#SAKUATSU SLIGHT #FUTAATSU by, tobiorae
Suara terkekang dalam diri mencoba untuk tidak bicara. Takut menimbulkan kericuhan meski hanya dengan suara helaan nafas. Duduk dengan tenang, menunggu selesainya operasi, kedua pria yang terlihat mirip itu menunduk menatap lantai yang sepertinya sangat menarik untuk di perhatikan.
Berselang beberapa waktu kemudian, suara pintu ruang operasi dibuka. Seorang yang menggunakan baju lengkap operasi, dan seorang wanita cantik di belakangnya melangkah ke arah dua orang yang akhirnya berhenti menatap lekat pada lantai dan mulai menunjukan ekspresi rumit.
“ Operasinya lancar, tak ada masalah sama sekali. Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat inap segera. ” dokter itu bicara dengan lembut memberitahu dua orang itu agar mulai mengendurkan pundaknya.
Keduanya mengangguk, kemudian mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Dokter itu hanya tersenyum tipis, kemudian berbalik ke arah lain. Meninggalkan mereka berdua yang saat ini sudah tidak tegang lagi.
Ibunya dipindahkan ke ruang rawat inap tidak lama kemudian. Ayahnya pergi mengikuti guna melihat ibunya yang sudah selesai melewati maut. Sementara ia pergi ke mencari suster yang tadi, hendak bertanya; siapa kiranya dermawan baik yang akhirnya muncul dan memberikan ginjal itu pada ibunya.
Sudah lumayan lama ibunya mengidap ginjal kronis. Setiap dua minggu sekali harus pergi ke rumah sakit dan itu membuatnya sedih setiap saat. Ibunya darah yang agak langka sehingga sulit untuk menerima ginjal dari orang lain. Namun beberapa hari yang lalu, dokter menghubungi mereka dan berkata kalau ada seseorang yang siap dan mampu untuk mendonorkan ginjal nya.
“ Suster! ” suaranya bergema sedikit di lorong.
Wanita cantik itu menoleh dan tersenyum, menunggu pria yang sedang berlari kecil itu menghampiri nya lebih dekat. “ Ada apa tuan muda? ” tanya nya pelan.
“ Aku ingin melihat pendonor nya. ” ia berkata dengan tergesa-gesa.
Suster itu menggeleng pelan; “ maaf tuan muda, tapi pendonor ingin identitas nya di sembunyikan dan kami harus menurutinya. Kalau tidak saya akan melanggar sumpah saya sendiri. Maafkan saya tuan muda. “
Sakusa tertegun, kemudian dengan lesu menghela nafas agak jengkel. Ia hanya ingin berterimakasih mengapa begitu di sulitkan?
“ Aku ingin berterimakasih padanya, dia sudah baik terhadap ibuku. Bagaimana mungkin aku tidak berterimakasih secara langsung dan baik baik. ” Ia mencoba lagi.
Suster itu menghela nafas, menggeleng sekali lagi ia mencoba untuk mempertahankan pekerjaan nya saat ini.
“ Maafkan aku tuan muda, tapi aku benar bener tidak bisa. “
Sakusa tak lagi kuasa meminta informasi. Dengan kosong ia berbalik ke ruangan ibunya. Namun di tengah jalan, ia melihat seseorang yang ia kenal, masih menggunakan seragam sekolah menenteng sesuatu di tangannya.
Ia tak peduli padanya, namun entah kenapa kakinya berjalan seperti ia tak lagi bisa kontrol sama sekali. Mengikuti kemana pria bermarga Futakuchi itu pergi. Seperti penguntit, ia mengikuti seraya bersembunyi agak tidak ketahuan.
Hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang letak nya agak ke belakang. Tiba tiba terlintas pertanyaan acuh di kepalanya, 'siapa yang dirawat disini?'
Futakuchi masuk, tak lama keluar seorang wanita dan pria separuh baya yang masih kenali dengan jelas. Orang tua Miya Atsumu dan Miya Osamu. Lalu Futakuchi kembali keluar dari sana, terdengar agak samar mereka berbicara.
“ Jaga Atsumu dulu ya nak, kami mau ngurus surat surat sama perlengkapan nya dulu. ” ucap ibu Miya.
Futakuchi mengangguk, “ mau diantar sampai depan? ” nadanya santai.
“ Gak usah, kamu jaga Atsumu saja disini. Tolong ya. ” kali ini Ayahnya.
Futakuchi lagi lagi mengangguk, kemudian membungkuk berterimakasih dan mengucapkan sampai jumpa. Kemudian pria dan wanita setengah baya itu pergi dari sana, dan Futakuchi masuk ke dalam. Perasaan nya tiba tiba merasa tidak menyenangkan, seolah-olah akan ada sesuatu yang menghantam nya segera.
Ia berjalan mendekati ruangan yang dimasuki Futakuchi. Di ruangan itu terdengar seseorang berbicara, Atsumu! suara menyebalkan itu tentu saja ia ingat. Suara yang selalu membuat telinganya sakit hingga ia akan merasakan sebal sampai ingin mati. Pria bodoh yang dengan tidak tau malu mencintai nya, pria yang selalu menganggu hidupnya yang tenang, dan pria yang sudah membunuh kekasih hati yang sudah ia dambakan sejak kecil.. Miya Osamu.
Ia takkan pernah melupakan saat saat dimana ia melihat pria yang ia cintai mati di depan matanya karena ingin menyelamatkan Atsumu yang saat itu mencoba meraih seekor kucing yang berada di tengah jalan. Tubuh Osamu terlempar sekitar 4 meter jauhnya, darah merembes membasahi trotoar, hingga tak ada lagi harapan untuk hidup.
Ia tak paham kenapa Osamu di ambil secepat itu, ia merasa marah kepada Atsumu hingga akhirnya mengecap pria bodoh yang kekurangannya menutupi seluruh bagian tubuhnya itu sebagai pembunuh.
“ Ada yang sakit? ” suara Futakuchi terdengar dari dalam.
“ Enggak ada, ibunya omi udah sadar? “
Pertanyaan itu membuat matanya membola lebar, 'bagaimana Atsumu bisa tau tentang operasi ibunya?'
“ Gak tau, aku belum liat. ” jawab Futakuchi suaranya terdengar agak malas.
“ Semoga beliau baik baik aja. ” ujar nya lagi
“ um. ” timpalnya santai.
“ Kata dokter tadi, aku gak boleh terlalu kelelahan. Ginjal ku tinggal satu dan penyakit ini juga belum sembuh. “
Batu pertama jatuh
“ Aku bakal jagain kamu. ” suara lembut Futakuchi terdengar
Atsumu terkekeh lembut, “ iya kamu kan superhero ku hehe. “
'atsumu? futakuchi? mereka—..'
'bukan kah Atsumu menyukai nya?' entah kenapa itu terasa agak sesak.
“ Kamu harus fokus sama pengobatan kamu, aku nyusul segera setelah lulus. Osamu bakal tenang sekarang karena kamu udah mau fokus, gak lagi mikirin sakusa. “
Itu membuatnya hampir tenggelam.
Osamu? kenapa dia tenang? maksudnya? tiba tiba sebuah pemikiran masa lalu muncul di benak nya yang kusut.
Mereka bertemu di awal musim semi. Di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit yang saat ini ia pihak tanah nya. Ia dulu sering menemani ibunya ke rumah sakit untuk berobat, dulu ibunya tak separah ini jadi hanya check up sekitar 3 bulan sekali.
Ia bertemu seorang anak yang wajahnya pucat dan tubuhnya kurus. Anak itu selalu memegang kincir angin di tangannya namun ia tak berlari untuk memutarnya dan bermain main dengan benda itu. Dia hanya duduk sembari angin berhembus menggerakkan rambut hitam nya.
Itu awal dari semuanya, saat itu ia hanya datang dan duduk disampingnya. Ia menanyakan nama anak itu, dan diantara ingatan itu ia mengingat namanya 'miya' dia tak pernah memberitahu nama belakangnya hanya nama keluarganya.
'Miya yang ia kenal saat itu adalah anak yang pendiam dan tenang. Matanya selalu menunjukan sorot kesedihan, melihat anak anak lain disana yang bisa bermain dengan kincir angin mereka.
Hingga suatu hari, 'Miya berkata kalau dia sedang ulang tahun saat itu. Ia bingung ingin memberi hadiah apa, lalu sebuah ide bagus terlintas di kepalanya. Ia berjongkok di depan 'Miya, kemudian meminta adik kecil itu untuk digendong olehnya. Awalnya 'Miya menolak dengan halus sambil tertawa geli, namun akhirnya ia berhasil membujuk dan 'Miya pun naik di punggungnya.
Ia menyeimbangkan langkahnya, berlari perlahan lalu meminta 'Miya untuk menaikkan kincirnya sehingga akhirnya kincir itu berputar membuat 'Miya kegirangan.
Itu hanya segelintir ingatan, hingga saat ia SMA mereka kembali bertemu. Saat itu 'Miya berkata akan pindah, dan sekarang mereka akhirnya bisa bertemu kembali. Namun yang membuatnya bingung adalah, 'Miya ada dua.
Yang satu berambut pirang, yang satunya lagi berambut abu abu. Wajah mereka sangat mirip, namun yang membuatnya yakin bahwa 'Miya adalah Osamu adalah sifat mereka yang sangat mirip.
Atsumu terlalu ceria dan berisik, sementara Osamu sangat tenang dan tidak banyak bicara. Hingga ia akhirnya berpikir kalau, 'Miya yang selama ini ia tunggu adalah Miya Osamu.
Ia tak pernah mengetahui apa penyakit Miya Osamu sejak kecil. Namun kalau dipikir pikir lagi, dulu 'Miya nya sangat kurus dan pucat, sedangkan Osamu tidak terlibat seperti orang sakit... Atsumu— dialah yang terlihat seperti orang sakit. Tubuhnya kurus, bibirnya pucat, kulitnya yang putih terlihat agak biru sedikit.
Mengingat itu ia tiba tiba merasa semakin tidak beres akan semuanya. Meninggalkan ruangan itu, ia berlari ke arah resepsionis.
“ Boleh aku tau entang pasien bernama Miya Atsumu? dia sakit apa dan sudah berapa lama ia di rumah sakit ini? ” ia bertanya dengan tersengal-sengal.
Resepsionis itu tak membuka komputer nya sama sekali, kemudian berbicara. “ Atsumu-kun sudah lama disini, dia dari kecil berobat disini. Hanya waktu itu dia pindah ke Hyogo karena ayahnya dipindah tugaskan ke sana. Namun setahun yang lalu Atsumu-kun kembali dan berobat disini lagi. Tapi katanya dia akan pergi lagi ke Jerman untuk berobat disana, mengikuti saran dokter. “
“ Tunggu! bukan Osamu yang sakit? ” suaranya agak tinggi.
“ Osamu-kun? Dia tidak pernah sakit parah. Osamu-kun sejak masih kecil sudah tinggal bersama neneknya di Kyoto, lalu ketika keluarga Miya Pindah ke Hyogo ia pun akhirnya ikut bersama mereka. Osamu-kun selalu menjaga kakaknya dengan baik. Dia sangat protektif masalah perlindungan atsumu-kun yang sensitif. Kemanapun Atsumu-kun pergi, maka disana akan kau jumpai Osamu-kun juga. Namun sayang, Osamu-kun pergi lebih dulu. Saat ini atsumu-kun sedang berjuang lebih keras untuk melawan penyakitnya agar Osamu-kun bisa tenang di alam baka. “
Tak lagi bisa ia dengar apapun melalui telinganya. Kepalanya sakit, ia ingin muntah disana.
'selama ini ia salah paham...'
Seseorang yang ia cari selama ini ternyata ia sudah salah mengenalinya. Ia mencintai seseorang yang bahkan tak pernah berhubungan dengannya, dan malah membenci seseorang yang bahkan sudah berjanji padanya sejak kecil. Itu kenapa Atsumu bertanya tentang ia yang mengingat pria itu.
Tak peduli apapun lagi, ia berlari kembali keruangan dimana Atsumu berada. Jantungnya berdegup begitu kencang, ia tak peduli bahkan ketika tubuhnya bertabrakan dengan orang lain kemudian ia akan menerima kata kata umpatan dari mereka.
Ketika sampai ia tak lagi peduli dengan tata krama, ia masuk ke dalam ruangan itu dan apa yang dilihatnya kemudian benar benar membuat dadanya sesak dan ia marah.
Futakuchi duduk di samping kasur Atsumu, tangan kanan nya melingkari perut rata Atsumu dengan mesra, sementara tangan kirinya menopang wajahnya yang sendu memperhatikan Atsumu bercerita. Sementara Atsumu, terlentang seraya bercerita senang kepada Futakuchi. Dadanya sakit, ia merasa Futakuchi tidak seharusnya ada disana.
Mereka berdua menoleh begitu melihat pintu dibuka, kemudian keduanya sama sama terkejut. Namun Futakuchi langsung memasang ekspresi tidak suka namun tetap tenang, sementara Atsumu terlihat agak takut.
“ Kau salah kamar tuan muda Sakusa. ini bukan kamar mu, ini kamar kekasihku. Apa yang kau lakukan disini? ” suaranya terdengar seperti memprovokasi. Ini adalah khas dari Futakuchi, pria ini memang dike Al dengan mulut ceplas-ceplos ya.
“ Kau keluar, aku ingin bicara dengan nya. ” suaranya dingin penuh dengan intimidasi.
Suara tawa lembut namun ketara mengejek terdengar menyebalkan di telinga sakusa. Futakuchi kemudian menatap Atsumu yang juga menatapnya takut takut.
“ Bicaralah. ” Futakuchi menenangkan Atsumu sebentar kemudian berjalan keluar dan menutup pintu.
Hening, tak ada yang bicara. Sakusa menatap Atsumu yang terlihat pucat, ia sudah tau sekarang siapa yang mendonorkan ginjal untuk ibunya. Atsumu tak menoleh ke arah Sakusa, hanya diam kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Sakusa merasa nyeri, ia tak pernah mendapatkan tatapan se acuh itu dari Atsumu. Yang selama ini ia lihat adalah pandangan rindu dan memuja, seolah olah ketika Atsumu melihatnya pria itu akan hidup lebih lama.
“ Kenapa? ” suaranya akhirnya keluar meskipun entah apa maksudnya.
“ Kenapa kamu gak bicara dari awal... Miya— Miya Atsumu. “
Atsumu tiba tiba tertawa, “ dilihat dari mana aku tak pernah mencoba memberitahu mu apapun? ” suaranya dingin.
“ Selama ini kamu pikir aku ngapain aja? cuma nempel dan ganggu kamu? ” ia bersuara lagi.
“ Aku— “
“ Gak perlu minta maaf, semuanya udah berlalu. Kita gak lagi kita yang dulu. Janji yang kita buat dulu udah selesai, sekarang udah gak ada lagi. Aku udah buat janji baru, sama Futakuchi yang gak pernah ninggalin aku sama sekali, yang gak pernah membuatku merasa buruk, gak pernah mencoreng jelek nama ku. Dia selalu ada disamping ku, gak pernah pergi dan selalu diam diam menunggu ku di dalam dirinya. Lupakan, semuanya lupakan. Gak ada yang perlu diingat dari kita berdua. “
“ Kasih aku kesempatan kedua, aku janji— “
“ gak ada kesempatan kedua Sakusa. Kita bener bener selesai. Aku udah mutusin untuk mulai mencintai Futakuchi, tolong pergi dan jangan ganggu kami. Aku hanya ingin bersama orang yang juga mencintaiku, bukan hanya aku yang satu satunya mencintai dia. Pergilah Sakusa, kau bebas dari janji kita sekarang. “
Sakusa tidak tau, ternyata kesalahpahaman itu bisa mengakibatkan terjadinya sesuatu yang membuatnya kehilangan seseorang yang cintai.