Bukti
cw // dirty words, g!p
Willie masih memandang lurus pada wanita yang melingkarkan lengannya di lehernya. Kedua lengannya sendiri cukup nyaman berada di pinggang Karin.
“Buktiin gimana?” suara Willie lirih, lebih terdengar seperti bisikan
“Ya gatau?” Karin menaikkan alisnya, seakan menggoda Willie yang terdengar ragu
Karin mulai merasakan deru nafas Willie; wanita itu mulai memangkas jarak diantara keduanya. Detik pun berlalu, Karin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Perlahan, Willie menggerakan bibirnya, melumat milik Karin sebelum menggigit bibir bawahnya, meminta wanita yang lebih tua sedikit membuka mulutnya. Dengan segera, Willie memasukkan lidahnya dan membuat Karin melenguh kasar. Walaupun demikian, dia meremas rambut Willie, memberikan tanda bahwa dirinya juga menginginkan ciuman tersebut.
Pagutan keduanya terlepas karena membutuhkan oksigen. Karin bisa melihat mata Willie yang menggelap, jelas wanita itu ingin “lebih”
Sebaliknya, Willie sejatinya terkesima dengan kecantikan Karin. Bibir yang bengkak, wajah memerah dan rambut acak-acakan. Pesona yang sangat menggairahkan.
“You are a good kisser, aren't you?” bisik Karin ketika kedua lengan Willie mengelus pinggangnya.
“Apa iya?” Willie tersenyum miring sebelum mendorong istrinya itu sampai menabrak tembok di belakangnya. Willie meraup bibir Karin dengan rakus, melumat dengan gerakan yang sangat kasar sembari menggesekkan bagian bawahnya kepada Karin. Penisnya sudah mengeras dan membesar hanya dengan mencium istrinya itu.
“Something is getting bigger and harder below,” goda Karin di tengah ciuman panas mereka. Tangannya bergerak ke bawah, membelai gundukan keras yang terbalut celana pendek itu
“Karin...” Willie mendesah dan menyandarkan kepala ke bahu Karin. Helaan nafas terdengar sangat berat darinya.
“Udah ga tahan ya?” Karin malah menggodanya lagi
“This moment always came to my mind while getting boner, Karin,” kata Willie lirih, lebih terdengar seperti bisikan.
“Kenapa?”
“Aku gabisa sentuh kamu. Aku cuma bisa bayangin kamu.”
“Kamu bisa cari cewek lain seperti biasanya, kan?” tanya Karin sembari menggerakkan telunjuknya di punggung Willie, membuat pola acak.
“Aku gamau lagi. Karena aku pengen kamu,” Willie mengangkat kepalanya, memandang lurus ke arah Karin, “Aku gapengen siapapun, aku cuma pengen kamu.”
Dengan satu gerakan, Karin menggandeng tangan Willie untuk masuk ke kamar.
Tentu, dia juga menginginkan hal yang sama.
(if you find it would be uncomfortable of reading w with p, consider to skip it)
first try https://privatter.net/p/11420492
****
Senyuman masih terpasang di wajah Karin. Malam yang panas; entah 3-4 ronde yang sudah dia lakukan bersama dengan Willie. Oh apalagi saat dia yang berada di atas, melelahkan tapi sungguh membuatnya ingin melakukannha lagi.
Wanita itu memeluknya dari belakang, mendekapnya erat seolah tidak ingin lepas. Namun Karin harus segera bangun karena dia harus bekerja. Pesan singkat dari Henri kemarin malam membuatnya tersadar bahwa dia barusan memecat sekretarisnya secara lisan dan disaksikan oleh banyak orang.
“Kenapa bangun sih?” suara kantuk Willie mengagetkan Karin yang sedang menyiapkan roti panggang dan kopi di meja makan milik Willie
“Aku harus kerja, dan gabawa baju ganti,” jawab Karin singkat, “Mas Dimas udah otewe jemput.”
Willie merengut, merasa bahwa Karin akan meninggalkannya.
“Kita punya banyak hal yang bakalan dibicarain, Willie,” Karin melangkah mendekat dan mengecup singkat bibir istrinya itu
“Kamu ga akan pergi kan?”
Karin hanya tersenyum kecil, tidak menjawab pertanyaan retoris tersebut.
“Walaupun cerai secara hukum, aku bakalan tetep sama kamu kok,” kata Karin singkat, menghapus keraguan di wajah Willie.