Fourth nggak bisa diam seperti ini terus. Biasanya dia berani untuk memulai percakapan, tetapi kali ini dia sama sekali nggak berani. Fourth bahkan nggak tahu kalau Gemini ini sudah memaafkannya atau belum, karena Gemini yang terus diam dan nggak mengajaknya berbicara.
Jarak dari kos ke Stasiun Tugu nggak begitu jauh, hanya butuh lima belas menit kalau menggunakan mobil. Dan selama itu pula Fourth dan Gemini nggak mengobrol sama sekali. Fourth sebenarnya nggak tahan untuk diam saja, tetapi dirinya juga masih nggak berani alias takut. Nggak hanya itu, Fourth paling nggak suka diabaikan, makanya dia malas untuk berbicara terlebih dahulu.
Setelah sampai di Stasiun Tugu, mereka langsung disambut dengan Yasmin. Ternyata Yasmin nggak begitu bawa banyak barang, memang dia berencana hanya bermain seharian di Yogyakarta, dan langsung pulang ke Solo pada malam harinya.
“Fourth! Ih asli kok kamu makin lucu aja sih walaupun mukanya cemberut dari tadi.”
“Aku nggak cemberut mbak, ini tuh karena capek aja soalnya abis rapat divisi tadi.”
“Gem, pasti belum ajak ngobrol pacar lo kan? Dia udah minta maaf loh, nggak baik kalau masih dicuekin gitu.”
“Udah kok mbak, bentar aja tadi. Jangan salahkan Gemini ya, ini salahku aja nggak bilang-bilang kalau mau ke Medan.”
“Kamu nggak ngasih tau karena lupa soalnya panik juga, Gemini boleh marah tapi nggak sampai nyuekin kamu kayak gini. Kasihan di kamunya.”
“Udah mbak, akunya nggak papa. Main aja yuk kita kemana.”
“Bentar dulu, Fourth. Pacarmu ini harus dikasih tau biar paham kalau dia salah. Gem, Fourth emang salah, tapi harusnya lo lebih perhatian, nanya kenapa Ibunya Fourth sakit dan kenapa Fourth sampe harus ke Medan. Itu berarti memang parah. Perhatian dikit kenapa sih lo? Nggak paham apa anak rantauan yang jauh dari orang tua bisa panik kalau denger orang rumah sakit.”
Yasmin benar. Harusnya Gemini bisa lebih perhatian dan nggak langsung menghakimi Fourth. Gemini bahkan mengira kalau Fourth sudah nggak peduli karena nggak bilang ke dia, tapi justru di sini dialah yang nggak peduli dan nggak perhatian sama pacarnya.
“Udah paham belum? Gue pulang lagi aja kalau kalian berdua masih diem kayak gini. Gue kayak ngobrol sama tembok.”
“Mbak jangan pergi…” pinta Fourth sambil menahan Yasmin untuk nggak pergi.
Fourth melihat ke arah Gemini, dan lelaki itu juga menatap dirinya dan mulai mendekat. Ia nggak siap dengan ucapan Gemini selanjutnya.
“Fourth, aku minta maaf. Salah banget aku langsung ngediemin kamu di saat harusnya kamu butuh perhatian dari aku. Aku bener-bener minta maaf. Aku bakalan berusaha lebih baik lagi.”
Fourth diam. Sederhananya dia pengen langsung bilang kalau Gemini nggak perlu meminta maaf, tapi yang ia lakukan justru menangis. Ia benar-benar malu.
“Jangan berusaha lebih baik, berusaha semampunya kau aja. Aku ini memang banyak salahnya nggak bilang ke kau tentang mamak aku, tapi kau juga harusnya nggak mendiamkan aku.”
Gemini yang melihat Fourth menangis langsung mendekap pacarnya itu, dan mengelus kepala Fourth. “Maafin aku. Aku di sini. Kamu boleh tumpahin semua pikiran dan perasaan kamu ke aku.”
“Ini guenya langsung dianggurin kah?” tanya Yasmin tiba-tiba.
Mereka berdua yang sedang berpelukan itu langsung melepaskan pelukannya dan tertawa kecil bersama Yasmin.
“Mbak Yasmin mau main kemana? Aku nggak paham betul sih. Gemini saja yang mengusulkan, aku bagian bertanya.”
Yasmin yang nggak tahan dengan gemasnya Fourth itu langsung mencuri kesempatan untuk mencubit pipi yang kulitnya seputih susu itu.
“Gila, Gemini beruntung banget ya punya kamu, cowok gemes kayak kamu mah aku juga mau.”
Gemini yang mendengar itu menghela nafas malas. “Inget pacar lo, Mbak.”
“Gue mah selalu inget sama pacar, tapi pacar lo ini gemesin banget, Gem. Kalau gue bawa ke Solo boleh nggak sih?”
“Nggak usah ngaco deh, Mbak. Fourth udah betah di sini sama gue. Udah deh, Mbak mau kemana?”
“Gue mau makan aja deh, lagi males jalan. Katanya ada tuh bakmi yang enak dan suasana Jawa banget. Namanya Bakmi Ghandok kalau nggak salah. Kalian udah pernah kesana belum?”
“Aku udah sama Bapak, Ibu, dan Mas Phuwin. Tapi di Fourth kayaknya belum pernah, iya 'kan, sayang?”
“Iya aku belum pernah. Tapi harganya mahal kah? Aku belum dikirim.”
“Aku traktir, kecil. Mbak Yasmin ke sini cuma mau minta ditemenin aja, kalian berdua nggak perlu bayar. Bills on me.”
Berangkatlah mereka ke Bakmi Ghandok. Tempat makan yang memang terkenal, pengunjungnya juga rata-rata yang sudah bekerja ataupun berkeluarga. Untuk mahasiswa seperti Fourth, tempat itu cukup mahal, tetapi rasanya sepadan dengan harga yang ditawarkan.
Sesampainya di sana, mereka mencari tempat duduk yang sekiranya kosong. Fourth menyerahkan pilihan ke Gemini, karena dia sama sekali nggak paham tentang tempat ini, ia juga suka makan jadinya nggak bakalan nolak sama apa yang dipilih oleh kekasihnya.
“Kita harus nunggu selama tujuh puluh menit, Masnya bilang kalau pelanggan hari ini cukup banyak. Mbak Yasmin nggak papa katanya, kalau kamu gimana, sayang?”
“Aku nggak papa. Senang aku di sini, nyaman. Pengen nyobain bakminya juga.”
Gemini langsung menuju kasir lagi untuk konfirmasi perihal pesanannya. Menunggu tujuh puluh menit nggak masalah bagi mereka jika suasana tempat makannya seperti ini. Fourth merasakan kenikmatan, ia bahkan nggak pernah membayangkan jika akan berada di tempat seperti ini. Lagi-lagi, kalau bukan karena Gemini, ia nggak akan pernah menginjakkan kakinya di Bakmi Ghandok. Fourth lebih memilih makan mie instan di burjo langganannya, jika ia membeli menggunakan uang sendiri.
Sembari menunggu, Yasmin berkeliling karena ingin memotret interior yang Jawa sekali di tempat ini. Fourth dan Gemini hanya melihatnya. Yasmin memang pandai mengabadikan momen indah.
“Mbak Yasmin suka moto banyak ya, Gem. Kemarin waktu di Solo, galerinya penuh dengan muka aku.”
“Iya. Mbak Yasmin tuh cita-citanya jadi fotografer tapi karena keluarga, dia cuma bisa jadiin memotret itu hobi. Kamu pasti tau alasannya.”
“Memang ribet ya orang kaya itu. Aku aja masuk ke kampus sini karena ada Bang Mark. Cobalah kalau nggak ada belio, aku pasti di Medan terus-terusan, nggak akan pernah di Jogja.”
“Berarti aku harus berterimakasih sama Ginting, ya?”
“Loh, kenapa gitu?”
“Kalau dia nggak ngajak kamu ke Jogja, aku nggak akan bisa ketemu sama kamu.”
“Gombal mulu lo kerjaannya!” sahut Yasmin tiba-tiba dari belakang. Beliau menyenggol lengan Gemini.
“Apaan sih, Mbak? Nggak jadi romantis ini.”
“Gombalan lo tuh, udah biasa gue dengerinnya. Kreatif dikit kenapa dah.”
“Biarin, walaupun biasa gini perasaan gue tulus kok ke Fourth.”
Fourth yang menjadi pembahasan mereka itu cuma bisa diam. Dia nggak berani mengeluarkan kata-kata lagi, padahal bisa aja dia buat perkataan Gemini sebagai candaan belaka seperti biasanya. Tapi kali ini, ia nggak bisa. Kata tulus yang terucap dari bibir Gemini barusan membuat Fourth lagi-lagi merasa di atas. Seperti dibawa angin.
“Atas nama Yasmin!” panggil salah satu pegawai.
“Di sini, Mas!”
Makanan mereka sudah diantarkan. Tujuh puluh menit nggak terasa karena obrolan yang seru. Membuat mereka nggak berhenti tertawa karena Yasmin yang terus menggoda Gemini di hadapan Fourth.
“Jangan dimakan dulu, ya! Gue mau fotoin ini. Momen kecil, makan bareng sama adek baru alias Fourth!”
Fourth adalah anak tunggal di keluarganya. Jadi saat Yasmin mengatakan bahwa dirinya adalah adek baru bagi Yasmin, membuat Fourth tersentuh. Lagi-lagi, Fourth harus berterimakasih banyak kepada Gemini. Kekasihnya itu membawa pengaruh baik, bahkan membawa orang-orang yang sebelumnya nggak pernah Fourth sangka akan bisa kenal dengan orang-orang itu.
“Oke, udah! Boleh dimakan deh. Keburu bakminya dingin, ntar nggak enak.”
Mereka mulai mencoba bakmi yang katanya enak itu.
“Gila! Ini enak banget. Harganya terbilang murah ya kalau untuk kantong keluarga alias Bapak sama Ibu.”
Yasmin beneran nggak nyesel mengajak Fourth dan Gemini ke Bakmi Ghandok. Tempat yang menurutnya benar-benar sepadan dengan kedatangan singkatnya di Yogyakarta.
“Bakminya enak?” tanya Gemini.
“Enak, gue kan tadi udah bilang.”
“Nggak nanya ke lo, gue nanya ke Fourth.”
Yasmin langsung mencibir dan memukul pundak Gemini. Anak ini benar-benar jahil.
“Enak kok, aku suka. Cuma tomatnya kurang banyak. Tomat kau itu nggak dimakan 'kan? Boleh buatku?”
Tanpa bilang apapun lagi, Gemini langsung mengambil tomat yang ada di piringnya dan ia taruh ke piring Fourth. Bahkan nggak cuma tomat, seluruh sayuran juga ia berikan. Memang dasarnya ia nggak begitu suka sayur, sengaja nggak bilang ke kasir karena dirinya ingin memberikan sayurannya ke Fourth.
Yasmin melihat semuanya. Mata Gemini yang penuh cinta saat menatap Fourth. Sungguh indah percintaan remaja.