맏형
Tbz Hyung-Line🔞
Starring : – Lee Sangyeon – Bae Jacob – Kim Younghoon – Lee Hyunjae
Awalnya liburan kayak anggota lain, berkedok bulan madu malahan, but something will happen on the last day of their trip
Warning : bismillah. orgy party; voyeurism, exhibitionist-kink, bare backing, piss (i swear it will be hyunjae this time), sorry im not sorry, say hello to.... anal orgasm (nggak tahu bener apa salah tapi di porno gitu sih)
. . .
Berita tentang liburan tiga hari keempat sekawan rupanya sudah tersebar di kalangan anggota lain. Seperti sekarang, dua sahabat sebaya, Jacob dan Hyunjae tampak antusias membicarakan di kamar salah satu dari mereka.
“Pantes aja tiba-tiba minta cuti tiga hari ternyata ke Maldives?”
“Iyaa! Beruntungnya kita emang lagi off nggak ada kerjaan,”
Hyunjae menatap langit-langit kamar, seperti menimang sesuatu dalam pikiran. “Kita nggak mau liburan, Cob?”
“Ha? Ke Maldives juga?”
“Nggak usah ke situ, kejauhan. Ke Jeju aja mending, kan sama aja,”
Jacob memandang sahabatnya, benar-benar polos setengah mati, karena tujuan mereka cuman liburan, nggak lebih. “Berempat?”
“Nggak Cob, kita bawa sekampung, ya iyalah,” tukas pemuda manis itu nyaris menepuk jidat, Jacob sendiri malah terkekeh tanpa dosa.
“Boleh, kalo Sangyeon Hyung ngizinin,”
“Pasti diizinin, kan berempat, ih.”
“Ya mana tau si Bapak sibuk atau enggak,” balas Jacob tidak mau kalah. Mata Hyunjae bersinar-sinar jenaka, tapi kejahilan tampak nyata sehingga temannya memicingkan netra. “Jae..”
“Just seduce him,”
“Kamu pikir aku semurah itu?”
“Oh ayolaaahh! Kapan lagi coba kita bisa liburan sama-sama? 98 aja udah, masa kita nggak?”
Jacob menimang-nimang, ada benarnya sih mereka mencoba kabur sebentar dari peradaban dan kehidupan artis. Tapi bagaimana dengan keadaan asrama jika mereka tidak ada selama beberapa hari?
Ralat. Tidak ada Sangyeon dan dia selama tiga hari.
Speaking of the devil, kekasih gantengnya muncul tiba-tiba mengejutkan kedua sekawan. Hyunjae nyaris terlonjak dari kasur menyebabkan alis Sangyeon naik kebingungan.
“Hyunggg ayo liburan!” Sebelum Jacob mengalahkan duluan, Hyunjae telah meminta sembari bertingkah menggemaskan.
“Liburan?”
“Iyaaaa Juyeon dkk sudah minggu lalu, aku pengen jugaaaa,”
“Kamu aja liburan sama Younghoon,” Jacob menipiskan bibir untuk menahan tawa pada jawaban tersebut, tampak sekali Sangyeon malas meladeni, apalagi mereka sedang sibuk mempersiapkan comeback bulan depan. Hyunjae tampak merajuk, mengerucutkan bibir sebab tidak diindahkan.
“Just four of us, Hyung,” akhirnya pemuda tertua kedua membuka suara, lembut, tenang, berhasil mengalihkan perhatian Sangyeon dari apa yang ia kerjakan. Si Leader tersenyum kecil, mungkin dia langsung memikirkan permintaan apabila Jacob yang mengatakan.
“Okay,” Sangyeon bersuara, mendekati lelaki di kasur, menangkup pipinya sambil menatap sayang, “nanti aku coba diskusikan sama manajer,”
“Whaaaattt? Kenapa tadi pas aku-“
“Sshh Jae.. diamlah.”
Sangyeon hanya melempar cengiran sebelum berlalu dari ruangan, meninggalkan Hyunjae menggeram kesal dan Jacob tertawa geli melihat pertengkaran kecil terjadi antara sahabat dan kekasihnya.
“Menyebalkan!”
Setidaknya, pemimpin mereka setuju tentang ide liburan ini.
***
“Bye Hyungdeul, dorm akan kami jaga dengan baik,” ucap Eric saat keempat makhluk tertua di The Boyz menyeret koper menuju pintu keluar, para termuda di sana tampak berseri-seri seakan kepergian mereka merupakan keajaiban langka. Changmin memukul kepala belakangnya sedikit keras.
“Kalian pikir kami tidak ada di rumah?”
“Oh, last time we checked, kalian berempat selalu pergi ke apartemen pribadi Juyeon Hyung, doing god know what,” kilah maknae tidak suka membuahkan beberapa pertikaian kecil dari lelaki yang memukulnya.
“Boys, behave. Aku nggak mau kalau liburan ini gagal karena kalian ya!” padahal baru sampai pintu, Hyunjae sudah mengomel. Sangyeon dan Jacob angkat kaki duluan, meninggalkan Younghoon mengiring sang kekasih agar berhenti mengoceh saat mereka siap bepergian. Juyeon menganggukkan kepala pertanda ia yang akan mengurus teman-temannya di sini.
Oh, kalau Juyeon dia pasti dapat diharap, nggak tahu sama yang lain.
“Nggak usah dipikirin, udah gede,” bisik Younghoon menenangkan pemudanya yang masih bersungut-sungut, “senyum dong, cantiknya ilang kalau cemberut,” mau tak mau Hyunjae menyunggingkan senyum tipis, menyandarkan kepala di pundak tegap sekaligus menikmati aroma khas pacar sebayanya. Perjalanan mereka memakan waktu tiga jam ditambah kemacetan ibukota yang tidak dapat terhindar. Keempat anggota menghabiskan waktu menumbuhkan tai mata sampai manajer membangunkan.
“Pokoknya aku mau kamar ada balkonnya!”
“Kita di rumah, bukan hotel, Hyunjae,”
“Yaudah, menghadap ke pantai!”
“Behave atau kamu ditinggal di sini,” ancam Sangyeon melotot sedikit, Hyunjae hanya menjulurkan lidah karena dia memang jahil, bersembunyi di belakang sang pacar demi menghindari amukan. “kamu mau ngapain setiba di sana, Sayang?”
Kurang ajar. Giliran bertanya ke Jacob suaranya jadi lembut kayak kain sutra. Younghoon terkekeh melihat perubahan pemuda cantik di samping, mengusap surai cokelatnya sayang.
“Mau tidur,”
“Nggak mau jalan-jalan?”
“Aku mau jalan-jalan, Hyung!” celetuk Hyunjae memotong pembicaraan, cengiran terpampang menggemaskan membuat Jacob ikut menyengir. Punya teman imut banget sih meskipun berisik minta ampun.
“Jalan sana sama Younghoon, kan punya pacar.”
“Ih Hyung! Kenapa sih daritadi sewot amat sama aku?”
Daripada telinga penumpang pesawat pengang karena suara Hyunjae, Younghoon selaku pawangnya buru-buru mengatupkan mulut yang meronta-ronta. Sangyeon benar-benar senang mengganggu anggota termuda di antara mereka berempat sebab sangat lucu jika dilihat.
“Kita ke sini liburan per pasangan, okay? Nggak ada yang namanya bareng-bareng, nggak ada juga yang boleh ganggu waktuku sama Cobie,”
“Oh, tunggu kesempatanku merusak kesenangan kalian,”
Sebelum pertikaian terjadi lagi, Hyunjae sudah dibungkam menggunakan bibir. Mengundang komentar jijik serta desisan teguran.
“Bodoh, not in public, Kim Younghoon!”
At least he shut him up.
***
Hari pertama datang tidak ada yang spesial, hanya keceriaan Hyunjae dan Jacob setelah mengetahui pemandangan laut seluas mata memandang, interior khas pantai yang membuat nyaman, serta tergeletaknya pasangan mereka di kamar masing-masing. Ngantuk katanya, mending melanjutkan tidur yang tertunda.
Meninggalkan dua sekawan sibuk bermain air di luar cottage. Makan malam di salah salah satu restoran, tidak menghentikan perang mulut Hyunjae dan Sangyeon di tempat.
Maklumlah. Namanya juga extrovert. Berbanding terbalik dari Younghoon dan Jacob yang memiliki MBTI yang sama.
Sesampai di rumah inap, mereka agak mabuk sedikit. Hyunjae terlalu banyak tertawa, digendong Younghoon di belakang, sementara Jacob diam saja meski tatapan sayu dalam rangkulan Sangyeon.
Drunk Hyunjae is a mess. He wants everything including his boyfriend’s nakedness on his body. They fucked like rabbit in heat, lebih tepatnya ia menjerit keenakan sukses menggagetkan pasangan sebelah.
Beruntung sejoli lain tidak peduli. Mengabaikan eksistensi pasangan di kamar samping, sibuk mencumbu satu sama lain ditemani kehangatan badan masing-masing.
Baru hari pertama tapi rasanya betah tidak ketolongan. Hanya ada mereka, tiada pengganggu atau pembising macam adik-adiknya, menikmati sentuhan yang tak terburu-buru, menyelimuti diri dengan keintiman lebih.
Honeymoon vibe, isn’t it?
***
In another morning.
Sangyeon terbangun seketika saat kehangatan tidak menyelimuti dirinya lagi. Mata membuka perlahan menemukan kekosongan, hanya ada bekas seprai kamar awut-awutan. Dia melirik ke sana kemari, bingung, linglung kesayangan telah pergi.
Sambil menyeret langkah keluar ruangan, Sangyeon mendapati pemuda lain sudah sibuk berkutat di dapur. Tidak memasak sih, melainkan membuka kotak cereal sangat hati-hati kemudian menuangkan beberapa gram ke dalam mangkok putih. Sebuah senyum terukir, menyuruh diri agar berjalan tambah dekat demi memeluk pinggang ramping.
“E-eh?”
“Isn’t it too early to wake up, Baby?”
Jacob tertawa geli, tidak melawan pelukan dari belakang oleh sang kekasih, hanya meneruskan pekerjaan, menikmati deru napas berat di tengkuk sendiri. “Good morning, Hyung.”
“Hm, morning too,” balas Sangyeon terdengar diredam sesuatu, of course, leher Jacob terlalu sayang untuk dilewatkan. Kecupan kecil mendarat di permukaan, tipis namun berhasil menggigilkan si pemilik. Jacob pura-pura tidak terpengaruh, kali ini menuangkan susu ke tempat material gandum warna-warni berada. Berusaha mengabaikan gundukan keras menyelip sempurna di belahan bokong. It’s morning and every men has that
“Hyung mau sarapan?” tawarnya pelan, Sangyeon menggumam, berhenti mengecup malah berbalik melumat kulit putih pucat. Jakun Jacob bergerak setelah menegak saliva, sudah dipastikan apabila kekasihnya begini, yang dapat ia terka adalah he’ll bends over the cabinet with the pants on his knees. Sayangnya, ia tidak mengenakan apa-apa sehabis sesi bercinta mereka semalam. “H-Hyung..”
“Sedikit olahraga pagi nggak merepotkanmu kan, Sayang?” bisik Sangyeon berat di indra pendengaran, kemeja kedodoran disingkap supaya bantalan kenyal terlihat, kejantanan berbalut kain celana ketat digesekkan di tengah-tengah, mengundang desisan dari pemuda yang dibuai.
“T-tapi kita di dapur, Hyung..”
Sangyeon tersenyum, tangan siap bergerilya ke sana kemari, menyusup di balik kemeja, mengusap tonjolan mungil, oh, keras dan menuntut, seperti adik sang kekasih di bawah. “Mereka masih tidur dan kalau kamu nggak nyaring, kita akan baik-baik saja,”
Jacob meringis, menatap sarapan kecil-kecilan, mulai lembek karena tidak diapa-apain. Dia mendorong sedikit menjauh kemudian menungging sembari bertumpu siku di atas alas keramik marmer. Sangyeon tak kuasa menahan senyum lebar, langsung saja merayapkan tangan ke perut sampai ke organ intim, mengocoknya perlahan sehingga terdengar erangan Jacob.
“Masih longgar, Sayang?”
“M-maybe?” balas si Cantik kurang yakin, ia menggigit bibir saat udara menerpa kulit belakang, bersamaan dua telapak hangat meremas benda kenyal. “aahh Hyung..” Sangyeon terduduk sebentar menghadap lubang semi kering, pintunya tampak sempit, menutup kemungkinan ia dapat memasuki secara langsung.
“Hmm, sejujurnya aku malas mengambil pelumas,” jantung Jacob berdetak kencang, selain napas hangat menabrak liang, tangan-tangan nista setia memijat bantalan. “pakai liur aja ya?”
Oh. Shit. Mendengar kata liur merangsang penis Jacob berdiri lebih tegak, Sangyeon bahkan tergelak begitu lubang merespon kata, berdenyut-denyut di hadapan. Oleh karena itu, pemuda lebih tua mengumpulkan cairan pekat, meludah tepat di tengah, memperhatikan bagaimana kerutan otot melahap. Jacob menggigil bukan karena meriang, melainkan sensasi basah di sekitar liang. Nyaris saja dia berteriak membangunkan satu rumah.
Sangyeon bergerak macam predator setelah menerkam mangsa, menggigiti sekujur pipi, menambah bercak kemerahan semalam. Lidah menjilat dari bola sampai ke pintu masuk, membasahi sekitar dengan saliva, dagu sendiri pun ikut terkena jua, tapi diabaikan sedari tadi. Jacob berulang kali menjepit indra pengecap yang berhasil menyusup, mengepalkan tangan kuat-kuat pada stimulasi basah tersebut.
“Fuck.. fuckk Hyung.. please..”
Umpatan terdengar usai dua jari menggores dinding satin. Seperti sudah terbiasa, dinding satin menyesuaikan kehadiran, mau melonggar perlahan agar benda yang lebih besar dapat masuk dengan mudah. Jacob telah memaju-mundurkan pinggul, ingin menemui ritme dua digit panjang itu sampai salah satu mereka mengenai titik sensitifnya.
“So needy, My Love,” bisik Sangyeon mengulum cuping telinga si Cantik, memompa jari di dalam, membuat gerakan menggunting, sangat berterima kasih pada saliva yang melicinkan akses sempit sang kekasih. “tell me you want my cock, Dear,”
Jacob menutup mulut agar dapat menahan rengekan, pinggul tak berhenti bergerak seirama, “Please Hyung need your cock..”
Seringaian nakal tercetak begitupula lepasnya tautan, mengosongkan tempat membuahkan kekecewaan. Sangyeon menurunkan boxer hitam sampai lutut, kejantanan serasa berat dan mengacung. Mengurut batang pelan-pelan, ia bersuara lagi. “Hisap dulu punya Hyung, Cobie..”
Jacob mengangguk cepat, mengubah posisi menjadi dia yang bertumpu lutut di lantai, menghadap penis kesayangan yang sering menggempurnya di setiap waktu. Tanpa menunggu lama, ia melayangkan jilatan bagai kucing, mendengkur pada tekstur maupun rasa. Tak sabar hendak mengulum, meliputi batang kemaluan dengan untaian liur. Kepala gemuk melewati rongga makan di situlah saliva tercipta tiba-tiba. Mata Jacob menutup setengah, menghisap kuat-kuat, membiarkan mahkota menyodok tenggorokan.
Setelah dirasa cukup barulah Sangyeon mengeluarkan organ, menarik pundak sang kasih supaya dapat menungging di meja kembali. Jacob menunggu harap-harap cemas, menjatuhkan rahang ketika Sangyeon mulai meregangkan. “Shit.. mhh… shit nghhh..”
“Tahan, Sayang..” pemuda rambut cokelat kini memajukan diri tanpa lupa memainkan penis lain, mengelus bagian pangkal, sesekali menggenggam demi mengalihkan rasa sakit. Jacob menyembunyikan wajah di ceruk lengan, meringis pedih terhadap peregangan. “there there My Pretty Baby, you’re doing great, Sayang,”
Jacob membalas dengan rengekan manja, sementara Sangyeon mendiamkan diri sejenak sesudah pangkal lenyap. Menyisakan rambut-rambut kemaluan menggelitiki pintu yang melahap kejantanan. Dia menarik kerutan ke samping kiri menggunakan ibu jari, mengusap bagian sedikit membengkak disebabkan invasi. Melihat betapa terangsangnya Jacob disertai erangan kecil, dinding-dinding satin pun ikut andil.
Sangyeon mulai menggoyang perlahan, menempelkan dada pada punggung terbalut kain kemeja putih sambil mengukung sisi kanan maupun kiri pemuda cantik. Kedua sejoli meloloskan desahan nikmat, diiringi goyangan berlawanan arah, membawa mereka ke surga dunia. Si Lesung Pipi menaikkan kaki sebelah kanan ke atas pantry, mempermudah ujung penis bertemu selaput sensitif, menghujam lebih menuntut dari irama sebelumnya.
“Ah! Ahh! H-Hyungg..”
“Sshh, kamu terlalu nyaring, Cobie..” tegur Sangyeon tidak melambatkan tempo, sebaliknya menggempur habis-habisan. Jacob memegangi pinggir meja kuat-kuat, dilihat buku jari sampai memutih. Tulang panggul dan pipi bokong saling beradu menciptakan bunyi erotis, jangan lupakan squelching sound di dalam diri. Kelaminnya tergesek material meja, mengucurkan anak mani di lubang kencing, siap meluncur banyak.
Demi meredam desahan, Sangyeon menautkan bibir mereka, melumat agak kasar mengakibatkan Jacob kewalahan membalas. Dasar perut sudah menyimpul tali pelepasan, dimana selaput balik dinding dihujam terus menerus.
“Close.. Baby?” Jacob mengangguk-angguk ketika ditanya dengan intonasi rendah. Memegangi tangan yang menengger di perut, merasakan sesuatu menyembul dari sana setiap Sangyeon menghentak maju. Kekasihnya menyeringai, mengulum bibir bawah secara lembut, menyampurkan dua liur hingga menitik di sudut. “ayo.. keluar untuk Hyung..”
“Hnggh.. nghh.. fuckk..” geram Jacob mengejang setelah mendapat izin, kejantanan langsung merespon mendaratkan untaian putih di dinding laci. Kaki-kaki gemetaran dan rengekan terdengar, berupaya mengatur napas, mengganti pasokan udara di paru-paru. Sangyeon ikut tersengal, tepat di telinga, menambah keseksian di mata pemuda lain. Dirasa jepitan rileks, barulah ia menggenjot beberapa kali demi menyusul klimaks. Menabrakkan tulang panggul kuat-kuat bersamaan benih ditembakkan.
Jacob menyandarkan sebagian badan di alas meja, lemas tiada tara walau Sangyeon merengkuh pinggang. Tungkai terasa bergoyang macam agar-agar dan cairan lengket keluar di sela-sela lubang yang tersumbat.
“Masih mau sarapan?” tanya Sangyeon menyengir menampakkan lesung pipi serta menyipitnya netra. Pemuda cantik tersebut mengerucutkan bibir sembari melayangkan cubitan, mengerang kecewa saat pria lebih tua mencabut kejantanan bersemayam. “mending mandi dulu deh,”
“Serealku jadi lembek gara-gara Hyung!”
Sangyeon mengecupi celah wajahnya, lumayan lama saat di ranum yang menyatu. “Nanti aku masakin telur orak-arik sama bacon,”
“You know I love cereal more than anything, right?” balas Jacob memicingkan mata. Sedangkan pemuda tampan itu tergelak.
“Those cereals can’t fuck you like I did, Baby,”
Kedua sejoli segera merapikan pakaian pagi mereka dan berniat membasuh diri di kamar mandi sekalian melanjutkan sesi panas lain. Tidak mungkin Jacob tak terangsang bila mani di lubang tidak dikeluarkan, tentu saja akan menstimulasi adiknya akibat digit mengorek ke dalam.
Lagian, ini masih pagi, dan Younghoon maupun Hyunjae pasti sedang terlelap tanpa mengetahui apa yang telah mereka lakukan kepada dapur mereka.
Itu yang mereka ketahui. Meski kenyataan bekata sebaliknya.
***
“Hoonie.. Hoonie..”
Terlalu dini untuk dibangunkan, Younghoon mengutuk siapapun mengganggu tidur ternyaman setelah bekerja terlalu keras dari kemarin-kemarin. Termasuk kekasihnya sendiri. Dia tak bergeming, membiarkan badan bongsor diguncang-guncang dan panggilan manis diucapkan berulang-ulang
“Ish.. Kim Younghoon! Bangunn!”
“Jae..” erang Younghoon serak, membalikkan badan menghadap ke arah lain. Hyunjae merengut, masih setia menggoyang-goyangkan.
“Bangun, Bodoh! Aku pengen sesuatu..”
“Ambil sendiri sana..”
“Hoonieeeeee..”
Oh god, ingatkan dia kenapa bisa mengencani manusia toa macam Lee Hyunjae? Dimana pemuda manis itu ditemukan cemberut lantaran ia tak merespon sedari tadi. “Mau apa sih?”
“Aku tadi lihat Cobie sama Sangyeon Hyung,”
“Hmm terus?”
“They were fucking in the kitchen,”
Mendengar kata tidak senonoh meluncur, berhasil membuka kelopak, mata bulat memandang tidak percaya pada mata kecil nan polos disertai rona merah di pipi. Oh. Apa yang baru saja Hyunjae lakukan?
“They were what?”
Hyunjae menegak ludah, terlihat jelas dari pergerakan jakun serta kemerahan menghiasi telinga. “Fucking.. in the kitchen,”
“Terus kamu ngapain memang?”
“Aku lapar tau! Dan pengen minum! Mana tahu kalau ternyata mereka berdua.. begitu..” memori tentang Sangyeon menggenjot Jacob dari belakang menghantam saraf-saraf otak, membangunkan titik di selatan sehingga ia tak sadar meloloskan rintihan. “H-Hoonie..”
“Kamu terangsang habis itu?”
“Siapa yang nggak terangsang liatnya hah? Porno gratis pagi-pagi,”
Younghoon menghela napas, bertelantang saat Hyunjae menyibak selimut memamerkan boxer abu-abu dengan gundukan menyembul. Kekasihnya membasahi bibir bawah, mendekati mangsa yang terkurung material. Dia menggunakan gigi untuk menarik karet di pinggang, menyengir kesenangan begitu batang menampar dagu. Pernapasan Younghoon mulai tidak teratur, menggeliat tidak nyaman karena belum disentuh.
Mulut mungil terbuka bergerak turun melingkupi kejantanan, pemuda lebih tua sebulan mendesis nikmat setelah kelamin berkontakan dengan dinding mulut. Terasa basah nan lengket di permukaan. Hyunjae beradu pandang, kepala naik turun sesekali menghisap kecil, melepaskan sejenak hanya untuk meludah di sekitar. Tangan mengurut lembut, memperlakukan bagai mainan.
“Cepat masukin sebelum aku keluar duluan, Jae,” peringat pemuda tampan tersebut masih berbaring santai. Hyunjae mencebik tanpa menghentikan genggaman.
“Siapa yang semangat sekarang?” itu saja jawabannya sebelum melorotkan celana sendiri, adik yang menggantung spontan bergerak bebas dan ia pun menggesekkan puncak pada liang. Bersyukur dia masih longgar sedikit walau ada kendala ketika memasukkan perlahan. “fuck..” gumamnya kembali mengulas balik kejadian sebelumnya. Sangyeon menggoyang Jacob, dimana kaki kanan si Manis ditaruh di meja dapur. Organ tebal milik Sangyeon keluar masuk di lubang ketat temannya mengakibatkan Hyunjae hendak menangis, membayangkan jika ia berada di posisi yang sama, kedua sejoli lain memergokinya menunggangi Younghoon di kamar sebelah.
“Aah! Aahh Hooniee!”
Sang kekasih hanya menyandarkan punggung, membiarkan pemuda surai cokelat bergerak sendirian, ia sempat melirik ke pintu, terbuka lebar tanpa halangan. “Hey, Babe?”
“Mmh.. y-yaaa?”
“Kamu lupa tutup pintu?”
Hyunjae mengatur napas sejenak, dinding berdenyut di sekujur organ yang kini menyentuh titik sensitif, “Sengaja.”
Alis Younghoon terangkat satu, “Sengaja? Kamu mau ditangkap basah?” rona merah menjadi jawaban, dan mendadak terpatri seringaian nakal. “aah.. okay.. I dated a pervert, actually,”
Lelaki manis tersebut hanya menampar dada bidang di hadapan secara main-main kemudian bergerak bersamaan. Bibir saling beradu mengaitkan lidah di luar mulut. Hyunjae menjerit tertahan begitu Younghoon menghujam keras, membuatnya mengalami ejakulasi dini menghambur sperma di atas abdomen pria lain. “Fuck! Ffffuuuckkk!”
“Siapa suruh bangunin orang tiba-tiba, heum?” tanya Younghoon tidak ada niatan untuk menghentikan hentakan sama sekali. Dia bahkan menggeram di pundak landai, menandakan kalau kesempitan telah memanggil klimaks di pagi hari.
Cairan hangat membasahi ruang satin, ia melenguh sebab diisi sesuatu, pertama terasa lengket tapi lama kelamaan mengucur bagai air. Hyunjae terbelalak ketika merasakan elemen bukan mani memenuhi diri. Ringan seperti..
“HOONIE KAMU KENAPA KENCINGIN AKU?!”
Younghoon diam saja sambil menyengir, menyembunyikan raut di bahu putih. “Aku udah bilang tadi,” sungguh tidak berdosa pemuda ini, lumayan kan tidak perlu repot-repot ke kamar mandi. Hyunjae terdengar merengek malu, tidak jadi marah entah kenapa.
Beberapa aliran menetes di area penyumbatan, jika Hyunjae menjauh sedikit maka dipastikan mengucur deras membasahi kasur. Perutnya pun terasa sesak seketika dan bergejolak bak gelombang pantai. Dia bahkan menggelinjang nikmat saat diisi kayak tadi. “Hoonieee...”
“Kenapa?”
Dia mengerucutkan bibir, “Penuh banget,”
“Lah? Nggak jadi marah?” tanya sang kekasih menatap heran.
Hyunjae merona merah, kepala menggeleng pelan, “It's dirty but somehow I like it, when you fill me,”
“Mau aku kencingin lagi?” tawar Younghoon seraya menyunggingkan senyum miring tapi malah dapat pukulan gratis. “Heh! Katanya suka,”
“Kalo sengaja malah menyebalkan, Kim Younghoon!”
“Next time I fuck you in front of members and fill you with anything,” bisik pemuda tampan tersebut bernada rendah dan menjanjikan, membuahkan rambut-rambut halus berdiri di permukaan serta rengekan tidak sabar. Hyunjae menarik tengkuknya untuk mempertemukan bibir, bergerak lebih turun agar tiada satupun dari cairan keluar dari lubangnya.
Siapa yang menyangka kalau perkataan itu beneran terjadi?
***
Malam terakhir liburan mereka habiskan dengan menayangkan film horror ditemani berkaleng-kaleng bir serta dua kotak pizza. Menyelimuti diri bersama pasangan masing-masing, mata terpaku pada adegan-adegan mistis.
Hyunjae tampak melirik ke sebelah kirinya, dimana Jacob terlihat mungil dalam dekapan kakak tertua. Memejamkan kelopak seolah tidak terpengaruh sama sekali. Pikiran dia berbalik ke kejadian tadi pagi, no.. no good kalau dia sange di saat kayak gini.
Melihat ketegangan mendera ruangan, ia menyempatkan diri memperhatikan fitur tegas milik kekasihnya. Younghoon sangat tampan dan ia beruntung sekali bisa mengencaninya, meskipun kepribadian mereka sangat bertolak belakang.
Rupanya, Younghoon sadar kalau fokus Hyunjae tidak ke televisi, melainkan ke dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia mengalihkan pandang ke pacar cantiknya, “Kenapa Sayang?”
Yang ditanya menggeleng pelan, mengeratkan lingkaran di perut sesekali mendusel halus, “I’m horny,”
“Babe, kita lagi nonton film horror, and we had our last session this morning, gimana bisa kamu horny hm?” sahut Younghoon tidak percaya, menemukan bibir tipis itu menyatu, mengerucut pertanda merajuk.
“Can’t help it, I’m imagining things,” bisik Hyunjae memainkan kulit dalam mulut. Younghoon sempat mendelik ke pasangan lain, biasa-biasa saja dilihat dari tingkah laku mereka. Mungkin kekasihnya yang terlalu membawa perasaan.
“Do you want to do it here?”
“Di depan mereka?”
“Will they notice?” tanya Si Tinggi balik, Hyunjae menoleh sekali lagi, tidak mendapati tatapan apapun karena mereka terfokus pada tayangan televisi. Ia mengangguk kecil, perlahan merayapkan diri bagai ular ke pangkuan Younghoon, menduduki tepat di kejantanan layu. Selimut terbalut disampir menutupi, bersyukur ruang tamu memiliki cahaya remang-remang, hanya silaunya pantulan film yang menjadi penerangan. Dua pemuda sudah sibuk mencumbu satu sama lain, menggesekkan kelamin berbarengan, menahan desiran dalam dada.
Orang pertama yang sadar akan kelakuan bejat tak jauh dari posisi adalah Jacob. Tetua kedua melirik diam-diam ke arah teman sebaya, dimana Hyunjae terlihat sedang bergerak naik turun sambil mendesis halus. Younghoon telah menyembunyikan wajah di ceruk leher, membiarkan kekasihnya menggoyang sendirian.
“They’re such perverts,” gerutunya setengah berbisik, Sangyeon mendengar lalu mengarah ke pameran di samping, tak sadar menjilat bibir. Tidak menyangka kalau dua sejoli memiliki exhibitionist-kink.
“Kamu mau juga?”
“Hyung gila apa? Kita kan nggak di kamar,” protes Jacob masih berbisik. Kini mereka menangkap bunyi basah di balik selimut serta napas memburu Younghoon maupun Hyunjae.
“Nggak perlu nunggu di kamar, Sayang, itu buktinya Jeje sudah main gerak aja,” jawab Sangyeon mulai mengukung si kekasih, bibir dingin mendarat di pipi, mengecup hati-hati. “let’s do something crazy with them,”
“You sure?”
“Yeah,” pemuda lebih tua menangkup rahang tembam itu lalu mengulum bantalan ranum bergantian, “I kinda want to show off, though,”
Jacob akhirnya tidak dapat merangkai kalimat balasan setelah Sangyeon menciumnya benar-benar. Tangan-tangan nista berlayar macam kapal di celah tubuh masing-masing tanpa memutuskan tautan basah. Tiba-tiba ia hampir setengah polos, dengan Sangyeon bergerak menindih sebentar.
“W-What.. nghh Hoonie..”
“Sshh.. they’ll hear you, Babe,”
“Oh kami sudah tahu dari tadi,” celetuk Sangyeon menyeringai lebar, adik-adiknya membeku sejenak menghentikan permainan. “go on, aku nggak nyangka kalau kalian pengen ditontonin,”
“It’s him,” ujar Younghoon menunjuk ke Hyunjae, sedangkan pemuda di pangkuan menyemburkan rona merah kayak kepiting rebus, “dia nangkap basah kalian di dapur tadi pagi,”
“Hmm, pantes pintu kamar dibuka,”
Hyunjae mengerang nyaring usai Sangyeon mengungkap fakta di balik benda penghubung yang tidak tertutup saat mereka berhubungan. Itu berarti fantasi dia terkabulkan. Dia mencoba bergerak, ada keinginan melempar selimut supaya Jacob dan Sangyeon dapat melihat kemampuan dia melahap milik Younghoon.
“Kita harus nyalakan lampu biar kelihatan jelas,” meninggalkan figur Jacob sejenak demi menyalakan saklar penerangan di tengah-tengah. Cahaya sigap menerangi seluruh elemen, di situlah Hyunjae terkesiap. “is it good for you, Jae?”
“He.. eh..”
Sangyeon kembali ke peraduan, yaitu tubuh semi telanjang sang kekasih. Membuai pemuda itu agar tidak terlalu malu disaat ada orang lain di sekitar mereka. “Rileks, Baby,” Jacob menggigil sedikit, merasa kesensitifan mendera aliran nadi, “nggak ada salahnya kita punya penonton sekali-kali,”
Kejadian berlangsung cepat, it escalated very quickly. Dua pasangan tidak lagi berada di sofa, menempatkan diri di atas lantai supaya leluasa bergerak. Hyunjae memegangi pinggir kursi saat Younghoon menggenjot di belakang, sedangkan Jacob sudah tertandak-tandak di pangkuan Sangyeon.
“Aahh! Aahh fuck! H-Hyung!” teriakan Jacob mengalun merdu di telinga Hyunjae, menyebabkan lelaki manis tersebut menoleh ke sumber suara. Dia makin mengeras begitu melihat penis sahabatnya bergerak naik turun mengikuti ritme.
“Hoonie?”
“Iya Sayang?”
“Mau kulum..”
Younghoon menggumam, mengarahkan tiga jari ke mulut tapi langsung ditepis kecil, “Maksudku punya Cobie..” gerutu kekasihnya mendelik galak. Si Tinggi membelalakkan mata, meminta pendapat ke Sangyeon di sebelah.
Tetua pertama mengangguk, membuahkan pekikan riang bak ketiban emas batangan. Hyunjae tergesa-gesa merangkak mendekati mereka diikuti Younghoon di belakang agar tautan tidak terlepas. Jacob mendadak linglung saat sahabatnya memegangi organ.
“He wants to suck you off, Baby,” si Manis tak menjawab karena sudah melepaskan erangan keras, Hyunjae tidak basa-basi memasukkan batang keras ke rongga hangat, menenggelamkam hidung di rambut kemaluan. “kamu melatihnya dengan baik, Younghoon-ah,”
Lelaki kelahiran Agustus hanya cengengesan, melayangkan tamparan di pipi sebelah kanan mendapat jengitan kecil. “Tentu saja Hyung, he’s not a slut for nothing,” jawabnya seraya menggenjot lagi, lebih kuat, lebih bersemangat. Kejantanan Hyunjae juga ikut menggantung bebas sesuai irama, meneteskan precum di lantai maple.
“Ah! Aah Jaeee!”
Seiring Sangyeon menghentakkan pinggul, Hyunjae juga merasa tenggorokannya disodok keras tanpa ia berbuat apa-apa. Cukup membuka rahang semampunya, lidah bergerilya di setiap urat, asalkan gigi tidak menggores permukaan. Sukses menghasilkan Jacob meraih klimaks tidak terduga.
“Oh.. fuck Jacob-“ geram tetua pertama keenakan, dinding satin ternyata meremas erat-erat, berbeda dari sebelum-sebelumnya. Berkontraksi di sekujur batang berdiameter tebal dengan pemilik lubang berteriak lepas, tubuhnya gemetaran hebat kayak mengalami gempa berskala tinggi. Sangyeon menyadari kondisi ini walau tidak mempercayai.
“Did he just-“ Younghoon bahkan rela berhenti beberapa detik demi melihat Jacob. Lubang kemerahan yang disumbat itu berkedut hebat, belum pernah dia temukan selama berpacaran dengan Hyunjae.
Dua menit berlalu, Jacob melemaskan persendian, bersamaan benih ditembakkan ke saluran makan sahabatnya yang tercengang diam-diam. Remasan kembali normal menurut Sangyeon, meskipun dia cukup terangsang menemukan bakat terpendam kekasihnya.
“So pretty, My Baby,” puji pria lebih tua mengecupi rahang, Jacob mengerang lemah, tidak paham mengapa tubuhnya berhasil melewati klimaks tidak terduga, “lubangmu bener-bener menjepit punya Hyung sekuat itu, Sayang,”
“Aahh berhenti bilang gitu,” kilah Jacob malu, berusaha menyembunyikan wajah tetapi Sangyeon menahannya.
“Sekarang giliranmu, Jeje,”
Hyunjae melepaskan kuluman pada penis layu, dan Younghoon buru-buru menggoyang lagi sehingga pemuda cantik itu melolong penuh nikmat, mata tidak beralih dari cara kedua tetua melihatnya dihujam sang kekasih. “Aah! Aahh.. Hoonie.. nghh..”
“Jangan keluar di dalam, Hoon, let’s come on them,”
Younghoon mengangguk setuju, menghentakkan pinggul kuat-kuat, menghasilkan Hyunjae mengucur deras membasahi lantai. Badannya gemetaran, persis kayak Jacob tadi, mengeluarkan sisa-sisa hasrat.
Kedua pemuda manis tersebut mencoba duduk bagai anak penurut dengan pasangan mereka berdiri menghadapnya. Menunggu sesuatu penuh harapan. Sangyeon dan Younghoon mengocok cepat, mendesah soal betapa menggemaskannya kekasih mereka yang memandang minat. Untaian putih berlomba-lomba keluar, mendarat tepat di bagian mana saja. Khusus Hyunjae, ada hadiah tersendiri, ya bisa kalian tebak kalau sehabis mani ada air bening menyemprot ke wajah. Menyebabkan Hyunjae mengerang tak sadar membuka mulut, membiarkan ekskresi kotor menyelinap masuk.
“Ewh.” komentar Jacob tiba-tiba. Dia benar-benar tak habis pikir kalau temannya sejorok itu. Rela dihadiahi kencing demi menuntaskan hasrat maupun libido sendiri. “Jae you’re filthy.”
“I’m a slut for piss,” balas Hyunjae tidak punya malu sama sekali, bahkan membersihkan sisa-sisa Younghoon dengan cara mengulumnya sampai layu. Sangyeon tertawa geli, cukup tertarik pada kelakuan Hyunjae di malam terakhir.
“Then, wanna try mine too?”
Hyunjae menegak ludah, menatap Younghoon diam-diam terangsang mendapat tawaran dari tetua pertama, dia ingin meminta izin, oh lebih tepatnya dikasih izin buat dikotorin. Kekasihnya mengangguk, hampir saja dia melompat girang. Kini dia menyamankan posisi sambil mengedip-ngedipkan kelopak mata, mau terlihat polos seakan tidak pernah meminta hal jorok seperti tadi.
“Jae, sumpah.”
“Biarin aja, Cob, dia yang minta,” sanggah Younghoon melipat lengan, masih berdiri memperhatikan gaya pacarnya. Sangyeon tersenyum miring, mengarahkan kejantanan ke muka tak kalah manis, otot perut berkontraksi, disertai aliran air, Hyunjae terjengit refleks memejamkan netra, menikmati suguhan hangat menyentuh setiap kulit. Oh. Tidak. Dia tegang lagi.
“Wow Jae, aku nggak nyangka kalau kamu sejalang ini,” ucapan Sangyeon ada benarnya, masa hanya karena kencing dapat membangunkan adik. Seluruh badan Hyunjae basah tanpa terkecuali, lidah menjulur menjilati sudut bibir tanpa memutuskan tatapan. “Hoon, aku pikir kamu harus memuaskannya lagi,”
Younghoon mengangguk, menganggap acara malam ini telah selesai dengan kesimpulan pesta orgy di antara keempatnya. Masalah organ Hyunjae berdiri dapat dituntaskan saat mereka ke kamar nanti.
Jacob sudah digendong ala pengantin, entah mau melanjutkan main atau membersihkan diri lantaran besok waktunya mereka kembali.
Ternyata liburan 98 line dan Hyung line tidak ada beda sama sekali.
How about maknae line?😏
. . .