tobiorae

HOLD

#HOLD ME TIGHT

.18.


Bedebum detak jantung riuh. Menetapkan hati dan doa pada bulan purnama malam ini. Di jalanan yang dingin tanpa senyum hangat sang kekasih, ia duduk menunggu instruksi sambil merenung.

Akankah ia berhasil malam ini?

Ataukah ia akan gagal lagi malam ini?

Sudah tujuh tahun berlalu sejak ia kehilangan Miya Atsumu sang pujaan hatinya. Kala lara merudung, angin beriuh menemani sendu nya hati yang kalut. Tak ada jemari tuk ia tautkan, tak ada raga tuk dipeluknya. Hilang tanpa jejak, sulit ditemukan bak mencari jarum di tumpukam jerami.

Di bawah sendayu malam nan syahdu. Tangannya sejak tadi menggenggam sebuah liontin tua yang ia dapan dari ibunya di masa lalu.

” Berikan pada istrimu di masa yang akan datang.. Mama tidak tahu akan bertahan hingga kapan, tapi bahkan ketika sudah di alam baka nantipun mama akan terus memperhatikanmu dan istrimu. Bangunlah sebuah rumah yang penuh dengan canda dan tawa, tak ada kepura-puraan yang menyakiti hati, dan besarkan anak anakmu sebaik mungkin. Jadilah suami yang bertanggung jawab dan pengertian pada istrimu, jangan takut akan bagaimana dunia ini membenci mu. Dan Kiyoomi ku sayang... tolong jangan benci ayahmu karena dia.....”

“ Kiyoomi! ada pergerakan dari daichi ayo pergi! “

Ingatan itu belum selesai, selalu terpotong sampai disana. Iwaizumi datang dengan terengah engah, membuka pintu untuknya kemudian mereka lari bersama menuju sebuah tempat yang sudah dijanjikan dan ditetapkan untuk ia bertemu kembali dengan Atsumu nya.

•••

” Bangun nak! ayo bangun!! Ayo pulang kerumah mu... Kiyoomi menunggumu nak.. ayo bangun, aku akan mengantarkanmu pulang.. kita tak punya banyak waktu. “

Begitulah kata kata yang ia dengar beberapa waktu yang lalu sebelum ia dibawa di punggung seorang pria tua yang ia masih tak tau itu siapa. Pandangannya kabur, kepalanya sakit namun ia tak menolak pergi dari sana.

Pria tua ini bilang kalau ia akan mengantarkannya pulang. Memangnya kemana lagi ia harus pulang? memangnya ia punya rumah untuk pulang?... Kiyoomi menunggunya... bagaimana bisa?

Ia tak punya wajah lagi tuk temui pria itu. Bahkan dengan air suci dari surga pun, ia takkan pernah bersih. Ia sudah ternodai bau menyengat yang akan selamanya menempel di tubuhnya. Ia tak lagi pantas tuk melihat Kiyoomi.. ia terlalu kotor.

Pria tua ini terus menggendongnya. Membawanya dengan sungguh sungguh melewati semak belukar yang ia sendiri tak tau kalau tempat ini memiliki ini semua. Menoleh ke atas, bintang bintang terlihat indah menerangi awan bersama bulan yang juga terang benderang, sepertinya ia sangat senang malam ini.

Lama melamun akhirnya ia tersadar, bahwa ini pertama kalinya setelah sekian lama ia menjadi tahanan rumah, ia akhirnya bisa melihat langit malam yang indah dan menyenangkan.

Tanpa diinginkan ia tiba tiba merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Teringat dulu ia juga pernah melihat langit malam yang sama indahnya bersama ayah, ibu, dan osamu saat semuanya masih baik baik saja.

“ Jangan menangis nak... kita akan segera sampai, semuanya akan baik baik saja. Aku akan mengantarkanmu pada Kiyoomu dan kau akan pulang ke rumah bersamanya. Malam ini, aku akan mencoba untuk menebus semua dosa dosa ku meskipun semua itu takkan mungkin terjadi. Kumohon... sampaikan maafku untuknya. “

Pria itu semakin gigih menggendongnya. Sambil menangis perih, pria itu berjalan melewati semak semak yang ia rasa tak ada habisnnya.

“ Kau jarang makan ketika bersama si tua bangka tal berguna itu. Nanti setelah kembali bersama Kiyoomi, tolong makanlah yanh banyak agar berat badanmu naik dan tulang tulangmu tak terlalu kelihatan seperti sekarang. ” ujarnya agak bergetar.

“ Siapa kau? “

Pria itu terkesiap. Ini pertama kalinya ia mau bicara setelah sekian lama menjadi tahanan rumah.

“ Kau akhirnya mau bicara.. baguslah kau akan baik baik saja setelah ini. Tolong bersabar, sebentar lagi kita akan sampai di tempat yang sudah di tetapkan. “

“ Siapa kau? ” tanya nya lagi.

Pria itu awalnya diam tak menjawab, sebelum menarik nafas perlahan kemudiam berkata; “ Hanya seorang suami yang gagal melindungi istri dan anak nya. “

“ Aku tak mengingatnya dengan jelas lagi.. tapi kau mirip dengan Sakusa Kiyoomi... “

“ Anak itu takkan suka jika kau mengatakan itu, jadi tolong simpan dalam pikiran mu saja yah.. “

“ Kenapa? “

“ Sudah kukatakan tadi.. “

Menarik nafasnya lagi, ” aku adalah suami dan ayah yang gagal. “

“ Aku sangat mencintainya... tak ada satupun wanita di dunia ini yang mampu menggesernya dari dalam hati ku. Cinta ku padanya utuh dan serius. Matanya yang indah membawaku pada sebuah tempat yang indah, dengan bunga bunga harum menyelimuti seluruh tempat. “

Air matanya kembali turun.

“ Sebuah kejadian menimpah kami berdua. Aku tak ingin ada yang menyakitinya, jadi aku harus berpura pura membencinya. Setiap hari aku harus melihatnya menangis dan bersedih karena aku... takdir begitu kejam memberikan kami berdua jalan yang sangat sulit untuk kami lalui ini. Oh... sungguh aku mencintainya.. lebih dari apapun aku mencintainya sampai rasanya aku akan mati karena terlalu mencintainya. “

Semak semak itu akhirnya habis. Mereka berhenti di bawah pohon Sakura yang mekar indah di malam hari. Di terangi cahaya malam yang sedikit redup, ini semua terasa pilu hingga menyayat relung hati terdalamnya.

“ Dia akan datang kemari dalam dua menit, ayo kita tunggu sebentar. ” katanya lembut.

Ia mendongak menatap pohon sakura yang begitu indah. Malam dingin ini entah kenapa sangat baik terasa baginya. Jiwa yang sesak dan terus kesakitan miliknya, tmentah mengapa terasa baik dengan energi yang cukup menghangatkan setiap darahnya yang berdesir lembut.

Berlalu detik demi detik berlalu. Suara langkah kaki datang di saat pikirannya mulai bersatu pada energi bumi, membuatnya dengan enggan menoleh.

Melihat siapa yang berdiri disana. Jantungnya tiba tiba berdetak dengan kuat, berpacu membuat darahnya serasa mendidih. Segala jenis emosi meluap, ia tak bisa berkata kata dan hanya sanggup mengeluarkan air mata.

“ o—om—omii... ” suaranya kecil dan parau.

Melihat pria yang sangat di rindukannya berdiri juga dalam keadaan yang kacau dan penuh kerinduan. Pria itu akhirnya berlari ke arahnya, tanpa ragu memeluknya seolah olah dia takut kalau ia akan segera hilang.

Dua insan yang saling merindukan menangis dalam pelukan hangat masing masing. Menyalurkan segala cinta dan kasih sayang yang menumpuk bersama rindu yang menjulang tinggi. Hilang sudah resah dan risau yang tadi hadir dalam kepalanya.

Ia memeluknya.. memeluk Sakusa Kiyoomi nya...

“ Maaf... maaf.. ” suaranya begitu kalut dan terdengar begitu pilu hingga rasa sakit itu kembali hadir kacaukan hati dan pikirannya.

“ Maafkan aku.. aku tak becus menjagamu.. maafkan aku.. “

Dengan gemetar Kiyoomi akhirnya tak bisa menahan tubuhnya lagi, terjatuh masih dengan memeluk Atsumu nya.

“ Ayo.. ayo kita pulang.. kali ini takkan ada perpisahan lagi. Ayo kita pulang Atsumu.. ayo kita pulang ke rumah.. “

Tak tahan lagi. Air matanya tumpah sedemikian rupa, bersama pelukan yang semakin kencang terasa. Tangisannya terdengar kuat, ia tak sanggup mengatakan apapun lagi dan hanya bisa mengangguk.

“ Pulang.. omi ayo pulang.. tsumu takut omi... tsumu ta— takuthh... ayo pulang... “

Iwaizumi yang menonton itu semua tak bisa tak menangis pada akhirnya. Selama tujuh tahun terakhir, ia sudah melihat bagaimana rapuhnya seorang yang kuat seperti Kiyoomi. Kehilangan seseorang yang dicintainya serasa seperti seluruh dunia akan runtuh.

“ Ayo kita pergi sekarang... kita gak punya banyak waktu, ayo kita ke tempat Daichi.. Ushiwaka sama Suna masih terluka. ” ucapnya pelan.

“ Kalian harus segera pergi.. dia akan segera sampai kesini. ” suara pria tua itu mengejutkan Kiyoomi dan Iwaizumi pada akhirnya.

Sedari tadi mereka tak memfokuskan diri pada pria yang sudah membantu mereka ini. Memdengar suara itu, mau tak mau Kiyoomi menoleh.

“ Anak ku sudah sebesar ini.. kekasihmu sudah kembali, maaf aku tak menjaganya dengan baik selama disana. Aku berusaha semampuku untuk membawanya pulang kepadamu, setidaknya... tolong dengarkan papa. “

Suara tembakan tiba tiba terdengar. Pria tua yang ternyata Tuan Sakusa itu memoleh dan tersenyum sendu.

“ Aku hanya bisa memberikan ini untuk menjelaskan karena aku tak punya banyak waktu. ” ujarnya sembari memberikan sebuah amplop pada Kiyoomi.

“ Kau tumbuh menjadi anak yang baik dan berguna. Melihatmu dan kekasihmu, sekarang aku bisa pergi menemui mama mu. Setidaknya kau tidak akan gagal seperti aku gagal mempertahankan mama mu. Maafkan papa nak.. tolong pergi sekarang.. bawa kekasih mu, jangan lepaskan dia lagi. Papa bangga padamu... “

dorrr!

#HOLD ME TIGHT

.17.


'Sudah tidak tau hari keberapa ini. Hidup di neraka ini... entah sudah berapa lama.'

Menghalau rasa cemas, menampik segala beban. Tak tau lagi apa, yang jelas ini lebih buruk dari kehidupannya sebelum bertemu Sakusa Kiyoomi.

Apa kabar pria itu?

Apakah dia sudah makan?

Apakah dia sudah menemukan orang lain dan menikah?

Tak seharipun pertanyaan pertanyaan itu hilang dari kepalanya.

Apa yang terjadi di luar?

Ah.. hujan

Ini memang musim semi jadi wajar.

Berkelana terlalu jauh menuju mimpi semu di malam hari. Tak sekalipun rasa sakit itu menyerang. Marah dan benci membendung jadi satu, namun lebih dari pada itu.. kecewalah yang menjadi utama. Mau menyalahkan siapa lagi memang? Tuhan? entahlah ia sudah tidak bisa berpikir.

Tiga minggu yang lalu mereka sampai di neraka yang disebut rumah oleh seseorang yang bahkan tak ingin ia pedulikan lagi keberadaannya. Sungguh mengenaskan, ia berakhir sebagai objek fantasi konyol dari pria tua yang jatuh cinta namun tak bisa memiliki wanita yang dicintainya yakni ibunya sendiri.

Ia mengerti sedikit demi sedikit saat awal awal ia dibawa oleh si tai anjing ini. Benar benar menyebalkan. Cinta adalag sesuatu yang seharusnya tak pernah ditambahkan dengan bumbu bumbu obsesi. Kau berakhir tolol kalau kau berani menambahkannya meskipun hanya sendikit.

Si tai anjing ini tak bisa menerima ibunya yang sudah memiliku suami, namun tetap mencintainya dengan obsesi berlebih. Memantau ibunya dari jauh, bahkan membuat ayahnya sulit dalam pekerjaan hanya agar ibunya mau menceraikan ayahnya. Betapa bodoh..

Hari hari berlalu dengan rasa sepi, tak seharipun tanpa sunyi. Orang orang di sekitarnya membuat mual sampai ususnya juga ingin ia muntahkan. Apalagi si tai anjing yang terus mencoba untuk berbuat kebajikan sembari meniru Sakusa Kiyoomi.

Hari ini tai anjing itu pergi entah kemana ia tak peduli. Tanpa rasa bersalah atau apapun, tadi pagi setelah kepergian seonggok tai itu ia memecahkan vas bunga besar yang baru dibeli. Pelayan baru selesai membersihkannya, sementara ia duduk dengan tenang di balkon kamar dengan empat pengawal besar mengelilingi nya.

Bodoh ketika ada yang mengatakan kenapa ia tak mencoba kabur, karena kenyataannya terlalu sulit bahkan hanya untuk bernafas. Kekangannya terlalu kuat hingga sesak, tanpa tau arah— memangnya dimana ia bisa pulang..

Dengan dirinya yang sekarang, apakah Sakusa Kiyoomi masih akan menerimannya? tidak mungkin. Pria itu kemungkinan besar juga sudah menikah dengan orang yang jauh lebih baik darinya. Pikiran jahat menghantuinya, sementara pria itu tak tau bagaimana keadaannya.

Memikirkan itu hanya membuat sakit di kepalanya semakin menjadi jadi. Tubuhnya yang ringkih berdiri. Keempat pria besar di sekelilingnya ikut berdiri mengikutinya hingga ia berbaring di kasur.

Tubuhnya lelah meskipun tak melakukan apapum setiap hari. Baik pikiran dan batinnya tersiksa seolah mati. Tak ada getaran lama, yang ada hanya kegelapan nan sunyi di setiap detik yang berlalu.

Tawa canda hilang, merekah menjadi sebuah kesedihan utuh. Tak ada bahu tuk bersandar, tak ada tangan tuk digapai, tak ada suara tuk isi kesunyian, tak ada segala sesuatu yang bisa menenagkan kecamuk di kepalanya.

Hujan turun kian deras, matanya sayu akhirnya tertidur seiring tak tak tak bergeraknya jaruk jam. Tak ada mimpi seperti biasa, semuanua gelap dan semu. Bahkan untuk berharap pada bunga tidur pun ia tak diberikan izin. Menjadi tahanan rumah adalah yang terburuk yang pernah ada.

Berlalu terus detik berlalu. Tidurnya tak nyenyak seperti biasa, kemudian terbangun nuansa hati yang kian rupa buruk hingga ingin muntah. Hari sudah gelap, hujan masih setia turun dengan derasnya. Guntur menerjang, tangannya langsung gemetar kerakutan.

Nafasnya memburu, dadanya sesak minta diisi sebanyak mungkin oksigen hingga penuh ingin meledak. Isak tangis mulai keluar, ingin berteriak namun suaranya seperti ditahan sesuatu.

Sebuah bayangan semu dari angan angan tam terbalas menyapa pikirannya yang kalut. Terasa jauh dan asing, punggung itu kian menjauh hingga ia tak sanggup meraihnya lagi. Hingga nafasnya habis, layaknya dihantam dalam samudra dalam.

Siur siur angin menggerakkan pohon pohon. Berganti detik menjadi menit, tangisnya tak henti menggenggam erat sprei mencoba bertahan dari bayangan kejadian yang paling tidak ingin ia lalui selama kehidupannya.

” o—om—” bahkan tak lagi sanggup tuk panggil namanya.

Ia kotor... tak ada darinya yang bisa diselamatkan lagi. Jika Kiyoomi mengetahui noda noda kotor yang tak bisa hilang di dalam tubuhnya, ia yakin namun juga takut disaat yang bersamaan kalau pria itu akan sangat jijik padanya.

Tubuhnya meringkuk, isakannya terdengar pilu. Menyesali kehidupanya, namun tak tau harus darimana memulai semuanya.

Lama lama semuanya berubah semakin tak berarah. Kesepian datang tak kunjung hilang, bayangan kisah sedih di kepalanya hilang beralih pada sebuah senyuman indah dari ibunya yang tiba tiba datang lalu meminta maaf.

Tubuhnya terasa berat, namun ia bergerak duduk dan meringkuk di atas kasur. Menutupu telingannya, kemudian tanpa aba aba ia berteriak kuat. Seolah olah dengan berteriak ia akan kembali baik baik saja. Namun sekeras apapun ia berteriak, semuanya masih sama... masih sangat menakutkan.

” aaaaaaaaaa!!!! .... aaaaaaa!!!!.... berhentiiii!!!! .... tolonghhh... “

Lolongannya tiba tiba dibekap seseorang yang entah sejak kapan sudah disana. Ketakutannya meningkat, reflek ia mundur menjauh hingga jatuh dari kasur.

Orang itu menatapnya dingin, namun tangannya masih dengan lembut terulur tuk sapu lembut surai pirangnya. Ia ingin pergi, ia tidak ingin ada disini. Namun kakinya dibelenggu kekuatan tak tampak mata, seluruh tubuhnya menjadi kaku hanya dengan beberapa gerakan dari orang itu.

“ sssstt... tenang sayang, tidak ada yang menyakitimu... kenapa um? apakah ada sesuatu yang menganggu? katakan padaku, akan ku urus semuanya. ” ujarnya lembut berusaha menarik Atsumu ke dalam pelukannya.

Atsumu semakin takut, dengan keras ia menggerakkan kakinya hingga menendang perut orang itu. Berteriak terus menerus, ia mencoba menghindar dengan kalut. Tau apa yang akan terjadi selanjutnya, meskipun ia tau akan gagal tapi ia tetap ingin berusaha lari.

Namun itu hanya angan. Setelah tindakan memberontaknya, entah bagaimana tubuhnya sudah dibawa ke kasur. Adegan menyeramkan itu datang lagi. Ia disetubuhi bak hewan, tanpa belas kasihan, tanpa ampun, dan tanpa perasaan.

“ menurutlah padaku, sudah berapa tahun ini um? kau jelas akan lebih bahagia jika bersama ku... lalu kenapa kau memberontak sedemikian rupa hah?! yang dipikiranmu hanya bocah Sakusa sialan itu! kapan kau akan memikirkan ku! aku memberikan mu segalanya bahkan dunia ini bisa jadi milikmu jika kau mengiginkannya! atau kau benar benar ingin bocah Sakusa itu mati hah?! “

Gerakannya berhenti, wajahnya mendekat ia berbicara di telingannya dengan nada mengancam yang lebih suram dari biasanya.

” nyawa nya di tanganku.. memberontaklah lebih dari ini, maka dengan senang hati ku kirimkan kepalanya untuk mu.”

#HOLD ME TIGHT

.17.


'Sudah tidak tau hari keberapa ini. Hidup di neraka ini... entah sudah berapa lama.'

Menghalau rasa cemas, menampik segala beban. Tak tau lagi apa, yang jelas ini lebih buruk dari kehidupannya sebelum bertemu Sakusa Kiyoomi.

Apa kabar pria itu?

Apakah dia sudah makan?

Apakah dia sudah menemukan orang lain dan menikah?

Tak seharipun pertanyaan pertanyaan itu hilang dari kepalanya.

Apa yang terjadi di luar?

Ah.. hujan

Ini memang musim semi jadi wajar.

Berkelana terlalu jauh menuju mimpi semu di malam hari. Tak sekalipun rasa sakit itu menyerang. Marah dan benci membendung jadi satu, namun lebih dari pada itu.. kecewalah yang menjadi utama. Mau menyalahkan siapa lagi memang? Tuhan? entahlah ia sudah tidak bisa berpikir.

Tiga minggu yang lalu mereka sampai di neraka yang disebut rumah oleh seseorang yang bahkan tak ingin ia pedulikan lagi keberadaannya. Sungguh mengenaskan, ia berakhir sebagai objek fantasi konyol dari pria tua yang jatuh cinta namun tak bisa memiliki wanita yang dicintainya yakni ibunya sendiri.

Ia mengerti sedikit demi sedikit saat awal awal ia dibawa oleh si tai anjing ini. Benar benar menyebalkan. Cinta adalag sesuatu yang seharusnya tak pernah ditambahkan dengan bumbu bumbu obsesi. Kau berakhir tolol kalau kau berani menambahkannya meskipun hanya sendikit.

Si tai anjing ini tak bisa menerima ibunya yang sudah memiliku suami, namun tetap mencintainya dengan obsesi berlebih. Memantau ibunya dari jauh, bahkan membuat ayahnya sulit dalam pekerjaan hanya agar ibunya mau menceraikan ayahnya. Betapa bodoh..

Hari hari berlalu dengan rasa sepi, tak seharipun tanpa sunyi. Orang orang di sekitarnya membuat mual sampai ususnya juga ingin ia muntahkan. Apalagi si tai anjing yang terus mencoba untuk berbuat kebajikan sembari meniru Sakusa Kiyoomi.

Hari ini tai anjing itu pergi entah kemana ia tak peduli. Tanpa rasa bersalah atau apapun, tadi pagi setelah kepergian seonggok tai itu ia memecahkan vas bunga besar yang baru dibeli. Pelayan baru selesai membersihkannya, sementara ia duduk dengan tenang di balkon kamar dengan empat pengawal besar mengelilingi nya.

Bodoh ketika ada yang mengatakan kenapa ia tak mencoba kabur, karena kenyataannya terlalu sulit bahkan hanya untuk bernafas. Kekangannya terlalu kuat hingga sesak, tanpa tau arah— memangnya dimana ia bisa pulang..

Dengan dirinya yang sekarang, apakah Sakusa Kiyoomi masih akan menerimannya? tidak mungkin. Pria itu kemungkinan besar juga sudah menikah dengan orang yang jauh lebih baik darinya. Pikiran jahat menghantuinya, sementara pria itu tak tau bagaimana keadaannya.

Memikirkan itu hanya membuat sakit di kepalanya semakin menjadi jadi. Tubuhnya yang ringkih berdiri. Keempat pria besar di sekelilingnya ikut berdiri mengikutinya hingga ia berbaring di kasur.

Tubuhnya lelah meskipun tak melakukan apapum setiap hari. Baik pikiran dan batinnya tersiksa seolah mati. Tak ada getaran lama, yang ada hanya kegelapan nan sunyi di setiap detik yang berlalu.

Tawa canda hilang, merekah menjadi sebuah kesedihan utuh. Tak ada bahu tuk bersandar, tak ada tangan tuk digapai, tak ada suara tuk isi kesunyian, tak ada segala sesuatu yang bisa menenagkan kecamuk di kepalanya.

Hujan turun kian deras, matanya sayu akhirnya tertidur seiring tak tak tak bergeraknya jaruk jam. Tak ada mimpi seperti biasa, semuanua gelap dan semu. Bahkan untuk berharap pada bunga tidur pun ia tak diberikan izin. Menjadi tahanan rumah adalah yang terburuk yang pernah ada.

Berlalu terus detik berlalu. Tidurnya tak nyenyak seperti biasa, kemudian terbangun nuansa hati yang kian rupa buruk hingga ingin muntah. Hari sudah gelap, hujan masih setia turun dengan derasnya. Guntur menerjang, tangannya langsung gemetar kerakutan.

Nafasnya memburu, dadanya sesak minta diisi sebanyak mungkin oksigen hingga penuh ingin meledak. Isak tangis mulai keluar, ingin berteriak namun suaranya seperti ditahan sesuatu.

Sebuah bayangan semu dari angan angan tam terbalas menyapa pikirannya yang kalut. Terasa jauh dan asing, punggung itu kian menjauh hingga ia tak sanggup meraihnya lagi. Hingga nafasnya habis, layaknya dihantam dalam samudra dalam.

Siur siur angin menggerakkan pohon pohon. Berganti detik menjadi menit, tangisnya tak henti menggenggam erat sprei mencoba bertahan dari bayangan kejadian yang paling tidak ingin ia lalui selama kehidupannya.

” o—om—” bahkan tak lagi sanggup tuk panggil namanya.

Ia kotor... tak ada darinya yang bisa diselamatkan lagi. Jika Kiyoomi mengetahui noda noda kotor yang tak bisa hilang di dalam tubuhnya, ia yakin namun juga takut disaat yang bersamaan kalau pria itu akan sangat jijik padanya.

Tubuhnya meringkuk, isakannya terdengar pilu. Menyesali kehidupanya, namun tak tau harus darimana memulai semuanya.

Lama lama semuanya berubah semakin tak berarah. Kesepian datang tak kunjung hilang, bayangan kisah sedih di kepalanya hilang beralih pada sebuah senyuman indah dari ibunya yang tiba tiba datang lalu meminta maaf.

Tubuhnya terasa berat, namun ia bergerak duduk dan meringkuk di atas kasur. Menutupu telingannya, kemudian tanpa aba aba ia berteriak kuat. Seolah olah dengan berteriak ia akan kembali baik baik saja. Namun sekeras apapun ia berteriak, semuanya masih sama... masih sangat menakutkan.

” aaaaaaaaaa!!!! .... aaaaaaa!!!!.... berhentiiii!!!! .... tolonghhh... “

Lolongannya tiba tiba dibekap seseorang yang entah sejak kapan sudah disana. Ketakutannya meningkat, reflek ia mundur menjauh hingga jatuh dari kasur.

Orang itu menatapnya dingin, namun tangannya masih dengan lembut terulur tuk sapu lembut surai pirangnya. Ia ingij pergi, ia tidak ingin ada disini. Namun kakinya dibelenggu kekuatan tak tampak mata, seluruh tubuhnya menjadi kaku hanya dengan beberapa gerakan dari orang itu.

“ sssstt... tenang sayang, tidak ada yang menyakitimu... kenapa um? apakah ada sesuatu yang menganggu? katakan padaku, akan ku urus semuanya. ” ujarnya lembut berusaha menarik Atsumu ke dalam pelukannya.

Atsumu semakin takut, dengan keras ia menggerakkan kakinya hingga menendang perut orang itu. Berteriak terus menerus, ia mencoba menghindar dengan kalut. Tau apa yang akan terjadi selanjutnya, meskipun ia tau akan gagal tapi ia tetap ingin berusaha lari.

Namun itu hanya angan. Setelah tindakan memberontaknya, entah bagaimana tubuhnya sudah dibawa ke kasur. Adegan menyeramkan itu datang lagi. Ia disetubuhi bak hewan, tanpa belas kasihan, tanpa ampun, dan tanpa perasaan.

“ menurutlah padaku, sudah berapa tahun ini um? kau jelas akan lebih bahagia jika bersama ku... lalu kenapa kau memberontak sedemikian rupa hah?! yang dipikiranmu hanya bocah Sakusa sialan itu! kapan kau akan memikirkan ku! aku memberikan mu segalanya bahkan dunia ini bisa jadi milikmu jika kau mengiginkannya! atau kau benar benar ingin bocah Sakusa itu mati hah?! “

Gerakannya berhenti, wajahnya mendekat ia berbicara di telingannya dengan nada mengancam yang lebih suram dari biasanya.

” nyawa nya di tanganku.. memberontaklah lebih dari ini, maka dengan senang hati ku kirimkan kepalanya untuk mu.”

#HOLD ME TIGHT

.16.


brak!!

“ bodoh kalian semua! hanya menculik seorang anak saja kalian gagal! apa ini?! kalian kabur dari bocah bocah SMA yang bahkan gak punya senjata! tolol kalian semua! “

Sekali lagi vas bunga indah di ruangan itu pecah karena di tendang. Tak ada seorangpun yang berani menadahkan kepala mereka saat ini. Jantung berdetak detak kencang, rasa takut melingkupi ruangan dengan pekat. Semuanya hanya bisa berharap, setidaknya mereka bisa mati dengan tubuh yang utuh malam ini.

Pria setengah baya itu menarik pistolnya, mengarahkan senjata pembunuh itu ke arah pria paruh baya lain yang diam dengan pandangan menunduk ke bawah. Berjalan perlahan, ia mendekat lalu dengan tajam menempelkan pistol itu di rahang kepala keluarga Sakusa itu.

Suaranya dalam, ia berkata dengan nada mengancam jiwa; “ anak mu mengacaukan semuanya, apakah dia atau kau yang harus ku bunuh sekarang? “

Ego tinggi nya hilang begitu kata kata itu keluar. Dia langsung bersujud di bawah kaki pria yang ia sebut tuan. Keringat dingin membasahi bajunya, rasa takut itu begitu nyata hingga rasanya seluruh jiwanya akan meninggalkan tubuhnya saat ini juga.

“ tuanku maaf.. anak itu— anak itu memang tidak berguna! Dia seperti ibunya yang bodoh itu! maafkan hamba tuan— maafkan kegagalan hamba mengasuhnya.. ya tuan ku mohon maafkan hamba... ” suaranya gemetar.

Tubuhnya di tendang tanpa ampun hingga dia meringis kesakitan di lantai. Semua manusia yang ada disana langsung bersujud meminta ampunan atas kegagalan mereka malam ini.

“ hanya menculik seorang anak SMA! kegagalan ini membuatku malu! kalian semua memang ingin mati semua hari ini! Atsumu ku.. dia seharusnya sudah disini malam ini! bagaimana bisa kalian orang orang bodoh gagal membawanya! tolol! “

dor!!!

Suata tembakan lepas ke atap, melubangi sedikit namun dampaknya lebih dari sekedar itu. Semua nya berpikir mereka semua akan mati hari ini. Tak ada yang berbicara, semuanya diam sudah rela dengan kematian dari resiko mereka malam ini.

“ dimana dia dibawa? ” tanya nya dingin.

“ yang terakhir disana berkata mereka melarikan diri ke arah rumah Semi Fujirou. ” jawab seorang perempuan dengan balutan baju seksi di tubuhnya.

“ hahahahaha tua bangka munafik itu mencoba ikut campur dengan masalah bawah tanah huh?! Kecoa got itu ingin bermain juga rupanya! Hahahahaha “

“ apakah kita akan langsung mengirimkan orang untuk membuat huru hara disana? ” tanya wanita itu lagi.

“ mereka ingin bermain.. “

Senyum jahat timbul di wajahnya.

“ aku punya ide bagus... mari kita biarkan mereka bermain bersama kita kali ini. Setelahnya— Atsumu ku akan kembali padaku. “


Seorang pria baya dengan seragam dokternya keluar dari ruangan yang sejak tadi tertutup. Melepas maskernya, dokter itu memandang beberapa manusia penuh khawatir disana. Mengangguk dan tersenyum teduh, ia mencoba memberitahu mereka untuk mengambil nafas terlebih dahulu sebelum ia akan menjelaskan semuanya.

“ Pasien baik baik saja saat ini. Kita beruntung peluru itu tak mengenai titik vital dan masih tidak terlalu dalam. Pasien tertidur saat ini, dia akan merasakan pusing yang luar biasa itu karena dia kehilangan banyak darah namun semuanya sudah teratasi dengan baik saat ini. Dia akan makan lebih banyak setelah dia bangun dati tidurnya. ” jelasnya perlahan dengan lembut.

Semua orang yang menunggu akhirnya bisa menghembuskan nafas lega ketika mendengar setiap kata dari dokter itu. Orang tua Bokuto Koutaro akhirnya bisa berdiri dengan rileks mendengar anaknya baik baik saja.

Tuan Semi mengucapkan terimakasih pada dokter itu, lalu pergi mengikutinya untuk membahas sesuatu. Hening sekitaran, orang tua Bokuto Koutaro masuk ke dalam ruangan sementara yang lainnya tetap diam di luar.

“ gue masih pengen nonjok muka mereka anjing! berani nya cuma make senjata dasar pengecut bau tai! ” Suna Rintarou tak lagi bisa menahan emosinya.

“ Memang nya apa yang lo harapkan dari mafia mafia bawah tanah? ” Daichi berkata dengan suara malas.

“ apa yang bakal kita lakuin selanjutnya? ” Ushijima berkata mengarah ke Kiyoomi yang sejak tadi diam melihat pintu ruangan Bokuto yang tertutup.

Gelap wajahnya menjawab pertanyaan, menyelimuti dengan kelam nya makna nan tersirat pasa setiap tusukan tajam dari pandangan mata muram nya. Hanya terlewat takkan abadi, ini pertempuran nya.

Sementara angin ikut menangis bersiur menganggu pohon pohon untuk beristirahat, jiwa murka selalu diterjang menjadi suka. Ketika kau sudah sampai di titik dimana semuanya akan berubah, baru kau akan menyadari bahwa inilah kehidupan yang sesungguhnya.

Musuh sudah membentangkan bendera merahnya dan tanpa ragu ia juga akan mengibarkan bendera perlawanannya lebih tinggi. Ini bukan lagi hanya tentang Miya Atsumu, tapi— juga tentang ibu nya.


“ omi mana? ” suaranya kecil dan penuh rasa sakit.

Iwaizumi menoleh menatap Atsumu yang terlihat begitu rapuh malam ini. Pria manis kekasih sahabat baiknya itu tengah menarik baju nya, menanyakan sesuatu yang sebenarnya tak bisa ia jawab sembarangan.

Wajah manisnya tertutup rasa takut, tak ada lagi senyum manis nan imut yang biasa ia lihat. Tawanya hilang sebab hidupnya bukan lagi bisa dijadikan bahan candaan. Dari rautnya terlihat jelas bahwa dia sedang dalam kondisi tak baik baik saja alias mengenaskan.

Iwaizumi tersenyum teduh, mengigat seseorang yang dikenalnya juga pernah menggunakan ekspresi seperti itu di masa lalu. “ di rumah sakit.. ” jawabnya dengan jujur kemudian

Atsumu diam membuat Iwaizumi sedikit merasa canggung. Ia menggaruk belakang kepalanya, mencoba mengatakan sesuatu tapi ia tak pandai dalam hal ini. Jika saja ia bisa memiliki mulut yang lebih peduli dari pada mulut yang sering mengumpat, ia pasti sudah berhasil menyatakan perasaan pada Oikawa Tooru sejak lama.

“ Dia— maksud ku.. em.. itu— anu teh apa namanya— “

“ Kak Bokuto luka— ” suara Atsumu langsung menghentikannya di saat itu juga.

“ Kak bokuto terluka karena mau nolong kami— nolong aku.. “

Suram tak terbatas, teori akan kondisi kehidupan yang sebenarnya. Terpikir lalu terukir jelas, meninggalkan jejak serta kesan buruk berkepanjangan. Di setiap hembusan nafas, mengalir duka kesedihan mendalam, melukai setiap inci saraf seolah olah membunuh pun bukan sebuah dosa besar. Semangatnya patah, senyumnya pudar, jatuh semakin jauh dalam jurang yang gelap.

Kesedihan melingkupi setiap kenangan, kehilangan diri sendiri bukan sebuah hal buruk yang akan terjadi untuk saat ini. Membawa luka dan rasa kecewa pada diri sendiri, ahh– dia kalah.

“ Jangan pernah berpikir tentang hal buruk yang terjadi, ada kalanya kamu harus sadar bahwa semua ini bukan hanya untuk mu tapi juga untuk orang lain. Kiyoomi ngelakuin ini semua demi kebaikan semua orang, bukan cuma kamu tapi ” ia menekan suaranya “ untuk semua orang. “

Ia menarik nafasnya dalam dalam sebelum melanjutkan; “ Ada sebuah gunung yang harus di dakinya sejak lama, tapi dia gak pernah bisa memulainya dengan baik dari awal. Atsumu— kamu lah orang yang datang untuk membawanya naik dan menemaninya bersama. Susah senang kalian udah janji satu sama lain untuk saling mendukung. Bayangkan kalau masalah menyebalkan ini berhasil di selesaikan. Bukan cuma kamu, tapi semua orang di bumi ini— yang akan dirugikan sama laki laki bajingan ini bakal merasa bersyukur. Luka yang di alami Bokuto bukan apa apa, buktinya dia masih hidup baik baik aja sampai sekarang. Tenangkan dirimu, jangan berpikiran yang enggak enggak ok? sebentar lagi omi mu pulang. “

Iwaizumi tau tak seharusnya ia mengatakan hal itu, namun ia tak tau harus mengatakan apa lagi selain kenyataan. Atsumu tak boleh menjadi seorang yang terus merasa bersalah, dan dia harus segera diselamatkan segera dari jurang yang gelap.

Atsumu bengong, memandang punggung atletis Iwaizumi. Ia merasa di tampar kenyataan begitu memdengar jawaban blak-blakan pria itu. Senyumnya terbit secerah matahari di pagi yang mendung namun hangat terhirup aroma musim semi.

“ kamu benar— maaf aku hampir tolol karena ini semua. ” ujarnya sedikit tertawa.

Iwaizumi berbalik lagi, memandang Atsumu agak kaget. “ tidurlah, nanti kalau Kiyoomi udah balik dia bakal langsung ke sini. Bahaya masih ngincar kita meskipun kita udah disini, kita gak tau pergerakan apalagi yang akam dilakuin sama orang orang tolol itu. Istirahat, kalau memungkinkan besok kita masih bisa berangkat sekolah. ” ia mencoba menghibur meski masih terdengar canggung.

“ aku gak pernah ngasih tau ini ke siapapun— tapi samar samar aku bisa tau identitas tua bangka itu. “

Angin berdesir, mengangkat sebuah kesuraman yang tadinya sudah hilang. Iwaizumi bisa merasakan sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi saat ini. Pendengarannya baik, ia bisa mendengar sesuatu yang bisa mengancam jiwa mereka saat ini juga.

Ia berlari ke arah Atsumu melindunginya sebelum pada detik selanjutnya terdengar ledakan kuat memekakkan telinga memberikan alarm kuat yang menaklukan segala persiapan. Suara tembakan bergema di seluruh penjuru. Kaca kaca pecah, bangunan yang terkena ledakan di belakang mulai terbakar.

“ Sialan! ” Iwaizumi mengumpat.

Menggendong Atsumu setelah mengucapkan permintaan maaf pada Kiyoomi karena menyentuh milik pria itu. Persetan, ini saat saat genting, kalau yang di gendongan nya mati ia akan lebih dari sekedar tamat kemudian.

“ Ke ruangan bawah! ” Izuna berteriak ke arah Iwaizumi yang sudah siap keluar dari ruangan sebelumnya.

“ bajingan yang penis nya sekecil kaleng sarden itu bener bener gak kenal takut! emang tolol! ” keluar lagi umpatan kesal dari mulutnya.

“ Kita masih bocah bocah kurang pengalaman, jangan cari gara gara dulu ayo ikuti arahan Tuan Ushijima! kita bukan lawan mereka! ” ujar Motoya yang juga ikut berlari sembari mengenggam tangan Izuna kekasihnya.

“ kesini! ” Tuan Ushijima berteriak menuntun mereka masuk ke sebuah lemari yang ketika mereka memasukinya ternyata sebuah ruangan dengan pintu lain yang mengarah ke ruangan bawah tanah.

Atsumu bernafas tak normal, pikirannya tertuju pada Kiyoomi nya. “ Omi! Omi!! Kak Iwaizumi Omi!!! ” teriaknya sedikit memberontak di gendongan Iwaizumi.

“ Dia baik baik aja, mereka masih di jalan! jangan khawatir! Kiyoomi gak selemah itu! ” Iwaizumi menimpali.

Mereka terus berlari, ada lorong yang sudah disiapkan entah sejak kapan. Tuan Ushijima membimbing mereka, berlari terus berlari seperti tanpa ujung sama sekali. Terengah engah nafas mereka, namun tak ada satupun yang mau berhenti meski hanya untuk sekedar menoleh ke belakang.

Suara tembakan hilang sedikit demi sedikit, Atsumu menghitung secara asal kalau mungkin saja mereka sudah berlari sekitar setengah jam lebih sebelum akhirnya mereka semua kelelahan dan berhenti.

“ sepanjang— hahhh.. ini sepanjang apa hahh.. hahh.. hahh ” menyeka keringatnya sebelum melanjutkan “ sepanjang apa ini sebenarnya, kemana kita?! ” Iwaizumi semakim terlihat garang.

Tuan Ushijima sudah tua, namun fisik nya masih sangat kuat. Meski begitu, pria paruh baya itu sudah sangat kelelahan sampai terduduk di lantai berbatu tua yang sedari tadi mereka jalani.

“ ini mengarah ke arah lain, ayo berjuang lebih lagi— kita sampai ke luar sebentar lagi ada persembunyian kecil yang sudah saya dan Tuan Semi siapkan. Kalian anak anak muda jangan mudah kelelahan! hidup lebih tua lagi baru kalian bakal tau kalau kehidupan tak seindah itu untuk dijalani jadi siapkan mental dan fisik kalian sekarang. ” ucapnya masih agak terengah engah.

Iwaizumi menoleh ke belakang, mengerutkan kening heran. “ Dari mana mereka tau Atsumu di rumah Tuan Semi? ” Iwaizumi tiba dengan sebuah pemikiran.

“ ada pengkhianat di antara kita! bajingan itu pasti orang penting di keluarga Semi sampai bisa mengakses masuk musuh ke kediaman Semi. ” Tuan Ushijima menjawab tanoa ragu.

“ Siapa? ” Motoya bertanya.

“ Sekertaris pribadi Nyonya Semi, Akari Hideki... perempuan itu musuh dalam selimut. Kami hampir berhasil mengungkap identitas orang dibalik semua ini, tapi berkas berkas yang kami kumpulkan hilang lenyap gitu aja dan setelah kami selidiki ternyata perempuan jalang itu menghilangkannya. ” jawab Tuan Ushijima tanoa ragu.

“ apa dia perempuan berambut pirang dan memiliki tahi lalat di bawah mata kanan nya? ” Atsumu tiba tiba berkata.

Tuan Ushijima menoleh ke arahnya, kemudian mengangguk; “ ya, itu dia. Dia di taruh sebagai mata mata untuk keluarga Semi pada awalnya. Teori ku, kemungkinan dia sendiri awalnya gak tau kalau kami akan menyelamatkan mu. lalu setelah dia tau, dia memberitahukan semuanya pada bos aslinya.. sialan! “

“ kemungkinan besar dia tau jalan rahasia ini?! ” Motoya berujar.

Tuan Ushijima langsung menggeleng; “ Kalian bisa tenang, jalan ini hanya aku, Tuan Semi, dan Kiyoomi yang mengetahuinya. Kunci nya juga hanya kami bertiga yang tahu.

Semuanya langsung menghela nafas lega, sebelum suara Atsumu langsung menghantam mereka ketika ia berkata; “ Aku sedikit samar bisa menebak identitas sebenarnya dari tua bangka itu. Saat bekerja di club, ada sesuatu yang akhirnya ku pikirkan dan kurasa itu agak aneh. Kupikir itu cuma khayalan ku, tapi... orang itu seperti bukan manusia. Ada kalanya dia dingin sekali, namun ada kalanya dia hangat sampai membuatku takut. Dia selalu menggunakan topi coboy yang menutupi matanya, jadi aku gak pernah bener bener liat wajahnya tapi— pernah sekali aku ngeliat wajahnya sekilah secara utuh dan setelah ku ingat ingat sedikit... aku seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat. “

“ Dia.. dia seperti seseorang yang pernah dikenal— “

Perasaan takut itu nyata terasa. Merinding menyelimuti seluruh tubuhnya, hingga tiba tiba sebuah wajah terlintas membuatnya terlonjak.

” Akihiko Toneri... itu nama asliku sayang ku.. “


Matanya terbuka perlahan, kepalanya terasa pusing sampai bergerak sedikit saja bisa menjatuhkannya kembali ke jurang gelap terdalam. Memgerjap tuk biaskan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya.

Suara suara tertahan menyadarkannya lebih jauh. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, yang dilihatnya bukan lagi lorong yang awalnya mereka lewati untuk lari, namun sebuah ruangan dimana mereka berlima sudah diikat disana.

“ Atsumu! ” suara Iwaizumi membangunkannya lagi dan lagi.

“ Oh sayang ku udah bangun.. ” suara menyebalkan bak mimpi buruk di siang bolong itu membuatnya menoleh dengan kesal. Ia tau sekarang, mereka tertangkap dengan konyol.

Akihiko Toneri memang bukan manusia biasa. Sedari dulu harusnya mereka sadari kalau lawan mereka ini bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng kehadirannya. Bagaimana dia bisa berdiri kuat di lumpur hisap, sementara semua musuh nya sudah dengan siap untuk memenggal kepalanya. Dia bisa berlari kesana kemari dengan mudahnya, jadi tak usah heran dengan bagaimana cara dia akhirnya bisa menangkap mereka.

“ kau bajingan! ” Tuan Ushijima yang tengah diikat berteriak.

Akihiko Toneri hanya tertawa sinis, sebelum anak buahnya menendang perut Tuan Ushijima dengan sangat kuat hingga pria paruh baya itu berteriak kesakitan namun tetap mengumpati Akihiko dengan kata kata jahat tanpa ampun.

“ Kau hanya bisa mengumpat, selama ini jabatan mu bukan apa apa untuk ku bahkan kau tidak pernah bisa berhasil menangkapku hingga saat ini. Ushijima Hatoru... kau dan anggota mu sungguh hal terkonyol yang pernah kutahu. Sekarang kau ada di tanganku, bagaimana kalau kita bermain main sedikit? ayo kita lihat apakah mulut sampah yang hanya bisa mengeluarkan kata kata kotor milik mu itu, masih bisa bersuara setelah semua hal yang menarik ini. ” suaranya dingin dan mencengkam.

“ bawa itu kemari.. ” ujarnya kemudian seorang pengawal bertubuh besar membawa sebuah bara yang sudah terbakar, mendekatkan ke arah kaki Tuan Ushjima untuk membakarnya hingga Tuan Ushijima berteriak kesakitan.

Atsumu langsung merasa takut, ia ingin berlari menyelamatkan Tuan Ushijima namum ia terikat jadi hanya bisa keluarkan air mata. “ hentikan... “

Akihiko Toneri mendengar suara pelan nya, menoleh dengan senyuman lalu mengangkat tangannya untuk menghentikan pengawalnya. “ Kesayanganku mengatakan sesuatu, bisakan aku mendengarnya lagi? tua bangka tak berguna ini menjerit seperti anjing yang akan di potong lehernya.. maafkan aku sayangku, aku tidak mendengarmu. “

Bagaimapun positif nya ia awalnya berpikir, ketika dihadapkan pada sebuah tendangan fakta lain yang lebih kuat jelas ia ketakutan setengah mati. Ia tidak ingin memangis, namun ia menangis. Ia ingin lebih kuat, namun tubuhnya tak semampu iti untuk menjadi kuat.

Sebuah perasaan dimana, keinginan yang tak terpenuhi tidak akan mati. Terkubur hidup hidup di bawah tekanan membuatnya menjadi kapuk yang akhirnya keluar dari cangkang buahnya. Tak bisa kemana mana, pada akhirnya kalau tidak jatuh dan basah di tanah lalu diinjak injak, paling mending ia akan terbang kesana kemari dengan angin lalu terpikat dan bernyayi riang sebelum akan jatuh lagi.

Ketika semua kemarahan sudah terkumpul, namun bahkan sebuah teriakan pun tak lagi mampu di keluarkan. Kemana kenangan itu pergi? kepala nya kosong.. kenapa ia lahir?

'Ayah.. Ibu.. Osamu... aku tidak bisa lebih jauh lagi, apakah pengorbanan konyol ini cukup untuk semuanya?'

'omi... sayang ku.. maafin atsumu ya.. aku gak lagi pantas untuk mu, jangan ragu untuk berpaling ke yang lebih baik... sungguh aku mencintaimu lebih dari apapun.'

“ ayo buat kesepakatan.. ” ucapnya dingin.

Tua bangka itu mendekat, berjongkok di depan Atsumu yang menangis tanpa suara. “ apa itu? “

” ambil aku.. tapi kumohon lepaskan mereka semua dengan selamat ke rumah mereka masing masing.. aku– “

“ Atsumu! ” Motoya dan Iwaizumi berteriak mencoba menyadarkannya namun ini keputusan baik satu satunya yang bisa ia pikirkan saat ini.

“ anak bodoh! Jangan gegabah! Kau pikir kenapa aku menerima pukulan dan ini semua! jangan katakan apapun! ” Tuan Ushijima berkata sungguh sungguh sembari menahan sakit.

Ia tak mengatakan apa apa selama beberapa saat..

” tolong bilang ke omi.. aku minta maaf.. aku sangat— sangat mencintai dia. Tolong— tolong untuk berhenti, ini keputusan akhirku.. AKU GAK MAU LAGI KALIAN SEMUA NGALAMIN HAL HAL GAK MENGENAKKAN SEPERTI INI!!! Aku— aku mau kalian hidup baik baik aja... tolong... tolong bilang ke omi... aku minta maaf... “

Akihiko mencengkram pipinya tiba tiba, memandangnya sendu lalu tiba tiba berkata;

” Izumi... “

Mata Atsumu membola lebar ketika mendengarnya.. mengapa?? mengapa ibunya?

#HOLD ME TIGHT

.15.


Penuh canda tawa serta raut wajah bahagia ketika bel tanda istirahat akhirnya berbunyi. Suasana ramai murid murid berjalan bersama angin dan cerita cerita yang keluar dari mereka. Hangat cuaca mendingin sesekali kala angin berhembus belai kulit. Pohon pohon bergerak mengikuti tarian angin kesana kemari.

Berderik semak semak dan bunga sakura jatuh berguguran kelopak nya. Menyinari indah hijauan berkilau bersama semangat berkobar dari atlet atlet yang sedang berlatih penuh peluh keringat di lapangan. Sorai sorai pendukung memenuhi memekakkan telinga. Semarak bernada juang bersama indah nya masa masa akhir di SMA.

Mencetak satu gol baru, sebuah boleh melesat menabrak pembatas kemudian terdengar kembali teriakan dan sanjungan atas keberhasilannya. Tak ada yang tak jatuh hati melihatnya. Wajah tampan, putih bersih, rambut tebal juga alis yang tajam dan menawan, tinggi semampai tak lupa otot otot indah di lengan dan betisnya membuat seluruh mata terpana. Gambaran sempurna, namun yang sempurna itu hanya melirik pria manis dengan rambut blonde bersinar namun penampilannya sederhana.

Keindahan yang tercipta, bak bait pelangi dihitung satu demi satu tuk dapatkan kata kata indah, menelaah setiap inci hati yang tergores hingga berdarah merah. Cerah matanya bersinar, bersama angin semilir berhembus terbangkan setiap helai rambut emas gambarkan keindahan tak manusiawi. Senyumnya indah runtuhkan segala kuasa hingga kakinya tak mampu berdiri dengan kuat lagi.

'priiitttt!!'

“ Istirahat satu jam! jangan lupa pendinginan sebelum keliaran kemana mana. ” ujar pelatih ukai yang duduk di kursinya dengan agak malas.

Tak peduli teriakan teriakan di sekitar mereka, kakinya melangkah tanpa ragu ke arah pelita hidupnya kemudian memeluknya erat. Atsumu tertawa geli ketika Kiyoomi dengan tanpa malu mengusak-usakkan hidungnya di leher Atsumu.

Wangi musim gugur kekasihnya ini selalu berhasil menenangkannya tanpa banyak kata. Setiap hari tak pernah habis kata kata tuk ungkapkan segala rasa cinta nan membumbung setinggi angkasa luas. Segala ketenangan dan kebahagiaan hadir ketika kehangatan pelukannya datang menghampiri, membuatnya lupa daratan.

Deretan mata memandang, ada yang iri, sebal, kesal, merasa itu menggemaskan, dan ada yang hanya tersenyum bahagia ketika melihat harimau ganas itu terlihat bahagia dengan rubah manisnya yang imut dan menggemaskan.

Indah tuk diresapi. tak peduli pandangan mereka seperti apa, cinta mereka berdua menguar ciptakan rasa manis dari embun embun putih beralun merdu. Cinta telah berubah menjadi celah bayangan, tak tersentuh namun indah terbayang melalui cahaya.

“ ayo makan ” ajaknya lembut

Kiyoomi melepaskan pelukanya, tak lupa berikan kecupan sayang di kening kesayangannya menimbulkan teriakan gemas dari beberapa orang disana. Atsumu langsung memerah malu. Ini bukan hal yang biasa dilakukan Kiyoomi padanya, bahkan jika sedang dirumah akan ada hal lebih yang dilakukan pria itu padanya hingga ia pingsan dan kelelahan.

Kiyoomi membawanya duduk di salah satu kursi penonton. Sementara ia membuka bekal mereka, Kiyoomi melakukan pendinginan tuk rileks kan otot ototnya karena sejak tadi tanpa henti berlarian dan melompat.

“ kamu jadi main? ” tanya nya pelan.

Kiyoomi tiduran di lantai sembari meregangkan tubuhnya mengangguk atas pertanyaan rubah manisnya. “ nanti pulang sekolah langsung kesini lagi. Jangan pulang sama siapapun, ajak Motoya buat nganter kamu kesini. ” lanjutnya.

Atsumu mengangguk memahami perilaku Kiyoomi yang sangat mengaturnya dalam urusan ini. Ia tak ingin membuat pria ini khawatir dan tak ingin merepotkan pria ini lebih jauh lagi jadi hanya bisa terus mengikutinya. Biarlah dibilang anak ayam atau apapun, selama Kiyoomi baik baik saja ia takkan peduli dengan apapun.

Selain menjaga dirinya sendiri, ia juga harus menjaga Kiyoomi dari hal hal yang tidak perlu. Meskipun Kiyoomi juga kuat, tapi itu tak menutup kemungkinan untuk musuh masuk dan mengacaukan segalanya. Sesuatu yang tak perlu itu tak seharusnya masuk dan mrngacaukan kehidupannya. Berjanji pada dirinya sendiri dan dunia, bahwa takkan ada satupun ujung jari yang bisa menyakiti Kiyoomi nya.

“ anak baru tadi buat aku gak nyaman. ” ujarnya pelan.

Kiyoomi saat ini tengah duduk meluruskan kakinya. Menoleh ketika Atsumu berkata dengan nada tidak suka. Mendengar itu Kiyoomi senyuman miring nan angkuh terbit di wajah tampan nya.

“ um? “

“ matanya terlalu nyebelin, tsumu gak suka tapi dia gitu terus. ” bibirnya manyun lucu membuat Kiyoomi gemas ingin menelan nya hidup hidup.

“ diemin dulu... “

Berdesir riuh angin menyiapkan perlahan. Kiyoomi berdiri, tegap tubuhnya dengan bayangan melingkupi Atsumu kemudian berjongkok di depan manisnya. Tangannya terulur elus area pipi gembulnya, dengan senyuman manis ia melanjutkan; “ kita main nya harus lebih rapi. “

Atsumu memiringkan kepalanya bingung. Ia tau Kiyoomi lebih berbahaya dari yang ia kira, namun aura kekasihnya saat ini berbeda dari biasanya. Tiba tiba perasaan takut akan sesuatu muncul membuatnya mundur sedikit. Kiyoomi menyadarinya, memegang pergelangan tangan Atsumu pria itu menahannya dengan lembut.

Jelaga kelam nya indah menawan, tanpa takut arah gelapnya tiba tiba bersinar seolah olah tergantikan oleh sesuatu yang mengerikan.

“ Atsumu ku sayang.. kamu milik ku paham? “

Mendegar itu rasa takut dalam dirinya tiba tiba menghilang begitu saja tanpa sisa. Seolah olah di hipnotis sesuatu, ia menatap Kiyoomi dengan tatapan merayu. Senyuman nya manis, mrngaitkan erat jemarin mereka ingin rasanya cium bibir pria ini sekarang namun urung karena masih sadar tempat.

“ aku milik mu, sampai mati milik mu. “


Sedikit pikiran tanpa meluka, ketika angin dengan lembut menyapa dalam arahan suasana khidmat. Mendengarkan penjelasan guru didepan, tangannya mencatat setiap bait penting tuk jadikan bekal kehidupan di masa mendatang namun kepalanya berpikir ke arah lain yang salah.

Perasaan takut itu hinggap membuat tak nyaman. Dengan sebingkai noda paling menyayat, memukul setiap saraf hingga sulit bahkan hanya untuk bernafas. Peluh keringat membasahi tangan, tak lagi fokus pikirannya melayang. Suasana hening, kepalanya berdengung perih.

Darah...

Tubuh yang dingin...

Rumah yang terbakar tiba tiba tanpa penyebab...

Tangisan...

Setitik kehidupan fana...

Menakutkan... sungguh menakutkan..

Merayap dalam sebuah ruangan gelap, nafas beradu jadi satu ciptakan rasa sendu. Baru tadi rasanya baik baik saja, namun sekarang suasana nya berubah. Setitik cahaya muncul, memberikan semangat hidup baru. Berlari terus berlari, hingga muncul sebuah tangan.

Terkesiap, nafasnya terengah – engah. Matanya menatap lekat pada atap atap putih, menoleh kesana kemari temuka Kiyoomi nya ada disana dengan raut wajah khawatir. Kepalanya berdengung ngilu, tiba tiba ia mengangkat tangannya terkesiap ketakutan. Menyingkir dari Kiyoomi yang mencoba untuk memeluknya.

Ia berteriak ketakutan, terasa seperti darahnya berdesir mendidih panas. Tubuhnya terus mundur menatap takut pada Kiyoomi yang wajahnya terlihat khawatir. Ia ingin berhenti berteriak, namun sebuah suara seakan-akan muncul dan berimajinasi sendiri di kepalanya.

” aahhh!! Pergi! Pergi kau pergii!!! “

Tangisnya pecah merudung pilu diantara orang orang yang berdiri disana dengan takut dan sedih. Menyebalkan— ia tak pernah serapuh ini sebelumnya. Kali ini otaknya seolah olah bekerja sama dengan iblis untuk berikan obat yang membuatnya mengamuk sedemikian rupa hingga menendang perut Kiyoomi.

Pria itu tak berteriak marah, sebaliknya dengan lembut membawa Atsumu ke dalam pelukannya yang hangat. Pria manisnya menangis mencoba memberontak, meskipun pada akhirnya tenang dan mulai diam. Suara isakannya terdengar pilu, tangannya gemetar hebat, kepalanya terasa pusing, tapi aroma lembut dan menenangkan Kiyoomi berhasil perlahan – lahan menenangkannya.

Waktu berlalu, berjalan bersama putaran jarum jam tuk ubah detik ke menit lalu ke jam. Kiyoomi tak banyak bicara, duduk dengan santai tuk buat Atsumu merasa bahwa si manis masih memiliki rumah yang aman dan nyaman tuk ia pulang.

Kiyoomi bernyanyi pelan. Menghantarkan sebuah melodi yang tak pernah di dengar siapapun. Tangannya dengan lembut mengelus surai emas sang kekasih. Menumpu pilu berkepanjangan, ia terus lantunkan melodi indah yang entah apa jelas maksud liriknya.

'aku ada di sebuah hutan nan hijau'

'kulihat berlari rusa rusa cantik dan indah'

'terbawa suasana, cintaku mengembara membawa bahagia'

'apa itu?'

'oh.. itu Atsumu ku..'

'dia datang san menari di tengah tengah rusa'

'Atsumu ku Atsumu ku..'

'kamu begitu indah dengan kulit mu yang bersinar'

'namun setetes air mata jatuh.. itu membuatku sedih hingga terasa mati.'

'Atsumu ku Atsumu..'

'jangan menangis lagi indah ku..'

'tak akan ada yang berani menyakitimu sayang ku..'

'Atsumu ku Atsumu..'

'tersenyumlah sayang ku..'

'aku disini bersama mu...'


“ Bagaimana dia? “

Dentingan peralatan makan bising menghiasi telinga. Bukan kehangatan nyata, hanya kehangatan yang hadir dari paksaan beruntun membuat celah di meja makan terlihat begitu semu dan sendu.

“ Biasa aja, gak ada yang spesial. ” jawab sang putri dengan acuh tak acuh.

Gelas di dorong kam setelah diisi penuh. Wanita setengah baya itu tersenyum miring, kembali memotong daging di piringnya dengan elegan namun malah terlihat seperti orang bodoh. Rambut hitamnta di gulung bak nyonya tua di rumah megah. Beberapa emas menyinari tangannya yang mulai agak keriput.

“ ingat rencana kita.. jangan biarkan Kiyoomi di— “

'brakk!!'

Gebrakan meja terdengar membuat kaget seluruh pelayan yang masih berdiri di sana.

“ aku kenyang “

“ kau selalu seperti itu ketika kita mulai membahas anak mu yang kurang ajar sudah membuang mu itu! sampai kapan kau akan sadar bahwa dia takkan pernah menyayangimu sebagai ayah! kau menyakitinya tanpa ampun sejak kecil, tapi akhir akhir ini kau selalu marah dengan rencana kita! Apa mau mu hah?!! ” suaranya tinggi berhasil membuat pria paruh baya itu berbalik menatapnya tajam.

Mereka saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah. Emosi membumbung membuat meja makan dengan kehangatan palsu itu terasa semakin dingin dan mencengkam.

” kalian selalu bertengkar tentang hal yang tidak perlu... “

Seluruh manusia disana langsung berlutu mendengar suara tanpa nada itu...

#HOLD ME TIGHT

.15.


Penuh canda tawa serta raut wajah bahagia ketika bel tanda istirahat akhirnya berbunyi. Suasana ramai murid murid berjalan bersama angin dan cerita cerita yang keluar dari mereka. Hangat cuaca mendingin sesekali kala angin berhembus belai kulit. Pohon pohon bergerak mengikuti tarian angin kesana kemari.

Berderik semak semak dan bunga sakura jatuh berguguran kelopak nya. Menyinari indah hijauan berkilau bersama semangat berkobar dari atlet atlet yang sedang berlatih penuh peluh keringat di lapangan. Sorai sorai pendukung memenuhi memekakkan telinga. Semarak bernada juang bersama indah nya masa masa akhir di SMA.

Mencetak satu gol baru, sebuah boleh melesat menabrak pembatas kemudian terdengar kembali teriakan dan sanjungan atas keberhasilannya. Tak ada yang tak jatuh hati melihatnya. Wajah tampan, putih bersih, rambut tebal juga alis yang tajam dan menawan, tinggi semampai tak lupa otot otot indah di lengan dan betisnya membuat seluruh mata terpana. Gambaran sempurna, namun yang sempurna itu hanya melirik pria manis dengan rambut blonde bersinar namun penampilannya sederhana.

Keindahan yang tercipta, bak bait pelangi dihitung satu demi satu tuk dapatkan kata kata indah, menelaah setiap inci hati yang tergores hingga berdarah merah. Cerah matanya bersinar, bersama angin semilir berhembus terbangkan setiap helai rambut emas gambarkan keindahan tak manusiawi. Senyumnya indah runtuhkan segala kuasa hingga kakinya tak mampu berdiri dengan kuat lagi.

'priiitttt!!'

“ Istirahat satu jam! jangan lupa pendinginan sebelum keliaran kemana mana. ” ujar pelatih ukai yang duduk di kursinya dengan agak malas.

Tak peduli teriakan teriakan di sekitar mereka, kakinya melangkah tanpa ragu ke arah pelita hidupnya kemudian memeluknya erat. Atsumu tertawa geli ketika Kiyoomi dengan tanpa malu mengusak-usakkan hidungnya di leher Atsumu.

Wangi musim gugur kekasihnya ini selalu berhasil menenangkannya tanpa banyak kata. Setiap hari tak pernah habis kata kata tuk ungkapkan segala rasa cinta nan membumbung setinggi angkasa luas. Segala ketenangan dan kebahagiaan hadir ketika kehangatan pelukannya datang menghampiri, membuatnya lupa daratan.

Deretan mata memandang, ada yang iri, sebal, kesal, merasa itu menggemaskan, dan ada yang hanya tersenyum bahagia ketika melihat harimau ganas itu terlihat bahagia dengan rubah manisnya yang imut dan menggemaskan.

Indah tuk diresapi. tak peduli pandangan mereka seperti apa, cinta mereka berdua menguar ciptakan rasa manis dari embun embun putih beralun merdu. Cinta telah berubah menjadi celah bayangan, tak tersentuh namun indah terbayang melalui cahaya.

“ ayo makan ” ajaknya lembut

Kiyoomi melepaskan pelukanya, tak lupa berikan kecupan sayang di kening kesayangannya menimbulkan teriakan gemas dari beberapa orang disana. Atsumu langsung memerah malu. Ini bukan hal yang biasa dilakukan Kiyoomi padanya, bahkan jika sedang dirumah akan ada hal lebih yang dilakukan pria itu padanya hingga ia pingsan dan kelelahan.

Kiyoomi membawanya duduk di salah satu kursi penonton. Sementara ia membuka bekal mereka, Kiyoomi melakukan pendinginan tuk rileks kan otot ototnya karena sejak tadi tanpa henti berlarian dan melompat.

“ kamu jadi main? ” tanya nya pelan.

Kiyoomi tiduran di lantai sembari meregangkan tubuhnya mengangguk atas pertanyaan rubah manisnya. “ nanti pulang sekolah langsung kesini lagi. Jangan pulang sama siapapun, ajak Motoya buat nganter kamu kesini. ” lanjutnya.

Atsumu mengangguk memahami perilaku Kiyoomi yang sangat mengaturnya dalam urusan ini. Ia tak ingin membuat pria ini khawatir dan tak ingin merepotkan pria ini lebih jauh lagi jadi hanya bisa terus mengikutinya. Biarlah dibilang anak ayam atau apapun, selama Kiyoomi baik baik saja ia takkan peduli dengan apapun.

Selain menjaga dirinya sendiri, ia juga harus menjaga Kiyoomi dari hal hal yang tidak perlu. Meskipun Kiyoomi juga kuat, tapi itu tak menutup kemungkinan untuk musuh masuk dan mengacaukan segalanya. Sesuatu yang tak perlu itu tak seharusnya masuk dan mrngacaukan kehidupannya. Berjanji pada dirinya sendiri dan dunia, bahwa takkan ada satupun ujung jari yang bisa menyakiti Kiyoomi nya.

“ anak baru tadi buat aku gak nyaman. ” ujarnya pelan.

Kiyoomi saat ini tengah duduk meluruskan kakinya. Menoleh ketika Atsumu berkata dengan nada tidak suka. Mendengar itu Kiyoomi senyuman miring nan angkuh terbit di wajah tampan nya.

“ um? “

“ matanya terlalu nyebelin, tsumu gak suka tapi dia gitu terus. ” bibirnya manyun lucu membuat Kiyoomi gemas ingin menelan nya hidup hidup.

“ diemin dulu... “

Berdesir riuh angin menyiapkan perlahan. Kiyoomi berdiri, tegap tubuhnya dengan bayangan melingkupi Atsumu kemudian berjongkok di depan manisnya. Tangannya terulur elus area pipi gembulnya, dengan senyuman manis ia melanjutkan; “ kita main nya harus lebih rapi. “

Atsumu memiringkan kepalanya bingung. Ia tau Kiyoomi lebih berbahaya dari yang ia kira, namun aura kekasihnya saat ini berbeda dari biasanya. Tiba tiba perasaan takut akan sesuatu muncul membuatnya mundur sedikit. Kiyoomi menyadarinya, memegang pergelangan tangan Atsumu pria itu menahannya dengan lembut.

Jelaga kelam nya indah menawan, tanpa takut arah gelapnya tiba tiba bersinar seolah olah tergantikan oleh sesuatu yang mengerikan.

“ Atsumu ku sayang.. kamu milik ku paham? “

Mendegar itu rasa takut dalam dirinya tiba tiba menghilang begitu saja tanpa sisa. Seolah olah di hipnotis sesuatu, ia menatap Kiyoomi dengan tatapan merayu. Senyuman nya manis, mrngaitkan erat jemarin mereka ingin rasanya cium bibir pria ini sekarang namun urung karena masih sadar tempat.

“ aku milik mu, sampai mati milik mu. “


Sedikit pikiran tanpa meluka, ketika angin dengan lembut menyapa dalam arahan suasana khidmat. Mendengarkan penjelasan guru didepan, tangannya mencatat setiap bait penting tuk jadikan bekal kehidupan di masa mendatang namun kepalanya berpikir ke arah lain yang salah.

Perasaan takut itu hinggap membuat tak nyaman. Dengan sebingkai noda paling menyayat, memukul setiap saraf hingga sulit bahkan hanya untuk bernafas. Peluh keringat membasahi tangan, tak lagi fokus pikirannya melayang. Suasana hening, kepalanya berdengung perih.

Darah...

Tubuh yang dingin...

Rumah yang terbakar tiba tiba tanpa penyebab...

Tangisan...

Setitik kehidupan fana...

Menakutkan... sungguh menakutkan..

Merayap dalam sebuah ruangan gelap, nafas beradu jadi satu ciptakan rasa sendu. Baru tadi rasanya baik baik saja, namun sekarang suasana nya berubah. Setitik cahaya muncul, memberikan semangat hidup baru. Berlari terus berlari, hingga muncul sebuah tangan.

Terkesiap, nafasnya terengah – engah. Matanya menatap lekat pada atap atap putih, menoleh kesana kemari temuka Kiyoomi nya ada disana dengan raut wajah khawatir. Kepalanya berdengung ngilu, tiba tiba ia mengangkat tangannya terkesiap ketakutan. Menyingkir dari Kiyoomi yang mencoba untuk memeluknya.

Ia berteriak ketakutan, terasa seperti darahnya berdesir mendidih panas. Tubuhnya terus mundur menatap takut pada Kiyoomi yang wajahnya terlihat khawatir. Ia ingin berhenti berteriak, namun sebuah suara seakan-akan muncul dan berimajinasi sendiri di kepalanya.

” aahhh!! Pergi! Pergi kau pergii!!! “

Tangisnya pecah merudung pilu diantara orang orang yang berdiri disana dengan takut dan sedih. Menyebalkan— ia tak pernah serapuh ini sebelumnya. Kali ini otaknya seolah olah bekerja sama dengan iblis untuk berikan obat yang membuatnya mengamuk sedemikian rupa hingga menendang perut Kiyoomi.

Pria itu tak berteriak marah, sebaliknya dengan lembut membawa Atsumu ke dalam pelukannya yang hangat. Pria manisnya menangis mencoba memberontak, meskipun pada akhirnya tenang dan mulai diam. Suara isakannya terdengar pilu, tangannya gemetar hebat, kepalanya terasa pusing, tapi aroma lembut dan menenangkan Kiyoomi berhasil perlahan – lahan menenangkannya.

Waktu berlalu, berjalan bersama putaran jarum jam tuk ubah detik ke menit lalu ke jam. Kiyoomi tak banyak bicara, duduk dengan santai tuk buat Atsumu merasa bahwa si manis masih memiliki rumah yang aman dan nyaman tuk ia pulang.

Kiyoomi bernyanyi pelan. Menghantarkan sebuah melodi yang tak pernah di dengar siapapun. Tangannya dengan lembut mengelus surai emas sang kekasih. Menumpu pilu berkepanjangan, ia terus lantunkan melodi indah yang entah apa jelas maksud liriknya.

'aku ada di sebuah hutan nan hijau'

'kulihat berlari rusa rusa cantik dan indah'

'terbawa suasana, cintaku mengembara membawa bahagia'

'apa itu?'

'oh.. itu Atsumu ku..'

'dia datang san menari di tengah tengah rusa'

'Atsumu ku Atsumu ku..'

'kamu begitu indah dengan kulit mu yang bersinar'

'namun setetes air mata jatuh.. itu membuatku sedih hingga terasa mati.'

'Atsumu ku Atsumu..'

'jangan menangis lagi indah ku..'

'tak akan ada yang berani menyakitimu sayang ku..'

'Atsumu ku Atsumu..'

'tersenyumlah sayang ku..'

'aku disini bersama mu...'


“ Bagaimana dia? “

Dentingan peralatan makan bising menghiasi telinga. Bukan kehangatan nyata, hanya kehangatan yang hadir dari paksaan beruntun membuat celah di meja makan terlihat begitu semu dan sendu.

“ Biasa aja, gak ada yang spesial. ” jawab sang putri dengan acuh tak acuh.

Gelas di dorong kam setelah diisi penuh. Wanita setengah baya itu tersenyum miring, kembali memotong daging di piringnya dengan elegan namun malah terlihat seperti orang bodoh. Rambut hitamnta di gulung bak nyonya tua di rumah megah. Beberapa emas menyinari tangannya yang mulai agak keriput.

“ ingat rencana kita.. jangan biarkan Kiyoomi di— “

'brakk!!'

Gebrakan meja terdengar membuat kaget seluruh pelayan yang masih berdiri di sana.

“ aku kenyang “

“ kau selalu seperti itu ketika kita mulai membahas anak mu yang kurang ajar sudah membuang mu itu! sampai kapan kau akan sadar bahwa dia takkan pernah menyayangimu sebagai ayah! kau menyakitinya tanpa ampun sejak kecil, tapi akhir akhir ini kau selalu marah dengan rencana kita! Apa mau mu hah?!! ” suaranya tinggi berhasil membuat pria paruh baya itu berbalik menatapnya tajam.

Mereka saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah. Emosi membumbung membuat meja makan dengan kehangatan palsu itu terasa semakin dingin dan mencengkam.

” kalian selalu bertengkar tentang hal yang tidak perlu... “

Seluruh manusia disana langsung berlutu mendengar suara tanpa nada itu...

#HOLD ME TIGHT

.15.


Penuh canda tawa serta raut wajah bahagia ketika bel tanda istirahat akhirnya berbunyi. Suasana ramai murid murid berjalan bersama angin dan cerita cerita yang keluar dari mereka. Hangat cuaca mendingin sesekali kala angin berhembus belai kulit. Pohon pohon bergerak mengikuti tarian angin kesana kemari.

Berderik semak semak dan bunga sakura jatuh berguguran kelopak nya. Menyinari indah hijauan berkilau bersama semangat berkobar dari atlet atlet yang sedang berlatih penuh peluh keringat di lapangan. Sorai sorai pendukung memenuhi memekakkan telinga. Semarak bernada juang bersama indah nya masa masa akhir di SMA.

Mencetak satu gol baru, sebuah boleh melesat menabrak pembatas kemudian terdengar kembali teriakan dan sanjungan atas keberhasilannya. Tak ada yang tak jatuh hati melihatnya. Wajah tampan, putih bersih, rambut tebal juga alis yang tajam dan menawan, tinggi semampai tak lupa otot otot indah di lengan dan betisnya membuat seluruh mata terpana. Gambaran sempurna, namun yang sempurna itu hanya melirik pria manis dengan rambut blonde bersinar namun penampilannya sederhana.

Keindahan yang tercipta, bak bait pelangi dihitung satu demi satu tuk dapatkan kata kata indah, menelaah setiap inci hati yang tergores hingga berdarah merah. Cerah matanya bersinar, bersama angin semilir berhembus terbangkan setiap helai rambut emas gambarkan keindahan tak manusiawi. Senyumnya indah runtuhkan segala kuasa hingga kakinya tak mampu berdiri dengan kuat lagi.

'priiitttt!!'

“ Istirahat satu jam! jangan lupa pendinginan sebelum keliaran kemana mana. ” ujar pelatih ukai yang duduk di kursinya dengan agak malas.

Tak peduli teriakan teriakan di sekitar mereka, kakinya melangkah tanpa ragu ke arah pelita hidupnya kemudian memeluknya erat. Atsumu tertawa geli ketika Kiyoomi dengan tanpa malu mengusak-usakkan hidungnya di leher Atsumu.

Wangi musim gugur kekasihnya ini selalu berhasil menenangkannya tanpa banyak kata. Setiap hari tak pernah habis kata kata tuk ungkapkan segala rasa cinta nan membumbung setinggi angkasa luas. Segala ketenangan dan kebahagiaan hadir ketika kehangatan pelukannya datang menghampiri, membuatnya lupa daratan.

Deretan mata memandang, ada yang iri, sebal, kesal, merasa itu menggemaskan, dan ada yang hanya tersenyum bahagia ketika melihat harimau ganas itu terlihat bahagia dengan rubah manisnya yang imut dan menggemaskan.

Indah tuk diresapi. tak peduli pandangan mereka seperti apa, cinta mereka berdua menguar ciptakan rasa manis dari embun embun putih beralun merdu. Cinta telah berubah menjadi celah bayangan, tak tersentuh namun indah terbayang melalui cahaya.

“ ayo makan ” ajaknya lembut

Kiyoomi melepaskan pelukanya, tak lupa berikan kecupan sayang di kening kesayangannya menimbulkan teriakan gemas dari beberapa orang disana. Atsumu langsung memerah malu. Ini bukan hal yang biasa dilakukan Kiyoomi padanya, bahkan jika sedang dirumah akan ada hal lebih yang dilakukan pria itu padanya hingga ia pingsan dan kelelahan.

Kiyoomi membawanya duduk di salah satu kursi penonton. Sementara ia membuka bekal mereka, Kiyoomi melakukan pendinginan tuk rileks kan otot ototnya karena sejak tadi tanpa henti berlarian dan melompat.

“ kamu jadi main? ” tanya nya pelan.

Kiyoomi tiduran di lantai sembari meregangkan tubuhnya mengangguk atas pertanyaan rubah manisnya. “ nanti pulang sekolah langsung kesini lagi. Jangan pulang sama siapapun, ajak Motoya buat nganter kamu kesini. ” lanjutnya.

Atsumu mengangguk memahami perilaku Kiyoomi yang sangat mengaturnya dalam urusan ini. Ia tak ingin membuat pria ini khawatir dan tak ingin merepotkan pria ini lebih jauh lagi jadi hanya bisa terus mengikutinya. Biarlah dibilang anak ayam atau apapun, selama Kiyoomi baik baik saja ia takkan peduli dengan apapun.

Selain menjaga dirinya sendiri, ia juga harus menjaga Kiyoomi dari hal hal yang tidak perlu. Meskipun Kiyoomi juga kuat, tapi itu tak menutup kemungkinan untuk musuh masuk dan mengacaukan segalanya. Sesuatu yang tak perlu itu tak seharusnya masuk dan mrngacaukan kehidupannya. Berjanji pada dirinya sendiri dan dunia, bahwa takkan ada satupun ujung jari yang bisa menyakiti Kiyoomi nya.

“ anak baru tadi buat aku gak nyaman. ” ujarnya pelan.

Kiyoomi saat ini tengah duduk meluruskan kakinya. Menoleh ketika Atsumu berkata dengan nada tidak suka. Mendengar itu Kiyoomi senyuman miring nan angkuh terbit di wajah tampan nya.

“ um? “

“ matanya terlalu nyebelin, tsumu gak suka tapi dia gitu terus. ” bibirnya manyun lucu membuat Kiyoomi gemas ingin menelan nya hidup hidup.

“ diemin dulu... “

Berdesir riuh angin menyiapkan perlahan. Kiyoomi berdiri, tegap tubuhnya dengan bayangan melingkupi Atsumu kemudian berjongkok di depan manisnya. Tangannya terulur elus area pipi gembulnya, dengan senyuman manis ia melanjutkan; “ kita main nya harus lebih rapi. “

Atsumu memiringkan kepalanya bingung. Ia tau Kiyoomi lebih berbahaya dari yang ia kira, namun aura kekasihnya saat ini berbeda dari biasanya. Tiba tiba perasaan takut akan sesuatu muncul membuatnya mundur sedikit. Kiyoomi menyadarinya, memegang pergelangan tangan Atsumu pria itu menahannya dengan lembut.

Jelaga kelam nya indah menawan, tanpa takut arah gelapnya tiba tiba bersinar seolah olah tergantikan oleh sesuatu yang mengerikan.

“ Atsumu ku sayang.. kamu milik ku paham? “

Mendegar itu rasa takut dalam dirinya tiba tiba menghilang begitu saja tanpa sisa. Seolah olah di hipnotis sesuatu, ia menatap Kiyoomi dengan tatapan merayu. Senyuman nya manis, mrngaitkan erat jemarin mereka ingin rasanya cium bibir pria ini sekarang namun urung karena masih sadar tempat.

“ aku milik mu, sampai mati milik mu. “


Sedikit pikiran tanpa meluka, ketika angin dengan lembut menyapa dalam arahan suasana khidmat. Mendengarkan penjelasan guru didepan, tangannya mencatat setiap bait penting tuk jadikan bekal kehidupan di masa mendatang namun kepalanya berpikir ke arah lain yang salah.

Perasaan takut itu hinggap membuat tak nyaman. Dengan sebingkai noda paling menyayat, memukul setiap saraf hingga sulit bahkan hanya untuk bernafas. Peluh keringat membasahi tangan, tak lagi fokus pikirannya melayang. Suasana hening, kepalanya berdengung perih.

Darah...

Tubuh yang dingin...

Rumah yang terbakar tiba tiba tanpa penyebab...

Tangisan...

Setitik kehidupan fana...

Menakutkan... sungguh menakutkan..

Merayap dalam sebuah ruangan gelap, nafas beradu jadi satu ciptakan rasa sendu. Baru tadi rasanya baik baik saja, namun sekarang suasana nya berubah. Setitik cahaya muncul, memberikan semangat hidup baru. Berlari terus berlari, hingga muncul sebuah tangan.

Terkesiap, nafasnya terengah – engah. Matanya menatap lekat pada atap atap putih, menoleh kesana kemari temuka Kiyoomi nya ada disana dengan raut wajah khawatir. Kepalanya berdengung ngilu, tiba tiba ia mengangkat tangannya terkesiap ketakutan. Menyingkir dari Kiyoomi yang mencoba untuk memeluknya.

Ia berteriak ketakutan, terasa seperti darahnya berdesir mendidih panas. Tubuhnya terus mundur menatap takut pada Kiyoomi yang wajahnya terlihat khawatir. Ia ingin berhenti berteriak, namun sebuah suara seakan-akan muncul dan berimajinasi sendiri di kepalanya.

“ aahhh!! Pergi! Pergi kau pergii!!! “

Tangisnya pecah merudung pilu diantara orang orang yang berdiri disana dengan takut dan sedih. Menyebalkan— ia tak pernah serapuh ini sebelumnya. Kali ini otaknya seolah olah bekerja sama dengan iblis untuk berikan obat yang membuatnya mengamuk sedemikian rupa hingga menendang perut Kiyoomi.

Pria itu tak berteriak marah, sebaliknya dengan lembut membawa Atsumu ke dalam pelukannya yang hangat. Pria manisnya menangis mencoba memberontak, meskipun pada akhirnya tenang dan mulai diam. Suara isakannya terdengar pilu, tangannya gemetar hebat, kepalanya terasa pusing, tapi aroma lembut dan menenangkan Kiyoomi berhasil perlahan – lahan menenangkannya.

Waktu berlalu, berjalan bersama putaran jarum jam tuk ubah detik ke menit lalu ke jam. Kiyoomi tak banyak bicara, duduk dengan santai tuk buat Atsumu merasa bahwa si manis masih memiliki rumah yang aman dan nyaman tuk ia pulang.

Kiyoomi bernyanyi pelan. Menghantarkan sebuah melodi yang tak pernah di dengar siapapun. Tangannya dengan lembut mengelus surai emas sang kekasih. Menumpu pilu berkepanjangan, ia terus lantunkan melodi indah yang entah apa jelas maksud liriknya.

'aku ada di sebuah hutan nan hijau'

'kulihat berlari rusa rusa cantik dan indah'

'terbawa suasana, cintaku mengembara membawa bahagia'

'apa itu?'

'oh itu Atsumu ku..'

'dia datang san menari di tengah tengah rusa'

'Atsumu ku Atsumu ku..'

'kamu begitu indah dengan kulit mu yang bersinar'

'namun setetes air mata jatuh.. itu membuatku sedih hingga terasa mati.'

'Atsumu ku Atsumu..'

'jangan menangis lagi indah ku..'

'tak akan ada yang berani menyakitimu sayang ku..'

'Atsumu ku Atsumu..'

'tersenyumlah sayang ku..'

'aku disini bersama mu...'


“ Bagaimana dia? “

Dentingan peralatan makan bising menghiasi telinga. Bukan kehangatan nyata, hanya kehangatan yang hadir dari paksaan beruntun membuat celah di meja makan terlihat begitu semu dan sendu.

“ Biasa aja, gak ada yang spesial. ” jawab sang putri dengan acuh tak acuh.

Gelas di dorong kam setelah diisi penuh. Wanita setengah baya itu tersenyum miring, kembali memotong daging di piringnya dengan elegan namun malah terlihat seperti orang bodoh. Rambut hitamnta di gulung bak nyonya tua di rumah megah. Beberapa emas menyinari tangannya yang mulai agak keriput.

“ ingat rencana kita.. jangan biarkan Kiyoomi di— “

'brakk!!'

Gebrakan meja terdengar membuat kaget seluruh pelayan yang masih berdiri di sana.

“ aku kenyang “

“ kau selalu seperti itu ketika kita mulai membahas anak mu yang kurang ajar sudah membuang mu itu! sampai kapan kau akan sadar bahwa dia takkan pernah menyayangimu sebagai ayah! kau menyakitinya tanpa ampun sejak kecil, tapi akhir akhir ini kau selalu marah dengan rencana kita! Apa mau mu hah?!! ” suaranya tinggi berhasil membuat pria paruh baya itu berbalik menatapnya tajam.

Mereka saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah. Emosi membumbung membuat meja makan dengan kehangatan palsu itu terasa semakin dingin dan mencengkam.

” kalian selalu bertengkar tentang hal yang tidak perlu... “

Seluruh manusia disana langsung berlutu mendengar suara tanpa nada itu...

#HOLD ME TIGHT

.14.


Sepandang hangat mentari masuk melalui celah jendela. Hantarkan gemericik sendu kala musim semi hampir berakhir untuk tiba di musim gugur nan temaram sunyi. Tengadah sebuah rasa kalut, melintir perut kala seluruh pandangan menuju ke arahnya.

Tawa suram bahagia beralih pada rasa ingin tahu dari situasi kegaduhan. Acuh tak acuh sudah dilakukan seirama detak jantung yang berpacu, namun kurang rasanya bagi hati semrawut pilu.

Perpustakaan masih sepi karena ini masih pagi. Hanya ada beberapa siswa dan siswi duduk di meja dengan buku buku tuk hilangkan rasa bosan. Penjaga perpustakaan menyapa, senyum manis dan lontaran hangat sapa membuatnya berikan senyum penghargaan atas kerja keras penjaga perpustakaan yang ramah.

Ushijima Wakatoshi duduk sembari memainkan ponselnya dengan serius, disampingnya ada Daichi Sawamura dengan laptopnya. Ada banyak kertas kertas yang entah untuk apa di meja. Kiyoomi menarik kursi di sampingnya untuk dirinya duduk.

Siuran angin masuk menyejukkan ruangan. Kantuk tiba tiba datang, bersamaan dengan pikiran betapa enaknya tidur di waktu waktu ini tuk hilangkan segala kecamuk di kepalanya.

“ ciri cirinya kamu inget kan? ” Ushijima mulai bertanya.

Atsumu mengangguk pelan. Ia menarik nafas pelan, memandang Kiyoomi yang tangan nya menggenggam erat tangan Atsumu di sampingnya.

“ kasih tau semuanya ” ujarnya lembut.

“ Tingginya sekitar seratus delapan puluh lima, um.. dia setinggi omi tapi lebih pendek beberapa centimeter. Umurnya sekitar empat puluhan tahun, tapi dia keliatan muda. Aku pernah denger dari senior ku di— di tempat kerja dulu kalo dia udah pernah menikah sebelumnya tapi istrinya mati kecelakaan. Dia orang cerdas— punya perusahaan multi nasional di atas, tapi di bawah dia mafia untuk urusan barang barang ilegal berharga tinggi. Wajah nya memang tampan, dia putih agak kemerahan, gigi kanan atas nya lancip seperti taring, rambutnya coklat sedikit kemerahan, ada tahi lalat di atas alis kanan nya. Dia selalu menggunakan jam tangan yang sama uh.. aku gak tau merk nya tapi yang jelas itu merk terkenal. “

Ushijima dan Daichi saling memandang kemudian mengangguk paham dengan deskripsinya. Orang yang disebutkan Atsumu merujuk pada satu orang, namun mereka tak bisa bertindak gegabah sama sekali.

Bukan jalan keluar namun juga bukan jalan buntu. Terlalu lelah tuk bersembunyi, jalan kedepan hingga matahari cerah kembali tuk temukan jalan keluar yang sebenarnya.

“ kamu pernah tau namanya? ” Daichi bertanya pelan.

Atsumu menggeleng sebagai jawaban, “ dia merahasiakan segala biodatanya. Semua senior pengen di kasih uang sampai terus melakukan yang terbaik hanya untuk menggoda dia. “

“ sejak kapan dia mulai menggodamu? ” Ushijima bertanya lagi.

“ sejak aku masuk kerja disana. “

“ apa dia pernah melakukan pemaksaan terhadapmu? “

“ ya! Dia sering mencoba meremas pantat ku, tapi aku selalu berhasil menghindar dan itu sering membuat dia kesal. “

Semuanya langsung menghela nafas lega, namun keadaan ini jauh lebih buruk dari yang terbayangkan. Tawa dari luar hinggap bersama deru jantung yang berbunyi 'gedebam 'gedebum.

Berlangsung lumayan memakan waktu. Atsumu dan Kiyoomi keluar dari kelas dengan bergandengan tangan. Bel masuk sudah berbunyi, mereka tengah berjalan bersama ke kelas Atsumu di lantai dua.

“ kamu hebat. ” Kiyoomi tiba tiba berkata sendu.

Atsumu menoleh, kepalanya miring sedikit mengungkapkan bahwa dirinya bingung dengan pernyataan Kiyoomi. Ekspresi nya sangat imut, Kiyoomi harus menahan diri dari menelan pipi Atsumu.

Atsumu memandang Kiyoomi lembut lalu tersenyum lemah lembut. Tawa hangat datang mecairkan suasana mencengkam ruah, menyinggung palang hati hingga terbuka sedikit.

“ aku istrimu kan mi? ” Tiba tiba ia bertanya.

Kiyoomi tersenyum manis kemudian tertawa halus menanggapi. Ia meraih tangan Atsumu kemudian membawa Atsumu dengan riang dari sana. Tanpa harus memperdulikan mata yang memandang kesal

#HOLD ME TIGHT

.13.


Menyinsing malam, senja menguning kabarkan gulita pada dunia. Terbang pulang burung burung berkawan. Bertiup angin merdu menyilir kabarkan kerinduan pada terkasih surya nan murni.

Tatapan nya terpaku pada sosok rapuh di sampingnya. Pikirannya menerawang membawa rasa sakit dan marah kala rasa bersalah masuk jauh memenuhi saraf. Tawa nya masih tersisa di hari kemarin, namun hari ini hanya ada ekspresi kosong menyedihkan di wajah murni nya.

Merasa tak layak jatuhkan pikiran lebih jauh. Tangannya menggenggam erat jemari jemari lesu, membawa energi tuk kuat kan sang pujaan di tengah kesedihan durjana yang mengakar.

Pada setiap detikan jam ia berdoa, memohon belas kasih dan kebahagiaan untuk manusia baik di sampingnya ini. Rasa gelisah dan takut menyebar melalui darah yang berdesir ribut kacaukan pikiran. Apapun direlakannya, asalkan Atsumu nya bahagia hingga ajal.

” mencintaimu sampai mati... “ kelembutan kata kata itu mengalir bersama air mata pilu yang jatuh basahi pipinya.

Merasa tak pantas, ia marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak sekuat itu? mengapa hal seperti ini harus terjadi? mengapa kekonyolan ini datang menghampiri?... sungguh memuakkan.

Matanya bergetar, merasakan sakit nya air mata yang turun dari cintanya. Terbuka menatap diam pada langit langit kamar yang semu. Terasa sakit hingga akhirnya ikut jatuhkan air matanya.

Kiyoomi tersadar dari tangisnya ketika mendengar isak tangis pelan dari Atsumu yang saat ini juga sudah terbangun dari tidurnya. Kepanikan hinggap dalam dirinya. Tangan besar nya terangkat mengelus sayang Atsumu yang perlahan akhirnya tenang dan tak menangis lagi.

Sejak kejadian kemarin, Atsumu sama sekali tak membiarkannya pergi kemanapun. Bahkan ke kamar mandi pun mereka bersama. Atsumu akan langsung berteriak ketakutan begitu jari mereka tak saling bertaut.

“ udah bangun sayang ku.. kenapa um? siapa yang jahat? siapa yang buat kamu nangis um?... sini sayang— ” ujarnya lembut mencoba menghibur kekasih manisnya seraya menariknya ke dalam pelukan hangatnya.

Atsumu tak menjawab, sebagai gantinya si cantik masuk lebih dalam di pelukan Kiyoomi. Senyum nya mengembang gemas, ia sungguh mencintai pria ini sampai ingin mati rasanya.

“ mau makan? ” tanya nya pelan.

Atsumu mengangguk, tangannya bergerak mengalun di lehernya. Kiyoomi tersenyum langsung tau maksud kekasihnya itu. Tenaganya bukan abal abal, dengan lembut ia angkat si cantik ke gendongannya. Atsumu mengantung bak bayi koala, kepalanya dengan santai hinggap di leher Kiyoomi dan mengendusnya.

“ tante komori masak enak, tapi kita panasin dulu ya... nanti habis makan kita mandi. ” ujarnya yang kemudian di tanggapi dengan anggukan kepala oleh Atsumu.

Makanan malam ini enak. Tentu saja, karena masakan ibu motoya memang sangat enak dan sesuai selera Kiyoomi dan Atsumu. Bukan makanan yang sangat mewah, tapi enak dan bergizi tuk membantu Atsumu agar segera membaik.

Mereka makan dengan Atsumu yang duduk manja di paha Kiyoomi. Tangan Kiyoomi tak henti menyodorkan nasi bersama lauk pauk lain tuk Atsumu konsumsi.

“ omi mam juga.. “

Kiyoomi tersenyum tulus. Ini adalah kata kata pertama yang Atsumu ucapkan sejak kemarin pria itu hanha berteriak ketakutan terus menerus. Ia mengelus rambur pirang Atsumu, memberikan senyuman terbaiknya kemudian dengan hangat memasukkan makanan ke dalam mulut Atsumu lagi dan lagi.

“ kamu duluan, habis ini gantian kamu suapin aku oke? ” ucapnya santai.

Atsumu mengambil sumpit lain. Mengubah duduk yang awalnya berhadapan dengan dirinya duduk di paha Kiyoomi, sekarang menarik kursi dan duduk sendiri. Menyumpitkan nasi lalu mengarahkan nya ke mulut Kiyoomi.

Makan malam hari ini menyenangkan, saling memberikan makanan satu sama lain. Di mata beberapa orang ini terlihat jelek dan menggelikan, namun Kiyoomi merasa sangat bahagia dengan hal sepele ini. Atsumu sudah lebih baik saat ini.

•••

Setelah makan malam, Kiyoomi membawa Atsumu untuk mandi lalu melanjutkan tidur. Namun karena sudah tertidur sangat lama, hingga pukul sebelas malam Atsumu tak kunjung mengantuk dan tidur. Pria manis itu terus mendusel-duselkam hidungnya di leher Kiyoomi hingga ia merasa geli dan tertawa sedikit.

“ besok kita sekolah ya? ” ujar Kiyoomi lembut, menarik Atsumu agar masuk lebij dalam ke dirinya.

“ sekolah? ” suaranya terdengar manja malas.

Kiyoomi terkekeh, “ kamu udah libur dua hari. Kasian akaashi sama shirabu cariin kamu, mereka khawatir. ” jelasnya kemudian.

Mengerucutkan bibirnya lucu, mengundang Kiyoomi tuk menciumnya sekilas dengan sayang. “ jangan takut, aku gak akan ninggalin kamu sampai kapan pun. “

Tiba tiba suasana agak sunyi. Atsumu mengerakan tangannya pada baju Kiyoomi yang di rematnya. Sedikit merasa takut, namun tak banyak bicara. Angin malam bertiup, gulita kelam membuat pusing. Musim gugur akan tiba, hari hari yang kelam belum usai namun sebagai manusia hanya bisa terus berjalan tuk melewatinya.

“ soal dia.. jangan ragu untuk ngomong sama aku. Jangan simpan sendiri sendiri lagi. Aku udah janji bakal buat kamu bahagia, kalau kita perlu pindah— ayo kiya pindah setelah lulus SMA. Kita pindah ke luar negeri, biar dia gak ikutin kamu lagi. Jangan diem aja, aku suami mu kan? “

Atsumu mengeratkan pelukannya. Sedikit terisak, kemudian meminta maaf dengan suara pelan. “ omi.. omi jangan marah.. “

“ omi gak pernah marah. omi mau atsumu aman, jadi janji sama omi... jangan diem kalau digangguin siapapun oke? lapor kalo ada yang gangguin kamu. omi kuat kok, bisa hantam kepala mereka satu satu sampai bonyok! I'm your personal hero.. “

“ my husband! ” sanggah Atsumu.

Kiyoomi terkekeh, menarik Atsumu dalam dalam. Merasa bahwa rasa sayangnya naik sedemikian rupa sampai rasanya tak lagi bisa di bendung di hatinya. Dari saat itu, ia menyadari bahwa...

” Miya Atsumu.. akan menjadi penyebab kematian nya. “

#HOLD ME TIGHT

.12.


Deru motor melaju kencang tanpa memperhatikam sekitar, matanya berfokus hanya pada pandangan depan yang sudah kelihatan kelabu karena takut. Hatinya berdenyut resah, otaknya kosong, ia berharap segera bisa sampai di rumah tuk lihat kekasihnya yang sudah kehilangan koneksi.

Jalanan sedikit sunyi karena masuk di jam kerja, tak ada yang menahannya tuk cepat sampai ke rumah yang baru saja ia bangun. Membutuhkan waktu sekitar sepuluh sampai dua belas menit tuk sampai ke rumah nya bersama Atsumu.

Pintu masih sama tertutup seperti saat ia terakhir kali meninggalkan rumah tadi pagi. Memarkirkan motornya asal, ia berlari masuk ke rumah buru buru membuka semua pintu yang masih sama terkunci. Naik ke lantai dua dimana ia dan Atsumu tinggal, kakinya tersandung sandung sedikir ketika naik ke tanggan namun ia tak peduli.

Sampai di lantai dua, ia terkejut karena jendela nya sudah rusak satu terlihat dipaksa dibuka dari luar dan ditinggalkan begitu saja. Panik ia berlari ke kamar, memanggil nama Atsumu nya berakali kali. Betapa terkejut nya ketika ia membuka pintu kamar mereka. Tak ada keberadaan Atsumu disana, kamar mereka berantakan, jendela terbuka, lemari pintu nya sudah terbuka, kamar mandi juga terbuka.

Hatinya mencelos, kepalanya tiba tiba terasa kosong, kakinya lemas tak terkira. Panik ia terus memanggil manggil nama Atsumu, sampai tak terasa air mata sudah mengalir basahi pipinya. Nafasnya terengah engah, ia merasa marah dan takut seolah olah jantungnya akan meledak di saat itu juga.

Ia berlari lagi ke luar kamar, mencoba mencari Atsumu dimana pun di sudut rumah. Di tengah panik nya, ia sudah bersiap tuk telepon teman temannya namun sebuah suara 'gedebuk' terdengar dari arah kamar diikuti suara tangisan Atsumu yang ia kenali.

Mendengar itu ia berlari kencang, masuk ke dalam kamar. Di sana terlihat Atsumu yang baru keluar dari lemari bawah kasur yang mereka gunakan tuk menyimpan barang barang yang tak terlalu dipakai namun penting.

Atsumu keluar dari sana, kasur nya sudah di dorong hingga terletak setengah di lantai. Berlari si manis seraya menangis keras ke arah Kiyoomi yang akhirnya merasa lega sedikit.

“ omi.. ” panggil Atsumu histeris.

Mereka berpelukan erat, Kiyoomi memeluknya sembari menenangkannya sayang. Ciuman ciuman ringan jatuh di rambut pirang si cantik yang sudah berpeluk dalam di dada nya.

Tak ada yang bicara, Atsumu masih bergetar menangis tak bisa tenang sama sekali. Kiyoomi juga masih merasa takut, perlahan ia bawa kekasih kecil nya ke luar kamar dan duduk di sofa yang memang mereka siapkan tuk menerima tamu.

Lama berselang, Atsumu masih terus menangis ketakutan. Dia tak mau melepas pelukannya sedetik pun, tak membiarkan Kiyoomi nya pergi meninggalkannya. Tubuhnya gemetar tanpa henti membuat Kiyoomi juga ikut merasakan suasana tak enak.

'apa yang terjadi?' ia ingin bertanya namun masih tetap berusaha menunggu Atsumu untuk bicara sendiri.

“ omi disini.. omi gak kemana mana, siapa yang jahat um? kasih tau omi biar omi pukul. ” ia mencoba membujuk dengan agak ceroboh.

Atsumu tak menjawab, hanya terus menangis sampai suaranya serak. Matahari suram naik kian tinggi, jendela yang sudah rusak mengantarkan angin musim semi masuk ke dalam ruangan dimana keduanya masih sama sama bingung dan takut.

Terlena dengan waktu, Atsumu yang terus menangis akhirnya kelelahan dan tertidur dalam pelukan Kiyoomi. Menghela nafas lega, ia berpikir kalau ini akan baik baik saja setelah Atsumu terbangun nantinya.

Kiyoomi dengan sayang dan lembut mengangkat Atsumu ke kamar, membaringkannya di kasur yang ia tarik ke lantai dengan kaki. Ia tak pergi kemanapun, ikut berbaring di samping Atsumu. Tangannya terangkat mengelap wajah Atsumu yang basah dengan jari jarinya yang mulai kapalan.

Ia tak tidur selama beberapa waktu, namun tiba tiba kantuk menghampiri nya juga hingga berakhir ia ikut tertidur sembari terus memeluk Atsumu.

•••

Berlalu waktu kemudian. Ada peegerakan di pelukannya, Kiyoomi perlahan terbangun lalu melihat kesayangannya juga sudah bangun dengan mata masih memerah. Bibirnya pucat, hidungnya merah, Atsumu terlihat seperti sedang demam.

Ia mengelus rambut Atsumu, menariknya ke bangun lalu menuntunnya untuk duduk di pangkuannya. Atsumu kembali menangis memanggil namannya parau. Dadanya terasa sesak mendengar tangisannya, merasa kesal karena hal seperti ini harus terjadi.

“ Aku gak tau kalo kamu gak cerita. Siapa yang jahatin kamu um? ada yang mau kamu ceritain? aku siap disini, tapi kalo belum terlalu siap.. gak apa— “

“ dia datang omi! DIA MASUK PAKSA! DIA BAWA ORANG ORANG YANG AKU GAK TAU SIAPA! ” teriaknya sebelum kembali menangis dengan gemetar parah.

“ siapa? siapa yang datang? siapa yang datang buat nyakitin kesayangan ku gini um? kasih tau omi biar omi pukul. ” ujarnya.

Atsumu melepas pelukannya. Pandangan mereka bertemu. Mata Atsumu merah menyimpan kemarahan yang tak terlukiskan, sedangkan mata Kiyoomi terasa lebih sejuk mencoba menenangkan gejolak marah di hati Atsumu.

“ dia— “

Atsumu terisak. Kiyoomi mengangkat tangannya tuk elus lembut rambut pirang Atsumu, tak memaksa hanya terus menunggu kekasihnya siap.

“ dia pelanggan di bar tempat aku kerja kemarin. Dari awal aku kerja disana, dia— dia udah nyoba untuk ngajak aku tidur tapi aku gak pernah mau! dia— si anjing tua itu ngasih kesepakatan tapi terus terusan ku tolak karena aku gak mau jadi mainan dia. Dia gila omi! dia gila! Dia ngelakuin apapun sampai tadi datang ke rumah. “

Ekspresi Kiyoomi tiba tiba berubah dingin.

“ Aku gak tau namanya, tapi aku tau dia anggota yakuza. Dia sering main judi di bar, da sering untung banyak. Madam bilang dia harus di layani dengan baik, tapi dia selalu minta aku buat ngelayanin dia.. AKU GAK MAU! aku terus nolak sampai nangis nangis ke madam untuk gak ngasih aku buat ngelayanin dia. Aku— aku gak mau mi.. aku takut.. ” suara akhirnya bergetar begitu sedih.

Kiyoomi masih memasang ekspresi dingin di wajahnya. Penjelasan Atsumu membuatnya merasa marah namun tak ingin memperlihatkannya dengan jelas. Seperti ada nyala api besar yang terbakar di dadanya. Ia merasa kesal meskipun belum melihat siapa yang dimaksud Atsumu.

Tiba tiba sebuah percakapan yang pernah di dengar nya di awal hubungannya dengan Atsumu waktu itu terlintas.

” hahahaha, dia kan punya backingan, lupa lo siapa hahaha “

Percakapan dua gadis menyebalkan yang ia dengar saat itu semakin membuatnya kesal. Ia melirik Atsumu yang menangis kembali di pelukannya.

“ jangan pikirin lagi, aku disini.. selamanya kamu aman sama aku. Kuman jelek kayak gitu gak akan bisa ngalahin aku, kamu gak perlu takut. Mau yakuza kek, mafia kek, politisi gak berguna kek, bahkan kaisar sekalipun, kalo dia ganggu kamu berarti dia cari perkara sama ku. Jangan nangis lagi, pelindungmu disini. ” suaranya lembut namun penuh akan tekanan di setiap kata katanya.

” siapapun yang berani, ku jamin dia kehilangan kepalanya. Kamu milik ku, milik ku “