Keira mengetuk pintu mahoni di depannya. Ruangan CEO selalu terdengar menakutkan, terlebih ini adalah minggu pertama Keira menjadi manajer di perusahaan ini. BnE adalah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik, produknya sudah berada di level internasional dan juga terkenal dengan karyawannya yang berusia muda. Keira baru mencapai usia 32 tahun dan sudah menjadi manajer, sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang Keira.
Keira disambut oleh senyum ramah dari Prita, supervisornya dulu yang sekarang menjabat sebagai COO. Di sebelahnya, ada Jackson, CMO dan juga Daniel, Manajer Pemasaran. Berdiri di tengah ruangan, ada pria paruh baya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Pak Agus adalah sosok yang diam-diam Keira idolakan. Lelaki itu bukan berasal dari keluarga berpengaruh sepertinya, dan berhasil menjabat posisi tertinggi di perusahaan karena prestasinya yang luar biasa.
“Winza, belum nyampe, Jake?” tanya Pak Agus kepada Jackson
“Uda kok, mampir ruangannya dulu. Abis ini nyampe.”
Mereka menunggu sambil membicarakan beberapa hal ringan, terutama Keira dan Winza adalah manajer baru yang mungkin masih belum terlalu mengenal medan pekerjaan. Setelah 10 menit, sosok ramping mengetuk pintu pelan dan masuk ke dalan ruangan CEO.
Arogan, itulah citra yang selalu Keira dapatkan dari Winza. Terlebih senyumnya yang tipis, menegaskan bahwa dia tidak terlalu suka mengangkat bibirnya.
“Maaf telat,” Winza membungkuk sedikit sambil tersenyum.
“Santai aja,” jawab Pak Agus, “Silakan duduk.”
“Jadi ini masalah kecelakaan driver mobil boks kita Senin lalu,” Pak Agus membuka pembicaraan, “Publik merespons dengan sangat buruk, begitu juga dengan Manajer Humas sebelumnya.”
Keira melirik ke arah Winza yang masih tidak memasang ekspresi. Manajer sebelumnya diberhentikan karena dianggap tidak bisa menghandle banyak situasi termasuk kasus barusan.
“Winza, ada ide?” tanya Pak Agus
“Itu bukan mobil boks milik kita,” jawab Winza cepat, “Semua mobil boks yang dimiliki perusahaan memiliki nomor seri yang dimulai dari angka 19 dan 21. Plat nomor mobil boks yang bermasalah adalah 238X6LAP, jelas bukan milik kita. Bukankah sudah dicek bahwa itu tidak ada di list barang kita.”
“Bukankah kita baru membeli beberapa mobil boks?” sela Keira, “Dan beberapa digunakan karena adanya overload barang.”
Winza memutar bola matanya kesal, “Pak Agus ada foto mobil boks yang ditahan kepolisian?”
CEO menyalakan layar televisi di ruangan dan menunjukkan mobil boks yang ditahan kepolisian.
“Mobil boks yang itu keluaran tahun 2018, silakan cek semua nomor seri yang kita miliki. Mobil yang baru datang memang memiliki nomor seri awalan 22 sampai 28 karena produk baru,” Winza menjelaskan dengan tenang, “Kelalaian ini tentu saja ada di divisi logistik yang berada di bawah tim produksi.”
Keira menahan diri untuk tidak mencekik leher Winza yang menjelaskan dengan nada pongah itu
“Terimakasih, Winza atas penjelasannya,” Prita sebagai COO, dan sebelumnya adalah Manajer Produksi, mencoba menjawab, “Memang dalam 2 minggu terakhir ini sedang banyak perpindahan barang dan personalia, tentu saja membuat ada celah yang besar di sini. Yang kami inginkan tentu baiknya gimana.”
“Coba dicek lagi timnya, mungkin ada tikus penyusup,” jawab Winza
“Maksudnya apa ya?” Keira sudah tidak tahan untuk tidak menjawab omongan pongah dari Winza
“Daritadi ga dengerin ya? Telinga anda kemasukan air?” Winza terkekeh mengejek, “Ya bisa jadi ada penyusup yang emang pengen ngambil barangnya kan? Buktinya barang untuk satu kali pengiriman hilang semua.”
Keira mengepalkan tangannya dengan keras, dia tahu Winza sengaja mengungkit kejadian Jumat malam itu.
“Kita harus mengecek produk yang dikirimkan di hari itu,” Daniel berusaha menurunkan tensi. Sejak Winza diisukan menjadi Manajer Humas baru, Daniel sudah menyiapkan diri apabila anak emas perusahaan ini berulah.
Winza disebut anak emas bukan hanya karena dia anak dari salah satu pemilik Blanc Group, tapi karena dia memang jenius.
“Produk yang dikirimkan pada 16 Januari 2023 adalah produk serum malam dengan kandungan Niacinamide atau N Series, dengan nomor seri 11208934 sampai 11356758. Cek jika ada toko yang tiba-tiba menjual barang kita dengan nomor seri itu,” kata Winza
“Tempat mana yang sekiranya bisa dikecilkan buat mencari barang-barang itu?” tanya Pak Agus
“Sebentar, bukankah kita harusnya mengecek apakah benar itu nomor produksinya?” sela Keira tidak sabar
“Can you please shut your mouth and listen to me?” tegur Winza yang membuat ruangan menjadi hening, “You can ask me later since we will meet each other frequently.”
Keira ingin menjawabnya namun Daniel lebih dulu menepuk pahanya pelan, menandakan agar Keira menahan amarahnya dulu.
Setelah Keira diam, Winza melanjutkan penjelasannya dengan meminta Pak Agus menampilkan peta Jakarta Timur, tempat kecelakaan terjadi.
“Posisi kecelakaan ada di mulut gang kecil. Dan mobil boks kosong. Sehingga ada kemungkinan bahwa di dalam gang-gang itu ada penurunan barang, karena secara wajar memang tidak pernah ada rute dari logistik yang masuk ke dalam gang sempit seperti itu. Berarti bisa diperkecil gudang atau rumah yang cenderung besar sebagai pengepul.”
“Bisa juga di sekitar situ ada bengkel modif mobil?” Jackson berpendapat
“Bisa jadi, karena dia harus mengubah tampilan mobil boksnya,” jawab Winza
“Oke,” Pak Agus membuat lingkaran pada daerah yang menjadi bahan diskusi, “Besok ada pertemuan dengan board dan saya yakin akan banyak pertanyaan terkait ini. Saya harap Bu Prita dan Keira mempersiapkan sebaik mungkin.”
“Baik, Pak.”
“Bu Prita, mungkin setelah ini bisa cek juga ke bagian HRD terkait pegawai yang domisili di sekitar tempat tadi,” tambah Winza, “Just make sure aja sih.”
“Siap,” Prita mencatat sesuatu, “Nanti bakalan diupdate lagi, Winza.”
Winza mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
“Oke sepertinya semuanya sudah beres, terimakasih atas waktunya,” Pak Agus menutup rapat darurat. Semua keluar dari ruangan dengan senyuman, kecuali Keira yang masih dendam dengan semua yang dikatakan oleh Winza di dalam.