BANG BOYZ
Jeje Vers.
Warning : it's all porn. Semua orang tidak punya moral, they can do whatever they want. A fictional. Bukan untuk ditiru, hanya untuk melepas penat
. . .
“Lagi ngapainnn?!”
“Nonton fil-”
“YEEE!”
“Lagi ngapainnn?!”
“Aku masak udang-”
“YEEE!”
Eric menaikkan satu alis begitu melihat betapa enerjiknya Hyunjae hari ini. Padahal mereka baru saja pulang dari latihan untuk persiapan comeback tapi sepertinya keletihan tidak mendera kakaknya sama sekali.
“Jeje hyung kenapa?” bisiknya pada Sunwoo di samping, yang dibisikin memasang tampang bodo amat karena sudah terbiasa dengan kelakuan random Hyunjae.
Hyunjae kembali melanjutkan kegiatan bertanya ke hampir seluruh anggota. Berlari-lari kecil bak anak overdosis permen sesekali tertawa kesenangan.
Ngobat kayaknya ini anak.
Sangyeon sampai memberikan pelototan mata agar ia “behave” tapi pemuda itu malah tersenyum sangat lebar.
“Kamu kenapa, hm?” Younghoon menarik tubuh pendek berisi tersebut agar duduk di pangkuan seraya mengalungkan lengan di perut, mengundang gelak tawa kegelian. Hyunjae makin kecil dalam dekapan, membuat mereka nampak seperti orang pacaran.
“Caper.” gumam Chanhee halus sebelum beranjak berdiri dan menyeret kaki ke kamar. Gondok setengah mati pada perhatian Younghoon ke Hyunjae. Beruntung dua sekawan itu tidak mendengar, sibuk fokus pada satu sama lain.
“Yongun geliii..” si manis tertawa saat kepala sahabatnya menyusup di leher, berniat mendusel. Pemandangan ini sudah sangat normal di kalangan The Boyz. Hyunjae bermanja pada Younghoon, atau kadang-kadang dengan Juyeon, atau bisa juga pada Eric.
Younghoon menggigit gemas kulit lehernya, mengemut secenti kemudian menatap lembut dari bawah, “Energimu masih banyak, Je? Mau kuhabisin?”
Hyunjae merona merah, memukul kepala Younghoon pelan sebab malu, “Sebentar lagi comeback, Hoonie!”
“I'll be gentle, kayak biasa,”
“Nggak mau, terakhir kamu bilang gitu, aku berakhir sakit pinggang,” jawabnya mengerucutkan bibir, Younghoon mengecup kilat bantalan empuk tersebut sambil mengeratkan pelukan.
“Itu karena Juyeon juga ikut, Je,”
“Fitnah lebih kejam dari pembunuhan, Hyung,” celetuk Juyeon baru kembali dari dapur. Mendudukkan diri di samping mereka sehingga Hyunjae beringsut duduk di pahanya.
“Kamu yang main kasar,” bela pemuda manis itu menoel hidung Younghoon, “Juyeonie mah lembut terus,”
Kalau kalian pikir mereka adalah sex-buddies, yap itu benar.
But no, they're not dating.
Pemuda lebih tua menangkup pipi Hyunjae sebelum mencium bibirnya berulang-ulang di depan Juyeon, mengundang rengekan manja dari si manis. Pemuda lain menertawakan deritanya.
“Siapa suruh ngegemesin, huh?” bisik Younghoon menggigit belahan ranum tersebut sembari menahan gemas.
“Enough lovebirds! Pikirkan mata yang ngeliat, okay?” Kevin bersuara setelah lama-lama muak melihat ketiga anggota saling bergelung di atas sofa.
“Iri bilang!”
“Ngapain iri sama...” si Canada menggantungkan kalimat sambil menaikkan satu alis menantang. Tidak mungkin ia mengeluarkan kata kasar di depan mereka terlebih ada Younghoon sebagai bagian 'Jeje's Protection Squad'. Dia melirik Jacob yang menggelengkan kepala kemudian berlalu ke kamar meninggalkan atmosfer ruangan menjadi mengambang.
“Kevin kenapa?” tanya Hyunjae menyeringitkan dahi, Jacob hanya melempar senyum.
“Nggak usah dipikirin, Je. Lagi PMS dia,”
Hyunjae mengendikkan bahu sebelum bercengkrama dengan Juyeon maupun Younghoon lagi. Saling melempar guyonan untuk mencairkan suasana asrama.
Akhir-akhir ini anggota menemukan pemuda tertua keempat bertingkah aneh-aneh. Dimulai dari gaya pakaian sangat minim ketika di rumah, kelakuan yang random (eh ini udah biasa sih), sampai tiba-tiba menarik tengkuk Younghoon untuk mengajak berciuman tidak tahu tempat.
Seperti sekarang, Eric selaku maknae dan sex buddy ketiga Hyunjae cukup terkejut begitu memasuki dapur. Niatnya mau makan, tapi mendapati Hyunjae 'dimakan' oleh Juyeon.
Bukan. Bukan konteks rimming.
Tenang. Mereka nggak sevulgar itu. Dan Hyunjae masih punya malu serta ketahudirian.
“Hyung..”
Juyeon menoleh, masih memojokkan Hyunjae di meja dapur, tersengal-sengal mengambil oksigen. “Hm?”
“Kamar kosong banyak, kenapa harus di sini?” tanyanya pelan. Juyeon hanya menyengir, kembali menyantap bibir tipis Hyunjae penuh candu. Eric menghela napas, menyerah sekalian berjalan lebih menuju lemari penyimpanan ramen.
“Youngjae-yaa..” erang Hyunjae tiba-tiba memanggil, si Maknae menggumam, sibuk dengan kegiatan meski telinga menangkap lirihan nikmat. “Youngjae sini..”
“Bentar,”
Juyeon kini mengarahkan bibir menuju leher, tangan menggrayangi dua puting, memencet-mencet bagai tombol. Hyunjae mendesis menggesekkan kejantanan pada celana Juyeon.
“He needs your attention, Eric,”
Eric menoleh sekali, sebelum fokus pada rebusan air. “Hyung dulu lah yang kasih, aku laper soalnya,”
Hyunjae melenguh lagi, seperti tidak rela tetapi Juyeon mendiamkan lewat ciuman kasar dan menggendong tetua keempat keluar dari dapur agar tidak mengurangi selera makan anggota.
Si Maknae menghembuskan napas panjang, memperbaiki letak adik di balik celana yang sudah bangun setengah akibat desahan binal namanya tadi. Dalam hati bertanya-tanya mengapa akhir-akhir ini Hyunjae nampak seperti kucing mau kawin.
“Jangan berdiri kamu!” omelnya memarahi organ intim sendiri. Eric kembali memasak mie tanpa memikirkan kesedihan si adik. Walau sebenarnya desahan Hyunjae masih terngiang-ngiang di otak, seperti memanggil dirinya untuk mendekat.
Di sisi lain, pemuda manis itu bukan hanya dicumbu Juyeon, melainkan Younghoon ikut bergabung di ruangan. Tawa geli memecah suasana akibat sentuhan-sentuhan kecil di setiap sudut sensitif.
“Yongun.. noo..” meski terdengar lirih dan memohon, sosok yang disebut namanya tidak bergeming. Terus mengecupi tonjolan mengeras kecokelatan tersebut. Satu tangan merayap di balik celana Hyunjae, meremas miliknya acak. “ngh!!”
“Sejak kapan kamu suka pake baju minim-minim gini huh?” bisik Juyeon yang berada di belakang, menggigit gemas cuping telinga sekaligus menjilat dari rahang ke leher.
“Cari perhatian ya?” dengus Younghoon sembari melorotkan celananya, membebaskan kejantanan yang menyapa udara setelah sekian lama tertahan. Hyunjae terpekik seiring pergerakan acak dari rasa geli menyandera saraf, berusaha mendekatkan selangkangan pada tangan jahat sang kawan.
“Please.. please.. Younghoon..”
“Kamu mau apa, Jeje?” dua jari menyentil batang yang berdiri tegak hingga bergoyang ke sana kemari, menambah intensitas desahan. “bilang yang betul!”
“Nggak tahu, nggak tahu, lakuin apapun!”
Juyeon menangkup kedua pipi tembam si manis, membawa mereka dalam ciuman kasar menyebabkan air liur belepotan kemana-mana. Hyunjae membungkam suara saat penyatuan bibir, nyaris menggigit bantalan ranum Juyeon saat Younghoon melahap adik kecil dalam sekali hadap.
“Mmphh!”
Dua pasang tangan lebih lebar dari tangan sendiri kini merayapi bagian dada hingga perut, mengusap permukaan dalam tempo tak menentu, terkadang lembut terkadang kasar tanpa menghentikan godaan. Younghoon meniruskan pipi isyarat menghisap lebih, Juyeon serasa mengubrak-abrik isi mulut, menghabiskan napas Hyunjae sampai terengah-engah.
“Lips taste heaven, Hyung..” gumam Juyeon terus mencengkram rahang tembam itu, mengakibatkan rengekan nyaring menggema di seluruh penjuru ruangan. Younghoon berhenti sejenak, menatap kondisi temannya sekarang. Diafragma dada naik turun tersengal-sengal, saliva menetes di sudut bibir, dan penis kemerahan mengacung tegak.
Dia menyeringai, menarik pinggul Hyunjae lebih dekat kemudian melebarkan pipi bokongnya. “Lihat Juy, kayaknya ada yang nggak sabar pengen dimasukkin,”
Hyunjae menggeliat, liang berkedut-kedut pada kehampaan di bawah guyuran mata keinginan. Dia melihat jelas bagaimana Younghoon menjilat bibir, mengumpulkan sesuatu dalam mulut sebelum meludah tepat di lubangnya. “Fuck!!”
“Kamu harus lihat, Juy, he ate my spit so well,” balas pemuda lebih tua mengajak. Juyeon menggumam saja, menuntun kejantanan ke arah mulut Hyunjae yang berulang kali mengatur napas.
“Kulum, Hyung.”
Mulut kecil membuka berusaha bernapas lewat sana. Kepala jamur terasa berat di indra pengecap, menekan parasan perlahan sebelum menyusupkan ukuran. Lidah mengitari sekujur batang, di nadi-nadi berseliweran hingga ke lubang di atas, menyapu bulir keputihan dengan rasa yang tidak biasa. Mata memejam erat dan hanya diisi oleh kejantanan Juyeon seorang.
Younghoon di sisi lain bergerak luwes macam ular. Memposisikan diri di antara kedua paha montok itu. Geligi menciptakan memar kemerahan, ada yang menjadi ungu malahan. Tak lupa menggores gigi di pangkal penis maupun bola si manis. Mendengar rengekan tertahan serta geliatan tak sabar.
“Kamu mau dimakan?” tanya Younghoon menggoda kecil, bertumpu siku ia mencoba mengocok adik Hyunjae, memijat-mijat sesekali menahan pinggul temannya yang hendak mengikuti ritme. “jawab Je.”
“Mmff.. nghh!”
Juyeon meringis sembari mengambil segenggam rambut kecokelatan yang lebih tua. Pinggul menggoyang perlahan, merasakan rongga saluran makan berkontraksi menyelimuti miliknya. Hyunjae tak dapat merespon apa-apa selain menimbulkan bunyi tersedak dari gerakan Juyeon. Dia hanya gemetaran begitu lidah Younghoon mengitari sisi liang, meraba tekstur pintu yang berkedut penuh antisipasi.
“H-Hoon..”
Ketiga laki-laki dewasa kurang belaian nampak menikmati perlakuan satu sama lain. Juyeon tidak berhenti menggoyang pinggul, Hyunjae meniruskan pipi untuk menghisap batang di mulut, sementara Younghoon mengeloni bagian lain milik sahabatnya.
“Oh.. H-Hyung.. nghh..” otot perut Juyeon dirasa mengikat hendak melepaskan. Hyunjae menarik napas sedikit semakin menjilati milik sang adik. “Ng.. nggak di sini Hyung..”
Juyeon buru-buru mengeluarkan kejantanan sebelum tumpah di rongga mulut. Hyunjae dapat bernapas seperti biasa meskipun otaknya berkabut karena ulah Younghoon pada liangnya. “W-waeee..”
“Mau keluar di dalam,” jawab si Maknae Bermuda Line menunduk menciumnya lagi. Hyunjae mengeluarkan suara-suara erotis yang teredam, tak sadar menggerakkan pinggul agar Younghoon semakin memakan.
“Y-Yongun..”
“OKE AKU SUDAH SELESAI!” teriakan Eric menggema di seluruh dinding dengan wajah kekenyangan. Dia berani membuka pintu kamar yang tak dikunci sebelum menutup kembali. Takut anggota lain mengamuk akan adegan tidak senonoh di siang hari. “what did I miss, Hyungdeul?”
“Nothing, kita baru aja mulai,” jawab Juyeon mengocok malas kejantanan Hyunjae yang kelihatan ingin segera sampai. Si manis menjerit tertahan sambil menggigit punggung tangan akan stimulasi dua arah tersebut.
Eric beringsut mendekat, duduk di samping figur langsing yang berbaring. Mulutnya berair dikarenakan puting kecokelatan Hyunjae menggoda minta dijamah.
“Aaahh!” pemuda rambut cokelat tak dapat menahan desahan terlalu lama begitu termuda The Boyz menyerang dada. Mengulum benda mungil tersebut secara lembut sampai menggoreskan geligi di permukaan. “C-come.. comeee..”
“Biarin dia keluar, Juy,” sahut Younghoon menghentikan makan sebentar, mengulum dua jari hingga terselimuti saliva seraya memandangi bagaimana tangan besar Juyeon mengocok lebih cepat.
“NGH.. AAH!!” Hyunjae membusungkan dada merasa pandangan memutih. Bola matanya mendadak berputar begitupula pikirannya melayang. Cairan putih menyembur kuat membasahi dada, bahkan mengenai wajah Eric yang masih sibuk mengulum puting. “haahh.. haaa.. Youngjaee..”
Usai beberapa detik setelah pelepasan, Hyunjae lemas tiada tara. Namun tidak dengan predator yang mengelilinginya. Kejantanan mereka masing-masing tidak tahan lagi agar segera mengeksekusi seluruh lubang di diri Hyunjae.
“B-bentar.. bentarrr!”
“Tsk Hyung, aku nggak tahan lagi!” Eric tergesa-gesa menurunkan celana, melempar singlet abu-abu ke lantai mendapat tawa kecil dari Juyeon maupun Younghoon.
“Gimana maunya?”
Younghoon berpikir sebentar, menatapi lubang kemerahan di hadapan berdenyut-denyut minta diisi. Sebuah senyuman miring terpampang ketika ide gila terlintas. “Double penetration, yuk.”
Mata Hyunjae membulat, menutup kedua kaki serapat mungkin tapi tak bisa lantaran tubuh bongsor Younghoon di antaranya. “Nggak!”
“Ayolah Jae.. kamu nggak lihat apa lubangmu langsung excited pas aku tawarin gitu?”
“Kamu udah gila ya? Enggak Younghoon!”
“Ya masa kita ganti-gantian lagi? Bosen tau..” Juyeon dan Eric membiarkan kawanan 97-Line berdebat. Mereka berdua hanya saling bertatapan sebelum Eric mendudukkan diri di pangkuan Juyeon. Mengajak berciuman.
“Sekali enggak tetap enggak, Kim Younghoon!” putus Hyunjae melotot. Younghoon sudah hendak protes tapi tenggelam saat mendengar erangan Eric di dekapan Juyeon. Membuat Hyunjae ikut menoleh ke arah mereka.
“Lah..”
“Youngjae!!! Don't get fuck before me!!”
“Katanya tadi nggak mau DP,” celetuk Eric melepaskan tautan perlahan, Juyeon menarik dagunya agar menyambung kembali sembari memainkan penis mereka bersamaan.
Hyunjae merah padam. Merasa harga dirinya sebagai mainan mereka runtuh ketika Juyeon lebih memilih menggoda Eric ketimbang dirinya. Dia sudah jengkel dengan keberadaan Chanhee yang dijuluki primadona The Boyz, ditambah pemuda yang disukai malah bermain api di belakang.
“Sini Je,” gumam Younghoon tiba-tiba. Paham sekali akan perasaan sang sahabat. Hyunjae bangkit dari pembaringan lalu ikut memposisikan diri di paha tebal Younghoon. “stop looking at him with jealousy when he doesn't even know what you feel,” bisikan halus mengalun di telinga menyebabkan si manis mengeratkan tautan kaki di pinggang.
Dia menggigit bibir menahan cemburu, menarik tengkuk Younghoon supaya lebih dekat. “Do whatever you want,”
“So you're up for DP?”
“As long as I get fucked by him,”
Rengekan Eric nyaris menaikkan emosi Hyunjae. Terutama ketika ia melihat Juyeon mengecupi leher si Maknae dengan mesra. Dia juga ingin seperti itu. Dia juga ingin Juyeon mendambanya bagai barang rapuh.
Tetua ketiga mengalihkan wajahnya, menatap dalam manik cokelat sayu tersebut sebelum mencium bibir tipisnya lembut. Hyunjae lama-lama terbuai, membuka belahan ranum, mengundang lidah untuk saling bertautan.
“Juy, mau duluan?”
Juyeon mendongak, melihat Younghoon telah menyiapkan Hyunjae yang terbaring kembali. “Beneran langsung dua?”
Younghoon mengangguk, “He asked for it,”
“Gimana, Ric? Kamu duluan atau Hyungdeul?” Kini Juyeon menawarkan pada adik di pangkuan. Eric menggeleng.
“Hyungdeul aja, aku pingin di-blowie,”
Juyeon mengecup bibir Eric sekali lagi kemudian menyingkir perlahan. Hendak bergabung menyiapkan Hyunjae. Ini pertama kalinya kesayangan mereka di circle toxic ini akan dimasuki dua benda sekaligus.
“Do you think he can take it?” tanya pemuda rambut hitam saat Younghoon telah tiga jari di dalam lubang. Hyunjae meringis keenakan sambil ikut menggerakan badan.
“Atau mau gantian?”
“I can take both of you!”
“But this is your first time, Baby,” ucap Juyeon sontak membuat pipi Hyunjae memerah. Oh jangan lupakan detak jantungnya, bisa-bisa kedengaran sampai ke telinga mereka berempat. “bener mau langsung dua?”
“Nggak tau deh, terserah..” akhirnya ia pasrah. Dia juga tidak ingin kelihatan sok kuat di depan topnya. Dia benar-benar ingin dimanja dan didamba seutuhnya. “kalau sakit banget, aku kasih tau kok,”
“Kasih pelumas banyak-banyak, Hyung,” sahut Eric tiba-tiba. Dia menarik tangan Hyunjae supaya mendarat di miliknya, membantu mengocok perlahan.
Si manis mengangguk menyetujui, memandang dua pemuda tinggi di sana penuh harap. “Please.. can we do it? Aku udah nggak tahan lagi, huhu,”
“Hmm..” Younghoon menggumam, menggerakkan jari yang sempat berhenti sejenak. “gimana Juy?”
“Kalo Jeje bilang iya, coba aja.”
Pelumas dikeluarkan dari botol. Dan Juyeon membantu persiapan menggunakan jarinya sendiri. Hyunjae telah kehilangan fokus akibat beberapa digit yang masuk ke dalam dengan ketebalan bervariasi. Dia sangat hapal ukuran jari jemari dominannya.
“Hyung.. aah..” ia tak sengaja menggenggam adik Eric dengan kuat, membuat maknae di sana menggeram keenakan. Hyunjae sempat mengusap kepala jamur tersebut secara tiba-tiba, menyemai cairan putih di sekitar sana.
“Fuck my mouth.. Youngjae..” pinta pemuda manis membuka rahang seraya mengeluarkan indra pengecap. Eric buru-buru mengatur posisi agar kejantanan bisa masuk sepenuhnya. Hyunjae langsung merilekskan kerongkongan begitu milik sang adik menginvasi rongga makan.
“Je dengarin..” suara bariton Younghoon mengalun, ia yang sudah setengah terpejam dengan napas tersengal-sengal menggumam, menambah getaran halus di sekitar batang Eric. “kita ganti-gantian dulu sampai kamu cukup buat dimasukkin berdua, oke?” Hyunjae tidak menjawab secara verbal, hanya memberi anggukan.
Younghoon dan Juyeon saling bertatapan sebelum si tengah mengajukannya duluan sedangkan ia akan bermain dengan Eric. Ada perasaan tidak suka terkilas di mata Younghoon tetapi tak ada yang peduli. Dia menghela napas perlahan kemudian menarik pinggang Hyunjae mendekat, menabrakkan penis terhadap pintu liang.
“Je.. you good?”
“Mmfh..”
Pemuda lebih tua sebulan menerobos masuk melewati lingkaran otot, berdiam diri sebentar ketika Hyunjae dirasa menegang akibat interupsi itu. Membiarkan kepala penis menyangkut selama beberapa detik. Dia mengatur napas, terpana sendiri melihat pemandangan di bawah.
Dia sudah berulang kali berhubungan intim dengan Hyunjae tapi kenapa rasanya seperti pertama kali? Detak jantung berirama cepat, perlakuan melembut, serta kehati-hatian saat melakukan.
Kekuatan cinta kali ya?
“Je?”
Hyunjae membalas dengan gumaman, kepala mengangguk ketika mulai terbiasa. Dia mendorong pinggul pelan-pelan, menggigit bibir begitu sempit membungkus kejantanan. Hyunjae tersedak milik Eric sebab terfokus pada regangan di bawah.
Juyeon membantu mengalihkan rasa sakit. Tangan menggenggam adik Hyunjae yang memerah dan basah, mengocok sedikit sesekali diremat kecil. “Mmff!”
“Aku goyang ya?” oh how sweet of Younghoon. Disaat Hyunjae sedang dipermainkan seperti ini, ia masih bisa meminta izin. Warna merah tercipta di sekujur badan putih sahabatnya, tanda merona malu.
Pemuda tengah masih mengocok Hyunjae meski si manis telah digenjot habis-habisan. Dirinya menarik dagu Eric yang duduk tak jauh, mempertemukan bibir mereka kembali.
Hyunjae memejamkan mata, selain tak ingin melihat adegan di hadapan, ia cuman mau menikmati sensasi distimulasi dari dua arah. Younghoon berhasil menemukan titik sensitifnya bersamaan Eric menyodok dinding tenggorokan. Badan terdorong-dorong akibat gerakan Younghoon sementara maknae menekan kepala untuk tidak kemana-mana.
Younghoon sibuk mengecupi perut di bawah kukungan, menggigit menciptakan bercak kemerahan. Dia melirik ke arah Juyeon dan Eric kemudian ke temannya yang memalingkan wajah.
Sial. Juyeon memang tidak punya hati.
“H-hyung.. ngh.. Hyung..” erang Eric di sela-sela ciuman. Selagi ia memaju-mundurkan pinggul menyodok rongga, ia kewalahan menghadapi keganasan Juyeon dalam berciuman. Tangan si tengah tidak berhenti memainkan milik Hyunjae, bahkan berhasil melukis putih di telapaknya.
Dominan lebih tua mencengkram pinggang Hyunjae begitu dirasa ingin sampai. Dia memelankan tempo sejenak lalu mengeluarkan penis mendadak.
“Aaaa!” rengekan terdengar seiring Hyunjae melepaskan kuluman. Mata berkaca-kaca menahan nafsu sebab digagalkan secara sepihak. Younghoon tidak merespon, hanya mendudukkan diri di ruang kosong lain tak jauh dari kaki si manis.
“Juy, giliranmu,”
Juyeon membiarkan Eric tersengal-sengal. Tanpa banyak kalimat, cukup tatapan tajam, sukses menggetarkan hati beserta rambut halus Hyunjae dan bersedia patuh sepenuhnya. Juyeon menarik tubuh lemas tersebut ke dalam dekapan, membiarkan kepala si manis bersandar di pundak tegapnya.
“Kamu siap?”
Hyunjae merona merah, sayang Juyeon tak melihat, ia mengangguk pelan. Pujaan hati tersenyum kecil, mengecup pipinya sangat lembut. Kedua tangan mengangkat bokong sebelum mengarahkan lubangnya tepat di kejantanan. Jangan sampai Juyeon dengar detak jantung sekarang. Meski dia merasa loose akibat invasi Younghoon tadi, tapi untuk Juyeon dia rela menyempit kembali.
“You did so well, Baby..” bisik Juyeon menahan geraman. Kepala baru menerobos, rasanya Hyunjae tetap rakus ingin melahap sampai pangkal. Pemuda manis mengerang, memeluk Juyeon erat. “Hyung prepared you so good, Jeje..”
“Ngh..”
Eric mendekatkan diri, mengecupi punggung Hyunjae sesekali mendaratkan gigitan lembut. Younghoon sendiri hanya bersandar menunggu seraya menatap mereka, diam-diam terbakar api cemburu.
Begitu pipi bokong bertemu paha Juyeon, ia menghela napas sejenak, menaruh pipi di bahu, menghirup aroma parfum pemiliknya. Merasa penuh seketika. Perbedaan ukuran penis Juyeon dan Younghoon memang tidak terlalu jauh. Mereka sama-sama panjang, tapi berbeda ketebalan.
“Juyeon..” rengek Hyunjae manja. Juyeon tertawa kecil, mengusak rambut cokelat berantakan tersebut sambil menatap sayang.
“Iya Baby?”
“Kamu.. nggak bakal tinggalin aku kan?”
Pertanyaan serius itu menghentikan Eric dari kegiatan. Memandang heran pada kerandoman bottom kesayangan. Younghoon menaikkan satu alis, sedangkan Juyeon mengerjapkan mata.
“Kenapa... tanya gitu?”
Si manis memainkan kulit dalam mulut, tiba-tiba merasa takut ditinggalkan seorang diri.
“Nggak tau..”
“Jeje?” Younghoon bersuara, lembut penuh perhatian, memusatkan fokus kepadanya. “do you want to tell us?”
Hyunjae menggeleng, mengeratkan pelukan terhadap Juyeon yang dibalas hati-hati. “Nggak, nggak ada..”
“Hyung, kalau Hyung banyak pikiran kan bisa cerita sama kita?” tawar Eric mengusap punggung keringatan tersebut halus. Mengecup kecil di atas pundak. Hyunjae menggeleng.
“Nggak,” kakinya mengerut-ngerut isyarat tidak ingin didesak lebih. “lanjutin Ju..”
“Is this why you behave like a slut these days?” Pertanyaan dari sahabatnya sukses membuatnya mematung. Wow. Kim Younghoon. Hanya kau yang berhasil memahaminya luar dalam, bahkan hal ini tidak terlintas di benak Juyeon maupun Eric. “karena kamu takut ditinggal?”
“Stop it!” ketus Hyunjae kasar, ia merasakan tatapan penasaran terpusat ke arahnya sehingga ia menangkup pipi Juyeon agar dapat menatapnya dalam. “fuck me, quick. Make me forget about other things but your dick!”
“Hyunjae!”
Juyeon mendiamkan Younghoon kemudian melancarkan serangan. Membawa mereka dalam ciuman panas menuntut tanpa menghiraukan amarah pemuda lebih tua di sana. Eric bimbang hendak melakukan apa, namun ia cepat-cepat melanjutkan eksekusi di punggung sang kakak, meninggalkan Younghoon tak dapat berkata apa-apa.
“Aah.. mmh.. Juyeon..”
Kedua bukan sejoli saling bergerak mencapai kenikmatan. Ditambah Eric menggrayangi bagian punggung menambah libido Hyunjae makin liar. Jemari meremat surai hitam pria yang memangku sembari menaik-turunkan pinggul secara sensual.
“Apa udah cukup?” gumam Juyeon di sela-sela ciuman. Hyunjae menggeleng, tidak ingin melepas tautan di bawah. Pemuda Januari mengecupi rahang tembamnya ketika ia melirik Younghoon di samping. Manik pemuda lain tampak bernyala-nyala, entah terbakar api nafsu atau..
Tidak. He's not into him. He's so sure he and him are just friends.. best friend lebih tepatnya. Tidak mungkin letupan kecemburuan terpasang di sana sementara Younghoon sendiri tahu kalau dia mencintai Juyeon.
“Ah.. ah.. Juyeon..” badannya tertandak-tandak saat pinggangnya dicengkram dan dibawa bergerak naik turun. Kulit bokong menampar pangkuan pemuda lain, menaikkan intensitas desahan.
“Deket.. ahhh.. dekettt!!”
“Gimana Hyung? Let him come or not?” tanya Juyeon bersuara serak nan terengah, Younghoon mengangguk kecil mengiyakan membuat pemuda tampan itu menggenjot lebih kasar. Hyunjae menancapkan kuku jemari di permukaan kulit bahu begitu pelepasan hampir tiba.
Tanpa disentuh sama sekali, ia keluar dalam beberapa kali semburan yang mendarat tepat di dada pujaan hati. Juyeon masih terus menggoyang meski tahu pemuda di dekapan oversensitif, tapi ia tidak peduli, dia hanya menginginkan Hyunjae mendapat kepuasan.
Deru napas si manis bagai dikejar kawanan serigala, dan predator yang dimaksud itu mereka bertiga, siap menerkam kapan saja.
Hyunjae terisak akan stimulasi berlebihan kali ini. Air mata merembes tak henti di pipi sehingga Juyeon buru-buru menjajaki jejak kristal tersebut. “Oh.. oh.. our Baby is crying..”
Younghoon mendengus, sedikit mendorong Eric agar mengganti posisi menjadi dirinya. Anggota termuda menaikkan satu alis, bingung pada sikap tidak sabaran itu. “Let's go Juy, he can take both of us,” ujarnya sembari mengarahkan penis pada liang yang membungkus milik Juyeon. Hyunjae gemetaran terhadap sentuhan, tanpa sadar mengetatkan lubang.
“Shit, Jeje!”
“Ayo.. open up for me, Jeje..” geram Younghoon meremat salah satu bantalan empuk sampai memerah, dengan tega ia menyusupkan dua jari di samping batang guna memperlebar akses. Hyunjae makin menenggelamkan wajah di bahu Juyeon, menahan rasa sakit akibat perlakuan. “kamu sudah janji ya tadi..”
“Hyung, nggak usah dipaksa deh,” sahut Eric kasihan melihat ekspresi Hyunjae, ia mengusap rambut cokelat si manis dengan sayang agar menenangkan hatinya sedikit. Younghoon menatap pemuda tengah, meminta persetujuan.
“Je? Kamu mau kita masukin bareng-bareng atau kita gantian?” tanya Juyeon selembut sutra, pemuda yang ditanya enggan menjawab, hanya mengendikkan bahu sambil memeluknya posesif. Juyeon agak frustasi mendapatinya, membuat ia menatap Younghoon balik.
“Je, jawab.” sebuah cengkraman di surai cokelat berhasil mendongakkan kepala Hyunjae, ia meringis menahan perih sebab ubun-ubun yang tertarik. Ketiga pemuda lain menunggu dengan kesabaran, walau simpul pelepasan meronta minta perhatian.
“B-both..” jawabnya pelan. Younghoon melepas jambakan kemudian menarik Hyunjae mendekat. Menempelkan punggung berpeluh tersebut pada dada sendiri.
“Okay, take our cocks nicely, Baby..” bisik pemuda rambut panjang seraya menyengir, Hyunjae menelan ludah yang bergumul di mulut, berusaha rileks ketika benda tumpul mencoba masuk di bagian bawah.
“Aahhh! S-sakittt!”
Juyeon membuat suara-suara halus seperti sedang menenangkan bayi. Dia mengisyaratkan Eric supaya dapat membantu mengalihkan rasa sakit entah bagaimana caranya. Pemuda rambut merah itu menarik dagu Hyunjae kemudian mencium bibir kakaknya pelan. Sementara tangan Juyeon memelintir dua puting di hadapan, Younghoon masih mencoba memasukkan penis sedikit demi sedikit sambil menggeram dalam.
“Hyung.. udah masuk?”
“Heun,”
Eric menjilati langit-langit mulut Hyunjae berupaya membungkam lirihan, saliva saling bertukar tanpa ada kejijikan di antara mereka. Si manis berani menghela napas saat Younghoon telah mencapai pangkal. Dia sangat penuh sekali. Pertama kali dia berani mengambil keputusan konyol seperti saat ini. Biasanya, mereka lebih sering berganti-gantian daripada masuk bersamaan.
Sebuah jemari merayap di permukaan perut, sedikit menyembul membuatnya bersemu malu. Juyeon tersenyum, mendusel lehernya perlahan, “Penuh Sayang?”
Juyeon-tidak! Jangan menaikkan harapan Hyunjae terlalu tinggi.
Di sisi lain, Younghoon mengecupi bahu landainya sesekali menggigit gemas beberapa daging yang terdapat di sana. “Gimana rasanya, Je?”
“Penuh.. banget..”
“Ini belum seberapa kalau kita goyang kamu barengan, tsk,” sahut Younghoon remeh. Hyunjae menolehkan kepala karena merasa aneh dengan sikap sahabatnya sekarang.
“Kamu kenapa sih, Hoon?”
“Aku kenapa?”
“You're being.. mean..” ucap Hyunjae pelan, Younghoon terdiam sejenak lalu memutar mata malas.
“Perasaanmu aja kali, boleh kita goyang nggak? Daritadi ditahanin mulu nih,” entah apa konflik permasalahan di kepala Younghoon sehingga tidak sabar hendak bergerak di ruang sempit ini. Hyunjae memandang ke Juyeon bermaksud minta kelembutan, dan beruntung direspon baik oleh pemuda tengah.
“Hyung naik, aku turun, oke?”
“Terserah.”
“Jae, fuck my mouth,” titah Hyunjae mengalihkan wajah ke arah Eric yang sedari tadi menontoni mereka bertiga. Maknae Tbz mengangguk kemudian berdiri di atas kasur, menghadapkan kejantanan di wajah Hyunjae.
“Kalo sakit teriak, ya..”
Hyunjae tidak menjawab, melainkan sibuk mengalihkan fokus peregangan di lubang dengan melahap organ di depan. Eric langsung menggenggam rambutnya, kaki nyaris bergoyang bak jeli. Aba-aba ini digunakan kedua dominan untuk bergerak bergantian, mengikuti instruksi Juyeon sebelumnya.
“Mmmff!!” Manik sipit terbuka lebar, pipi tembam semakin tembam dengan adanya penis di rongga. Entah milik siapa yang berhasil mengenai prostat duluan, yang jelas ia hampir keluar lagi saking enaknya.
“Aah..” Younghoon menyengir begitu melihat perubahan itu, ia menggenjot brutal tanpa menghiraukan gerakan dari Juyeon.
“T-too deep! Ngh.. Yongun!”
“Hyung, emang nggak apa?” celetuk Juyeon di sela-sela tusukan, dia merasa sebentar lagi akan sampai dikarenakan kenikmatan yang tidak bisa dideskripsikan. Younghoon hanya memberi anggukan, tangan kanan memainkan milik Hyunjae ketika mereka bertiga bergerak berlawanan.
“Aah! F-fuckk.. aahh!”
Eric bergerak menyumpal miliknya ke mulut yang terbuka. Menimbulkan bunyi tersedak akibat terlalu tergesa-gesa. Pikiran Hyunjae benar-benar berkabut hingga ia tidak dapat melakukan apa-apa selain menerima perlakuan.
“Baby? Baby??” Pemuda manis itu tidak mendengar suara lain kecuali penyatuan mereka di bawah. Bagaimana kulit menampar kulit dan decitan gesekan dua organ di dalam tubuh bersamaan precum masing-masing.
“Hyung kayaknya dia masuk subspace,” Eric berujar tapi tiada niatan menghentikan genjotan di mulut. Dua pemuda lain tak memberi respon karena sibuk mengejar klimaks.
Juyeon sampai duluan dalam beberapa kali hentakan. Hyunjae tersedak sedikit merasakan cairan panas memenuhi diri. Younghoon tidak mau kalah, bergabung melukis dinding dengan putih selang beberapa detik usai si Tengah.
“Oh..” Hyunjae hilang kendali, mendadak ia seperti melayang dibawa angin. Rahang menjadi sakit tak sadar menggoreskan geligi di milik sang adik.
“Ow- oww, Hyung!” Si rambut merah menarik surai Hyunjae agar menjauh seraya mendesis perlahan. Dalam hati beneran takut kalau kelaminnya luka-luka.
Juyeon melepaskan duluan, membiarkan Hyunjae terbaring di kasur. Lemah tak berdaya. Younghoon mencabut setelahnya, memperhatikan derasnya cairan mereka keluar dari sana.
“Eh.. Hyung aku ada ide,” Maknae yang belum sama sekali ada klimaks tiba-tiba meraih spidol di meja belajar. Dia membalik tubuh Hyunjae supaya menungging lalu menuliskan sesuatu tepat di tulang ekornya.
“Cum.. dump?” tanya Juyeon menaikkan satu alis. Termuda memberi cengiran tanpa dosa, jari melesakkan mani yang hampir terbuang ke dalam lubang.
“Tempat pembuangan mani,”
“You're so sick.” sahut Younghoon sambil tertawa kecil, mendorong figur adiknya main-main.
“He looks like one though,”
“Bentar aku foto dulu,” Juyeon hanya bisa geleng-geleng kepala menemukan dua anggotanya memiliki frekuensi yang sama. Eric mulai mengocok miliknya lagi, menikmati pemandangan pemuda di bawah. Hyunjae masih bernapas tidak teratur namun tak dapat melakukan apapun.
“Baby, are you okay?” Si tengah bernada khawatir, Hyunjae mengerang kecil diiringi getaran pada sekujur tubuh, sedangkan Eric menggeram di setiap genggaman.
“Hyung, boleh aku keluar di dalam?”
“Dia nggak dengar, Ric,” balas Younghoon selesai mengambil gambar. Bahkan pemuda itu meremat dua bantalan empuk demi melebarkan pintu yang memang sudah terbuka akibat regangan beberapa menit lalu.
“O-oke.. hah...” Eric menggigit bibir kuat-kuat saat abdomennya mengencang, siap melepas kapan saja. Netra terfokus ke lubang yang terus mengeluarkan putih sampai ia menambahi lebih banyak. “fuck!”
“Well done, Dongsaeng,” pemuda rambut hitam cepak terlihat mengusap kepala Eric sayang, berhasil menembak benih tepat di liang kesayangan.
Hyunjae is a mess right now. Bercak merah keunguan menyebar di seluruh kulit, peluh sebesar biji jagung membasahi pori-pori, serta liang kemerahan yang setia membuka dikotori tiga semen sekaligus.
But he’s sated. And feel loved at the same time.
Selagi mengatur napas sejenak, Younghoon melirik ke selangkangan sang sahabat. Dia kira Hyunjae tidak akan orgasme but it turned out he did, jika kalian bisa lihat dari kubangan putih yang berkumpul di seprai.
“Okaaayyy, time to clean up,” ketiga dominan si manis mulai membereskan tempat kejadian perkara usai menghancurkan Hyunjae dalam satu waktu. Submisif mereka hilang kesadaran sebab mengalami subspace dan tidak akan kembali dalam beberapa jam ke depan.
“Selamat tidur Baby Je,” bisik Younghoon lembut seraya mengecup bibir tipis kemerahan tersebut. Juyeon juga mendaratkan ciuman manis di kening sebelum menggiring Eric pergi dari ruangan.
Younghoon menarik napas, menyeka helai rambut sahabatnya perlahan, hati menjadi dongkol akan perasaan yang berkecamuk sekarang, “Siapa sih yang suruh kamu suka sama Juyeon sementara aku di sini bisa bahagiain kamu, Je?”
Dia harap Hyunjae tahu siapa yang sebenarnya pantas bersanding dengan pemuda manis itu.
. . .
“Chanhee..”
“I'm okay!”
Changmin dan Sunwoo saling bertatapan. Kabar burung terlintas di hunian The Boyz berupa Hyunjae digagahi dua orang sekaligus. And one of them was Younghoon.
“Aku baik, sumpah!” seru Chanhee menyengir, tapi rasanya menyakitkan. Lebih dari ketika ia tahu Younghoon berhubungan dengan Hyunjae pertama kali. “Nggak usah cemas, okay? I'm not into him anymore,”
Sahabatnya, buru-buru menarik ke dalam dekapan, dapat dirasakan badan kurus Chanhee bergetar, berusaha bersikap kuat di hadapan mereka. “Kami tahu.. kami tahu..”
“It.. hurts..”
Sunwoo menghambur pelukan erat, membungkus sang kakak sepenuhnya. Mereka memang tidak banyak bicara ketika Chanhee mengatakan baik-baik saja, tapi setidaknya sebuah pelukan dapat meyakinkan si cantik kalau dirinya disayang oleh keduanya.
“He's.. he's..” Chanhee tersedak kecil, dua pemuda lain menghujami wajahnya dengan kecupan. “apa aku nggak menarik?”
“Ssh.. ssh.. there there, you still have us, Chanhee-ya,” kata Changmin pelan. Sunwoo ikut mengangguk, mengecup sudut bibirnya sekilas.
“Stop crying, dia nggak berharga buat ditangisin, Hyung,”
Kenapa sih dunia terus-menerus bergerak di sekitar Hyunjae? Bahkan pemuda itu juga yang berhasil merebut perhatian pujaan hatinya.
Chanhee tidak tahu harus apa. Mengalah? Nope, tidak dalam kamus Choi Chanhee. If Hyunjae can be bitch, so can he. If Hyunjae can steal his man, Chanhee can steal Juyeon too. Anggap saja impas, iya kan?
Pemuda cantik itu diam-diam tersenyum miring walau sedang bersedih. Dia berniat akan membuat Juyeon bertekuk lutut sehingga Hyunjae tahu rasanya dikhianati cinta mati sendiri.
. . .