“Mix is afraid of water. He doesn’t dare to dare to swim in the sea. So i took him there to walk along the beach instead.” –Earth Pirapat.
ㅤ
Resort, Koh Tao
July 21, 2 PM.
ㅤ
Hembusan semilir angin terasa menyapu lembut wajah seorang lelaki dengan setelan kaos kuning bergaris yang dipadukan dengan celana jeans biru– tatkala netranya ia bawa lebih dekat untuk menatap keindahan birunya samudra nan luas bertepikan hamparan pasir putih yang membentang di hadapannya. Hawa panas kering khas negara tropis di akhir bulan Juli masih membayangi, namun tidak mengurangi keindahan pesona dari pulau kecil di teluk Thailand yang diberi nama Koh Tao itu. Aroma laut samar-samar dapat tercium dari balkon resort tempat ia berdiri, membuatnya membayangkan olahan seafood apakah yang cocok untuk ia santap malam ini.
“Ehm... kayaknya ada yang kesenengan nih diajak ke sini, padahal sebelumnya nolak mulu.”
Lelaki berkaos kuning itu menoleh dan mendapati kekasihnya sedang mengulum senyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada, asik menatapnya sambil bersandar di kusen pintu kamar resort kediaman mereka.
“Earth– aku nggak nolak ya, aku cuma bilang belum siap.” Si baju kuning membela diri.
“Aku kan cuma ngajak kamu jalan-jalan ke pantai, butuh persiapan yang gimana sih Mix?” Tanya pria yang lebih tua itu, gemas.
“Kan kamu bilang mau ajakin aku diving, berenang di laut aja aku nggak berani.”
“Terserah kamu sih mau atau nggak nyoba diving. Tapi pokoknya kalo sama aku harus berani ya, kita udah jauh-jauh sampe sini loh.”
“Ih kamu bilang nggak bakalan maksa.” Lelaki bernama Mix itu mengerucutkan bibirnya karena sebal.
“Maksa... dikit... hehehe.” Jawaban iseng Earth yang dihadiahi sebuah cubitan di lengan, dari Mix.
“Kamu tuh kalo nyubit sakit banget, tau nggak? Liat nih sampe biru...” Earth mengaduh sambil tangannya mengusap-usap lengannya sendiri.
Mix hanya menjulurkan lidahnya dan berlalu dari hadapan sang kekasih, masuk ke dalam kamar resort yang didesain dengan sentuhan rustic coastal cottage itu dan menjatuhkan diri di atas ranjang yang dilapisi seprai berwarna putih bersih. Earth menirunya. Rebah di sisi kiri kekasih mungilnya, merengkuh tubuh itu dalam dekapan.
“Makasih ya udah ajakin aku liburan...” Ujar Mix.
“Sayangnya mana?”
“Iyaaa makasih ya sayangku.”
Earth terkekeh sesaat lalu sebuah kecup ia daratkan di kening pemuda Sahaphap, bentuk rasa sayang untuk lelakinya itu.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
Sairee Beach, Koh Tao.
July 21, 5 PM.
ㅤ
Kemunculan Earth membawa paddle board lengkap dengan dayungnya mengagetkan Mix yang tengah duduk terdiam di atas pasir putih, menikmati siraman cahaya matahari sore sambil memandangi ombak yang bergulung-gulung di lautan lepas. Ombak itu jauh di sana, tidak sampai ke bibir pantai tempat kedua sejoli ini bercengkrama menanti sang surya terbenam.
Earth mengulurkan tangannya pada Mix yang disambut dengan kedua manik bulat itu menatapnya dengan ragu.
“Ayo...” Ajak Earth menggugah hasrat yang selama ini bersemayam diam-diam dalam diri pemuda Sahaphap.
Melihat kekasihnya hanya bergeming di tempatnya– Earth meraih tangan Mix, menggenggamnya erat dan membawa pemuda itu mendekat ke air.
“Earth.... Earth bentaaar.... aku nggak berani... “
Earth bisa merasakan telapak yang ia genggam berkeringat dan dingin.
“Mix coba liat aku bentar.” Ucap Earth lembut.
Wajah yang lebih muda dibawa oleh untaian lembut kata-kata untuk menatap raut teduh si pemilik suara.
“Kamu percaya kan sama aku? Ada aku kok, ada aku yang jagain kamu di sini, kamu nggak perlu takut apapun.”
Mix mau tidak mau mengangguk. Karena betul, tiap kali ia bersama Earth selalu ada rasa nyaman dan aman yang apabila ia telusuri lebih jauh sudah pasti asalnya dari timbunan kepercayaan yang sudah jauh lebih dulu ia tanamkan terhadap sosok tegap berkulit tan yang kini menatapnya lembut di bibir pantai Sairee, Koh Tao Island, ditemani oleh riak-riak kecil air laut yang terasa menggelitik di telapak kakinya yang telanjang.
Lelaki manis itu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya sebelum akhirnya ia berani memutuskan untuk menantang dirinya sendiri, atau... berdamai dengan rasa takutnya selama ini.
“Oke oke... tapi janji ya nggak ninggalin aku.” Mix merajuk.
“Janji! Kalo dilanggar kamu boleh sumpahin aku mules sepuluh tahun.”
“Jelek banget janjinya, mana tega aku biarin kamu mules sepuluh tahun.” Mix melayangkan tinjunya yang tidak terlalu keras ke dada bidang lelaki Pirapat yang tidak terbungkus fabrik apapun itu.
Earth hanya terkekeh geli dan kembali menggandeng tangan Mix untuk masuk ke dalam air yang semakin lama terasa semakin dalam. Air laut sudah menyentuh pinggang ketika matahari senja mulai turun dan guratan cahayanya menyirami wajah mereka dengan semburat oranye kemerahan.
“Mix ayo naik ke sini.” Earth menepuk-nepuk paddle board yang sejak tadi sudah mengapung di dekat mereka.
“Pegangin ya...” Ucap Mix mewanti-wanti sebelum tubuhnya ia bawa naik ke atas paddle board dan merasakan sensasi terapung-apung di lautan lepas.
“Gimana? Nggak seserem yang kamu bayangin kan?”
“Seru sih, tapi aku nggak bakal hanyut kan?”
“Hanyut gimana? Ini ombaknya kecil gini, ombaknya takut sama kamu.”
“Kamu jangan ngajak berantem di tengah laut gini deh!”
“Kalo ngajak berantem mah aku lepasin nih papannya, nggak aku pegangin.”
“EARTHHHHH!!!!” Mix detik itu juga memekik karena Earth melepaskan pegangannya pada papan paddling yang sedang ia tumpangi itu.
Lelaki yang diteriaki itu hanya tertawa terpingkal-pingkal menatap wajah panik kekasihnya.
“Gitu kan caranya paddling sayang, nih dayungnya, kamu dayung buat kendaliin arahnya. Kunci utamanya keseimbangan, kalo udah jago bisa sambil berdiri. Yuk coba dayung...”
Mix menatap dayung itu sesaat, kemudian meraihnya dengan tekat kuat yang menyala di kedua bola matanya. Earth mengusak pelan rambut lelaki yang lebih muda itu penuh sayang. Ia merasa seperti sedang mengajari balita berenang untuk pertama kalinya, bedanya balitanya ini berusia dua puluh dua tahun.
“Berani nggak kalau aku lepas?”
Mix mengangguk, ia perlahan mulai menikmati perasaan bebas dan lepas yang laut tularkan untuknya.
Sedikit demi sedikit Earth melepaskan pegangannya pada paddle board dan membiarkan Mix mengendalikan papan itu dengan keseimbangannya sendiri.
Mix berhasil.
Pemuda itu seperti menemukan permainan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Mix mendayung jauh, tidak menyadari kalau ia meninggalkan Earth di belakang.
“Seru kan?” Teriak Earth jauh di belakangnya.
“Earth sini... jangan jauh-jauh...” Mix tiba-tiba panik melihat dirinya kini seorang diri terapung di lautan lepas.
Earth baru saja berniat untuk berenang mendekat ketika tiba-tiba ombak yang lumayan besar datang menghantam paddle board yang Mix tumpangi, Mix– dengan pengalaman minimnya tentang paddling dan kepanikannya– tidak bisa mengendalikan papan itu. Papan itu terbalik dan menjatuhkan Mix ke dalam air.
“Mix...” Panggil Earth kaget, buru-buru berenang mendekat.
Mix tidak akan tenggelam mengingat ia pandai berenang dan kedalaman laut hanya sebatas dada orang dewasa. Earth hanya khawatir pemuda itu shock. Perasaan bersalah menyelimuti hati Earth ketika melihat kepala Mix muncul dari dalam air, wajahnya pucat. Earth merengkuh tubuh itu ke dalam pelukan sembari tangannya memberikan tepukan-tepukan menenangkan di punggung Mix.
“Nggak apa-apa kok Mix cuma ombak doang, tenang ya...”
Mix diam saja, alisnya turun– melengkung ke atas, terlihat seperti anak anjing kecil yang sedih. Earth memegang kedua sisi wajah kekasihnya dan memeriksa keadaannya.
“Gimana? Bisa kan kamu ngelawan ombak?”
Mix merengek pelan dan membenamkan wajahnya di perpotongan leher pemuda Pirapat, Earth tau Mix baik-baik saja, ia hanya sedikit– manja. Earth tertawa melihat tingkah bayi besarnya dan memeluk tubuh itu lagi, tak lupa sebuah bonus kecupan di puncak kepala juga ia hadiahkan kepada si bayi karena sudah berani berjuang sejauh ini mengalahkan rasa takutnya akan laut.
“I am proud of you, Mix. Kamu hebat udah berani melawan rasa takut kamu.” Bisik Earth kemudian.
“Tapi tadi aku jatoh.”
“Yah namanya juga baru pertama kali, nggak apa-apa, lama-lama juga kamu jago. Makanya jangan takut laut lagi, laut se-ramah itu ke kamu tau nggak?”
“Ramah apanya?”
“Loh kamu nggak tau? Ombak tadi itu cara laut menyapa kamu.”
“Bisa-bisaan kamu aja itu mah...”
“Serius, liat kan udah nggak ada lagi ombak gedenya. Anggep aja yang tadi itu ucapan selamat ulang tahun dari Koh Tao Island, untuk Mix Sahaphap.”
“Ulang tahunku bahkan masih enam jam lagi.”
“Ceritanya kan early birthday greeting.”
Mix terdiam memandang lautan yang kini sudah setengah gelap, berfikir mungkin benar yang selalu Earth katakan selama ini, laut tidak semenakutkan itu. Memang laut menyimpan begitu banyak rahasia yang tidak kita ketahui, tapi itu bukanlah alasan untuk menghindari keindahan yang dapat disajikan oleh sang mahabiru itu.
“Makasih ucapan ulang tahunnya, iya udah aku terimaaaa...!!! Salam kenal ya!!!” Mix berteriak ke hamparan laut lepas di hadapannya membuat Earth tergelak menatap tingkah lucu pacarnya.
Gulungan ombak berdebur di kejauhan menghantam batu-batu karang besar yang tersebar di beberapa titik Sairee Beach, seolah merespon ucapan terima kasih dari Mix dan salam perkenalannya.
Laut, please be nice– ucap Mix dalam hati.
“Ayo balapan berenang ke tepi.” Usul Mix tiba-tiba.
“Udah akrab banget nih sama laut sampe berani ngajak balapan?”
“Yang kalah traktir makan lobster.” Mix mencuri start setelah mengumumkan hukuman bagi yang kalah dalam kompetisi renang tingkat pacaran ini.
“Heh– curang ya nyolong start.”
Langit sudah menggelap, hanya segaris nyala keunguan di langit bagian barat yang tersisa ketika kedua insan itu saling tertawa diselingi dengan pertengkaran kecil dengan topik tidak penting yang memang selalu mewarnai hubungan asmara mereka yang tak terasa sudah menginjak tahun ke-dua itu.
Ulang tahun Mix kali ini niscaya menjadi salah satu moment terbaik dalam hidupnya yang tidak akan pernah ia lupakan. Earth bukan hanya mengajaknya berlibur ke Koh Tao, namun lelaki itu mengajaknya untuk memasuki babak baru dalam kisah hidupnya, episode tentang Mix Sahaphap yang sudah berhasil mengalahkan rasa takutnya akan laut.
“You don't overcome challenges by making them smaller, but by making yourself bigger.”
ㅤ
Mix sudah menjadikan dirinya jauh lebih berani dari yang ia pikir ia bisa. Itulah yang akhirnya berhasil menghancurkan ketakutan yang selama ini singgah dan bersarang di benaknya. Ia sadar, rasa takut itu hanyalah sebuah perasaan biasa dan ia berjanji tidak akan pernah membiarkan perasaan itu merenggut kendali dirinya, lagi.
ㅤ
—-ㅤ
ㅤ
Earth dan Mix menghabiskan malam dengan pesta lobster dan beberapa makanan olahan seafood segar lain yang dilanjutkan dengan menghabiskan beberapa kaleng bir di pinggir pantai yang diterangi cahaya kelap-kelip lampu kecil berwarna kuning yang dari kejauhan terlihat bak puluhan pendar kunang-kunang.
Earth yang membayar, ia bukannya kalah dalam perlombaan berenang mereka tadi, baginya ini lima puluh persen bentuk apresiasi atas usaha Mix menantang diri dan sisa lima puluh persennya lagi murni karena sifat bulol yang sudah mendarah daging dalam diri lelaki itu.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
Tw 🔞: vanilla sex, explicit sex scene, sexual intercourse, nipple play, fingering, anal sex.
ㅤ
Resort, Koh Tao
July 21, 11.30 PM.
Mix yang baru selesai mandi sedang mematut-matut diri di depan cermin, mengamati wajahnya yang terbakar matahari karena lupa menggunakan sunscreen ketika lengan kokoh lelaki Pirapat tiba-tiba melingkari pinggang rampingnya dan menghujani pipi gembilnya dengan ciuman.
“Harum banget sih pacar siapa??”
“Jomblo nih, nggak punya pacar.” Mix tersenyum melihat pantulan wajah cemberut Earth di cermin usai mendengar penuturannya.
“Aku gigit mau huh???”
“Mau aja....” Mix menoleh menatap kekasihnya itu dengan tatap seduktif.
Earth yang tiba-tiba mendapat lampu hijau itu menyeringai, tangannya menarik lepas tali bath robe putih yang sedang Mix kenakan. Jemarinya segera ia bawa menyelusup ke dalam bath robe– yang bagian depannya sudah terbuka– untuk bermain di dua noktah kecoklatan di dada sang kekasih sambil kecupan demi kecupan ia daratkan di leher putih itu. Sentuhan yang Mix terima di kedua putingnya membuat kedua belah bibir itu meloloskan desah tertahan yang membawa sang dominan semakin gencar menggesekkan ibu jarinya di sana dan membuat benda kecil coklat itu mengeras.
Pantulan tubuhnya yang tengah dikerjai oleh sang kekasih yang dapat Mix liat melalui cermin di depannya membuat wajahnya memerah. Ia malu melihat wajah penuh kenikmatan yang ia tampilkan ketika lelakinya mulai menurunkan fabrik putih itu dari pundaknya dan menyesap kulit bahunya yang putih hingga berubah warna menjadi kemerahan.
“Earth... m–malu...” Racauan tidak jelas yang terselip diantara desahan itu menyebut nama Earth.
“Kamu keliatan sexy sayang.” Bisik Earth sembari lidahnya menjilati daun telinga Mix. Ia mengerti apa maksud dari kata malu yang diucap kekasihnya, namun ia menikmati menonton adegan yang tengah mereka lakukan lewat pantulan cermin.
Mix menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mau ke kasur...” Rengeknya.
Permintaan sederhana dari Mix yang tentu saja dikabulkan oleh Earth. Dengan mudahnya Earth membopong tubuh itu, kemudian meletakkannya hati-hati di atas ranjang, memastikan tubuh lelaki yang ia cintai itu senyaman mungkin rebah di sana bahkan merapihkan bantalnya terlebih dahulu. Kemudian ia mengungkung tubuh yang lebih muda itu di bawah kuasanya, menatap setiap inci wajah yang selalu membuatnya tergila-gila, sepasang manik bulat yang tengah balas menatapnya dengan sayu, pipi chubby yang kini memerah karena sengatan matahari dan bibir tebalnya yang merekah setengah terbuka seolah mengundang untuk ia kecap manisnya.
Mix mengusap pelan rahang kokoh yang menopang wajah tegas milik lelaki Pirapat yang tengah tertegun menatapnya.
“Kenapa kok liatin aku kayak gitu?”
“Nggak apa-apa, kamu cantik.” Earth meraih tangan Mix dan mengecup punggung tangannya singkat.
Wajah yang sudah merah karena tersengat panas matahari itu mungkin saat ini sudah semakin bersemu merah tak karuan ketika Earth memujinya cantik, bukan hal baru pujian-pujian seperti itu lolos dari mulut Earth tapi tetap saja Mix selalu memerah dibuatnya.
“5....4....3....”
Mix menautkan kedua alisnya keheranan mendapati Earth yang tiba-tiba mulai berhitung. Baru saja bibirnya terbuka untuk bertanya, Earth membungkam bibir itu dengan bibirnya, ciuman itu lembut dan tidak menuntut.
“Happy Birthday, Mix.” Ucap lelaki itu selanjutnya, sambil tersenyum manis.
Mix kaget. Ujung matanya mencuri lihat jam dinding yang terpajang di salah satu sisi dinding kamar resort.
Ah iya– ulang tahunnya sudah tiba.
Ia tersenyum, begitu lebarnya. Senyuman terlebar yang bisa ia buat walaupun rasanya masih tak cukup luas untuk menggambarkan perasaan bahagianya saat ini.
“Thanks Earth, aku seneng banget ulang tahun kali ini aku abisin waktu yang bener-bener berharga sama kamu. Makasih buat semuanya ya.”
“I love you, Mix.”
“No!!! I love you first!!!”
Selanjutnya mereka ribut memperdebatkan siapa yang lebih mencintai siapa dalam hubungan saling jatuh cinta yang mereka jalani berdua. Malam itu berlanjut dengan keduanya yang kini saling bergumul di atas ranjang dengan tubuh yang tak berlapis sehelai benang pun.
Mix suka. Ia suka ketika kekasihnya melesakkan lidahnya dan mengabsen deretan gigi miliknya dan mengejar kenikmatan dengan saling menautkan lidah mereka. Earth melumat bibir tebal itu membawa Mix ke dalam ciuman yang membuat seluruh tubuhnya panas. Ciuman Earth turun dan berpindah pada bagian favorit lelaki itu, kedua puting Mix yang sejak tadi sudah mengeras berbarengan dengan bagian selatan miliknya yang sudah tegak namun belum terjamah. Earth dengan lihainya membawa tonjolan kecil kecoklatan itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya kuat-kuat membuat lelaki dibawahnya melenguh tak berdaya di bawah permainan yang ia kendalikan.
“Aaaahh– Earthh....” Mix melengkungkan tubuhnya sembari tangannya meremas surai hitam sang dominan yang masih asik bermain-main dengan putingnya yang kini sudah mengkilap berlumur saliva.
Kecupan-kecupan ringan Earth daratkan di sepanjang torso dan perut milik pemuda Sahaphap sampai ke bagian paling sensitif miliknya yang sejak tadi sudah mengeras.
Kejantannya tenggelam dalam genggaman tangan besar Earth dalam upaya laki-laki itu memberi kepuasan dengan mengocok penis kepunyaan Mix dengan tempo sedang hingga cepat. Earth membawa penisnya sendiri yang sudah tegak ke dalam genggamannya dan mengocoknya berbarengan dengan milik Mix membuat Mix terperanjat menyadari betapa berbedanya ukuran kelamin mereka. Milik Earth memang berukuran di atas rata-rata dengan urat-urat yang menonjol ketika tengah ereksi sempurna, benda yang seringkali membuatnya kelabakan ketika sudah dibawa masuk memenuhi liang kenikmatannya. Hanya dengan membayangkan batang penis besar itu memasukinya saja sudah membut cairan precum miliknya menyembur keluar membasahi tangan Earth.
“Earth... jangan mainin lagi, mau dimasukin aaahhmm....”
Hal yang Earth sukai adalah ketika Mix memohon-mohon untuk ia setubuhi seperti ini. Libidonya semakin naik membuatnya ingin menghancurkan tubuh fragile di bawahnya lewat permainan sex yang memabukkan.
“Sebentar ya sayang, aku ambil lube sama kondomnya dulu.” Earth berbisik di telinga Mix dan beranjak mencari kedua benda itu di dalam tasnya yang ia letakkan di atas nakas.
“Earth cepetan....” Mix merengek lagi, membuat lelaki yang lebih tua itu tersenyum melihatnya.
“Aku siapin dulu lubang kamu biar nggak sakit ya.” Ujarnya sambil membasahi dua jarinya dengan cairan lubricant yang kemudian ia oleskan di sekitar cincin anal kekasihnya.
“Aku masukin jari ya?” Earth meminta ijin yang dibalas dengan anggukan kepala tanda setuju.
Mix merasakan sesuatu memasukinya, satu jari milik Earth. Tak lama berselang tambahan satu jari lagi Earth bawa masuk ke liangnya dan dengan sukses mengobrak-abrik kewarasan Mix karena sensasi gatal yang ia rasakan di bawah sana, mengharapkan penis Earth-lah yang segera memasukinya alih-alih kedua jemarinya. Earth menggerakkan jemarinya di sana, keluar masuk memastikan milik kekasihnya siap untuk dimasuki benda yang lebih besar dari ukuran dua buah jari.
Setelah dirasa liang senggama kekasihnya sudah siap, Earth segera menyarungkan kondom tipis itu pada penisnya dan memposisikannya untuk segera menerobos masuk. Mix menahan nafasnya ketika jemari Earth digantikan oleh benda keras, tebal dan panjang yang membuat analnya terasa sesak dan penuh.
“Aaaahh....shhh Mix.... kamu sempit banget sayang.” Racau Earth tak karuan ketika dinding anal kekasihnya terasa mencengkeram batang penisnya dengan ketat.
“Nghh... gerakin Earth...”
Earth mengangkat kedua kaki Mix dan meletakannya di bahunya kemudian ia mulai bergerak memompa kejantannya keluar masuk berulang-kali. Suara hentakan penyatuan kulit bertemu kulit dari aktifitas seksual yang tengah mereka geluti memenuhi ruangan, disertai dengan rintihan dan rengekan yang keluar dari belah bibir lelaki yang lebih muda saling bersahutan dengan desahan dan suara deham rendah milik yang lebih tua, larut dalam kenikmatan mengejar kepuasan birahi milik mereka.
Penis Earth berkali-kali menghantam titik paling sensitif milik Mix yang membuat lelaki manis itu menggila di bawah dominasi lelaki Pirapat yang masih terus menggagahi analnya bertubi-tubi. Kejantanan Earth terus menumbuk tepat di sweet spot membuat tubuh Mix mengejang karena kenikmatan yang dihasilnan dari persetubuhan mereka.
“Earth aku mau cum...” Ucap Mix setelah beberapa saat tubuhnya bolak-balik terhempas ke belakang karena hentakan yang Earth lakukan ketika penisnya bergerak keluar-masuk cincin analnya.
“Keluarin aja ya jangan ditahan...”
Mendengar kekasihnya segera mencapai puncak pelepasan, Earth kembali mengocok penis Mix untuk membantunya segera mencapai orgasmenya sementara kejantannya sendiri terus membengkak di dalam liang anal yang kini terasa memijit dan meremas-remas penisnya.
Dengan beberapa kali hentakan keras, Earth mencapai putihnya dibarengi dengan Mix yang mencapai pelepasannya dan memuncratkan spermanya di perut Earth. Tubuh Earth ambruk menimpa tubuh di bawahnya yang berbuah omelan dari lelaki Sahaphap.
“Earth kamu beraaat...”
“Bentar doang... capek yang.”
Mix tertawa kecil.
“Segitu doang stamina kamu???”
“Kamu ngeremehin ya? Mau aku genjot lagi nih??” Earth sengaja menggerakan penisnya yang masih tertanam di dalam liang Mix membuat lelaki Sahaphap seketika panik.
“Aaahh Earth jangan ih masih ngilu, lagian aku capek, ngantuk.”
“Tadi nantangin.”
“Bercanda doang sayangku.” Mix meraih kedua sisi wajah Earth dan memberi kecupan hangat di kedua pipinya.
Earth mencium bibir Mix berkali-kali, ciuman ringan dan singkat, membuat Mix tertawa di tengah-tengah ciuman mereka.
“Kamu tidur gih, besok bangun pagi kan kita mau diving.”
“Lengket banget gak betah...” Ucap Mix dengan manjanya.
“Nanti aku yang bersihin, udah kamu merem aja.” Earth mengusak surai hitam lelaki yang dicintainya itu.
Mix menatap Earth dengan sorot mata persis seperti anak anjing menggemaskan andalannya. Merasa bersyukur Tuhan memberinya lelaki seperti Earth Pirapat.
“Aku bersih-bersih bentar ya.”
Sekembalinya Earth dari kamar mandi, ia menemukan kekasihnya sudah terlelap, wajahnya dihiasi senyuman dan terlihat damai. Ia tersenyum melihat bayi besar itu mendengkur pelan. Menggemaskan.
ㅤ
ㅤ
Sai Daeng Beach, Koh Tao
July 22, 11 AM.
Matahari sudah mulai tinggi ketika mereka mengapung di tengah lautan di atas perahu motor milik Phoenix Diving. Setelah menjalani training singkat dan percobaan selam pertama di kolam renang pagi tadi, kini Mix siap menjalani percobaan pertamanya di laut. Perlengkapan diving sudah siap terpasang pada tubuh Mix ketika ia menceburkan dirinya ke permukaan air dan berkecipak di sana, mengadaptasikan diri dengan suhu air. Karena ini pengalaman pertama untuknya maka ia akan didampingi oleh seorang instruktur dari Phoenix Diving, kenalan Earth.
“Mix... kalo tiba-tiba nanti panik dan nggak kuat minta udahan aja ya, kita berenang biasa aja.” Earth khawatir Mix terlalu memaksakan diri.
“Berani kok! Aku pasti bisa.” Mix membulatkan tekatnya.
*“Untuk percobaan diving pertama kali kita akan lakukan lima belas menit pertama percobaan ya.” Ujar instruktur diving bernama Thee itu.
“Thee titip Mix ya...”
“Tenang Earth, percaya sama dia. Dia udah yakin gitu.”
Mix menghilang ke dalam air usai melambai-lambaikan tangannya ke arah Earth yang akan menunggunya di atas perahu sampai lima belas menit percobaan selam pertamanya bersama Thee.
Lima belas menit terlama dalam hidup Earth karena ia khawatir sesuatu mungkin terjadi pada Mix di dalam air. Tapi ia berhasil menyadarkan dirinya sendiri dan yakin kalau Mix tengah bersenang-senang di bawah sana.
Hingga akhirnya Mix dan Thee kembali muncul ke permukaan air, Mix langsung membuka kacamatanya, menatap matahari dan menghirup udara dengan bebas. Wajahnya berseri-seri bahagia.
“Earth aku berhasil!!!!!” Pekik Mix bahagia.
Earth tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya ke arah Mix.
“Karena Mix udah lulus percobaan pertama selamnya, kita bakalan pindah ke Hin Ngam Bay, spot coral reef di sana lebih bagus, kalian pasti terpesona sama pemandangan bawah lautnya.” Ujar Thee.
“Earth nanti kamu diving kan bareng aku???”
“Iya nanti kita berdua ya.”
Mix terlihat bersemangat, membuat Earth tidak bisa berhenti tersenyum.
“Nanti waktu menyelam di Hin Ngam Bay kita berpotensi ketemu Blacktip Reef Sharks sama Turtle Sea juga loh.” Lanjut Thee berceloteh tentang spot diving yang lumayan populer itu.
“Hah??? Hiu???” Mix kaget.
“Tenang, nggak berbahaya kok Mix hehehe.” Ucap Earth sambil cengegesan.
Mereka menghabiskan hari itu dengan mengeksplor laut Koh Tao, mengagumi keindahan terumbu karang yang tumbuh di sana dan ikan-ikan yang mereka temui saat menyelam.
Ketakutan Mix akan laut mulai sirna digantikan dengan kekagumannya karena laut yang seringkali terlihat tenang itu dapat menyimpan begitu banyak cerita. Dua puluh dua juli kali ini terasa berbeda karena ia menghabiskan hari ulang tahunnya dengan cara yang berbeda pula, ditambah ia melaui momen-momen yang berharga ini dengan orang yang tak kalah berharga di sisinya, Earth Pirapat.
“Once again, happy birthday Mix. Aku harap kamu selalu bahagia.” Ucap lelaki Pirapat itu di penghujung hari sambil mereka bergandengan tangan menyusuri pantai kembali ke resort.
“Kalau gitu jangan pernah tinggalin aku, Earth. Pasti deh aku selalu bahagia.” Jawab Mix sambil tersenyum lebar.
Earth merengkuh pinggang Mix, membawanya semakin dekat dalam dekapannya, lalu mengecup bibir kekasihnya dengan lembut. Ciuman mereka sore ini terasa begitu manis, semanis kisah yang mereka jalani selama ini, termasuk di dalamnya dua hari yang mereka habiskan di Koh Tao.
“Happy Birthday Mix.” Ucap Mix dalam hati, kepada dirinya sendiri di penghujung senja itu.
ㅤ
ㅤ
Fin.
ㅤ
ㅤ
– wjmmmy, 2021.