Chanhee Vers.
Warning : it's all porn. Semua orang tidak punya moral, they can do whatever they want. A fictional. Bukan untuk ditiru, hanya untuk melepas penat
.
.
.
“Hey, mau nitip sesuatu nggak?”
Pemuda cantik yang tengah tengkurap di atas sofa mengalihkan pandangan dari layar ponsel, berpikir sejenak sembari memainkan bibir bawah. “Apa ya?”
Changmin terkekeh, mencubit pipi tembam sahabatnya pelan, “Kayak biasa?”
“Emang biasa aku minta apa?”
“Minta titit,” bisik si kawan pelan sehingga Chanhee memerah kemudian mendorong pemuda itu main-main, Changmin tergelak keras, menangkup wajah si Cantik gemas. “kan biasa gitu,”
“Ya bukan itu juga!”
Pemuda berlesung pipi tersenyum kecil, tidak tahan untuk tidak mendaratkan kecupan manis tepat di bibir submisifnya. “Oke, aku tahu kok kamu mau apa,” Chanhee meleleh mendapati perlakuan, mengangguk pelan menatap kepergian punggung Changmin.
Susah ya disayang padahal dirinya malah bertepuk sebelah tangan. Seandainya, dia tidak menyukai Younghoon, sudah pasti perasaan Changmin terbalas. Tapi, kenyataannya dia malah terjatuh lebih dalam pada tetua ketiga The Boyz.
Dia kembali berkutat pada ponsel yang menayangkan kartun anak-anak di salah satu platform. Sudut bibir terancam naik sebab merasa lucu dengan alur cerita yang dibawakan. Tak menyadari keberadaan siapapun di ruang televisi.
Persetan. Asrama sedang kosong dan dia bebas melakukan apa saja selagi tak merugikan anggota lain. Chanhee juga bosan mendekam di kamar terus dan berniat tebar pesona meskipun ia tahu yang akan kecantol hanyalah Changmin ataupun Sunwoo.
“Eh, tumben nggak di kamar,” suara Juyeon membuatnya menoleh kembali, melihat bagaimana teman sebaya berjalan keluar dari kamar Younghoon menuju tempat ia bersantai sejenak.
“Cari suasana,”
“Cari suasana atau cari perhatian?”
Hampir saja Chanhee mengamuk kalau saja dia tak mengingat pesan Changmin selama pemuda itu tidak ada. Tidak boleh meladeni ocehan Juyeon dan Eric kalau sedang digoda sendirian. Karena pasti akan sampai ke telinga Younghoon maupun Hyunjae. Dan Chanhee tak mau reputasinya rusak. Tsk, sudah nggak pernah dinotis pujaan hati, tamatlah riwayat sebagai primadona terpuji.
Juyeon tersenyum miring, duduk di lantai tempat Chanhee masih menelungkupkan badan. Mata tajam melirik ke bagian paha yang hanya dibaluti celana sangat pendek sampai ke kaki panjang nan jenjang tersebut. “Pawangmu mana?”
“Pergi.”
“Hooo.. ditinggal ya..”
Sabar. Sabar. Chanhee anak Tuhan, Chanhee anak baik. Tidak perlu mengubris bisikan setan. “As you can see,” gumamnya halus sambil tetap fokus menonton. Padahal dia peka sekali terhadap tatapan Juyeon sekarang. Pasti tengah menikmati pemandangan yang sengaja disuguhkan, kan.
Haha Hyunjae, ternyata cowokmu mata keranjang.
Chanhee meregangkan badan, modus doang, kemudian berbalik seraya terus berkonsentrasi, tak menghiraukan bagaimana kaos di kulit terangkat memberikan pameran gratis pada Juyeon seorang.
Juyeon tiba-tiba berdeham, bangkit dari tempat duduk lalu berjalan menuju dapur. Chanhee menahan senyum, merasa misi balas dendam melalui pemuda itu sedikit-sedikit mulai tereksekusi.
Mumpung musuhnya lagi ada jadwal, dan dia ditinggal bersama Juyeon, kenapa tidak?
Di dapur pemuda yang dimaksud sedang berkutat depan kompor. Mungkin hendak memasak sesuatu atau menyibukkan diri daripada panas melihat kelakuan Chanhee. Si Cantik bersikap natural saat melangkah menghampiri kemudian menempatkan bokong di atas meja dapur.
“Aku juga laper,”
Juyeon hanya melirik sekilas, pura-pura tidak mendengar. Chanhee sedikit melebarkan kaki, menumpu badan menggunakan dua tangan di belakang. “Juyeon..”
“Hm?”
“I’m starving, gimme food,” sebuah kerucutan bibir tampak beserta mata memohon. Chanhee menggigit bibir menahan tawa saat melihat raut cengok Juyeon.
“Mau makan apa?”
“Kamu.”
Si Tampan mematung, ah Chanhee benar-benar diuji tidak boleh melontarkan tawa padahal muka Juyeon sangat berharga untuk diejek. “I want to eat you, can I?”
Kalimat mengandung ajakan tersebut membangkitkan sisi liar Lee Juyeon. Dalam sekali hentakan, ia mematikan api lalu bergerak di antara kaki Chanhee yang mengangkang. Pemuda surai hitam itu menatap menantang, malah meregangkan leher putihnya.
“Kamu yakin?”
“Kalau aku nggak yakin, kenapa aku duduk di sini?” bisik Chanhee mendekatkan wajah. Menerpa ruang bernapas Juyeon dengan napasnya sendiri. Dia dapat menghitung jumlah bulu mata temannya, dan menelisik lebih dalam tentang apa yang dilihat Juyeon darinya.
Bibir mereka semakin dekat. Tidak ada yang mau mundur. Juyeon menyatukan duluan sebab tidak sabar ingin mencicipi. Selama dia hidup bersama, ia hanya merasai liang Hyunjae, siapa sangka kalau primadona The Boyz mau melakukan dengannya.
Chanhee mengikuti alur permainan. Juyeon cukup kasar, penuh semangat? Tidak ada kelembutan di sana. Namun, siapa sih yang peduli kalau dia hanya ingin balas dendam? Bukan mendamba lebih. Kedua lengan mengalung di leher, begitupula kaki di pinggang. Lidah saling berkenalan bersamaan menggesekkan kejantanan.
“So this is why they’re not willing to share,” gumam Juyeon di sela-sela tautan. Chanhee meremat surai cepak di atas tengkuk lalu mempertemukan bibir mereka lagi. Lenguhannya dikunci oleh aksi yang sempat terhenti.
“J-Juyeon..” desah Chanhee menancapkan geligi di bantalan ranum bawah, Juyeon menggigiti sekitar tulang selangka, menyebar tanda seolah mengetahui titik sensitifnya.
“Seriusan mau di sini?” tanya pemuda tampan memastikan. Chanhee mengangguk, tak mau melepaskan kalungan kaki. “baiklah, let’s do it here,”
Masing-masing celana telah berada di lutut, kecuali punya Chanhee. Tergeletak tak berdaya di lantai dapur. Juyeon terpana sesaat memandang privasi si Cantik sebelum lidah terjulur membasahi bibir. “Wow..”
Chanhee merasa menang. Haha. Baru kali ini dia merasa lebih dari semua orang. Juyeon sudah mulai bertekuk lutut padanya, tinggal menghancurkan Hyunjae dari dalam. Dia menaikkan kedua kaki, mengekspos segala hal pada kawan di hadapan. “Come and taste me Juyeon,”
Tidak menunggu kesempatan lain, Juyeon menenggelamkan wajah. Meniup-niup liang kemudian menjilat bagian paha dalam. Chanhee gemetar menahan nikmat, sejujurnya dia bukan penyuka rimming, dia benci malahan digrayang sembarangan apalagi menggunakan lidah. Tapi lihatlah kelakuan Juyeon sekarang, bagai anjing kehausan di musim kemarau. Menyicip setiap celah kulit, sampai ke pintu masuk sekalipun.
“Chanhee-ya..” panggil pemuda tampan itu mengitari liang menggunakan parasan jari. Chanhee menggumam, menyandarkan kepala hingga terantuk lemari atas. “kamu udah preparing?”
“U-udah, just in case,”
“Hmm, always be ready huh?” entah apa maksud dari nada Juyeon yang jelas Chanhee tidak bisa menjawab selain meloloskan lenguhan kecil. Satu jari berhasil menyusup sangat pelan, kuku terasa menggores dinding, dan sekejap pemuda lain menemukan prostat.
“S-Shitt!” desis si Cantik memejamkan mata. Tak melihat seringaian Juyeon, satu jari berganti dua, membuat gerakan menggunting ke atas meski mereka tahu Chanhee telah mempersiapkan sedari tadi. “fuck your fingers, Juyeon..”
“Yeah, I know,” Juyeon melumat bibir Chanhee bergiliran, jari-jemari maju mundur perlahan lama-lama semakin cepat dan dalam. Menabrak selaput sensitif di balik dinding anal menyebabkan kepala Chanhee berputar akan nikmat. “boleh Chanhee?”
“Eung,” sebuah jawaban positif menyetrum aliran nadi di sekujur batang penis. Juyeon mendekatkan miliknya bersama sang kawan, menggenggam dua kejantanan beda ukuran, memijat-mijat lembut. Chanhee gemetaran lagi, kali ini berpegangan pada lengan kekar Juyeon. “fuck.. nghh.. Juyeonn..”
“Kalau tahu kamu bisa buka kaki gini, aku udah gilir kamu dari kemarin, Chanhee,” bisik pemuda tinggi di telinga. Chanhee berusaha menahan amarah, menganggap Juyeon benar-benar tidak punya perasaan terhadap orang. Mendengar perkataan itu membuatnya merasa menjadi jalang paling murah sedunia yang kerjaannya cuman mengangkang memberi kepuasan.
Tenang. Tenang. Hanya sekali. Only one time thing untuk menghancurkan eksistensi Lee Jaehyun. Sehabis ini dia berjanji akan menjadi pasangan bagi Ji Changmin. Chanhee memang sudah bertekad kalau suatu hari nanti Younghoon tidak membalas cinta sepihak sialan ini, maka ia akan sehidup semati dengan sahabatnya sendiri.
Oh, jangan lupakan Sunwoo –anak mereka- meski maknae kedua mengencani Haknyeon.
Chanhee menghela napas panjang, berusaha santai karena Juyeon mulai mencoba menerobos masuk. Masih berpegangan di lengan, mereka tidak saling menatap seperti layaknya pasangan. Dua pasang netra tertuju ke penyatuan, dimana kepala penis bergerak maju, mencari celah agar bisa menyusup. Pemuda yang digagahi menggigit bibir kuat-kuat, tak pernah biasa dengan bentuk invasi tersebut. Dan juga milik Juyeon lebih tebal dibanding Changmin serta Sunwoo. Peregangan makin terasa nyata, mengingatkan Chanhee kalau dia boleh berteriak apabila kesakitan.
“Chanhee, you good?”
Tapi masa iya dia kalah sama Hyunjae? Memikirkan bottom lain menyebabkan rasa benci memuncak. Mungkin dengki termasuk. Si Sialan itu saja bisa dibobol dua orang, kenapa dia tidak? Chanhee mengatur napas, membuka mata agar beradu tatap, menemukan kekhawatiran tersampir di wajah tampan Juyeon, dia mengangguk, “Do it.”
“Kamu yakin?”
“Lakuin, Juyeon!”
Juyeon mengangkat bahu, buru-buru memajukan pinggul, menanam hingga pangkal. Chanhee menjerit dalam hati. Sumpah ini sangat menyakitkan bahkan air mata mengancam turun dari kelopak. Dia ingin menangis, mencakar Juyeon karena berlaku kasar. Tiba-tiba dia merindukan Changmin, tahu bahwa sahabatnya tidak pernah memperlakukan seperti ini.
Ingat Chanhee, only this time, to make Hyunjae suffer for what you’ve felt these times.
“S-Sorry, Chanhee..”
“I’m okay,” jawabnya agak serak sebab tersedak isakan. Juyeon memang mendiamkan diri dulu, tidak mau menggoyang mendadak. Takut menghancurkan figur kurus teman satu grup. Sedangkan pemuda lain meyakinkan padanya kalau ia baik-baik saja. Padahal lubangnya perih minta tolong.
“Kamu mau aku gerak sekarang?”
Si Cantik diam memandang ke netranya, kepala mengangguk sangat pelan. Juyeon mencium bibirnya berulang-ulang diiringi genjotan. Dalam beberapa kejutan, mereka sudah mendapat tempo pergerakan. Chanhee melingkarkan kaki di pinggang Juyeon, merapatkan jarak tanpa memutus tautan, tulang ekor terasa sakit menumpu badan tapi tidak diperdulikan.
“Shit.. ngh..” umpat Chanhee terhentak sedikit sekaligus mengutuk prostat yang gampang dituju. Juyeon tersenyum lebar, bangga telah berhasil mengenai. Pinggul terus menghentak maju, menumbuk selaput di balik dinding secara teratur. “Juy.. ngh.. too deep!”
“*Sorry not sorry?,” jawab kawannya menyapukan bibir di leher, otot perut Chanhee mendadak mengencang tanpa alasan. Bulir precum sudah menitik dari puncak kejantanan, sedikit lagi dia mau kelua-
“Chanhee?!”
Ah. Kaki Chanhee bergetar hebat dan semakin erat memeluk Juyeon. Mendengar namanya disebut oleh suara Changmin berhasil mendaratkan benih mengenai kaos yang dikenakan Juyeon. Dia menaruh kepala di pundak tegap, membiasakan pandangan pada sosok di belakang pemuda tinggi.
“Changmin?”
Changmin menyilangkan lengan, menatap tajam. “Ngapain kamu?”
Juyeon ikutan menoleh, ingin rasanya si Main Dancer menghapus senyum miring kurang ajar itu dari wajahnya. “Eh.. pawangnya udah pulang,”
Pemuda surai dua lapis tersebut berjalan cepat menghampiri, hendak menarik paksa Chanhee untuk melepas penyatuan tetapi si Cantik menolak. “Chanhee-ya!”
“Once, Min, sekali saja..” pintanya memelas. Efek sehabis klimaks tanpa disentuh. Dia menggeliat tidak nyaman akibat perubahan ukuran Juyeon di dalam badan.
“Kamu gila? Memangnya aku sama Sunwoo nggak cukup?”
Chanhee menggenggam jemari sahabatnya, menatap serius entah ditangkap seperti apa oleh Changmin. “Sekali doang, beneran deh,”
Apa lagi yang ada di pikiran Chanhee sekarang? Bisa-bisanya dia mengizinkan orang lain berhubungan dengannya, terlebih itu adalah Juyeon, sex buddy-nya Hyunjae.
“Kamu bisa pergi kalau nggak mau gabung,” celetuk Juyeon yang jengah melihat drama mereka berdua. Ayolah, siapa coba yang tidak tahu soal perasaan Changmin pada pemuda ini? Bahkan orang buta sekalipun bisa melihat kebucinan seorang Ji Changmin. “we still have business to do,”
Changmin mengepalkan tangan kuat-kuat, menatap benci pada sikap bajingan Juyeon. Dia langsung saja menarik dagu Chanhee untuk mempertemukan bibir mereka. Juyeon memutar mata malas kemudian melanjutkan genjotan. Membiarkan dua sekawan bercumbu depan mata. Badan Chanhee terlalu sayang bila dilewatkan.
Ketiga pemuda sebaya saling mengimbangi pergerakan. Chanhee menjerit pada tautan ketika Juyeon menumbuk titiknya berulang-ulang. Bola mata terputar ke belakang dengan tangan Changmin sigap memainkan miliknya. Si Cantik tidak ingin Changmin merasa ditinggal, jemari lentiknya bergerak menuju selatan, mengelus pelan gundukan kesayangan. Seringaian tercetak sangat manis begitu sahabatnya melihat, membuat bibir Chanhee semakin dilumat habis-habisan.
“Fuck Chanhee can I come?” tanya Juyeon membuat Changmin hampir mengamuk kalau tidak ada tangan yang menahan. Chanhee menganggukkan kepala, membiarkan Juyeon semakin menggenjot brutal hingga keluar di dalam. Mata sahabatnya menelisik sementara ia hanya bungkam menikmati cairan hangat melukis dinding anal.
“Kenapa kamu ngelakuin ini, Hee?” bisik Changmin pelan-pelan supaya Juyeon tak mendengar. Pemuda tinggi sedang sibuk menodai pundak Chanhee sekaligus menenangkan si adik setelah keluar sekali.
“Nanti aku jelaskan,” itu saja jawabannya. Dia masih mengusap punya sahabatnya, mengatur napas perlahan. Juyeon memberi jilatan terakhir, tak mau bergerak untuk melepaskan tautan.
“Hey, waktumu habis, Juy,”
Juyeon menaikkan satu alis, “Tsk, kamu pikir satu ronde cukup?” sebelum Chanhee dapat menghentikan, Changmin sudah mencengkram kerah kaos temannya, netra melotot marah tidak diubris sama sekali oleh pemuda lain.
“Jangan sentuh Chanhee, Lee Juyeon.”
“Changmin stop!”
“Tapi Hee-“ bibir terkatup rapat setelah melihat tatapan Chanhee. Changmin menggeram dalam hati karena begitu lemah terhadap si Cantik. “fine. Only if he wants it,”
“Gimana Hee?” Juyeon menyeringai lebar, menyamankan letak penis yang setengah keluar sehingga Chanhee meringis pelan. “up for round two?”
Chanhee menganggukkan kepala, mengunci lingkaran kaki di sekitar pinggang Juyeon sambil mengalungkan lengan di leher. Pemuda Januari tidak meruntuhkan senyuman, malah makin besar kepala karena menang.
“Hyung what the fuck?!”
Here we go. Another guardian of Chanhee berteriak. Sunwoo menjatuhkan tas di lantai tempat berpijak, mata bulat terbelalak begitu menemukan kakak kesayangan sedang bersama pawang musuh bebuyutan. “Hyung!”
“Diam Sunwoo.” bentak Changmin tajam. Sunwoo tak dapat berkata apa-apa selain berjalan menghampiri, hendak melihat lebih jelas apa yang terjadi di dapur mereka. “Awas kalau kamu nyakitin dia,” ancam Changmin menunjuk ke Juyeon.
Pemuda tampan itu mengendikkan bahu, mulai bergerak pelan, “Kapan sih aku nyakitin uri Chanhee huh?” dia kembali menggoyang seperti tempo tadi. Di hadapan Changmin dan Sunwoo yang cengok.
Pikiran Chanhee mendadak berkabut. Diselimuti hawa nafsu sehingga perkataan tiga pemuda lain tidak diterima oleh sirkuit otak. Dia hanya mengikuti alur, ritme yang diciptakan, memasrahkan diri kepada siapapun di sana.
Dia tidak tahu apa-apa, hanya merasakan penuhnya liang sekarang, kejantanan mengacung tegak, serta beberapa pasang tangan menjamah seluruh celah badan.
“Hyung, nggak bisa di kamar?”
“Ssh, out of order for him,” jawab Changmin setia memelintir benda kecil tertempel di dada sang sahabat. Sunwoo sebenarnya kurang ikhlas saat penis Juyeon keluar masuk di lubang kesayangan, namun karena ini permintaan Chanhee, dia bisa apa selain mengikuti permainan.
“Hahh.. hngh.. Changmin..”
“Iya Sayang?”
“D-deket.. nghh.. deket..” erang Chanhee tak sadar menendang-nendang udara di belakang Juyeon. Dia berusaha menahan desahan tetapi rasanya tidak memungkinkan. Terutama saat netra yang mengabur akan air mata sayup-sayup beradu pandang pada sosok familiar di ambang pintu dapur. “hhh.. aah.. Juyeon..”
“Kalian nggak punya malu atau apa?” kegiatan panas antara empat orang tiba-tiba berhenti sejenak. Chanhee berhasil meraih orgasme hanya karena kehadiran Younghoon yang tak jauh dari mereka. Ketiga top diam saja. Terutama Changmin dan Sunwoo memandang tidak suka. “kita masak dan makan di sini, masa kalian kotorin?”
Sunwoo mendengus, “Kenapa Hyung? Nggak terima?”
Younghoon memutar mata malas, “Bukan urusanku,”
Hati Chanhee mencelos seketika, ditambah air mata di pelupuk menambah keinginan untuk menangis berada di ujung tanduk. Changmin melirik ke arahnya, kemudian mengisyaratkan mereka agar melanjutkan di kamar.
“Tapi Hyung-“ protes Sunwoo dan berhasil dibungkam Changmin lewat tatapan seram. Juyeon menggendong Chanhee secara hati-hati lalu berjalan mengikuti dua anggota menuju ruang lain. Begitu melewati Younghoon, Sunwoo berhenti sebentar. “nggak usah gengsi kalau mau ikutan, Hyung..” Changmin harus menyeret anak itu supaya kembali berjalan, meninggalkan Younghoon menjadi emosi tidak tahu kenapa.
Does he want it? Does he want to fuck him? Bukankah hatinya buat Hyunjae seorang? Tapi kenapa melihat Chanhee dalam dekapan Juyeon dengan penis menancap di liangnya membuat dia marah? Apalagi keberadaan Changmin dan Sunwoo semakin memperkeruh suasana.
Younghoon ingin mencari tahu. Dia ingin memastikan kalau dirinya hanya jatuh cinta pada Hyunjae. Bukan pada pemuda cantik dambaan seluruh anggota.
***
Pintu tertutup rapat meski tidak terkunci. Figur yang sedang bersatu telah berada di atas kasur dengan Juyeon meloloskan diri dari singlet, sementara Chanhee masih tetap mengenakan kaos kedodoran. Tangan lentik menggapai sesuatu, lebih tepatnya seseorang yang sibuk melucuti pakaian luar.
“Changmin..”
Changmin menggumam, berjalan mendekat lalu duduk di sebelah kepala Chanhee, menggenggam jemari lembutnya. “I’m here,” dia kembali menatap Juyeon datar, “finish your turn, then leave,”
“Ayolah Changmin, can’t we have all the fun today?” sahut Juyeon tidak percaya. Sunwoo sudah ancang-ancang hendak menerjang namun mundur saat Chanhee mengerang. Akhirnya maknae kedua beringsut duduk di ruang kosong lain tak jauh dari Chanhee.
“Changmin please..” pinta Chanhee mendongak sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Dia menggigit bibir begitu Juyeon memajukan pinggul. “sekaliiii saja,”
“Kamu udah keseringan bilang begitu, Chanhee,” Changmin menghela napas gusar. “baiklah, do whatever you want,”
Secercah senyuman menggemaskan tersampir sukses menggonjang-ganjing hati Ji Changmin beserta Kim Sunwoo. Kedua pemuda itu mendadak meleleh kemudian menghadiahi kecupan-kecupan kecil di permukaan wajah, menyebabkan Chanhee menggeliat kegelian.
Juyeon, yang bukan fans kelembutan maupun kehalusan hanya memutar mata malas. Tidak terbiasa dengan interaksi mereka bertiga karena tak pernah memperlakukan Hyunjae seperti itu.
They’re more type of ruthless and meanie dominants.
“Chanhee, I’ll move now,”
Chanhee mengangguk, membiarkan Juyeon memimpin permainan kembali. Dia mengalihkan kepenuhan dalam badan dengan mengelus barang teman-temannya. Changmin membelai rambutnya lembut sementara Sunwoo mengusap pipinya sayang.
“Min mau kulum..”
“Punyaku gimana, Hyung?”
Mereka bertiga sudah sibuk dengan dunia masing-masing. Chanhee berusaha mengimbangi gerakan liar Juyeon ketika dirinya menghisap dua kelamin di sisi kanan kiri. Badan tertandak-tandak ke atas, bergantian menaruh di rongga mulut.
“Chanhee yang cantik..” puji sahabat sebaya tersenyum manis, membiarkan rona merah menguak di permukaan pipi yang menirus. Chanhee melepaskan sejenak, memutuskan koneksi saliva dengan kepala, lalu berbalik untuk menghisap punya Sunwoo lagi.
“MFF!” Sial. Juyeon berhasil menemukan prostatnya. Mani di dalam liang membuat bunyi-bunyi erotis saat penyatuan. Perut mendadak bergejolak saking terlalu penuh di sana. “Mmff! Mmff!”
“Keluarkan Hyung,” desis Sunwoo tertahan, pasalnya gigi kecil Chanhee sukses menggores nadi di sekujur batang. Mengakibatkan ia menggelinjang keenakan. “you’re doing great, Hyungie..”
Untaian tali putih menyembur dari lubang kencing. Juyeon mengerang lantaran sarang yang membungkus kejantanan kini menjepit erat. Badan Chanhee gemetaran bagai diserang gempa bumi lalu terkulai lemas setelah habis. Changmin menjilat bibir, masih mengusap sayang kepala si Cantik. Miliknya semakin menegang minta dipuasin.
“Guys,” gumam Chanhee usai penis Sunwoo tertarik dari mulut. Napasnya tidak beraturan, kakinya menggigil kayak orang kedinginan. “boleh.. hhh.. boleh DP..”
“Nggak!”
Sahutan bersamaan dua suara membuat Chanhee menyeringitkan dahi, serta kerucutan bibir sedih. Dia merengek pura-pura mengeluarkan isak tangis. “Kenapaaaa?”
“Kamu gila? Kamu pikir DP itu seenaknya aja?” jawab Changmin emosi. Chanhee menjulurkan bibir bawah, berupaya terlihat meyakinkan.
“Hyunjae Hyung bisa kenapa aku nggak?”
“Karena kamu bukan dia, Hyung..” balas Sunwoo di sela-sela gigi yang merapat. Tuh kan pasti kakaknya membawa nama rival lagi. Apa sebenarnya kehadiran Juyeon di sini ada sangkut pautnya dengan Hyunjae? Oh, atau jangan-jangan, Chanhee juga tidak mau kalah? “Hyung, kamu beda sama dia, okay? Dan kita juga nggak mau nyakitin kamu,”
“Tapi kalau preparasinya bagus, bisa kok.”
“DIAM JUY!” “DIAM HYUNG!”
Juyeon langsung bungkam dan angkat tangan. Daripada dia diusir dari kamar disaat sama sekali belum klimaks, mending dia tidak melanjutkan. Padahal he just shared the information, right? Tidak peduli juga apakah dilaksanakan atau tidak.
“Tapi tadi kamu bilang aku bisa ngelakuin apa aja,”
“Not for that,” jawab Changmin melototkan mata. Chanhee masih memasang raut yang sama. Tetep pada pilihan.
“Percaya sama aku, kalian nggak bakal nyakitin aku,”
Sunwoo menggeleng, “Nggak Hyung,”
“Please.. aku mau coba..”
“Cepat putuskan sebelum aku mendadak layu di sini,” celetuk pemuda lebih tinggi menginterupsi argumen kecil-kecilan. Mendapati tatapan marah tak membuat dia getir, melainkan menghela napas panjang, “just give it to him already, Jeje bahkan langsung mau pas ditawarin Younghoon Hyung,”
Mungkin Juyeon tidak bermaksud apa-apa tapi sepertinya hati Chanhee tambah memanas ketika tahu dalang dibalik double penetration musuhnya adalah pujaan hati sendiri. Dia memandang ke Changmin dan Sunwoo bergantian, kekeuh ingin diperlakukan seperti itu.
“Hee..”
Chanhee tidak mengubris. Sampai akhirnya kedua sekawan mau menyetujui. “Kita berhenti kalo kamu kenapa-kenapa, okay?”
“Eung!”
“Selesaikan urusanmu, terus pergi dari sini,”
“Juyeon biarin aja, let him enjoy the show,” balas Chanhee secepat kilat, mata memancarkan sinar menggoda membuat Juyeon menyeringai. Sudah berapa kali Changmin menahan amarahnya, coba saja bukan karena Chanhee, dipastikan pemuda Januari tersebut tertendang dari ruangan.
Juyeon kembali bergerak, memaju-mundurkan pinggul tanpa ampun mengenai selaput Chanhee terus menerus. Pemuda cantik mendesah lebih nyaring, membusurkan dada menikmati sentuhan di luar badan yang diberikan kedua pemuda lain.
“Udah sampai belum?”
“Sabar.. ugh..” jawab Juyeon sewot, dia dapat merasakan dirinya hampir mencapai puncak namun tiba-tiba berhenti karena terlintas keinginan kedua.
“AH JUYEOON!” pekik Chanhee kaget. Liang terbuka berdenyut hampa akibat ulah teman sebaya yang mengeluarkan kejantanan, perih menjalar ke seluruh kerutan otot. “wtf?”
“Thank me later, I’ve fucked him enough,” Juyeon bangkit dari pembaringan, mengisyaratkan Changmin dan Sunwoo agar bergerak melakukan tindakan selanjutnya. “he wants a DP right? Lakukanlah,”
“Gimana caranya..”
“Duh kalian ini,” gerutu si Tampan gusar, “any position you’re comfortable with. Mau Chanhee dipangku, mau Chanhee nungging terus salah satu dari kalian di bawah, terserah,”
Changmin memandang ke Sunwoo, meminta ide, sedangkan pria termuda nampak berpikir terlebih dahulu. “Aku dari belakang, Hyung di bawah,”
“Oke,” pemuda rambut dua layer mengangkat Chanhee hati-hati. Memposisikan si Cantik di atas badannya yang sudah telentang. Sunwoo mendudukkan sang kakak di abdomen Changmin, berniat menuntun batang keras tersebut duluan.
“F-ffuuckk!” Chanhee membusurkan punggung begitu lubang berkontak pada kepala. Dia tidak menunggu lama untuk terbiasa karena kelonggaran hasil Juyeon berhasil melahap setengah.
“Pelumas Nu,” sahut Juyeon mengacak isi nakas di samping kasur kemudian melempar botol sedang ke arah adiknya. Beruntung langsung ditangkap. Sunwoo mengangkat bokong Chanhee sebentar, demi membasahi benda tumpul di bawah. Changmin terdengar meringis karena dinginnya pelumas dan panasnya telapak tangan Sunwoo menyentuh kelamin.
Chanhee menumpukan diri menggunakan lutut di sisi-sisi sahabatnya. Dibantu Sunwoo, ia menurunkan pinggul seiring kelopak terpejam beserta rahang terjatuh tanpa suara. Kepala penis berhasil melewati pertahanan, bergerak turun hingga bersentuhan dengan paha pemuda di bawah. “Fuckk.. penuh banget..”
Changmin tak kuasa menahan seringaian. Meskipun diameter Juyeon lebih tebal dari mereka berdua. Tetap saja yang didamba hanya milik mereka, pemuda kesayangan Chanhee. “Found your spot yet?”
“Hhh.. hh.. sebentar,” Chanhee mencoba mengarahkan diri, mendadak limbung setelah dirasa mengenai titik sensitif. “shit.. fuck your dick, Ji Changmin!” erangnya berpegangan di seprai, cengkramannya menguat ketika Changmin menggoyang kecil.
“Oke Hyung, be ready for mine,” bisik Sunwoo halus di punggung bungkuk. Chanhee mengangguk, membiarkan sang adik mengangkat dirinya lagi dengan penis mencoba masuk. Dia benar-benar mengosongkan pikiran supaya rasa sakit berupa peregangan dapat teralihkan. Sunwoo menarik sedikit liang yang ditempati. Menemukan Chanhee tiba-tiba mengerang nyaring. “Hyung?”
“I’m good, I’m good..” ENGGA DIA NGGAK GOOD SUNWOO. DIA MAU MATI SUMPAH! How could that ugly bitch can take two of monstrous dicks in his ass hah?! Howwww?!!!! Nyawa Chanhee berada di ujung rambut, mungkin sekali masuk, dia langsung dipanggil sama Tuhan.
Changmin mengelus tulang panggulnya hati-hati, memberi semangat sempat khawatir akan situasi Chanhee sekarang. “Mau udahan?”
“Enggak!”
“Kalo gitu ditahan.” balas Juyeon tanpa dosa. Changmin melirik teman sebaya dengan tatapan sadis tapi tak diubris. “masa kamu kalah sama-“
“Diam nggak Juy?” ancam Changmin berkilat-kilat marah, “mending kamu pergi daripada jadi kompor meledak di sini,”
Juyeon hanya mengendikkan bahu cuek, tidak habis pikir pada drama picisan di hadapan mata. Kayaknya Jeje kemarin nggak seperti Chanhee. Bahkan dia pasrah dalam dekapannya.
Muka Chanhee merah padam, entah hendak marah mendengar sahutan Juyeon atau menahan malu karena dianggap amatiran. Dia menoleh ke Sunwoo seraya menganggukkan kepala. “Masukin.”
Sunwoo menegak ludah takut-takut, “Sekarang?”
“Besok. Ya iya sekarang,” tukas Chanhee kesal. Adiknya buru-buru bergerak lebih rapat, mengecupi punggungnya sayang seiring tangan menuntun kejantanan. “sshhh..” desisan pemuda surai hitam terdengar menahan sakit. Sunwoo mendorong sedikit figur kurus di atas Changmin agar mendekat pada kakaknya yang lain.
Bagai ada link batin di antara keduanya, Main Dancer menarik dagu Chanhee untuk saling mengaitkan bibir. Terasa asin akibat air mata mengalir deras. Chanhee mencengkram seprai terlalu kuat hingga buku jari memutih. Nyeri luar biasa menyerang tulang ekor, ditambah bekas sperma Juyeon semakin tertanam dalam dan mengubrak isi perut.
Tuhan, Chanhee merasa kotor dan penuh secara bersamaan. Tapi dia puas. Bangga malahan mendapat dua kejantanan mengisi lubang sempitnya. Hah! Do you think you’re the only one who can handle it, Lee Jaehyun?
Beberapa menit membiasakan diri barulah ia berhenti menangis. Meski masih sesenggukan, tidak mau terlihat lemah. Changmin sempat tertawa geli, memperlakukan seperti bayi sesekali mengusap pipi tembam itu. Mata Chanhee memerah dan sedikit bengkak, mendapat kecupan kecil dari dua sekawan.
“Boleh gerak, Sayang?” Chanhee mengangguk pelan, menghembuskan napas panjang seraya menumpu badan di atas dada. Selagi dua pria bergerak, ia mengadu pandang dengan Juyeon. Pemuda tampan itu mengisyaratkan pertanyaan tanpa suara.
“S-Sakit.. ngh..”
Changmin mengulum puting di hadapan mata, satu tangan memijat milik Chanhee perlahan. Rahang si Cantik terjatuh kembali hingga netra terpejam-pejam. Juyeon berdeham, merasa ditinggal karena ketiga anggota sibuk dengan dunia sendiri. Chanhee membuka kelopak menemukan Juyeon mengocok kejantanannya malas.
“Sini Juy,” ajak Chanhee setengah mendesah. Changmin masih mendamba dada, tak lupa bergerak bergantian bersama Sunwoo. Otak Chanhee mendadak berkabut terhadap sensasi dari dua batang di dalam liang. Juyeon bertumpu lutut agar penisnya sejajar wajah sang kawan, menikmati bagaimana jari jemari lentik membelai pangkal sampai ke bola yang menggantung berat kemudian menunduk menghisap bagian kepala.
“S-sshh..” Juyeon sigap memegangi surai hitam sedikit demi sedikit Chanhee membungkam mulut menggunakan milik teman sebayanya diiringi jilatan kecil di sepanjang diameter. Badan mengikuti irama kedua pemuda lain, tersedak perlahan begitu titik sensitifnya disodok berulang-ulang. “mulutmu enak, Hee,”
Diam-diam pemuda cantik tersebut tersenyum penuh kemenangan meskipun dia sempat hilang fokus akibat ulah bejat teman-temannya. Changmin menggeram tertahan, merasa sempit tiada tara apalagi penis yang bergesekkan dengan penis lain. Sunwoo tidak kalah keenakan, menggoyang lebih cepat menyebabkan Chanhee melepaskan kuluman.
“Aah.. AAAH!” Untaian klimaks keempat berwarna putih hampir kebeningan mendarat cuma-cuma di atas abdomen Changmin. Kontraksi otot anal menjepit batang sehingga kedua pemuda tersebut tak sadar mengerang, bahkan mereka berhenti beberapa menit, tidak sanggup melanjutkan.
Chanhee berusaha tetap sadar, tangannya gemetaran ketika menggenggam Juyeon. Si Tampan mengusap pipinya sayang, membisikkan sesuatu entah apa yang jelas membuat pipi Chanhee memerah dan kuluman kembali dilakukan.
Keempat anggota melanjutkan aksi. Mendamba pemuda surai hitam dengan pujian-pujian manis. Tidak menyadari pintu kamar berdecit memunculkan sosok tak asing, menatap tidak peduli.
Juyeon yang pertama kali menyadari, menyeringai lebar ketika mendapati Younghoon bersandar di dinding menghadap mereka. “Hey, Baby, look who’s here,” ucapnya menghentikan hisapan Chanhee. Kepalanya menoleh ke belakang dan jantungnya buru-buru memompa lebih cepat.
Sial! Apa yang Younghoon lakukan di sini?
“Tsk, ngapain Hyung?” tanya Sunwoo setelah mengetahui keberadaan Younghoon. Pemuda lebih tua diam saja, setia menyandarkan punggung sembari memandangi Chanhee intens.
“Chanhee’s off limit, Younghoon Hyung,” kali ini Ji Changmin bersuara tajam nan berat. Penuh ancaman, agar Younghoon paham kalau kehadiran dia akan memperkeruh suasana hati Chanhee. Benar saja, si Cantik membekap mulut sahabatnya.
“Nggak kok,”
“Hyung-“
Chanhee hanya mengetatkan lubang untuk mendiamkan mereka. Tidak berani mengadu pandang pada Younghoon yang belum memuntahkan kata-kata. Padahal dia penasaran, atas dasar apa pujaan hati mau memasuki ranah Kyeopmuda ini.
“Pergi kalau kalian udah selesai, mengerti?” Ketiga top menyuarakan kekecewaan, namun si Cantik tetap kekeuh dan semakin galak. Akhirnya, dengan perasaan campur aduk, dia digoyang kembali pada setiap lubang yang terisi sampai mereka klimaks di sana.
Kaki jenjang menggigil sesaat usai ditembakkan benih. Sudut bibir ternodai cairan sedikit pahit, begitupula perut serasa bergejolak karena terdapat tiga mani di sana. Jakun bergerak menandakan penelanan, diafragma dada membusung mengatur napas. Sunwoo melepaskan tautan duluan, melihat bagaimana spermanya mengalir dari lubang kemerahan, oh, bahkan membengkak membuat dia sedih. Changmin pun pelan sekali saat mengeluarkan, membiarkan Chanhee mengerang tertahan di ceruk lehernya.
“Hey, Sayang?”
“Hnggg?” respon pemuda itu balik. Changmin mengusap kepalanya, mengecup pipi tembam berulang-ulang.
“Kamu nggak papa?”
Chanhee dirasa menganggukkan kepala, walau mereka tahu sebenarnya dia sudah berada di ujung kematian. “Penuh..”
“Mau kita bersihin?” terdapat gelengan, Changmin dan Sunwoo saling berpandangan.
“Pergi.”
“Chanhee-ya..”
“I said leave.”
Pengusiran secara sepihak membuat hati mencelos. Berbeda dari Juyeon yang sudah melangkahkan kaki duluan setelau berhasil orgasme mengenai kerongkongan bahkan ke seluruh parasan muka Chanhee.
He got two fucking great orgasm.
Mau tidak mau, dua anggota Kyeopmuda memasrahkan diri mengikuti perintah si Cantik. Changmin merebahkan sang sahabat di atas kasur yang sudah awut-awutan, bahkan basah akan keringat maupun mani. Sempat melayangkan ciuman di kening, ia menyeret paksa Sunwoo yang ogah-ogahan.
“Awas kamu nyakitin dia!”
Younghoon memutar mata malas sebelum melambaikan tangan pertanda mengusir. Nyaris meledakkan emosi maknae kedua. Beruntung Changmin menarik duluan. Begitu pintu tertutup, barulah pemuda rambut panjang mendekat, duduk di figur telanjang Chanhee, tanpa melepaskan pandangan. Sedangkan pemuda lain sedikit meringkuk malu karena ditatap seperti itu.
Tisu ditarik dari kotak, berlembar-lembar, entah seberapa banyak. Younghoon mengusapkan permukaan bersih nan lembut tersebut di sepanjang kulit Chanhee. Dimulai dari wajah, leher, dada, perut, bahkan ke lubangnya sekalipun. Chanhee deg-degan setengah mampus, takut ini hanya mimpi semata tetapi merasa sesuatu keluar dari dirinya seolah mengingatkan kalau Younghoon memang nyata.
“Hyung..” akhirnya daripada mereka diam-diaman, ia membuka suara. Younghoon menggumam, masih mengusap sekitar kerutan otot liang, tidak berhenti mengeluarkan cairan. “kenapa kamu ngelakuin ini?”
Younghoon terdiam sebentar, mata setajam elang menelisik padanya, menyebabkan jantung berdetak tidak keruan. “Entahlah,” jawabnya ambigu kemudian meneruskan.
Chanhee merinding. Sensasi dari kelembutan Younghoon memperlakukan dirinya sukses membangunkan adik kecil yang tak pernah puas. Dia mengutuk dalam hati. “Aku bisa sendiri,”
Pemuda rambut hitam mengusap kaki jenjang itu. Sangat-sangat pelan, berhati-hati bagai merawat barang rapuh. Merasakan getaran kecil di bibir ketika ia mengecup sepanjangan. Mata tak luput dari manik legam yang merintih di bawah tatapan. Pikiran bertanya-tanya maksud kedatangan si Kakak.
“Hyung..” rengeknya hendak menarik kembali pergelangan kaki, namun Younghoon cukup kuat menggenggam, kini menggigiti sehingga terdapat bercak kemerahan. Tangan bebas beralih ke botol pelumas, terpaksa harus melepas cengkraman hanya untuk melumuri jemari. “Hyung what are you-“
“Aku nggak mau ada cairan lain selain punyaku,” jawab Younghoon mulai mengorek liang kemerahan, membantu membersihkan sisa-sisa permainan tanpa tahu keadaan Chanhee sekarang. Menggeliat macam lintah dikasih garam, menahan lenguhan karena digit panjang menggores dinding silkynya.
“H-Hyung.. s-stopp..”
“Sebentar, Chanhee.”
Chanhee langsung mengatup mulut, memalingkan wajah lebih dalam pada alas tidur sesekali mengeluarkan rintihan. Rasanya kebas tapi ada sedikit kelembutan di sana. Chanhee tak mau melihat, takut jatuh cinta semakin dalam. Jadi dia berusaha menahan diri begitu tiga jari bermain di lubang.
“Hey, Chanhee..” Younghoon bergerak menindih, rupanya telah selesai melakukan fingering. Telapak besar menyentuh pipi tembam sekaligus mengalihkan untuk beradu tatap. “hey..”
Pemuda cantik tersebut terisak kecil, dia tidak mau Younghoon terlalu memperhatikan. Dia tidak mau masuk ke dalam jurang penuh harapan. Senyuman tipis terpatri, ia tak mengindahkan, melainkan menatap ke arah lain.
“Chanhee, lihat aku?”
“Untuk apa?”
Younghoon mendusel sedikit, tak langsung menjawab. “Entahlah, kamu cantik,”
“Nggak nyambung.”
Tawa renyah mengalun lembut di indra pendengaran, menyebabkan Chanhee semakin deg-degan. Younghoon dengan paras tampan serta lengkungan sabit saat tertawa seakan menyilaukan pandangan. “Tapi memang kok,”
“Just get on it, Hyung,” keluh si Cantik memutar mata malas, “kamu nunggu giliran kan?”
“Sebenarnya sih enggak,” jemari panjang mulai memainkan helaian surai hitam yang menempel di kening berpeluh. Ibu jari mengusap bibir tebal Chanhee hati-hati. “aku cuman mau bersihin kamu aja,”
Decakan kecil mendengar, meski hati Chanhee menghangat. “Aku bisa sendiri, tenang aja. Lagian aku punya Changmin dan Sunwoo,” jawabnya halus sambil tersenyum meyakinkan. Younghoon mengerutkan dahi, rahang sontak merapat pertanda kesal.
“Kenapa harus mereka? Kenapa bukan aku?”
Okay.. kakaknya melantur. Habis kejedot apa semalam? Dia memandang tidak mengerti, hendak mengutarakan sesuatu tapi lebih memilih diam. Was-was pada apa yang akan dilontarkan Younghoon sehabis itu.
Benar saja, Younghoon menatapnya lagi. Chanhee tidsk mengerti terutama saat bibir mereka menyatu dalam tautan manis.
Ah. His first kiss with him. It feels.. good? Pemuda rambut hitam merambat dari punggung lebar menuju tengkuk, meremat anak-anak surai di sana. Younghoon menyesap bibir atas maupun bawah secara bergantian, cukup membuatnya terangsang.
“H-Hyung..” erang Chanhee tertahan, pria lebih tua memanfaatkan kesempatan menjejalkan benda lunak melewati belahan yang terbuka, menyapu lembut langit-langit, mengitari sepanjangan dinding nan basah. Lidah Chanhee tak sadar membalas, terjadilah pergulatan sensual.
Younghoon melesakkan lebih dalam, nafsu mengerubungi alam sadar hanya karena mulut Chanhee seorang. Terutama ketika pemuda cantik tersebut melenguhkan panggilan tiada henti.
“Chanhee you’re beautiful,” ucap Younghoon mengecup bibir membengkak sekali, netra memancarkan sinar pesona terhadap penampilan sang adik di bawah kukungan. “if I didn’t fall in love with him, I’ll fall for you,”
Jantung Chanhee tidak tahu berdegub untuk konteks yang mana. Apakah Younghoon yang akan jatuh cinta padanya atau kenyataan kalau Younghoon tetap mencintai Hyunjae meski dia ada di sini? Kepalanya pusing, dan memutuskan berhenti berpikir. Cukup menikmati perhatian sekali seumur hidup dari kakaknya. Sesudah ini, ia akan menghilangkan perasaan sepihak kemudian beralih kepada Changmin.
Fair enough right? He’s not gonna hurt himself for more.
Pakaian rumah telah ditanggalkan, menampilkan tubuh atletis ideal milik pemuda lebih tua. Celana terlepas, kejantanan menampar perut. Chanhee menegak ludah, mengutuk dalam hati terhadap ukuran itu walau liang berkata sebaliknya. Dia tidak dapat menahan rasa malu yang menjalar sebab pertama kali melihat punya Younghoon.
Dia juga tak bisa membayangkan situasi Hyunjae sewaktu dimasuki dua barang sekaligus. How can he still alive? Seharusnya lubangnya ditemukan robek dan pendarahan.
Ah. Chanhee tidak ingin membahas. Lama-lama dia malah kesal sendiri. Dia memusatkan seluruh perhatian pada pemuda di atas, menikmati setiap elusan maupun sapuan lembut di pori-pori kulit sesekali mengeluarkan rintihan.
Nama Younghoon terasa ringan di lidah. Disebut terus menerus diiringi deru napas kecil. Jilatan tepat di puting berhasil menggetarkan seluruh saraf Chanhee.
“Hyung..” rengeknya mengapit pinggang Younghoon, menaikkan pinggul agar milik mereka saling bersentuhan. Bulir-bulir putih menetes dari puncak, membasahi perut ratanya. “Hyung.. cepat..”
“Sebentar, Sayang..”
Tidak. Jangan panggil Chanhee seperti itu kalau tak dapat membalas perasaannya. Pemuda cantik meringis kembali, merapatkan dua tubuh berpeluh sehingga tiada jarak antara mereka.
“Please..”
Younghoon menatap netra sayu yang sangat menggemaskan, mendebar-debarkan hati tanpa disadari. Dia mengangguk kecil, sedangkan Chanhee tersenyum tipis. Memandang penuh minat saat Younghoon melumuri batang keras menggunakan pelumas sebanyak mungkin, menarik napas tajam begitu kakaknya siap.
“Sakit, Sayang?”
Chanhee menggeleng, tidak mengindahkan panggilan. Peregangan oleh kepala memutar isi otak sesaat, jemari sontak mencengkram seprai dan punggung membusur perlahan. “F-ff..” dia sampai tidak bisa melontarkan kalimat karena terlalu penuh. “shhh.. shii…t..”
“Chanhee, you good?”
No. I’m not, you dick monster!’ batin si Cantik dalam hati. Di saat kayak gini dia merindukan teman-temannya sumpah! Memang ya, perkataan orang benar, kalau sesuatu yang berlebihan tidak pernah baik.
Ya contohlah penis Younghoon sekarang!
Walaupun dia dibobol Juyeon beberapa menit lalu tidak menutup kemungkinan lubangnya akan terbiasa. Tidak. Sampai kapanpun, bokong beserta kawanan nggak bakal membiasakan diri. Terutama dirinya sendiri.
“Chanhee..” Younghoon mencoba memanggil, dia menggumam dengan mata terpejam. Mendadak lupa dia ada dimana sekarang. “hey, Sayang, lihat aku..”
Sedikit-sedikit kelopak mau terbuka, tatapan kekhawatiran serta keyakinan terpancar dari netra bulat Younghoon. Oh, jangan lupakan senyum tipis itu, membuai Chanhee mengalihkan rasa sakit.
“You’re doing great, Baby,”
“Ngh..” pinggul Younghoon bergerak maju, berani menanam hingga pangkal menyebabkan Chanhee benar-benar merasa penuh. Dia bahkan dapat melihat abdomen di atas penis menyembul sedikit.
Woah. Younghoon benar. He’s doing great.
Kaki jenjang miliknya ditekuk di atas dada, dia mengatur napas pelan-pelan, tetap memfokuskan pandangan pada manik gelap Younghoon. Pemuda lebih tua merapatkan tubuh mereka, menumpu badan dengan siku di salah satu sisi kepala Chanhee tanpa memutus tatapan. Helaian surai hitam nan lembut disingkirkan, mengganggu pemandangan baginya, bibir dingin menyapu halus di kening menuju kelopak mata.
Jantung Chanhee hendak meledak. Dia mengerang tertahan, sekaligus sesak. Younghoon mau apa sih sebenarnya? Apa berniat menghancurkan hati Chanhee setelah keintiman mereka ini? Apakah secepat ini dia mendapat karma karena bermain dengan Juyeon?
“Hyung, g-gerak please..” bisik si Cantik terengah-engah. Pemuda tampan tidak bersuara, bukan berarti dia tak bergerak. Justru pinggulnya mundur sedikit, lalu menghentak dalam. Chanhee melepaskan jeritan, sekali lagi dia mengumpat tentang prostat yang gampang dijangkau. Younghoon menciumi seluruh bagian wajah, menghela napas menerpa kulit Chanhee yang menghangat.
“Ah.. ah! H-Hyung!”
Younghoon meredam geraman di ceruk leher. Menatap tidak suka pada bercak merah keunguan di sana. Dia menggigit beberapa kali, berniat menandai sang adik. Membuat bekasnya sendiri. Seperti yang akan ia lakukan ketika menggenjot Chanhee.
“Chanhee..” panggilnya serak, Chanhee merespon dengan desahan liar. Jari lentik meremat surai panjang di tengkuk, menarik kakaknya agar menautkan bibir bersamaan. Lidah kembali beradu, namun ia lemah, tak dapat berbuat apa-apa sebab Younghoon benar-benar mengaburkan akal sehat. Dia membiarkan pemuda di atasnya mendominasi, sedangkan otot mulai mengencang.
“Waa.. Hyung.. deket..” Chanhee tidak sanggup menahan lebih lama dan langsung menyemburkan benih untuk kelima kalinya. Mengotori perut mereka, membuat gesekan menjadi licin dan kotor. Tiada satupun yang peduli. Sibuk mencumbu satu sama lain.
Nama Chanhee sangat luwes dilontarkan oleh Younghoon. Terutama saat ia klimaks, Chanhee makin terpana melihat betapa menawannya pujaan hati. Hatinya mendadak sakit karena tidak bisa menikmati pemandangan ini setiap hari. Dan Hyunjae bisa.
Bisa dipukul kayaknya.
Kedua anggota sama-sama tersengal. Karbondioksida maupun oksigen saling beradu. Chanhee memejamkan mata, menenangkan detak jantung serta paru-paru, ditambah dia juga tidak ingin bangun dari kenyataan sehabis kegiatan.
Liang terasa kosong, hanya mengeluarkan cairan usai Younghoon mundur. Pemuda cantik masih menutup mata, berharap dalam hati Changmin dan Sunwoo mengetahui perasaannya sekarang. Dia membutuhkan mereka, dia menginginkan kedua pemuda lain.
Namun, yang ia dapat hanyalah sebuah benda dingin kecil memasuki tubuhnya. Dia terjengit lalu membuka mata, memandang tanda tanya pada Younghoon.
“Oh, aku cuman mau kamu nyimpen maniku sampai besok,”
Sialan.
Kim Younghoon benar-benar titisan dakjal. Sebelas dua belas sama Juyeon. Chanhee tidak tahu harus merespon apa, selain buttplug -entah kakaknya dapat darimana, pasti di kotak harta karunnya di bawah kasur- meregangkan lubang, pikirannya masih berkabut.
Figur bongsor merebahkan diri di samping, menarik Chanhee dalam pelukan. Selimut membaluti tubuh telanjang keduanya, menciptakan keheningan yang tak dapat dipecah.
“Maaf Chanhee.”
Chanhee menegak ludah. Kepala menggeleng. Tidak mau juga memperpanjang masalah. Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk berhenti menyukai Younghoon. Dia telah berniat membalas perasaan Changmin, dia tidak mau menyakiti hatinya terus menerus.
“Sleep tight, Hyung.” bisiknya menahan tangis. Semoga Younghoon tidak mendengar karena detik berikutnya, dia memejamkan mata erat-erat, menyadari air mata mengancam turun dari indra penglihatan.
.
.
.
Two done one more to go~ terima kasih udah mau baca🥰