MUTUAL FEELINGS
“Udah dibilangin jangan mabok juga... payah nih om-om satu, untung Mama udah tidur.”
Kalimat pertama yang Mix ucapkan ketika netranya menangkap sosok Earth di tengah cahaya seadanya karena lampu ruang tengah sudah dipadamkan berjam-jam yang lalu. Saat itu pukul setengah satu dini hari.
“Siapa yang mabok, gue cuma minum dikit.”
Mix mencibir.
“Dek ambilin air es dong.” Earth menjatuhkan dirinya di sofa ruang tengah.
“Dih kok nyuruh-nyuruh.”
“Kan gue ulang tahun.”
“Sadar ya bapak...ini udah ganti hari...”
“Oiya hehe hehe.”
“Dia bilang gak mabok tapi kelakuan udah kaya orang stress.” Mix menggerutu sambil menyerahkan gelas berisi air es ke hadapan lelaki yang lebih tua itu.
“Makasih adek manis.”
Mix berjengit melihat tingkah Earth yang tidak biasa.
Merinding.
“By the way, mana kado buat gue?”
Ohiya, Mix hampir lupa. Ia sudah menyiapkan hadiah untuk Earth.
“Yuk ikut gue...” Mix menarik lengan Earth.
“Kemana?”
“Ikut aja ya bawel!!!”
Mix membawa Earth ke kamarnya.
“Ayo duduk sini....”
Mereka berdua duduk berhimpitan di single bed milik Mix.
“Ngapain sih??” Earth bingung.
“Liat tuh....”
Mix telah mengubah kamarnya menjadi sebuah bioskop mini- khusus malam ini. Berbekalkan proyektor, sebuah klip berhasil ditampilkan di salah satu sisi dinding kamarnya.
Klip video itu menampilkan seorang bayi lelaki yang sedang belajar merangkak di karpet bulu sebuah ruangan yang terasa familiar- ruang tengah rumah mereka. Si bayi lelaki beberapa kali terjatuh dan berhasil bangkit kembali, terdengar samar-samar suara seorang wanita di balik kamera yang merekam momen ini.
“Itu Earth umur 1 tahun....” Ucap Mix.
“Emang itu gue???”
“Ya siapa lagi coba?? Masa bayi tetangga... jelas-jelas mukanya mirip lo kan...”
“Dapet darimana videonya?”
“Minta Mama ehe ehe...”
Klip video itu terus menampilkan transisi dari masa ke masa. Sekarang menampilkan Earth kecil yang menangis tersedu-sedu karena es krim yang tengah dia makan jatuh ke lantai, terdengar suara Mama mengomel “Beresin es krimnya sendiri.... kan udah mama bilang kalau makan sambil duduk Earth, kenapa lari-lari???”
“Dasar cengeng.”
“Ya namanya juga balita, lo sampe umur segini-pun kalo es krim jatoh lo masih nangis kan???”
“Engga ya fitnah banget!!”
Proyektor selanjutnya menampilkan video Earth kelas 3 SD, dalam balutan seragam sekolah, mengikuti lomba menyanyi.
Earth dan Mix tertawa terbahak-bahak mendengar suara Earth kecil dan ekspresi wajahnya yang sangat menjiwai lagu yang menceritakan tentang pahlawan tanpa tanda jasa itu.
“Apa sih judul lagunya??? Coba masih inget nggak? Nyanyiin dong sekarang.” Pinta Mix.
“Nggak inget lah... apaan ya....”
Earth mencoba mengingat-ingat sambil bersenandung kecil, menyanyikan penggalan-penggalan lagu yang ia nyanyikan dulu sambil me-reminiscing ekspresi wajahnya sekaligus yang sukses membuat Mix tertawa terpingkal-pingkal. Mix tertawa sampai keluar air mata.
“Sst....sst... nanti Mama bangun Mix jangan kenceng-kenceng ketawanya.”
“Lagian lo kenapa sih reka ulang adegan segala.”
“Lo yang nyuruh nyanyi kan tadi.”
“Iya tapi nggak usah pake ekspresi, ya Tuhan gue mules.”
“Tuh tuh ada lo sekarang.”
Earth menunjuk ke arah dinding yang tengah menampilkan video saat Earth mengajari Mix naik sepeda untuk pertama kalinya.
“Sampe sekarang lo nggak bisa juga naik sepeda, udah capek-capek gue ngajarin tuh.”
“Bisaaa.....”
“Bisa apa? Bisa jatoh?”
“Beneran gue udah bisa.”
“Paling baru lima meter jatoh kan? Tuh kan beneran jatoh...”
Mix kecil- di dalam klip video itu- jatuh dari sepeda dan menangis. Earth tampak menghiburnya dengan iming-iming akan dibelikan jajanan kalau Mix berhenti menangis yang sukses membuat bocah itu diam.
Earth tertawa keras.
“Dari dulu sampe sekarang sama aja ya, dirayu pake makanan langsung sukses.”
“Diem lo!!!”
“Lagian lo sering banget nangis pas kecil Mix, yang cengeng itu lo.”
“Ya tau sendiri lah gue kan ada luka batin pas kecil.”
Mix mengatakannya seolah luka itu hanyalah luka biasa untuknya. Not a big deal.
“Udah udah nggak usah dibahas nanti lo nangis lagi....” Earth memeluk Mix penuh kasih sayang dan mengusap-usap punggungnya.
Mereka menghabiskan kurang lebih empat puluh menit untuk menonton kompilasi video masa pertumbuhan Earth mulai dari bayi sampai dewasa, beberapa momen membuat Earth tertawa dan beberapa momen membuat mata pemuda itu berkaca-kaca, terharu.
“Happy belated birthday, Kak Earth. Terima kasih udah tumbuh dengan baik sampai hari ini, gue bersyukur banget lo ada di hidup gue. Tujuan gue bikin klip ini karena gue harap lo juga nggak lupa bersyukur untuk semua fase yang udah berhasil lo lalui dengan baik sampe sekarang.” Ucap Mix tepat setelah video berakhir.
“Makasih Mix, makasih udah ngingetin gue tentang hal ini, hal yang penting tapi sering terlupakan. Makasih juga udah jadi bagian dari memori-memori gue . Thank you adik kecil.”
Detik selanjutnya mereka saling menatap sambil tersenyum lebar. Lewat enam puluh detik, Mix menyadari bahwa ada yang berubah dari sorot tatap mata Earth.
“Earth...?”
“Mix....” Earth mengusap lembut pipi Mix.
“Hmmm?”
“Can I kiss you?“
Mix tidak bisa memproses pertanyaan Earth, ia hang seperti komputer lama yang kelebihan muatan. Ketika Earth mulai mengikis jarak diantara wajah keduanya, Mix tidak bisa berfikir. Mix tidak menolak, tapi ia juga tidak mampu untuk mengiyakan. Ketika hembusan nafas hangat Earth menyentuh pipinya, Mix memejamkan matanya rapat-rapat. Ia merasakan bibir Earth menyentuh bibirnya. Bodohnya, Mix tidak tahu harus merespon sebuah ciuman dengan cara bagaimana.
Ini ciuman pertamanya selama 22 tahun hidup di dunia. Ciuman itu singkat dan kilat. Terlalu cepat, untuk Mix. Bagaimana cara mengatakan pada Earth kalau ia ingin lagi.
Earth masih menatap Mix sambil menautkan jemarinya ke jari-jemari Mix. Menggenggamnya dengan erat.
“Mix.... jangan pacaran sama Boom ya, nggak boleh.” Ucap Earth tiba-tiba.
Mix lebih kaget lagi dibuatnya. Kemudian Mix ingat, malam ini Earth memang setengah mabuk, makanya Earth bisa bersikap se-straightforward ini.
Orang mabuk biasanya selalu jujur kan?
Mix tersenyum mendengar ucapan Earth yang melarangnya dan Boom berpacaran. Jadi inikah isi hati Earth selama ini??
“Emang kenapa nggak bo....leh?”
Belum selesai Mix menanyakan alasan di balik permintaan itu, Earth membungkamnya dengan ciuman kedua. Ia merebahkan tubuh Mix dan mengurung sosok mungil itu di bawah kuasanya.
Ciuman Earth yang kedua kali terasa berbeda, terasa lebih agresif, mengintimidasi dan menuntut. Mix masih tidak tau harus bagaimana merespon ciuman ini sampai akhirnya ia memberanikan diri membuka mulutnya dan membiarkan Earth melesakkan lidah dan menautkannya dengan miliknya.
Mix pusing.
Ia tidak pernah tahu kalau berciuman memiliki efek yang memabukkan seperti ini. Mix kini lebih berani membalas ciuman Earth dengan melumat bibirnya perlahan. Ia mengalungkan lengannya di leher Earth.
Tak lama, Mix kehabisan napas. Earth melepaskan ciuman mereka agar Mix bisa mengambil nafas. Earth memandangi sosok cantik di bawahnya dengan kagum.
“Mix lo cantik... cantik banget.” Earth sepertinya melantur.
Tapi Earth tidak bohong ketika ia bilang Mix cantik. Terlebih malam ini, ketika kedua belah pipinya merona merah, mata bulat Mix menatap Earth dengan tatapan sayu penuh damba, belum lagi ditambah bibirnya yang terlihat membengkak akibat aktifitas ciuman mereka yang cukup panas.
Mix menarik kerah kemeja Earth, membawa wajahnya mendekat.
“M-mau cium lagi...” Bisik Mix malu-malu. Rona merah di pipinya semakin menjadi-jadi.
Mix menggemaskan. Membuat Earth ingin menggigit pipinya yang seperti buah peach.
Earth mengecup bibir Mix sekilas. Earth bisa melihat Mix kecewa, Earth tahu si manis ini menginginkan ciuman lain yang basah dan panas. Tapi bukan Earth namanya kalau tidak gemar menggoda adik manisnya.
“Pagi ada kelas nggak?”
Mix mengangguk.
“Bolos aja ya...”
Yang terjadi selanjutnya Earth sudah sibuk mencumbu salah satu bagian sensitif Mix, telinganya.
“Aahhh....Kakkh...” Mix mendesah ketika Earth melumat cuping telinganya.
Ciuman Earth turun ke area leher, bahu dan dada Mix, sweater belel dengan potongan v-neck yang kebetulan Mix kenakan malam ini memudahkan aksi Earth.
Mix tau bekas ciuman Earth di leher dan bagian tubuhnya yang lain akan menimbulkan tanda kemerahan esok hari, tapi ia tidak peduli. Yang Mix peduli, dia menikmati kebersamaanya dengan Earth malam ini, andai saja ia bisa menghentikan waktu, ia ingin menghentikannya sekarang juga agar kebahagiaan ini bisa berlangsung selamanya.
Earth merebahkan diri di sisi Mix sambil menopang kepalanya dengan tangan, agar bisa menatap wajah manis kesayangannya.
“Kok udahan?” Tanya Mix polos.
“Besok pagi lo ada kelas, gue juga kerja, ini udah jam tiga pagi.”
Mix mengerucutkan bibirnya, merengut.
“Emang udah siap kalo gue lanjut hm?”
Mix kicep dibuatnya. Lanjut apanya nih???
Earth tersenyum lagi.
“Udah gih tidur, gue liatin.”
“Earth... gue sayang lo....”
“Gue juga Mix, nggak pernah sedetik-pun dalam hidup gue nggak sayang lo.”
“T-tapi kan ini sayangnya beda.”
“Iya ngerti kok. Your feeling is mutual.”
“Ini nggak karena lo lagi setengah mabok doang terus ntar pagi lo lupa kan??”
“Liat nanti pas pagi deh....”
“Ihhh sebel dah lah gue tidur aja.”
Mix mengubah posisi tidurnya jadi memunggungi Earth. Kesal. Earth memeluk tubuh Mix dari belakang dan mengistirahatkan dagunya di bahu Mix.
“Earth sayang Mix, bukan kakak sayang adek. Ngerti kan?” Bisik Earth di telinga Mix tak urung membuat Mix tersenyum juga.
Kali pertama dalam hidup Mix, ia tidur dengan Earth tanpa embel-embel label kakak-beradik, tapi sebagai dua insan yang dimabuk cinta.