Karina memasuki ruangan sidang yang merupakan ruangan auditorium mini dari sekolah. Seingatnya, dia terakhir memasuki ruangan ini untuk pelantikan anggota Osis. Sekarang, dia menghadapi sebuah masalah yang dilakukan oleh Ketua Osis terpilih.
“Nervous lo?” Giselle menyenggol pinggangnya pelan
“Lumayan,” Karina mendesah penuh keresahan. Jujur sebagai siswi “biasa”, dia hampir tidak pernah berurusan dengan komite sekolah ataupun tim disiplin. 4 bulan terakhir dia beberapa kali menjemput Winter dari ruang BK maupun menemani kekasihnya menjalani hukuman dari tim disiplin. Kali ini, dia harus menghadapi puncak dari “kenakalan” pacarnya itu.
Tidak, Karina tidak pernah merasa kecewa atau menyesal jatuh cinta dengan sosok Winter Kim.
“Tenang aja, Karina,” Karina mendengar suara lembut dari belakang. Sesosok wanita paruh baya dengan setelan blazer berwarna hitam menyapanya. Di sebelahnya, wanita yang beberapa hari ini sering dia temui tersenyum lebar.
Ah, Taeyeon memang terlihat bahagia sekali bertemu dengan istrinya itu.
“Tante Jessica kapan datang?” Karina bertanya dan Giselle membungkukan tubuhnya untuk menyapa kedua orang tua Winter itu
“Tadi, jam 7 pagi,” Jessica terkekeh, mengingatkan dirinya bahwa Taeyeon meminta izin padanya untuk keluar sebentar, ternyata untuk menjemput istrinya ke bandara. Pantesan bahagia sekali.
“Uda liat Winter, Tante? Semalem manggilin Tante lagi ketika tidur,” Karina mengadukan kekasihnya. Sifat manja Winter masih mengejutkan Karina, bagaimana bisa gadis yang mampu melumpuhkan enam orang yang mengeroyoknya masih tidak tahan dengan sakit di tubuhnya.
“Udah kok, tadi mampir dulu. Ternyata kamu udah berangkat sekolah,” Jessica mengusap kepala Karina lembut, “Tenang aja, everything will be alright.”
“Iya, Tante,” entah kenapa, senyuman Jessica membuat Karina yakin bahwa sidang terbuka ini tidak akan menimbulkan kericuhan yang besar.
****
Sepertinya Karina terlalu berharap tidak ada keributan, karena begitu komite sekolah dan guru-guru datang, Jessica, Taeyeon dan Donghae mengambil kursi kosong di tengah, tepat di belakang nama anak-anak mereka. Awalnya, kursi kosong berjumlah delapan itu diibaratkan anak-anak yang membuat keributan terakhir di sekolah ini, termasuk Winter dan Jeno.
“Ibu Jessica, Ibu Taeyeon dan Bapak Donghae, apa maksud Bapak dan Ibu sekalian mengambil tempat duduk di situ?” Park Hyomin, Ketua Komite Sekolah menaikkan alisnya karena bingung.
“Kami mewakili anak kami,” jawab Jessica, “Representasi atas apa yang anak kami perbuat. Rasanya aneh sekali meletakkan kedelapan kursi kosong di tengah. Seakan-akan membuat anak-anak kami adalah tersangka yang akan disidang.”
Karina bisa melihat Sooyoung dan Sunny menyembunyikan tawanya. Kedua gurunya adalah teman dekat kedua orang tua Winter sedari SMA; sudah pasti mereka tahu karakter dari Jessica Jung.
“Saya rasa itu pilihan,” Jihyo, kepala sekolah mereka menengahi, “Apabila orang tua dari yang lain ingin duduk di tengah, kami persilakan.”
Tentu saja orang tua Dominic, Niko, Lucas, dan ketiga anak lain yang terlibat tidak bersedia. Mereka memilih duduk di atas, di podium umum dan di tempat komite, untuk Ibu Niko dan Ayah Lucas.
“Baik, sepertinya akan saya mulai sidang terbuka ini. Ingat, sidang ini diselenggarakan untuk klarifikasi dan memberikan hukuman setimpal bagi mereka yang berbuat ulah di SMA Kwangya Internasional. Kami berharap semuanya bisa berlaku adil tanpa ada pihak yang merasa paling dirugikan maupun paling diuntungkan,” Jihyo membuka acara ini, “Sebelumnya, mari kita dengarkan pendapat dari komite sekolah.”
Hyomin sebagai perwakilan komite sekolah menyampaikan isi rapat komite sekolah, “Kami selaku komite sekolah memginginkan mereka yang menjadi sumber permasalahan harus dihukum seberat-beratnya karena apa yang terjadi pada hari Senin ini sudah meresahkan banyak pihak. Banyak laporan dari orang tua murid yang menganggap bahwa ini hanyalah sekolah berisikan preman tanpa prestasi berarti. Untuk hukuman, kami serahkan kepada pihak Yayasan dan sekolah.”
Tiba-tiba, Ibu dari Niko mengangkat tangannya dan meminta untuk berbicara
“Silakan, Bu Oh untuk berbicara,” Jihyo mempersilakan
“Saya hanya ingin menuntut apa yang seharusnya saya dapatkan. Anak saya sudah kelas XII dan babak belur, padahal harus mempersiapkan untuk UTS. Terlebih, saya baru tahu bahwa anak saya ditipu sebesar lima juta oleh Lee Jeno. Apakah orang tua dari Winter dan Jeno mau bertanggung jawab atas kerugian yang diperbuat kepada anak saya?”
Taeyeon dan Donghae mengerutkan alisnya, Aneh, padahal anaknya yang bikin ulah duluan, batin keduanya. Jessica hanya menepuk paha Taeyeon pelan dan menoleh kepada Donghae untuk memberi tanda bahwa dia akan berbicara
“Bu Kepsek, bisakah saya menjawab?” Jessica bertanya
“Silakan.”
“Sebelumnya, izinkan saya meminta maaf kepada seluruh hadirin, untuk orang tua murid dan juga siswa-siswi di SMA Kwangya Internasional atas keributan yang terjadi. Saya tahu, mungkin saya bukan orang tua yang sempurna yang bisa mengajari anak saya untuk tidak berbuat kasar kepada teman-temannya. Namun yang harus kita pahami sekarang adalah, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Mari kita semua memahami apa yang terjadi sebenarnya diantara anak-anak kita,” jelas Jessica panjang lebar sebelum melihat lurus kepada Ibu dari Niko, “Jika Ibu menganggap anak saya maupun anak dari Donghae berbuat salah, maka kami siap bertanggung jawab. Bagaimana jika anak Ibu yang salah?”
“T…Tentu saja saya akan menanggungnya!” sahut Ibu dari Niko
“Bu Kepsek, saya mohon izin untuk menunjukkan sesuatu, yaitu surat undangan Ibu kepada saya pada hari Jumat lalu,” kata Jessica lagi. Jihyo mengangguk dan meminta operator untuk menayangkan di layar besar di ruangan.
“Hadirin semuanya, ini adalah foto surat yang saya terima di hari Jumat pagi. Isi dari surat tersebut adalah meminta saya menemui kepala sekolah pada pukul 15.00, tanpa ada perihal yang jelas. Menurut saya, karena surat itu bercap sekolah dan ditandatangani oleh kepsek, maka saya tidak perlu berpikir panjang untuk datang ke sekolah. Ternyata, Bu Jihyo tidak pernah sekalipun menulis surat ini. Terlebih kenapa hanya saya? Kenapa Donghae tidak diberikan surat padahal disaat yang sama anak saya dan Jeno, berserta Dominic dan Niko juga dihukum hal yang sama,” Jessica menarik nafas panjang, “Setelah dicek oleh beberapa siswa, ternyata surat ini palsu, hanya kopnya yang asli. Pihak Osis sudah mengonfirmasi bahwa mereka memang punya kop surat sekolah, namun untuk tanda tangan dan stempel, mereka tidak punya.”
Jessica kembali menatap ke arah komite sekolah
“Coba Bapak Ibu tebak? Anak Osis menemukan satu file di folder Ketua Osis mereka terkait surat ini.”
“Bisa saja Lucas difitnah,” Ibu dari Niko kembali menyahut
“Benar, tapi mari kita dengarkan rekaman suara di saat keributan itu berlangsung,” Jessica meminta operator untuk memutar rekaman suara dari jam tangan Jeno.
Semua orang di dalam ruangan tercekat karena baik Lucas maupun Dominic mengakui perbuatannya. Memang terdengar suara Winter dan Jeno memancing keduanya, bahkan kata-kata Gue yang udah ngerasain bibir Karina, emang elo yang cuma bisa bayangin aja? dari Winter didengarkan kepada seluruh hadirin di auditorium. Karina tentu saja menutup mukanya karena malu karena tidak menyangka bagian ini juga diputar. Taeyeon menoleh ke podium dan meminta maaf kepada Karina melalui isyarat bibirnya.
“Haduh, Winter nadanya congkak bener,” Lia tergelak di samping Karina, tidak membuat Karina semakin membaik. Sedangkan keempat teman Winter tertawa terbahak-bahak.
“Semua rekaman ini sudah dicek oleh pengacara dan tidak ada bekas rekayasa. Apakah sekiranya kurang, Ibu Oh?” Jessica menoleh kembali ke podium komite
“Saya rasa sudah cukup dan sudah jelas,” Hyomin sebagai ketua komite sekolah menyudahi karena sepertinya Ibu dari Niko hanya bisa terdiam, “Kami serahkan kembali kepada Ibu Kepsek.”
Ketua Yayasan mengangkat tangannya, ingin menyampaikan sesuatu.
“Silakan Pak Lee.”
“Terimakasih Bu Jihyo atas waktunya,” Lee Sooman berdehem sebentar, “Yayasan tentu menginginkan sekolah berjalan dengan lancar. Jika siswa berbuat keributan tetapi tidak di lingkungan sekolah, itu sudah bukan wewenang kami. Kami paham banyak siswa dan siswi yang suka berbuat ulah di luar sekolah,” Lee Sooman terkekeh, “Tapi selama tidak merugikan nama sekolah, kami tidak punya wewenang untuk menindak. Tapi kejadian ini, terjadi di lingkungan sekolah dan sudah merupakan tindak kriminal. Yayasan menginginkan pihak yang memulai keributan dikeluarkan dari sekolah.”
Beberapa siswa yang hadir bertepuk tangan, terutama dari geng Winter dan Jeno. Mereka tahu mereka ini preman, namun hampir tidak pernah membuat keributan besar di lingkungan sekolah. Sebuah blunder memang dilakukan oleh Dominic maupun Lucas yang memilih gudang belakang untuk membalaskan dendam mereka kepada Winter dan Jeno. Jika mereka melakukan di luar sekolah, mungkin ceritanya akan berbeda.
“Sepertinya hukuman untuk ketiga orang sudah jelas,” Jihyo kembali mengambil alih microphone, “Memalsukan tanda tangan kepala sekolah, sengaja menjebak teman dan sengaja melukai teman, sepertinya sidang terbuka ini sudah menemui titik akhir.”
“Lalu apakah Winter dan Jeno tidak mendapatkan hukuman?” Ibu dari Niko kembali menyahut
“Tentu saja akan mendapatkan hukuman yang setimpal, mereka sudah merusak fasilitas sekolah. Namun, tentu tidak seberat pihak yang merencanakan untuk nyaris membunuh temannya sendiri,” Jihyo tersenyum sambil menutup acara sidang terbuka ini. Memberikan kelegaan bagi seluruh siswa yang hadir di dalam auditorium pada siang hari ini.