Hari ini adalah pertama kali Kayna bisa menonton pertandingan bisbol putri sekolahnya. Ada untungnya memang bundanya memiliki acara keluar kota bersama dengan teman sekantornya.
“Widih, pake topi segala,” Fany tergelak melihat dandanan dari Kayna
“Dikasi Wira ini gue,” jawab Kayna sambil mendengus, “Ini kita langsung ke tribun apa ke tempat pemain dulu?”
“Kata Ning ke tempat pemain dulu,” jawab Gia setelah membaca pesan di gawainya, “Yuk ges, Ning sama yang lain nungguin di depan pintunya.”
Suasana ruang ganti memang cukup meriah, terlebih banyak saudara dan teman dari pemain yang masuk ke dalam dan memberikan dukungan kepada para pemain.
“Loh, Kak Kayna mana?’ tanya Wira setelah mengecek sarung tangannya
“Tadi ketemu sama temen SDnya,” jawab Yaya, “Ternyata dia lawan SMA kita.”
Mendengar itu Wira hanya bisa merengut, kok bisa Kayna tidak segera menemuinya padahal inti dia menonton ke sini kan untuk melihat Wira seharusnya.
Tak lama kemudian, Kayna masuk ke dalam ruang ganti pemain SMA SM. Melihat Wira yang membuang muka ketika mereka bertatapan, membuat Kayna sedikit bingung. Padahal malam sebelumnya gadis itu sangat semangat memastikan kehadirannya.
“Tadi gue ga sengaja keceplosan lo nemuin temen lo dulu,” bisik Yaya pelan, “Sorry, gue gatau kalo dia jadi badmood gitu.”
“Oalah gitu,” Kayna hanya terkekeh pelan. Memang dibalik sosok yang selalu tegas menjadi kapten bisbol dan sifatnya yang tengil, Kayna mulai merasakan bahwa aslinya Wira ini sedikit manja. Mungkin karena efek anak tunggal dari orang tua tunggal juga.
“SMA SM Internasional, Jaya Jaya Jaya!” teriak Wira memimpin yel-yel yang disambut meriah oleh yang lain. Kemudian mereka bersiap untuk masuk ke lapangan dan para penonton juga akan naik ke tribun. Ketika rombongan mulai berjalan ke arah lapangan melalui Lorong, Kayna menarik tangan Wira agar gadis berambut pirang itumengikutinya ke tempat yang lebih sepi.
“Kakak! Aku mau main ini,” Wira memberengut tapi tetap membiarkan tangannya digenggam oleh kakak kelasnya itu
“Iya, semangat ya,” Kayna tersenyum, “Aku minta maaf. Tisa itu temen SDku, dia juga pitcher di SMA Garuda lawan kamu nanti. Semangat ya.”
“Iya.”
“Gausah cemburu,” Kayna tiba-tiba mengecup pipi kiri Wira, “Main yang semangat ya, Wira.”
Wira terdiam sejenak sebelum memeluk Kayna singkat, “Tentu dong, sekarang jadi semangat!”
***
“Ngapain lu tadi?” tanya Gia ketika Kayna duduk di sampingnya. Temannya itu sedikit terlambat jika dibandingkan dengan yang lain.
“Kasih semangat ke Wira dulu,” jawab Kayna sambil tertawa, “Anaknya cemburu.”
“Haduh bocil,” Gia menggelengkan kepalanya. Belum sempat Kayna menjawab lagi, dirinya terkejut dengan kedatangan wanita paruh baya yang duduk di sampingnya
“Tante,” Kayna tersenyum menyapa Jessica yang datang bersama Amber dan kedua sepupu Wira. Jessica membalas sapaan Kayna dengan senyuman yang cukup lebar sebelum diikuti sapaan dari teman-teman Wira yang lain.
Kayna sedikit terkaget lagi ketika Jessica mengeluarkan dua teropong kecil dari tas tangannya.
“Wira pesen untuk ngasih ke kamu,” Jessica memberikan satu teropongnya kepada Kayna, “Katanya kemarin lupa ngasih. Jadi sekalian dia bawain ke saya.”
“Makasih, Tante,” Kayna masih terkejut dengan keramahan Jessica kepadanya
“Buat liat Wira, kan bisa lebih jelas,” goda Jessica yang membuat Kayna tidak bisa menutupi semburat merah di pipi dan telinganya.
Pertandingan berjalan cukup seru. Kedua tim balas membalas mencetak angka, dan juga berbalas kesalahan. Kayna tadi melihat bagaimana Wira menghibur Catcher mereka yang gagal menangkap bola sehingga dua poin diperoleh oleh SMA Garuda.
“Inning 9 banget nih lolosnya,” gerutu Fany setelah melihat kegagalan Catcher SMA mereka.
“Tegang kali si Denta,” kata Ning sambil melihat ke arah lapangan, “Kesempatan terakhir nih.”
Pemukul pertama memasuki lapangan. Karena posisi tribun mereka di arah tenggara dari Pitcher Mound, Kayna bisa melihat ekspresi dari pitcher lawan. Terlihat jelas Tisa, teman SDnya yang tadi sempat memuji kecantikannya dan berjanji akan menghubunginya setelah pertandingan berakhir, tersenyum cukup lebar karena tahu batter dari tim SMA SM tinggal sedikit yang berada di kondisi prima.
Batter pertama giliran SMA SM di Inning 9 berhasil mencapai base pertama walaupun sudah 2-strike karena bola foul. Dua pemukul selanjutnya mendapatkan strike out dari lemparan Tisa yang seringkali menipu, membuat posisi SMA SM terdesak di skor 6-8.
Pemukul selanjutnya adalah Rara. Selain berposisi sebagai CF andalan, dia juga batter terbaik yang dimiliki oleh SMA SM. Pukulan ke arah tengah berhasil membawa pemukul pertama berpindah ke base kedua dan Rara dengan dramatis meluncur ke base pertama.
“Itu sikunya Rara uda luka parah banget pasti,” kata Aleta melihat temannya mengusap sikunya setelah tiba di base pertama.
“Kalo ga luka ada yang kurang kayaknya,” Ning menambahkan, “Ini siapa pemukul terakhirnya ya.”
“Kayaknya ada pergantian,” kata Gia sambil mengarahkan teropong kecil milik Ning ke arah dekat bench.
“Oh, Wira?” Kayna sedikit bingung karena Wira sudah diganti pada Inning ke-5 tadi. Dia pikir Wira akan beristirahat karena Inning awal tadi cukup keras permainannya.
“Dia tersenyum,” kata Jessica ketika menyadari anaknya menoleh ke arah tribun mereka, seolah mencari sesuatu sebelum tersenyum lebar dan memakai helmnya.
“Foul!” teriak wasit yang berdiri di belakang catcher ketika Wira memukul bola terlalu ke belakang
“Foul!” teriak wasit lagi ketika hakim garis sebelah kanan mengangkat tangannya dan menyatakan bahwa bola sedikit melewati garis foul sebelah kanan.
Wira terlihat menarik nafas panjang sebelum mengambil posisi lagi. Two outs and two strikes tentu bukan posisi yang menguntungkan bagi Wira. Bola slider yang dilemparkan Tisa sempat hampir mengecohnya, namun dengan cepat Wira memukul bola bagian bawah dengan tongkatnya. Fly ball ke arah tengah dan siap disambut oleh dua midfielder SMA Garuda
“Walah out nih,” kata Aleta melihat dua midfielder SMA Garuda yang mundur perlahan untuk menerima bola lambung yang dipukul Wira
Namun Kayna merasakan hal yang lain, sosok yang barusan memukul, sosok yang mendapatkan kehormatan sebagai kapten dengan nomor punggung 18 itu masih berdiri tegak, seakan menantang pitcher lawan yang sudah yakin akan menang.
dukk
Ternyata bola mengenai papan skor yang berada di ujung lapangan. Home run!
Sorak sorai pendukung SMA Garuda terhenti, digantikan dengan kibaran bendera dari SMA SM dan dengan lantangnya menyanyikan yel-yel mereka.
Kayna bisa melihat temannya, Fira dan Angga, pemimpin supporter SMA SM dengan lantangnya menyanyikan lagu kemenangan.
9-8, kemenangan bagi SMA SM Internasional pada pertandingan siang ini.