#HOLD ME TIGHT
.16.
brak!!
“ bodoh kalian semua! hanya menculik seorang anak saja kalian gagal! apa ini?! kalian kabur dari bocah bocah SMA yang bahkan gak punya senjata! tolol kalian semua! “
Sekali lagi vas bunga indah di ruangan itu pecah karena di tendang. Tak ada seorangpun yang berani menadahkan kepala mereka saat ini. Jantung berdetak detak kencang, rasa takut melingkupi ruangan dengan pekat. Semuanya hanya bisa berharap, setidaknya mereka bisa mati dengan tubuh yang utuh malam ini.
Pria setengah baya itu menarik pistolnya, mengarahkan senjata pembunuh itu ke arah pria paruh baya lain yang diam dengan pandangan menunduk ke bawah. Berjalan perlahan, ia mendekat lalu dengan tajam menempelkan pistol itu di rahang kepala keluarga Sakusa itu.
Suaranya dalam, ia berkata dengan nada mengancam jiwa;
“ anak mu mengacaukan semuanya, apakah dia atau kau yang harus ku bunuh sekarang? “
Ego tinggi nya hilang begitu kata kata itu keluar. Dia langsung bersujud di bawah kaki pria yang ia sebut tuan. Keringat dingin membasahi bajunya, rasa takut itu begitu nyata hingga rasanya seluruh jiwanya akan meninggalkan tubuhnya saat ini juga.
“ tuanku maaf.. anak itu— anak itu memang tidak berguna! Dia seperti ibunya yang bodoh itu! maafkan hamba tuan— maafkan kegagalan hamba mengasuhnya.. ya tuan ku mohon maafkan hamba... ” suaranya gemetar.
Tubuhnya di tendang tanpa ampun hingga dia meringis kesakitan di lantai. Semua manusia yang ada disana langsung bersujud meminta ampunan atas kegagalan mereka malam ini.
“ hanya menculik seorang anak SMA! kegagalan ini membuatku malu! kalian semua memang ingin mati semua hari ini! Atsumu ku.. dia seharusnya sudah disini malam ini! bagaimana bisa kalian orang orang bodoh gagal membawanya! tolol! “
dor!!!
Suata tembakan lepas ke atap, melubangi sedikit namun dampaknya lebih dari sekedar itu. Semua nya berpikir mereka semua akan mati hari ini. Tak ada yang berbicara, semuanya diam sudah rela dengan kematian dari resiko mereka malam ini.
“ dimana dia dibawa? ” tanya nya dingin.
“ yang terakhir disana berkata mereka melarikan diri ke arah rumah Semi Fujirou. ” jawab seorang perempuan dengan balutan baju seksi di tubuhnya.
“ hahahahaha tua bangka munafik itu mencoba ikut campur dengan masalah bawah tanah huh?! Kecoa got itu ingin bermain juga rupanya! Hahahahaha “
“ apakah kita akan langsung mengirimkan orang untuk membuat huru hara disana? ” tanya wanita itu lagi.
“ mereka ingin bermain.. “
Senyum jahat timbul di wajahnya.
“ aku punya ide bagus... mari kita biarkan mereka bermain bersama kita kali ini. Setelahnya— Atsumu ku akan kembali padaku. “
Seorang pria baya dengan seragam dokternya keluar dari ruangan yang sejak tadi tertutup. Melepas maskernya, dokter itu memandang beberapa manusia penuh khawatir disana. Mengangguk dan tersenyum teduh, ia mencoba memberitahu mereka untuk mengambil nafas terlebih dahulu sebelum ia akan menjelaskan semuanya.
“ Pasien baik baik saja saat ini. Kita beruntung peluru itu tak mengenai titik vital dan masih tidak terlalu dalam. Pasien tertidur saat ini, dia akan merasakan pusing yang luar biasa itu karena dia kehilangan banyak darah namun semuanya sudah teratasi dengan baik saat ini. Dia akan makan lebih banyak setelah dia bangun dati tidurnya. ” jelasnya perlahan dengan lembut.
Semua orang yang menunggu akhirnya bisa menghembuskan nafas lega ketika mendengar setiap kata dari dokter itu. Orang tua Bokuto Koutaro akhirnya bisa berdiri dengan rileks mendengar anaknya baik baik saja.
Tuan Semi mengucapkan terimakasih pada dokter itu, lalu pergi mengikutinya untuk membahas sesuatu. Hening sekitaran, orang tua Bokuto Koutaro masuk ke dalam ruangan sementara yang lainnya tetap diam di luar.
“ gue masih pengen nonjok muka mereka anjing! berani nya cuma make senjata dasar pengecut bau tai! ” Suna Rintarou tak lagi bisa menahan emosinya.
“ Memang nya apa yang lo harapkan dari mafia mafia bawah tanah? ” Daichi berkata dengan suara malas.
“ apa yang bakal kita lakuin selanjutnya? ” Ushijima berkata mengarah ke Kiyoomi yang sejak tadi diam melihat pintu ruangan Bokuto yang tertutup.
Gelap wajahnya menjawab pertanyaan, menyelimuti dengan kelam nya makna nan tersirat pasa setiap tusukan tajam dari pandangan mata muram nya. Hanya terlewat takkan abadi, ini pertempuran nya.
Sementara angin ikut menangis bersiur menganggu pohon pohon untuk beristirahat, jiwa murka selalu diterjang menjadi suka. Ketika kau sudah sampai di titik dimana semuanya akan berubah, baru kau akan menyadari bahwa inilah kehidupan yang sesungguhnya.
Musuh sudah membentangkan bendera merahnya dan tanpa ragu ia juga akan mengibarkan bendera perlawanannya lebih tinggi. Ini bukan lagi hanya tentang Miya Atsumu, tapi— juga tentang ibu nya.
“ omi mana? ” suaranya kecil dan penuh rasa sakit.
Iwaizumi menoleh menatap Atsumu yang terlihat begitu rapuh malam ini. Pria manis kekasih sahabat baiknya itu tengah menarik baju nya, menanyakan sesuatu yang sebenarnya tak bisa ia jawab sembarangan.
Wajah manisnya tertutup rasa takut, tak ada lagi senyum manis nan imut yang biasa ia lihat. Tawanya hilang sebab hidupnya bukan lagi bisa dijadikan bahan candaan. Dari rautnya terlihat jelas bahwa dia sedang dalam kondisi tak baik baik saja alias mengenaskan.
Iwaizumi tersenyum teduh, mengigat seseorang yang dikenalnya juga pernah menggunakan ekspresi seperti itu di masa lalu.
“ di rumah sakit.. ” jawabnya dengan jujur kemudian
Atsumu diam membuat Iwaizumi sedikit merasa canggung. Ia menggaruk belakang kepalanya, mencoba mengatakan sesuatu tapi ia tak pandai dalam hal ini. Jika saja ia bisa memiliki mulut yang lebih peduli dari pada mulut yang sering mengumpat, ia pasti sudah berhasil menyatakan perasaan pada Oikawa Tooru sejak lama.
“ Dia— maksud ku.. em.. itu— anu teh apa namanya— “
“ Kak Bokuto luka— ” suara Atsumu langsung menghentikannya di saat itu juga.
“ Kak bokuto terluka karena mau nolong kami— nolong aku.. “
Suram tak terbatas, teori akan kondisi kehidupan yang sebenarnya. Terpikir lalu terukir jelas, meninggalkan jejak serta kesan buruk berkepanjangan. Di setiap hembusan nafas, mengalir duka kesedihan mendalam, melukai setiap inci saraf seolah olah membunuh pun bukan sebuah dosa besar. Semangatnya patah, senyumnya pudar, jatuh semakin jauh dalam jurang yang gelap.
Kesedihan melingkupi setiap kenangan, kehilangan diri sendiri bukan sebuah hal buruk yang akan terjadi untuk saat ini. Membawa luka dan rasa kecewa pada diri sendiri, ahh– dia kalah.
“ Jangan pernah berpikir tentang hal buruk yang terjadi, ada kalanya kamu harus sadar bahwa semua ini bukan hanya untuk mu tapi juga untuk orang lain. Kiyoomi ngelakuin ini semua demi kebaikan semua orang, bukan cuma kamu tapi ” ia menekan suaranya “ untuk semua orang. “
Ia menarik nafasnya dalam dalam sebelum melanjutkan;
“ Ada sebuah gunung yang harus di dakinya sejak lama, tapi dia gak pernah bisa memulainya dengan baik dari awal. Atsumu— kamu lah orang yang datang untuk membawanya naik dan menemaninya bersama. Susah senang kalian udah janji satu sama lain untuk saling mendukung. Bayangkan kalau masalah menyebalkan ini berhasil di selesaikan. Bukan cuma kamu, tapi semua orang di bumi ini— yang akan dirugikan sama laki laki bajingan ini bakal merasa bersyukur. Luka yang di alami Bokuto bukan apa apa, buktinya dia masih hidup baik baik aja sampai sekarang. Tenangkan dirimu, jangan berpikiran yang enggak enggak ok? sebentar lagi omi mu pulang. “
Iwaizumi tau tak seharusnya ia mengatakan hal itu, namun ia tak tau harus mengatakan apa lagi selain kenyataan. Atsumu tak boleh menjadi seorang yang terus merasa bersalah, dan dia harus segera diselamatkan segera dari jurang yang gelap.
Atsumu bengong, memandang punggung atletis Iwaizumi. Ia merasa di tampar kenyataan begitu memdengar jawaban blak-blakan pria itu. Senyumnya terbit secerah matahari di pagi yang mendung namun hangat terhirup aroma musim semi.
“ kamu benar— maaf aku hampir tolol karena ini semua. ” ujarnya sedikit tertawa.
Iwaizumi berbalik lagi, memandang Atsumu agak kaget.
“ tidurlah, nanti kalau Kiyoomi udah balik dia bakal langsung ke sini. Bahaya masih ngincar kita meskipun kita udah disini, kita gak tau pergerakan apalagi yang akam dilakuin sama orang orang tolol itu. Istirahat, kalau memungkinkan besok kita masih bisa berangkat sekolah. ” ia mencoba menghibur meski masih terdengar canggung.
“ aku gak pernah ngasih tau ini ke siapapun— tapi samar samar aku bisa tau identitas tua bangka itu. “
Angin berdesir, mengangkat sebuah kesuraman yang tadinya sudah hilang. Iwaizumi bisa merasakan sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi saat ini. Pendengarannya baik, ia bisa mendengar sesuatu yang bisa mengancam jiwa mereka saat ini juga.
Ia berlari ke arah Atsumu melindunginya sebelum pada detik selanjutnya terdengar ledakan kuat memekakkan telinga memberikan alarm kuat yang menaklukan segala persiapan. Suara tembakan bergema di seluruh penjuru. Kaca kaca pecah, bangunan yang terkena ledakan di belakang mulai terbakar.
“ Sialan! ” Iwaizumi mengumpat.
Menggendong Atsumu setelah mengucapkan permintaan maaf pada Kiyoomi karena menyentuh milik pria itu. Persetan, ini saat saat genting, kalau yang di gendongan nya mati ia akan lebih dari sekedar tamat kemudian.
“ Ke ruangan bawah! ” Izuna berteriak ke arah Iwaizumi yang sudah siap keluar dari ruangan sebelumnya.
“ bajingan yang penis nya sekecil kaleng sarden itu bener bener gak kenal takut! emang tolol! ” keluar lagi umpatan kesal dari mulutnya.
“ Kita masih bocah bocah kurang pengalaman, jangan cari gara gara dulu ayo ikuti arahan Tuan Ushijima! kita bukan lawan mereka! ” ujar Motoya yang juga ikut berlari sembari mengenggam tangan Izuna kekasihnya.
“ kesini! ” Tuan Ushijima berteriak menuntun mereka masuk ke sebuah lemari yang ketika mereka memasukinya ternyata sebuah ruangan dengan pintu lain yang mengarah ke ruangan bawah tanah.
Atsumu bernafas tak normal, pikirannya tertuju pada Kiyoomi nya.
“ Omi! Omi!! Kak Iwaizumi Omi!!! ” teriaknya sedikit memberontak di gendongan Iwaizumi.
“ Dia baik baik aja, mereka masih di jalan! jangan khawatir! Kiyoomi gak selemah itu! ” Iwaizumi menimpali.
Mereka terus berlari, ada lorong yang sudah disiapkan entah sejak kapan. Tuan Ushijima membimbing mereka, berlari terus berlari seperti tanpa ujung sama sekali. Terengah engah nafas mereka, namun tak ada satupun yang mau berhenti meski hanya untuk sekedar menoleh ke belakang.
Suara tembakan hilang sedikit demi sedikit, Atsumu menghitung secara asal kalau mungkin saja mereka sudah berlari sekitar setengah jam lebih sebelum akhirnya mereka semua kelelahan dan berhenti.
“ sepanjang— hahhh.. ini sepanjang apa hahh.. hahh.. hahh ” menyeka keringatnya sebelum melanjutkan “ sepanjang apa ini sebenarnya, kemana kita?! ” Iwaizumi semakim terlihat garang.
Tuan Ushijima sudah tua, namun fisik nya masih sangat kuat. Meski begitu, pria paruh baya itu sudah sangat kelelahan sampai terduduk di lantai berbatu tua yang sedari tadi mereka jalani.
“ ini mengarah ke arah lain, ayo berjuang lebih lagi— kita sampai ke luar sebentar lagi ada persembunyian kecil yang sudah saya dan Tuan Semi siapkan. Kalian anak anak muda jangan mudah kelelahan! hidup lebih tua lagi baru kalian bakal tau kalau kehidupan tak seindah itu untuk dijalani jadi siapkan mental dan fisik kalian sekarang. ” ucapnya masih agak terengah engah.
Iwaizumi menoleh ke belakang, mengerutkan kening heran.
“ Dari mana mereka tau Atsumu di rumah Tuan Semi? ” Iwaizumi tiba dengan sebuah pemikiran.
“ ada pengkhianat di antara kita! bajingan itu pasti orang penting di keluarga Semi sampai bisa mengakses masuk musuh ke kediaman Semi. ” Tuan Ushijima menjawab tanoa ragu.
“ Siapa? ” Motoya bertanya.
“ Sekertaris pribadi Nyonya Semi, Akari Hideki... perempuan itu musuh dalam selimut. Kami hampir berhasil mengungkap identitas orang dibalik semua ini, tapi berkas berkas yang kami kumpulkan hilang lenyap gitu aja dan setelah kami selidiki ternyata perempuan jalang itu menghilangkannya. ” jawab Tuan Ushijima tanoa ragu.
“ apa dia perempuan berambut pirang dan memiliki tahi lalat di bawah mata kanan nya? ” Atsumu tiba tiba berkata.
Tuan Ushijima menoleh ke arahnya, kemudian mengangguk; “ ya, itu dia. Dia di taruh sebagai mata mata untuk keluarga Semi pada awalnya. Teori ku, kemungkinan dia sendiri awalnya gak tau kalau kami akan menyelamatkan mu. lalu setelah dia tau, dia memberitahukan semuanya pada bos aslinya.. sialan! “
“ kemungkinan besar dia tau jalan rahasia ini?! ” Motoya berujar.
Tuan Ushijima langsung menggeleng;
“ Kalian bisa tenang, jalan ini hanya aku, Tuan Semi, dan Kiyoomi yang mengetahuinya. Kunci nya juga hanya kami bertiga yang tahu.
Semuanya langsung menghela nafas lega, sebelum suara Atsumu langsung menghantam mereka ketika ia berkata;
“ Aku sedikit samar bisa menebak identitas sebenarnya dari tua bangka itu. Saat bekerja di club, ada sesuatu yang akhirnya ku pikirkan dan kurasa itu agak aneh. Kupikir itu cuma khayalan ku, tapi... orang itu seperti bukan manusia. Ada kalanya dia dingin sekali, namun ada kalanya dia hangat sampai membuatku takut. Dia selalu menggunakan topi coboy yang menutupi matanya, jadi aku gak pernah bener bener liat wajahnya tapi— pernah sekali aku ngeliat wajahnya sekilah secara utuh dan setelah ku ingat ingat sedikit... aku seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat. “
“ Dia.. dia seperti seseorang yang pernah dikenal— “
Perasaan takut itu nyata terasa. Merinding menyelimuti seluruh tubuhnya, hingga tiba tiba sebuah wajah terlintas membuatnya terlonjak.
” Akihiko Toneri... itu nama asliku sayang ku.. “
Matanya terbuka perlahan, kepalanya terasa pusing sampai bergerak sedikit saja bisa menjatuhkannya kembali ke jurang gelap terdalam. Memgerjap tuk biaskan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya.
Suara suara tertahan menyadarkannya lebih jauh. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, yang dilihatnya bukan lagi lorong yang awalnya mereka lewati untuk lari, namun sebuah ruangan dimana mereka berlima sudah diikat disana.
“ Atsumu! ” suara Iwaizumi membangunkannya lagi dan lagi.
“ Oh sayang ku udah bangun.. ” suara menyebalkan bak mimpi buruk di siang bolong itu membuatnya menoleh dengan kesal. Ia tau sekarang, mereka tertangkap dengan konyol.
Akihiko Toneri memang bukan manusia biasa. Sedari dulu harusnya mereka sadari kalau lawan mereka ini bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng kehadirannya. Bagaimana dia bisa berdiri kuat di lumpur hisap, sementara semua musuh nya sudah dengan siap untuk memenggal kepalanya. Dia bisa berlari kesana kemari dengan mudahnya, jadi tak usah heran dengan bagaimana cara dia akhirnya bisa menangkap mereka.
“ kau bajingan! ” Tuan Ushijima yang tengah diikat berteriak.
Akihiko Toneri hanya tertawa sinis, sebelum anak buahnya menendang perut Tuan Ushijima dengan sangat kuat hingga pria paruh baya itu berteriak kesakitan namun tetap mengumpati Akihiko dengan kata kata jahat tanpa ampun.
“ Kau hanya bisa mengumpat, selama ini jabatan mu bukan apa apa untuk ku bahkan kau tidak pernah bisa berhasil menangkapku hingga saat ini. Ushijima Hatoru... kau dan anggota mu sungguh hal terkonyol yang pernah kutahu. Sekarang kau ada di tanganku, bagaimana kalau kita bermain main sedikit? ayo kita lihat apakah mulut sampah yang hanya bisa mengeluarkan kata kata kotor milik mu itu, masih bisa bersuara setelah semua hal yang menarik ini. ” suaranya dingin dan mencengkam.
“ bawa itu kemari.. ” ujarnya kemudian seorang pengawal bertubuh besar membawa sebuah bara yang sudah terbakar, mendekatkan ke arah kaki Tuan Ushjima untuk membakarnya hingga Tuan Ushijima berteriak kesakitan.
Atsumu langsung merasa takut, ia ingin berlari menyelamatkan Tuan Ushijima namum ia terikat jadi hanya bisa keluarkan air mata.
“ hentikan... “
Akihiko Toneri mendengar suara pelan nya, menoleh dengan senyuman lalu mengangkat tangannya untuk menghentikan pengawalnya.
“ Kesayanganku mengatakan sesuatu, bisakan aku mendengarnya lagi? tua bangka tak berguna ini menjerit seperti anjing yang akan di potong lehernya.. maafkan aku sayangku, aku tidak mendengarmu. “
Bagaimapun positif nya ia awalnya berpikir, ketika dihadapkan pada sebuah tendangan fakta lain yang lebih kuat jelas ia ketakutan setengah mati. Ia tidak ingin memangis, namun ia menangis. Ia ingin lebih kuat, namun tubuhnya tak semampu iti untuk menjadi kuat.
Sebuah perasaan dimana, keinginan yang tak terpenuhi tidak akan mati. Terkubur hidup hidup di bawah tekanan membuatnya menjadi kapuk yang akhirnya keluar dari cangkang buahnya. Tak bisa kemana mana, pada akhirnya kalau tidak jatuh dan basah di tanah lalu diinjak injak, paling mending ia akan terbang kesana kemari dengan angin lalu terpikat dan bernyayi riang sebelum akan jatuh lagi.
Ketika semua kemarahan sudah terkumpul, namun bahkan sebuah teriakan pun tak lagi mampu di keluarkan. Kemana kenangan itu pergi? kepala nya kosong.. kenapa ia lahir?
'Ayah.. Ibu.. Osamu... aku tidak bisa lebih jauh lagi, apakah pengorbanan konyol ini cukup untuk semuanya?'
'omi... sayang ku.. maafin atsumu ya.. aku gak lagi pantas untuk mu, jangan ragu untuk berpaling ke yang lebih baik... sungguh aku mencintaimu lebih dari apapun.'
“ ayo buat kesepakatan.. ” ucapnya dingin.
Tua bangka itu mendekat, berjongkok di depan Atsumu yang menangis tanpa suara.
“ apa itu? “
” ambil aku.. tapi kumohon lepaskan mereka semua dengan selamat ke rumah mereka masing masing.. aku– “
“ Atsumu! ” Motoya dan Iwaizumi berteriak mencoba menyadarkannya namun ini keputusan baik satu satunya yang bisa ia pikirkan saat ini.
“ anak bodoh! Jangan gegabah! Kau pikir kenapa aku menerima pukulan dan ini semua! jangan katakan apapun! ” Tuan Ushijima berkata sungguh sungguh sembari menahan sakit.
Ia tak mengatakan apa apa selama beberapa saat..
” tolong bilang ke omi.. aku minta maaf.. aku sangat— sangat mencintai dia. Tolong— tolong untuk berhenti, ini keputusan akhirku.. AKU GAK MAU LAGI KALIAN SEMUA NGALAMIN HAL HAL GAK MENGENAKKAN SEPERTI INI!!! Aku— aku mau kalian hidup baik baik aja... tolong... tolong bilang ke omi... aku minta maaf... “
Akihiko mencengkram pipinya tiba tiba, memandangnya sendu lalu tiba tiba berkata;
” Izumi... “
Mata Atsumu membola lebar ketika mendengarnya.. mengapa?? mengapa ibunya?