ya? Aku engga hehehehe,” Seungyoun menyuapkan popcorn pada Seungwoo.

“Bosan? Engga juga, lama-lama nonton menurut aku seru.”

“Iya kan!? Aku udah engga tau berapa kali nonton tetap aja suka setiap detik scene yang ada di film ini.”

Keduanya serius menonton, sesekali Seungwoo mengelus dan mengecup kepala Seungyoun, “aku suka scene berita mereka nyebar ini. Disini kita tuh tau dua hal, pertama internet disana kenceng banget dan kedua Singapura itu sekecil itu!” Seungyoun terdengar antusias saat berbicara.

“Tuh bayangin deh Woo kamu cuma meleng dikit aja,” Seungyoun menoleh sekilas ke arah kekasihnya dan Seungwoo mengambil kesempatan untuk mengecup bibir Seungyoun, “meleng dikit aja aku udah bisa kecup bibir kamu?” Seungwoo tersenyum miring menggoda Seungyoun.

“Ih jangan ngagetin!” Seungyoun memukul dada Seungwoo kesal.

Kemudian mereka lanjut lagi menonton dengan serius, “aku engga habis pikir deh padahal Rachel cuma seminggu di Singapura tapi tuh kaya lama banget gitu ga sih?” Seungyoun sedikit mendongak melihat Seungwoo, dirinya sudah nyaman bersandar pada dada Seungwoo.

“Ya seminggu kan lama sayang, apalagi masalahnya hectic jadi kaya lama banget.”

“Iya sih..., tuh liat deh Woo aku yakin sih kalau kita ke Singapura berat badan aku pasti naik. Ya ampun aku suka banget pas Nick ngomong bahasa Indonesia!”

Seungwoo terkekeh geli, berapa kali pun kekasihnya ini menonton selalu saja antusiasnya tidak pernah berubah.

“Enak ya cuddle pagi-pagi,” ucap Seungyoun random saat melihat adegan sepasang kekasih yang sebagai pemeran utama saling berpelukan diatas kasur saat pagi hari.

“Kita juga bisa kok cuddle gitu nanti habis ini,” Seungwoo memeluk lehere dan pinggang Seungyoun, mengecup kepala kekasihnya.

Seungyoun tersenyum menikmati pelukan hangat kekasihnya, “Woo mereka kaya gitu ceweknya pakai kacamata. Kamu bergairah juga ngga liat aku pagi-pagi pakai kacamata terus kita ciuman?” Tanya Seungyoun pada Seungwoo.

“Ya kamu pikir aja kenapa aku selalu nyuruh kamu pakai kacamata, aku sesuka itu kalau udah liat kamu pakai kacamata, rasanya beda,” Seungwoo mengigit pelan pipi berisi Seungyoun membuatnya merona.

Keduanya fokus pada film, sesekali Seungwoo memainkan jari Seungyoun yang ada pada genggamannya. Popcorn sudah sisa setengah padahal film yang mereka tonton masih jauh, “sayang aaaa,” Seungyoun membuka mulutnya minta disuapin popcorn.

Seungwoo menyuapi popcorn dengan rasa butter milk tersebut, “kamu bikin sendiri butter milknya darimana?”

“Kan ada jual rasanya, eh tapi mama yang beliin sih hehehehe. Kangen tau nonton bioskop!”

“Ya gimana mau nonton sayang kan masih tutup, lagian kamu mau nonton pisah-pisah? Enakan gini bisa sambil pelukan,” Seungwoo mengeratkan pelukannya membuat Seungyoun tertawa.

“Tuh liat! Sumpah aku masih ga habis pikir si Bernard bikin bachelor party tuh bener-bener buat dia sendiri bukan buat temennya, gokil ni orang!”

“Ya namanya juga rich people apapun bisa dilakukan dan dibeli.”

“Andai kita kaya ya Woo, eh tapi jangan ding partynya kaya gitu mending makan-makan sama temen aja hehehehe.”

“Emang kapan kita mau nikahnya?”

Seungyoun terdiam, wajahnya lagi-lagi memerah ia merasa terjebak dengan omongannya sendiri. Seungwoo sudah sering membicarakan hubungan mereka ke arah serius, akan tetapi Seungyoun baru saja menyelesaikan sekolah pasca sarjananya sehingga Seungwoo memang masih menunggu.

Seungwoo menyandarkan dagunya pada kepala Seungyoun, matanya tak lepas dari setiap tutur kata yang diucapkan pada film tersebut.

Smooth banget ngga sih Amanda ini ngejebak si Rachel? Just being realistic aja sih, tapi parah sih smoothnya. Aku juga suka the way temannya Nick kasi tau apa Rachel siap hadapi keluarganya yang how fucking crazy rich dengan sejuta tantangan. Woo demi deh aku rela nikahin ini film, setiap scene tuh selalu bikin aku jatuh cinta,” Seungyoun terus berbicara sendiri sedangkan Seungwoo merespon dengan mengecup pundaknya.

“Gimana pun juga jadi turunan orang kaya terpandang engga semudah itu sayang, disetiap hidup itu selalu ada resikonya. Apa yang orang liat baik dan enak kita engga tau apa yang mereka hadapi, hidup itu keras. Kaya Rachel sama Nick mereka mungkin bisa aja mau nikah, Nick udah yakin sama Rachel, tapi apa keluarga mereka terutama ibunya senang? Engga kan, itu dia jalan resiko yang diambil.”

Seungyoun menatap sendu Seungwoo, ia mengecup dagu panjang kekasihnya, “untung kita biasa aja ya Woo, semoga kedepannya kita engga ada drama begini-begini walau dalam hidup pasti ada aja masalah.” Seungwoo tersenyum lembut, ia mengecup pelipis Seungyoun.

Akhirnya scene yang paling dinantikan Seungyoun pun muncul, scene dimana sahabat dari aktor pemeran utama menikah, “Woo aku tetap masih merinding, scene kesukaan aku!” Ujar Seungyoun antusias.

Dirinya sudah duduk dengan tegap tak lupa menggenggam erat tangan Seungwoo, saat pengantin wanita masuk ke dalam hall. Alunan suara gitar mulai terdengar, lagu Can't Help Falling In Love pun dinyanyikan. Seungyoun menggigit bibirnya menahan rasa haru saat melihat suasana romantis dan sendu yang terjadi dalam film.

Like a river flows Surely to the sea Darling, so it goes Some things are meant to be

Seungyoun menyanyikan part dalam lagu tersebut dengan merdu dan lembut, saat air mulai mengalir memasuki hall di dalam film.

Take my hand Take my whole life too For I can't help falling in love with you

Seungwoo melanjutkan nyanyian tersebut, ia menggenggam tangan Seungyoun, menariknya mendekat dan menyematkan cincin berwarna silver pada jari manis Seungyoun.

Seungyoun tersadar jika ada benda asing terasa dingin melingkari jarinya pun langsung menatap ke arah jarinya, matanya melebar karena terkejut, ia menatap Seungwoo yang sudah tersenyum lembut sedari tadi menunggu reaksi dirinya.

I love you,” ucap Seungwoo bersamaan dengan pemeran utama di dalam film juga mengucapkan I love you kepada pasangannya.

Seungyoun buru-buru mengambil remote dan menghentikan film yang sedang berjalan, “W-woo...,” ucapnya bergetar.

“Seungyoun, aku bukan Nick yang crazy rich dan bisa berikan kamu apapun dengan uang, aku juga ngga bisa lamar kamu dengan cara yang wah seperti di film ini. Aku cuma yakin aku udah siap dan mantap buat pilih kamu jadi pasangan aku, keluarga aku nerima kamu, begitu juga keluarga kamu nerima aku. Mungkin kamu sering berandai-andai ingin seperti di film, tapi aku cuma bisa kasi hal sederhana ini buat kamu, aku mau nikahi kamu, kita bahagia dan susah sama-sama, kita hadapi segala masalah di masa depan sama-sama. Will you marry me? Kita buat cerita kita sendiri engga seperti di film-film.”

Air mata Seungyoun sudah tak dapat terbendung lagi, ia langsung memeluk erat Seungwoo dan mengangguk sebagai jawaban.

“A-aku engga butuh Nick, walau seribu kalipun aku bilang pengen kaya di film tapi yang aku mau cuma kamu, aku cuma mau Seungwoo!”

Seungwoo balas memeluk Seungyoun tak kalah erat, keduanya saling menangis haru satu sama lain. Akhirnya setelah lama menunggu, penantian ini tak sia-sia keduanya senang dan puas bisa mencapai titik ini.

“Seungwoo, I love you too.”

Bibir keduanya pun saling menyatu dengan lembut, berbagi ciuman untuk mengungkapkan rasa cinta satu sama lain. Tak ada yang dapat menandingi rasa bahagia Seungyoun malam ini, walaupun film Crazy Rich Asian selalu membuatnya bahagia dan antusias akan tetapi Seungwoo adalah juara nomor satu di hati Seungyoun tak ada yang dapat mengalahkannya.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii


Seungwoo terbangun dan tak menemukan sang suami disampingnya, dahinya mengernyit dan melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 1 siang. Seungwoo pun bangun perlahan dari tidurnya yang sudah seperti orang mati, balas dendam karena sudah 2 hari tidurnya tidak berkualitas akibat lembur yang ia kerjakan.

Dirinya mengambil ponsel berniat menelpon suaminya akan tetapi ia melihat note berwarna ungu tertempel dilayar ponselnya, note itu berisi tulisan tangan yang sudah ia hapal diluar kepala, tulisan tangan sang suami.

'Aku pergi mau kasi kamu kejutan, tunggu aku ya! Aku yakin kamu bangun siang jadi langsung aja mandi ntar pas aku udah pulang kita pergi makan. ㅡ Your cutie, Seungyoun.'

Seungwoo menggelengkan kepala saja membaca tulisan tersebut, ia tidak begitu penasaran dengan kejutan yang akan Seungyoun berikan kelak malah ia takut akan terjadi hal bodoh lainnya karena suaminya yang bernama Seungyoun ini sangat sering melakukan hal diluar nalar.

Salah satunya adalah pernah suatu hari Seungyoun pulang membawa 6 pasang sepatu anak bayi, awalnya Seungwoo kira ada teman mereka yang baru saja lahiran dan saat ditanya dengan polos Seungyoun menjawab, “mau beli aja sih lucu soalnya warna warni,” reaksi Seungwoo? Hanya bisa diam saja menahan sabar.

Sebelum mandi Seungwoo memilih untuk membuat kopi dan memanggang roti sebagai penganjal perut, “kira-kira apa ya kejutannya? Jangan-jangan dia malah bawa anak orang ditepi jalan,” Seungwoo langsung merinding dengan isi pikirannya sendiri.

Saat ia melihat jam sudah hampir jam 2 siang, Seungwoo pun segera bersiap sebelum Seungyoun datang dan mengomeli dia karena belum siap. Beberapa menit setelahnya Seungwoo sudah siap dengan kaos pas badan berwarna hitam membuat otot-otot yang Seungwoo bentuk terlihat jelas dipadu dengan celana chino berwarna khaki. Terakhir ia memakai jam tangan yang diberikan oleh Seungyoun sebagai hadiah ulang tahunnya, tak lupa menyemprotkan parfum agak terasa segar.

Seungwoo mengecek ponselnya dan melihat pemberitahuan pesan masuk dari Seungyoun, “aku jalan pulang,” isi pesan tersebut. Ia pun memutuskan untuk menunggu Seungyoun diruang tengah sambil memainkan ponselnya melihat sosial media yang menampilkan berbagai video kreatif anak-anak muda yang sedang tren.

Seungyoun pulang!” terdengar suata teriakan dari arah depan.

Seungwoo menghentikan kegiatannya dan melihat apa yang akan suaminya berikan, “mana kejutannya?” Tanya Seungwoo saat Seungyoun sudah berdiri dihadapannya.

“Eits! Sabar dong pasti nungguin kan?” Seungyoun tersenyum menggoda suaminya.

Seungwoo hanya menghela napas pasrah, “aku lapar sayang ...,” ujar Seungwoo lemah.

“Uh suami aku udah lapar, maaf ya kalau aku lama. Tapi tunggu dulu, aku belum tunjukin kejutannya!”

“Yaudah apa?”

“Mulai detik ini kamu jangan sedih, kamu jangan ngerasa capek nyetir karena aku bisa gantiin kamu!”

“HAH?” Seungwoo langsung berdiri terkejut dengan hal yang diucapkan suaminya, “m-maksud kamu apa!?”

“Aku udah ada SIM!” Seungyoun mengeluarkan sebuah kartu berwarna putih dan menempelkanya ke dahi, “keren kan aku bisa dapat SIM?”

Seungwoo terperangah, tak menyangka Seungyoun nekat membuat SIM padahal menyetir saja masih takut, “kamu kerasukan?”

“Ih ucapan selamatnya mana!?”

“Aku ga mau mati muda!”

“Aku udah bisa nyetir kok sayang!”

“Aku ngga percaya! Itu SIM palsu kan!?”

“Seungwoo!” Seungyoun menghentakan kakinya kesal, “pokoknya aku mau nyetirin kamu! Ayo kita makan katsu, aku lagi pengen katsu kari,” Seungyoun langsung saja mengambil kunci mobil Seungwoo dan pergi begitu saja meninggalkan Seungwoo yang masih shock diposisinya.

Gua ga bakal mati muda kan?” batin Seungwoo.

Seungyoun sudah bersemangat menyetir, sedangkan Seungwoo masih skeptis akan keahlian menyetir suaminya, sedari tadi dirinya belum masuk ke dalam mobil sedangkan Seungyoun sudah menyalakan mesin mobil.

“Sayang masuk!” Perintah Seungyoun.

Seungwoo menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“CEPET MASUK!”

“NANTI KECELAKAAN!?”

“ENGGA IH! CEPET!”

Mau tak mau Seungwoo memasuki mobil, tanganya sedikit gemetaran saat memasang sabuk pengaman, bibirnya tak berhenti bergerak merapalkan doa agar diselamatkan.

“Jangan lebay deh aku udah jago!”

“Cepet aja jalan!” Perintah Seungwoo.

Seungyoun berdecih, ia pun mulai bermain dengan kopling mobil dan menjalankan mobil mereka perlahan meninggalkan halaman rumah.

“Bisa mundur ngga!?” Tanya Seungwoo panik.

“Bisa! Liat nih bisa! Aku udah jago!” Teriak Seungyoun sambil memundurkan mobil.

“SEUNGYOUN AWAS MOTOR!” Teriak Seungwoo saat melihat motor melewati rumah mereka.

“Iya tau aku liat kaca spion!”

Seungwoo menggenggam erat sabuk pengaman yang ia gunakan, “pelan-pelan dong sayang, udah aku aja yang nyetir ya? Biar cepet sampainya,” tawar Seungwoo kepada Seungyoun.

“Percaya sama aku kenapa sih? Aku bisa, hargai usaha aku dong udah bikin SIM sama belajar nyetir biar jago!”

“Aku kan ngga maksa kamu?”

“Aku kan mau juga bisa nyetir daripada diantar mulu atau pakai bis!”

Seungwoo pun menghela napas untuk kesekian kalinya, mau tak mau ia mengalah dan membiarkan Seungyoun menyetir. Dirinya sedikit merasa pusing karena tegang, matanya tak berhenti melihat ke arah depan dan melihat suaminya yang tampak serius seperti tidak mau diganggu.

“Youn terlalu tepi mobilnya bisa masuk selokan,” tegur Seungwoo.

“Diem! Iya aku tau kok aku liat.”

“Youn kamu lindas bunga tepi jalan astaga tepi banget!? Ke tengah dong ntar kita bisa nabrak trotoar!”

“IH SEUNGWOO BAWEL BANGET SIH AKU NGGA KONSEN KAN!?”

“Gimana aku ngga bawel kamu aja tepi banget!”

Seungyoun tetap menjalankan mobilnya dengan wajah merengut, tanpa sadar beberapa meter lagi didepannya adalah lampu lalu lintas.

“SEUNGYOUN REM LAMPU MERAH!”

Seungyoun terkejut dan langsung ngerem mendadak hampir saja menabrak pejalan kaki yang menyebrang.

“W-woah!” Seungyoun meremas erat setir.

Seungwoo sudah memijat pelipisnya, “udah sini aku aja yang nyetir.”

“Engga! Pokoknya aku!” Seungyoun masih keras kepala.

“Belok kanan Youn, lampu sennya!”

Seungyoun mendadak belok kanan tanpa menggunakan lampu sen sehingga mendapat klakson panjang dari mobil lain.

“Seungwoo bisa diam ga sih aku tuh butuh konsentrasi!”

“Tapi aku takut!”

“Percaya sama aku!”

Akhirnya Seungwoo mengalah dan membiarkan suaminya tanpa menghanggu sedikit pun walaupun bibirnya masih saja bergumam, “astaga,” “oh my lord ,” karena Seungyoun menyetir dengan kasar.

Hingga sampailah mereka di restoran langganan mereka, parkiran cukup ramai dan Seungyoun terlihat bingung.

“Bisa parkir ga?” Tanya Seungwoo.

“Bisa!” Jawab Seungyoun yakin dan ia membawa mobil mereka lumayan jauh dari restoran ke parkiran yang sepi.

Seungwoo mendengus geli, suaminya masih saja sama saat pacaran sikap gengsinya tak pernah hilang, “kenapa ga parkir sana? Kan ada yang kosong,” Seungwoo kembali bertanya.

“Rame susah keluar nanti,” jawab Seungyoun singkat.

“Susah keluar apa kamu ga bisa nyetir?”

Seungyoun melirik sinis suaminya dan tetap memarkirkan mobil mereka ditempat sepi, setelah itu ia mematikan mesin mobil dan turun duluan meninggalkan Seungwoo.

“Untung aku sayang kamu Youn,” ucap Seungwoo melihat tingkah suaminya dan turun dari mobil. Dirinya tanpa sadar meringis karena Seungyoun tidak rapi memarkirkan mobil.

“Pokoknya pulang aku yang bawa mobil!” Hal pertama yang Seungwoo ucapkan saat mereka selesai memesan.

“Engga! Pergi aku, pulang juga aku! Aku mau rayain aku akhirnya bisa nyetir sama punya SIM!”

“Tapi kamu nyetir aja semberono gitu!”

“Itu karena kamu gangguin aku! Pokoknya karena ini perayaan jadi kamu harus bayarin makanan!” Seungyoun menunjuk wajah Seungwoo dan ditepis oleh suaminya.

Ya kan emang gua yang selalu bayar,” gumam Seungwoo.

Pesanan pun datang, Seungyoun terlihat senang dan langsung melahap makanannya. Seungwoo yang memperhatikan suaminya tanpa sadar tersenyum, “kenapa senyum?” Tanya Seungyoun heran.

“Lahap banget, kamu sesenang itu ya? Sejak kapan belajar nyetirnya?” Seungwoo mengambil selembar tisu dan mengelap sudut bibir Seungyoun terkena kuah kari.

“Sebulan ini, aku ambil kelas pagi sampai siang pas kamu kerja terus langsung tes ambil SIM eh lulus! Hehehehe bahkan nilai aku A semua loh!”

Hati Seungwoo menghangat saat melihat suaminya antusias bercerita pengalamannya dalam menyetir, ada sedikit perasaan bersalah karena tadi tidak mempercayainya, sama saja seperti tidak menghargai kerja kerasnya.

“Kenapa tiba-tiba kamu mau nyetir?”

“Aku mau bisa nyetirin kamu, kasian kamu kadang ngeluh capek sakit pinggang udah lama kerja malah nyetir. Aku juga mau jemput kamu, biarin aku duduk tenang di dalam mobil. Aku juga udah nabung buat beli mobil, masa aku engga belajar nyetir? Aku engga mau ngerepotin lagi, kasian kamu walau kamu suami aku tapi tetap aja kalau memang bisa belajar dan usaha sendiri kenapa engga?”

Mendengar jawaban panjang Seungyoun, Seungwoo langsung menggenggam tangan Seungyoun dan mengecupnya lembut.

“Maaf tadi aku banyak bawelin kamu, aku sempat ga percaya sama kamu. Tapi lancarin lagi nyetirnya sampai bisa ya, walau udah punya SIM kamu harus belajar lagi biar makin jago nyetirnya. Selamat ya sayang atas kerja kerasnya,” Seungwoo mengelus pipi Seungyoun dan suaminya tersenyum senang dengan pipi yang memerah, “makasih suamiku!” Ujar Seungyoun ceria.

Setelah selesai makan mereka pun langsung kembali pulang karena Seungyoun mengeluh capek, ia baru tau jika menyetir itu tidak mudah dan memakan banyak energi.

Semua berjalan lancar, Seungwoo pun sedikit lebih rileks daripada sebelumnya sesekali ia memberitahu suaminya jika ada yang di lewatkan. 100 meter lagi akan sampai rumah mereka, tapi Seungyoun tiba-tiba terlihat tegang karena dari arah berlawanan ia melihat mobil lain akan melintas, sedangkan rumah mereka harus menyebrang.

Seungwoo tiba-tiba merasakan hal yang tidak enak, “sayang kenapa?” Tanyanya.

“Mobilnya masih jauh kan?” Secara mendadak Seungyoun menaiki kecepatan mobil dan langsung menyebrang tanpa memberi tanda.

BRAK!!!

Naas bukannya masuk ke halaman rumah mereka, mobil Seungwoo malah menabrak pagar rumah mereka. Baik Seungyoun maupun Seungwoo terkejut, mereka terdiam dan terperangah dengan kejadian yang sangat cepat terjadi.

Seungwoo melihat kap depan mobil sedikit terbuka, ia pun langsung menoleh ke Seungyoun yang sudah pucat pasi, keringat dingin bercucuran, bibir dan tangan gemetaran.

“S-sayang?” Panggil Seungwoo menepuk pundak Seungyoun.

Diarah berlawanan mobil yang tadi dilihat oleh Seungyoun pun berhenti dan menekan klakson berkali-kali tanpa melihat situasi.

“A-aku, kita k-kita kecelakaan? M-mobil kamu? Aku bodoh b-banget? SEUNGWOO KITA KECELAKAAN! AKU ENGGA MAU NYETIR LAGI KALAU KAYA GINI! NYETIR ITU SEREM! HUAAAAA!” Seungyoun menangis meraung seperti anak kecil.

Seungwoo pasrah saat Seungyoun memeluk dirinya erat, menangis sesegukan didadanya. Dirinya hanya dapat bersandar dikursi penumpang, sambil memijit pangkal hidungnya karena jujur seketika kepala Seungwoo terasa pening ditambah suara klakson dan teriakan dari pengendara lain dijalan tersebut menambah suasana menjadi runyam dan kacau.

Oh Tuhan tolong aku,” mohon Seungwoo dalam hati, rasanya ia pun ingin ikut menangis saja.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii


Hubungan jarak jauh untuk sebagian orang merupakan hal yang berat dilakukan dan bahkan tidak ada yang mau melakukannya, namun untuk sebagian orang hubungan jarak jauh merupakan jalan keluar yang mau tak mau harus dijalani demi cinta.

Hal itu lah yang sedang dijalani oleh Seungyoun, sudah satu tahun ia harus menjalani hubungan jarak jauh bersama tunangannya yang sedang berjuang menjadi seorang volunteer di salah satu daerah pada suatu Negara yang jaraknya sangat jauh untuk dijangkau. Han Seungwoo kekasih dari seorang Seungyoun adalah seorang perawat yang mendapatkan kesempatan menjadi seorang volunteer di daerah yang masih sangat minim perhatian kesehatan ini. Awalnya Seungyoun ingin melarang akan tetapi ini sudah menjadi impian tunangannya sejak lama, sebagai pasangan ia tidak boleh menjadi penghalang akan impian tunangannya, sehingga dengan sedikit rasa tak rela mereka harus menunda pernikahan dan menjalani hubungan jarak jauh.

Tentu saja bukan hal yang mudah dijalani, beberapa kali Seungyoun merasa frustasi karena sangat merindukan Seungwoo karena tunangannya tak dapat dihubungi karena di Negara tersebut tidak ada sinyal, salah satu akses yang bisa menghubungkan mereka berdua hanyalah surat. Sudah hampir setahun ini Seungyoun dan Seungwoo selalu mengirim surat satu sama lain, terkadang Seungwoo mengirim barang-barang unik yang ia temukan di daerah sana.

“Kak ada surat datang!” Teriak suara anak laki-laki yang baru saja masuk ke rumah.

Seungyoun yang sedang sibuk duduk ditaman belakang sambil merajut hanya tersenyum, “kakak dibelakang Pyo!” Sahut Seungyoun.

Anak laki-laki yang dipanggil Pyo itu pun berlari kecil menghampiri Seungyoun, “kakak ngerajut lagi? Jangan lupa istirahat kak, kak Seungwoo engga akan seneng kalau tau sayangnya dingin-dingin diluar ngerajut gini,” Pyo duduk disebelah Seungyoun dengan wajah sedihnya dan meletakan surat di atas meja.

Seungyoun mengelus pipi Pyo, anak didepannya ini adalah adik Seungwoo yang sengaja tinggal bersama Seungyoun untuk menemani dirinya.

“Kakak baik-baik aja sayang, nih kakak pakai baju tebal kan? Engga bakal kedinginan, engga bakal sakit.”

“Tapi tetap aja, nih tangan kakak merah! Dingin loh! Kakak udah berapa lama diluar sih?” Pyo menggenggam tangan Seungyoun yang masih sibuk merajut.

“Baru 4 jam kok, kakak pengen liat pohon-pohon yang daunnya mulai berguguran. Sebentar lagi musim dingin, musim kesukaan kakak kamu gimana kakak bisa ngelewatin ini Pyo?” Seungyoun menatap Pyo.

Pyo menghela napas berat, ia melihat rajutan yang sedang dikerjakan oleh Seungyoun, “udah sweater keberapa yang kakak bikin? Setiap kakak rindu kak Seungwoo pasti ngerajut,” tanya Pyo.

Seungyoun terkekeh, “kamu sendiri bilang sama kakak kalau misalnya rindu sama kak Seungwoo harus ngelakuin sesuatu selain nangis. Giliran kakak bikin sweater kamu ngomel?”

“Ya iya sih engga salah, tapi kan tetap aja kakak keasikan sampai lupa makan, lupa minum, untung engga lupa mandi! Kakak udah makan hari ini?”

“Udah kok, tuh kakak masak sup ayam tadi makan aja. Kamu ganti baju sana baru pulang sekolah, seragamnya masuk ke mesin cuci ya.”

Pyo langsung menuruti perkataan Seungyoun, dirinya masuk ke dalam rumah meninggalkan Seungyoun sendirian di halaman belakang rumah masih serius berkutat dengan rajutannya.

Seungyoun hanya menatap surat yang berada di atas meja, jujur saja ada rasa sedikit berat dihatinya untuk membuka surat kali ini. Tidak seperti biasanya Seungyoun selalu bersemangat setiap menerima surat dari Seungwoo, kali ini ia ingin mempersiapkan dirinya terlebih dahulu.

Hari sudah semakin sore, bahkan matahari sudah tidak menampakan dirinya lagi dan sudah digantikan oleh bulan. Seungyoun baru menyelesaikan rajutannya, ini adalah sweater ke 6 yang telah ia rajut untuk Seungwoo. Bukan tanpa alasan ia melakukan ini, selain menghilangkan rasa rindu, Seungyoun juga selalu merasa jika Seungwoo selalu ada disisinya setiap ia menyelesaikan rajutannya.

Akhirnya Seungyoun memberanikan diri untuk membuka surat dari Seungwoo, ia menghela napas sejenak dan membuka surat tersebut. Hal pertama yang ia lihat adalah foto Seungwoo bersama kumpulan anak-anak daerah sana, mereka tampak bahagia berkumpul bersama Seungwoo ditengah mereka dan mereka memeluk Seungwoo. Seungyoun tersenyum melihat foto yang membuat hatinya menghangat itu, masih ada foto lain kali ini foto Seungwoo mengendong seorang bayi berusia 8 bulan, bayi didalam gendongan Seungwoo terlihat sehat dan wajah Seungwoo pun terlihat senang difoto tersebut.

Seungyoun membalik foto itu dan ada tulisan, ‘Kamu masih ingat Emily bayi yang pernah aku ceritain nyaris engga selamat itu, kan? Ini dia Emily sekarang, dia udah sehat, bahkan dia makan lahap walaupun usianya masih bayi. Aku harap kamu bisa bertemu dia langsung.’ Seungyoun menutup mulutnya dengan punggung tangannya, ia merasa terharu bayi yang sempat ia khawatirkan akhirnya tumbuh dengan sehat dan selamat, Seungyoun menitihkan air mata bahagia merasa bangga dengan kerja keras Seungwoo bersama timnya disana.

Sisanya adalah foto-foto pemandangan yang selalu Seungwoo berikan pada Seungyoun, hingga akhirnya surat yang sengaja Seungyoun buka terakhir pun sudah berada di genggamannya.

Aku harap tidak terjadi apa-apa,” batin Seungyoun sebelum membuka surat tersebut, saat ia membuka suratnya Seungyoun membaca dengan seksama setiap goresan yang Seungwoo tuliskan diatas kertas berwarna coklat tersebut, lama Seungyoun terdiam akhirnya ia menangis membaca surat dari Seungwoo.


Sebagai sahabat yang baik tentu saja Seungyoun akan membantu sahabatnya jika membutuhkan pertolongan, seperti saat ini tiba-tiba saja Kino datang ke studio disela kesibukannya melakukan comeback bersama grupnya hanya untuk membuat video tiktok bersama Seungyoun.

“Seungyounie ayo bikin daisy challengenya, gampang kok!” Ajak Kino sambil menarik baju Seungyoun.

Seungyoun yang sedang serius mengerjarkan lagu untuk comebacknya sendiri pun akhirnya mengalah, “emang gimana bikinnya?”

“Gini nih,” Kino menunjukan video tiktok yang menampilkan daisy challenge, challenge ini sendiri adalah challenge khusus untuk mendukung comeback grup Kino.

“Kita kan ngga ada bunga begini,” ujar Seungyoun menunjuk bunga daisy yang ada didalam video.

“Ga perlu juga, serah deh mau gimana yang penting kita bikin aja ngeramein!” Sahut Kino antusias.

Akhirnya Seungyoun mengalah, ia pun mengikuti kemauan Kino sebelum sahabatnya ini merajuk kepada dirinya karena mau bagaimana pun Kino 2 tahun lebih muda dari dirinya, sebagai yang tua ia harus menurut.

“Bentar apa nama challengenya daisy challenge kan?” Tanya Seungyoun saat Kino sudah menyiapkan tripod dan ponselnya.

“Iya, kenapa?” Tanya Kino heran.

Seungyoun mengambil selembar kertas, kemudian ia menggambar bentuk bunga dan menulis Daisy dibawah bunga tersebut, setelah itu ia meremas kertas tersebut digenggaman tangannya.

“Udah yuk!” Ajak Seungyoun.

“Tadi tu apa?”

“Udah cepet aja bikin!” Seungyoun menarik Kino kedepan kamera, mereka pun melakukan gerakan sesuai dengan daisy challenge.

Dibagian akhir Seungyoun tiba-tiba membuka kertas yang tadi ia genggam dan membawanya mendekat untuk menutupi kamera sebagai penutup, Kino yang melihat ide kreatif Seungyoun tersebut hanya bisa tertawa.

“Hahaha ya ampun ada-ada aja sih idenya!?”

Be creative dong namanya juga Seungyoun,” Seungyoun menaikan alisnya dengan sok.

Kino hanya rolling eyes, ia pun mengambil ponselnya tak lupa mengupload video tadi yang syukurnya dalam satu kali take langsung sempurna.

“Eh iya kak coba bikin videonya sama temen lu mana tau lagu grup gua jadi banyak yang streaming kan temen lu banyak tuh,” Kino tiba-tiba mengeluarkan idenya.

“Sejak kapan lu manggil gua kak, gini nih kalau ada maunya,” Seungyoun memicingkan matanya pada Kino.

“Hehehehe ayolah bantu gua sama grup gua, lu tau kan gua sampai ga tidur 3 hari kerja keras demi comeback ini,” Kino menggenggam tangan Seungyoun dengan maksud merayu sahabatnya.

“Banyak maunya ya ini bocah heran gua, emang siapa teman gua hm? Yakin banget lu bakal rame tu kalau gua sama temen gua yang challenge tanpa ada elu?”

“Ada kak Seungwoo kan? Lu lupa sama pacar lu sendiri apa? Kalian kan sama-sama terkenal, mana kak Seungwoo baru aja comeback solo kan kemaren? Nah pas banget tuh!” Kino menjetikan jarinya merasa idenya bagus.

Seungyoun tertawa sambil menggelengkan kepalanya, “Seungwoo mana mau diajak gituan ngada-ngada lu ah.”

“Belum juga dicoba, ayolah ajak kak Seungwoo bilang demi Kino nih!”

“Emang lu siapanya Seungwoo?”

“Bantu gua pokoknya!” Paksa Kino.

Seungyoun menghela napas berat, “yaudah gua coba tanya nanti ke Seungwoo,” jawab Seungyoun akhirnya.

“Kalau bisa secepatnya ya ga mau tau, pokoknya 2 hari kedepan harus udah ada atau besok!” Kino tersenyum penuh arti, tetapi Seungyoun tidak melihat itu.

“Iya iya bawel! Tuh angkat telpon lu daritadi bunyi, lagi promosi bisa-bisanya main kesini lu,” ujar Seungyoun.

Kino terkekeh dan melihat panggilan dari manajernya, “gua pamit dulu ya Youn, ditunggu uploadan video challengenya!” Kino pun berlari keluar studio sambil mengangkat telponnya.

Setelah kepergian Kino tinggal Seungyoun sendirian di dalam studio, ia termenung memikirkan apakah Seungwoo mau jika ia ajak untuk membuat video challenge ini, karena Seungwoo termasuk pemalu.

Seungwoo adalah seorang soloist sekaligus kekasih Seungyoun, mereka sudah menjalani hubungan selama 3 tahun lamanya. Awalnya cukup berat saat mereka mulai membuka hubungan ke publik, tapi lama kelamaan masyarakat sudah bisa menerima dan banyak memberikan dukungan kepada mereka.

Tiba-tiba suara ponsel berbunyi, Seungyoun terkejut dengan suara ponselnya sendiri saat dilihatnya ternyata Seungwoo yang menelpon, “panjang umur baru aja dipikirin,” Seungyoun pun langsung mengangkat telpon tersebut.

“Ya kenapa, sayang?”

Kamu dimana?” tanya suara disebrang telpon.

“Studio nih sendirian, tadi ada Kino datang bentar ngerecoki,” jawab Seungyoun.

Seungwoo terkekeh disebrang sana membuat Seungyoun tersenyum, mendengar suara Seungwoo selalu berhasil membuat lelah yang Seungyoun rasakan hilang, suara Seungwoo bagaikan vitamin untuk dirinya.

Sore mau keluar ngga? Aku free sampai besok lusa nih.

“Mau nginep di rumah?” Tanya Seungyoun.

Rencananya begitu, gimana bisa ngga?

“Bisa! Bisa banget, ketemu dimana?”

Aku pakai taxi ke studio kamu, kamu bawa mobil kan?

“Iya aku bawa mobil, kamu dari agensi apa dari rumah?”

Iya dari agensi nih, sejam lagi aku ke studio kamu ya. See you baby!

“See you!”

Sambungan telpon berakhir, Seungyoun tak berhenti tersenyum membayangkan akan bersama kekasihnya untuk 2 hari kedepan karena jujur saja ia sangat merindukan Seungwoo, sudah hampir 2 minggu mereka tidak bertemu dengan intens karena kesibukan masing-masing. Menjadi pasangan idol tentu saja banyak kendala salah satunya adalah sibuk dan keduanya cukup dewasa dan sabar menjalani ini, karena bagaimana pun tuntutan pekerjaan tidak bisa terhindarkan.

Tak terasa sudah satu jam berlalu, Seungyoun terlalu asik melakukan pekerjaannya hingga tak sadar suara bel sedari tadi berbunyi, ponselnya pun kembali berbunyi tanda panggilan masuk, sedikit terperanjat Seungyoun baru ingat jika Seungwoo akan datang. Ia pun melepaskan headphonenya dan berlari kecil ke arah pintu,

“Hehehe sorry aku engga denger, udah lama?” Tanya Seungyoun kepada Seungwoo yang sudah bercekak pinggang didepan pintu.

“Rasanya udah dari kemaren deh aku berdiri disini,” jawab Seungwoo yang membuatnya menerima satu pukulan dipundak oleh sang kekasih.

“Mau langsung pergi aja?” Tanya Seungyoun.

“Loh kamu engga mau meluk aku dulu?” Seungwoo menaikan alisnya sambil merentangkan tangan.

Seungyoun langsung meloncat dan memeluk erat Seungwoo, tak lupa memberikan kecupan kecil dipipi kekasihnya, mereka terlalu asik berpelukan hingga tak sadar masih di depan pintu.

“Aku tau kamu kangen tapi apa engga bisa masuk dulu, ntar ketahuan orang kamu mau?” Seungwoo merenggangkan pelukannya.

“Loh emang kenapa, meluk pacar sendiri kok?”

Seungwoo tersenyum, mengecup sekilas bibir Seungyoun dan mendorong kekasihnya untuk masuk kedalam studio, “udah siap-siap cepet aku laper nih belum ada makan apa-apa.”

“Siapa suruh ngga makan?”

“Tadi nyelesaiin kerjaan di agensi nanggung banget, aku maunya makan sama kamu.”

Seungyoun pun dengan cekatan membereskan barang bawannya tak lupa mematikan komputernya, “yaudah yuk keburu ntar kamu kelaperan malah aku yang kamu makan,” ujar Seungyoun.

Seungwoo menarik pinggang Seungyoun, mendekap kekasihnya dengan seringai dibibirnya, “mau banget aku makan? Udah lama nih ngga aku makan,” Seungwoo melumat bibir bawah Seungyoun.

Seungyoun memukul pundak Seungwoo lumayan keras, “jangan macam-macam ini masih di studio!”

“Oh kalau dirumah boleh?”

“Seungwoo!” Wajah Seungyoun sudah memerah hingga ke telinga.

Seungwoo tertawa mengacak rambut Seungyoun, ia pun merangkul kekasihnya keluar studio dan pergi mencari makan sebelum rasa lapar semakin menjadi.

Keduanya memilih makan di dekat rumah Seungyoun, salah satu kedai mie langganan dari mereka masih menjadi teman hingga akhirnya menjadi kekasih.

Seungyoun asik bermain dengan jari panjang Seungwoo diatas meja, dirinya sengaja menyamaratakan jari mungilnya pada jari panjang Seungwoo. Seungwoo yang melihat tingkah kekasihnya hanya bisa tersenyun sambil menunggu pesanan mereka datang.

“Tadi Kino ngerecoki apa?” Tanya Seungwoo membuka percakapan.

“Biasa minta bantu promosiin kan baru aja comeback, terus tadi kita bikin video tiktok gitu daisy challenge buat promosiin comeback grup Kino.”

“Ngapain tuh videonya?”

“Begini nih,” Seungyoun menunjukan videonya bersama Kino yang sudah banyak ditonton oleh para penggemar.

Seungwoo mengangguk memperhatikan video yang ditunjukan kekasihnya, “seru juga tuh, bikin yuk?” Ajak Seungwoo.

“H-hah? Apa?” Seungyoun terperangah dengan ajakan kekasihnya.

“Kenapa? Aku juga mau bantu Kino sama grupnya, ga boleh?”

“B-boleh, ya boleh lah! Tapi aku kaget aja kamu yang pertama ngajakin, tadi tuh Kino bilang sama aku bantu promosiin lagi, bikin videonya sama kamu biar rame katanya.”

“Yaudah mumpung Kino udah minta gimana kalau kita bikin videonya.”

“Mau kapan?”

“Malam ini? Kita ke toko disimpang sana beli properti bunga daisy biar bisa ditaburin gitu pasti bagus.”

Bukannya menjawab Seungyoun malah tertawa dan meletakan tangan kekasihnya ke pipinya sendiri, Seungwoo heran melihat kekasihnya.

“Kenapa ketawa, ada yang lucu ya?” Seungwoo mengelus pipi Seungyoun dengan jempolnya.

Seungyoun menggelengkan kepalanya, “gapapa lucu aja rasanya kamu semangat gini biasanya kamu males aku ajak ginian. Blue challenge kemaren aja kamu bilang malu padahal cuma pakai properti warna biru aja,” Seungyoun menjelaskan.

“Properti warna biru sih, tapi kalau jadi aladin yang bener aja kamu?” Seungwoo menyentil dahi Seungyoun gemas.

“Akh! Sakit ih!” Seungyoun mencubit tangan Seungwoo hingga berbekas merah.

Baru saja Seungwoo ingin membalas, pesanan mereka pun datang, “wah wah kalian ribut lagi hm?” Tanya wanita paruh baya sang pemilik kedai.

“Seungwoo duluan tuh!” Seungyoun mengadu.

“Ya ayo ngadu aja sama ibu, aku terus yang salah!”

Sang pemilik kedai terkekeh geli, “kalian ini ya selalu aja ada yang diributin. Ayo makan mienya keburu dingin nanti engga enak lagi, selamat menikmati!”

“Terima kasih bu!” Ujar Seungyoun dengan senang.

Keduanya pun mulai makan dalam hening, “jadi kita beli properti bunga?” Tanya Seungwoo tiba-tiba.

“Makan dulu ih!”

Malam pun tiba, Seungwoo benar-benar membeli kelopak bunga daisy untuk nanti ditabur saat membuat video. Sekarang keduanya baru saja selesai mandi, Seungyoun memakai skincarenya yang sudah menjadi kewajiban sebagai idol untuk menjaga penampilan.

“Seungwoo kamu ngga pakai skincare kamu?” Tanya Seungyoun pada Seungwoo yang sibuk dengan ponsel dan tripod yang akan digunakan.

“Ntar aja tunggu habis ini, ini kita beneran bare face kan?”

“Iyalah! Engga liat aku udah skincarean gini ngga mungkin makeupan lagi, udah siap semuanya?” Tanya Seungyoun melihat kekasihnya.

“Udah nih, ayo buruan! Bunganya udah aku masukin dalam kocek piyama aku,” jawab Seungwoo antusias.

Seungyoun menyelesaikan kegiatannya dan menghampiri Seungwoo yang berdiri dihadapan ponselnya, keduanya memakai piyama couple berwarna navy membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Karena piyama yang Seungyoun kenakan berukuran besar membuat badannya terlihat mungil berdiri disamping Seungwoo.

“Kamu pakai lipbalm?” Tanya Seungwoo saat melihat bibir Seungyoun sedikit mengkilap.

“Iya, kenapa? Tadi aku ga sengaja kebanyakan ambilnya,” jawab Seungyoun.

Seungwoo mengecup bibir Seungyoun beberapa kali membuat Seungyoun risih dan mendorong wajah kekasihnya, “ihhh kenapa sih Seungwoo!?” Tanya Seungyoun kesal.

“Bagi-bagi lipbalm biar bibir aku juga lembab,” jawab Seungwoo cuek.

Seungyoun hanya mendengus bosan, sudah terlalu hapal dengan modus kekasihnya.

“Udah siap kan?” Tanya Seungwoo.

“Bentar ini kita mau gimana dulu?”

“Ya kaya divideo itu tadi, tapi pas tangan aku naik keatas aku langsung taburin bunga ke kamu jadi nanti kamu tadahin tangan kamu buat nangkep bungnya, gimana?”

Setelah mendengar saran kekasihnya Seungyoun pun langsung setuju, mereka mulai merekam video, semuanya berjalan lancar, baik Seungwoo maupun Seungyoun keduanya tersenyum bahagia didepan kamera.

Saat opening Seungwoo menyempatkan diri mengecup pelipis Seungyoun membuat kekasihnya terperanjat dan tertawa, selanjutnya mereka langsung melakukan gerakan khusus daisy challenge, hingga akhirnya bagian yang Seungwoo katanya sebelumnya, dirinya merogoh kelopak bunga daisy imitasi dari dalam kocek piyamanya dan sengaja ditaburkan tepat diatas kepala Seungyoun.

Seungyoun tersenyum senang menadahkan bunga yang berjatuhan, kemudian ia melebarkan matanya saat mendekati akhir video tiba-tiba Seungwoo meletakan cincin berwarna silver diatas tangannya, Seungwoo pun berbisik, “marry me?” kemudian mengecup pipi Seungyoun.

Video berakhir dengan reaksi Seungyoun yang terkejut dilamar dadakan oleh Seungwoo, “m-maksudnya apa?” Seungyoun langsung menatap Seungwoo, dirinya terdengar gugup bahkan tangannya bergetar menggenggam cincin yang tadi diberikan.

Seungwoo tersenyum lebar, ia mengelus pundak Seungyoun, menggenggam pundak tersebut dan menatap Seungyoun tepat dimata berbinar sang kekasih.

“Sebenarnya Kino masuk dalam rencana ini, satu hari sebelum dia comeback aku sempat hubungi dia karena liat daisy challenge itu. Aku minta tolong sama Kino buat ngajakin kamu dan akhirnya bisa kaya sekarang, gimana kamu kaget?”

“J-jelas kaget lah! Engga ada persiapan apa-apa tiba-tiba dilamar begini!”

“Jadi Cho Seungyoun ...,” Seungwoo menarik pelan tangan Seungyoun, dibukanya genggaman tangan Seungyoun yang menggenggam erat cincin tadi, diambilnya cincin tersebut dan disematkannya pada jari manis Seungyoun, “will you marry me?” tanya Seungwoo lembut.

Seungyoun menggigit bibirnya menahan tangis, “g-gimana mau nolak kalau cincinnya udah dipasang, artinya udah diikat kan?” Air mata Seungyoun pun jatuh.

Langsung saja Seungwoo memeluk erat Seungyoun, mengecup berkali-kali kepala Seungyoun, “thank you, thank you so much baby! Terima kasih untuk 3 tahun ini sabar dan kuat jalani sama aku, mungkin kedepannya akan banyak rintangan tapi aku yakin kita berdua bisa hadapinya bersama, hm?” Seungwoo menangkup pipi merah Seungyoun yang masih nangis sesegukan, dihapusnya air mata itu dengan jempolnya.

I love you, Han Seungwoo!” Hanya itu yang bisa Seungyoun ucapkan dan ia pun mencium bibir Seungwoo.

Seungwoo dengan senang hati membalas ciuman kekasihnya, keduanya saling berpelukan dan berbagi perasaan senang melalui ciuman.

Keesokan paginya, tidur lelap sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungannya ke jenjang lebih serius harus terusik karena telepon yang masuk beberapa kali dari ponsel keduanya.

Selamat pagi, selamat datang di kepanikan manajer kita,” ucap Seungyoun setengah sadar dengan suara parau khas bangun tidur. Dirinya semakin menempelkan badannya pada Seungwoo yang memeluknya.

Ponsel kamu lebih duluan bunyi dari aku,” jawab Seungwoo yang keadaannya tak jauh berbeda dengan Seungyoun sambil menggosok pelan punggung Seungyoun.

Semalam setelah lamaran dadakan Seungyoun tetap menepati janjinya, ia pun mengirim video challenge tersebut tanpa peduli reaksi orang-orang diluar sana. Setelah mengirim video tersebut keduanya langsung saja menghabiskan waktu berdua, membiarkan ponsel keduanya ribut hingga pagi ini.

“Angkat coba kasian loh manajer kamu pasti pusing banget itu,” Seungwoo memberitahu Seungyoun.

Seungyoun menggelengkan kepalanya, ia mengusak wajahnya pada dada Seungwoo, “cium dulu baru mau bangun,” jawab Seungyoun manja.

Seungwoo terkekeh, ia menarik dagu Seungyoun agar menatap dirinya kemudian ia mengecup dahi, turun mengecup hidung kemudian terakhir mengecup bibir Seungyoun. Keduanya kembali hanyut lagi dalam ciuman hingga berakhir karena panggilan dari ponsel Seungyoun yang terus masuk, “ck! Ganggu banget ngga tau apa lagi santai sama calon suami,” gerutu Seungyoun mengambil ponselnya yang berada diatas nakas.

“Udah angkat dulu, habis itu baru lanjut lagi.”

Seungyoun pun mengangkat panggilan tersebut, “CHO SEUNGYOUN!” teriakan seseorang dari sebrang sana membuat Seungyoun otomatis menjauhkan ponselnya dari telinga dan meringis menatap Seungwoo sedangkan Seungwoo hanya menggangguk memberi semangat.

Dilain tempat Kino bersama anggota grupnya yang lain sedang dalam perjalanan menuju acara musik untuk melakukan promosi lagu mereka.

Sedari tadi Kino tak berhenti tersenyum melihat video Seungyoun dan Seungwoo, “ah lucunya jadi pengen kaya gini,” ujar Kino.

“Pengen apa?” Tanya seseorang disamping Kino.

Kino menoleh dan tersenyum manis pada orang tersebut yang merupakan anggota grupnya sekaligus kekasihnya sendiri, Hongseok.

“Kakak udah liat belum Seungyounie dilamar sama kak Seungwoo, nih liat lucu kan? Aku pengen deh begini,” Kino menunjukan video tersebut kepada Hongseok.

Hongseok hanya diam dan tersenyum tipis, “iya tunggu kamu udah siap ya sayang, jangan karena lucunya aja kamu jadi mau kakak lamar begini,” Hongseok mengelus pipi Kino membuat kekasih kecilnya cemberut.

VIDEO KITA TEMBUS 20 JUTA VIEWERS WOI!” Teriak Shinwon salah satu anggota di dalam mobil.

Semuanya langsung menatap ke sumber suara, “SERIUS!?”, tanya mereka tak percaya.

“Buruan cek gih, beneran nih! Woah- the power of Seungyoun sama kak Seungwoo ga main-main. Kino! Bilangin makasih buat kak Seungwoo ya idenya bantu kita banget,” ujar Shinwon bersemangat.

Kino tak mendengarkan omongan Shinwon, dirinya sibuk menatap ponselnya yang menunjukan video musik mereka dari salah satu channel youtube agensi mereka.

“K-kak Hong ...,” Kino menggengam erat tangan Hongseok.

“Kamu kenapa? Kino kamu kenapa nangis?!” Hongseok panik melihat kekasihnya yang sudah menangis, ia pun memeluk Kino erat.

Suasana didalam mobil pun menjadi heboh, sebagian tertawa melihat Kino yang menangis terharu, sebagian membantu Hongseok menenangkan Kino.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ

The End


Written by taeyangbii