Three
Sebagai orang yang sangat ekstrovert, Karina benci kesepian. Namun sejak akhir bulan lalu, Karina harus menghadapinya.
Sebuah hari yang sedikit mengubah hidupnya, sebagai Karina aespa maupun Yu Jimin.
Masih jelas teringat di kepalanya pada pagi, atau siang, setelah dia terbangun. Karina ingat bahwa Winter menemaninya tidur semalam, namun paginya Karina mendapati dia sendirian.
Dirinya semakin terkejut mendapati semua sudah berkumpul di ruang tengah, bersama dengan Manajer dan salah satu orang dari humas. Karina tahu ini akan berkaitan dengan dia dan semuanya.
“Karina cukup diam, yang lain kalo bisa tetep update di bubble. Kita lihat gimana respons. Soalnya semenjak beritanya keluar, responsnya buruk.”
Karina tentu menahan diri untuk tidak mendecakkan lidah kesal. Mereka ini sudah lama menjadi bagian dari dunia entertainment tapi terlihat tidak ahli menghadapi hal demikian.
Semakin mengingat hari itu, rasanya pusing sekali kepala Karina.
Winter pergi kemana? batin Karina. Sudah seminggu Karina didiamkan oleh kekasihnya itu.
Kekasih? Ah Karina ingat jika gadis yang lebih muda meminta istirahat dari hubungan mereka. Ditambah kondisi yang sangat buruk terus terjadi, sepertinya Karina benar-benar merasa tidak pernah bertemu dengan Winter.
Ketika mengecek gawainya, baru Karina sadar. Seharusnya dia pergi menonton konser IU bersama Winter, namun karena dia sedang di-grounded, maka Winter pergi menonton sendiri. Jarinya bergulir ke kolom pesan, mendapati pesan dari Ning dan beberapa tautan berita di grup mereka berempat. Sebuah kejadian tidak mengenakkan menimpa Ning, dan gadis itu sedang perjalanan pulang dari Beijing menuju asrama sekarang.
***
Winter menutup pintu di belakangnya. Hari ini dia barusan saja menonton konser IU. Selama perjalanan pulang, sejujurnya dia khawatir dengan kondisi Ning. Pemberitaan menyebutkan ada sedikit masalah antara dia dan staf agensi, yang parahnya diketahui oleh fanbase dia. Walaupun Ning mengatakan sudah bersama Karina di dorm, bukan berarti Winter bisa menghapus kekhawatirannya dalam sekejap.
Suasana dorm sepi, mengingatkan Winter bahwa Giselle, yang seharian ini sangat cerewet kepadanya, sedang berada di Paris. Mungkin dua orang lainnya tidur, batin Winter sembari meletakkan sepatu yang dia pakai.
“Baru pulang?” suara rendah yang sangat familiar di telinga Winter mengagetkannya.
“Eh, iya,” cukup canggung bagi Winter karena semenjak berita itu keluar, dia dan Karina belum pernah bertemu berdua seperti ini. Untuk segera menghilangkan kecanggungannya, Winter melepas jaketnya dan beranjak pergi untuk menggantung jaketnya. Namun, langkahnya tertahan karena Karina memegangi lengannya.
“Kak, kenapa?” Winter kaget, karena tangan Karina yang menggenggam lengannya bergetar, jelas gadis itu akan segera menangis. Winter mencampakkan jaketnya, dan segera memeluk Karina erat.
“Kenapa?” tanya Winter lagi
“Ning tadi nangis, aku gatau aku harus apa. Aku leader yang ga guna, Win. Aku bahkan gabisa ngehentiin orang-orang di sosmed yang ngatain kamu ga peduli lagi sama aku gara-gara aktif di bubble. Aku gabisa lagi, Win, jadi kekasih yang baik buat kamu.”
“Kamu ngomong apa sih?” Winter mendorong pelan bahu Karina, membuat gadis yang lebih tinggi terisak kembali.
“Karina... Sayang...” panggil Winter, membuat Karina membuka matanya yang terpejam karena menangis barusan. Dirinya tak kuasa menahan kembali tangisnya mendengar panggilan sayang dari Winter.
“Aku sayang kamu, jangan tinggalin aku,” bisik Karina di tengah isakan tangisnya.