Gaada yang salah
Radiv keluar dari dalam mobil milik Radeya dengan tergesa, sampai lupa ada kedua anaknya di kursi penumpang.
“Hehhh mau kemana Jovin?? Anak lo ketinggalannnn,” teriak Radeya dari dalam mobil.
Radiv menghiraukan teriakan Kakak kembarnya, dan memilih melanjutkan langkahnya menuju area rumah sakit, ke arah lantai dua kamar Kayyara.
“Ya tuhan, sekalinya bucin, anaknya ditinggalin kaya gini. Beneran lah, Eze, Raza, kalian jadi anak Papa Deya aja, ya?” tanya Radeya menoleh ke arah belakang.
Kedua anak laki-laki kembar itu hanya tersenyum lebar sembari menatap manis wajah Papa kedua mereka setelah Papa Diva.
Alhasil, Radeya harus memangku kedua anak Radiv. Keduanya sedang dalam keadaan yang kurang baik karena dampak dari sang Papa yang tadi melajukan mobil dengan kecepatan yang cukup membuat kedua anaknya itu linglung.
“Radiva Jovinnn, anak lo sampe pusing kayanya nih gamau diajak jalan kaki, dua duanya malah minta dipangku,” gumam Radeya sembari memangku satu persatu keponakannya itu.
Radiva berlari ke arah pintu kamar rawat istrinya, “Kayyyyy!!!!!” teriaknya sembari membuka pintu kamar istrinya.
Kedua matanya membulat, menatap sekitaran ruangan tempat dimana istrinya di rawat.
Tampak Alana, Radeva beserta ketiga anak mereka, Bunda, kedua mertua Radiv, juga Papa berada di ruangan Kayyara.
“Radeva! Mana dokter itu?” Tanya Radiv geram.
“Kak Dey jirr, kan gue suruh bilang kalo ini bercandaaa,” batin Deva, menepuk jidatnya.
“Div, sorry, sorry bangettt, tapi itu nggak beneran. Dokternya nggak deketin Kay kok, dia cuma periksa Kay,” jelas Deva dengan suara yang sedikit gugup.
Radiva menghela napasnya dalam, badannya terasa lemas setelah kedua matanya tiba-tiba menatap sang istri yang tampak masih terbaring di ranjang rumah sakit.
“Kay....” ucapnya, menatap dalam Kayyara.
“Papa kembar, maaf...” sambung Kay pada suaminya yang baru saja datang.
“Udah, jangan bahas kesalahpahamannya lagi....” ujar Papa Chandra dari arah sofa.
“Kayyara, aku minta maaf ya. Maaf karena aku udah buat kamu nanggung ini sendirian, maaf karena udah buat kamu berpikir kalo ini salah kamu, nggak ya sayang? Ini bukan salah kam—”
Belum sempat Radiv menyelesaikan pembicaraannya, Kayyara memotong, “Iya bukan salah aku, dan bukan salah kamu juga.”
“Iya, bukan salah kita berdua. Kamu, aku, semuanya, nggak ada satu orang pun yang mau kejadian ini terjadi. Aku, kamu, nggak mau kehilangan adek bayi. Ikhlas ya, Kay? Aku udah nyoba ikhlas sekarang, walaupun masih ada bayangan kalo gara-gara aku adek bayi pergi. Tapi setelah itu, aku berpikir lagi, kalo semuanya udah diatur sama tuhan, tuhan emang nitipin kita anak lagi, tapi bukan untuk kita jaga sampai bisa tumbuh kaya Eze dan Raza, tuhan cuma titipin dia sementara, sementara di dalam perut kamu. Setelah adek bayi udah bisa ngerasain betapa sayangnya kamu dan aku sama dia, tuhan ambil lagi. Kay, mungkin kita nggak bisa ketemu secara langsung sama adek bayi yang ini, tapi yakin kan? Kalo suatu saat, kita bakal ketemu lagi sama dia, di semesta yang berbeda, dengan cerita yang jauh lebih membahagiakan, kita bisa liat adek bayi main sama dua kakaknya, Eze dan Raza,” ungkap Radiva dengan panjang lebarnya, sembari mendekap hangat sang istri yang baru saja meneteskan air matanya.
“Kenapa jadi sedih gini....” gumam Radeva yang tiba-tiba ikut memeluk istrinya, Alana.
Baru saja sesi saling peluk berlangsung, Radeya datang dengan kedua tangan yang sibuk memangku anak-anak Radiva. “Bagusss, pelukannn, semuanya aja pelukann, Deva Alana, Radiv Kay, Papa Bunda, Om Tante, semuanya pelukan, Radeya udah cukup sibuk ngurus Eze Raza, makasih banyak,” ucap Radeya kesal, hendak menurunkan kedua anak Radiva. Namun tiba-tiba Eze merengek, pertanda tidak ingin turun dari pangkuan Papa keduanya itu.
“Sayang sinii,” ajak Radiva, melepas pelukannya pada Kay, dan berjalan mendekati Eze.
Eze menggelengkan kepalanya, menolak ajakan sang Papa untuk berpindah pangkuan. Radiva pun mengajak Raza, namun sama halnya dengan Eze, Raza pun ikut menolak Papanya.
“Makanyaaa, anaknya jangan ditinggal-tinggal, nggak diakuin bapak tau rasa lo,” jelas Radeya pada Radiva.
“Nah, selamat menikmati, Div. Anak gue si Elle udah jadi hak paten Kak Dey, sekarang Eze Raza, selamat aja dari gue mah. Selamat karena lo bakal jadi bapak cadangan mereka,” tutur Radeva pada Radiva.
“Papa Deya punya Elle!! Eze Raza turunnn!!!!” teriak satu anak perempuan kecil yang sejak tadi berada di pangkuan Alana.
“Nah kan anak guee,” gumam Radeva menoleh ke arah Elle yang tampak berjalan ke arah Radeya.
Elle, anak Radeva, sepertinya cemburu melihat kedekatan dua kakak sepupunya dekat dengan Papa Deya.
Radiva yang melihatnya, hanya memperhatikan sembari tersenyum, setelah itu ia kembali menuju ranjang istrinya, dan kembali memeluk erat hingga mencium pipi Kayyara.
“Bucin bangettt, depan orang tuaaa, emang Radiv doang yang beraniiii,” sindir Deva sembari menoleh ke arah bunda dan papa, juga ke arah kedua mertua Radiva.
“Silakan Div, silakan, masih banyak waktu kok biar punya adik cantik buat Eze sama Raza,” celetuk Radeya sembari mencoba menenangkan Elle yang sejak tadi menarik kemejanya agar Radeya menurunkan Eze dan Raza.
nda pcr jevan🦭