592. A warmest hug.
Langkah itu mendekat menuju sofa, memberikan satu buah alat tes kehamilan kepada Yoongi.
Uluran tangannya menarik Omega itu untuk duduk di pangkuannya, sungguh Yoongi benar-benar tidak memiliki rasa malu di depan ketiga orang ini bertingkah seperti itu.
Lemparan remot tepat mengenai punggung Alpha itu.
“Kiddo.” Ucapnya tatapan tajam itu seakan menusuk.
“Kalo mau peluk-pelukan, atau mau bikin lagi dikamar jangan disini.” Ucapnya satu suapan popcorn memenuhi mulutnya.
“Je, gimana?” Tanya Taehyung lelaki itu kekhawatiran Jimin sejak awal ia memutuskan untuk menemani Yoongi minggu lalu.
“Aman, haha gue masih bisa urus Kaizen.” Jawabnya jahil.
Semua orang tertawa, ya bahkan faktanya Kaizen masih sangat menggemaskan untuk menjadi bahan rebutan para pamannya.
Alpha itu menggendong Omeganya untuk menuju kamar mereka di lantai atas, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher sang Alpha.
Menghirup aroma feromon milik Yoongi adalah suatu kebutuhan bagi Jimin setiap harinya.
Ia meletakan dengan hati-hati Omega itu diatas tempat tidur, Kaizen tertidur pulas dengan dotnya.
Bayi itu berada di tengah-tengah orang tuanya, pelukan hangat menemani suasana dingin malam ini.
Aroma feromon keduanya menjadi obat penenang untuk sang bayi.
Jimin tidak pernah bisa berhenti mentap perut Kaizen, bayi itu bernafas dengan tubuh kecilnya, detak jantung pertama yang ia dengar dalam dirinya.
Gelombang detak jantung pertama yang membuat Yoongi menangis, Kaizen si bayi yang tumbuh di penuhi banyak cinta oleh semua orang.
“Kalo Kaizen udah gede terus dia ternyata Omega, Yoongi kamu bakal apa?” Tanya Jimin kemudian menatap wajah Yoongi dengan penuh binar.
“Dia akan tetap menjadi Kaizen, dan dia tetap menjadi Min’s selanjutnya.” Jawabnya lalu menarik nafas dalam mengarahkan jari itu untuk mengusap lembut pipi sang Omega.
Jimin meraih tangan itu yang masih berada di pipinya, sungguh Alphanya benar-benar mengubah pendiriannya untuk sangat bersyukur karena memutuskan untuk memiliki keluarga.
“Sebelum aku ketemu kamu, aku selalu ngobrol sama Taehyung.” Gumamnya
“Apa yang kalian bicarakan hm?” Alpha itu menaikan selimut menutupi tubu kecil sang bayi.
“Ngobrol kalo aku gaakan mau punya keluarga, aku mau hidup sendiri sampe tua.” Ia menarik nafasnya menatap langit-langit atap kamar itu.
“Terus aku bilang i’ll buy a sex toy daripada harus tidur sama Alpha dan punya anak.” Ia menjeda ucapannya “Ah, and i got accident in sky bar then we fuck. Terus jadi Kiazen…” Omega itu tertawa.
“Jika saya tidak bertemu kamu, mungkin saya masih sibuk bermain jalang dan tidak memikirkan pentingnya masa depan.”
Obrolan-obrolan itu bagaimana mereka terbuka satu sama lain, membagikan kegelisahan dan kekhawatirannya.
Dimana obrolan tengah malam selalu menjadi obrolan yang sangat dalam, berbagi emosi dengan pasangan ternyata itu sangat baik untuk mengurangi rasa stressnya.
“Kaizen, thank you for coming to our lives.”
“Papa is sorry…”
“Maaf udah coba buat kamu hampir pergi.”
Air matanya hampir tak tertahankan, entah ia selalu merasa sedih dan terharu setiap kali membicarakan tentang bayi kecilnya.
Ia ingat bagaimana suapan anggur pertama yang tidak di tolak oleh sang bayi.
Gerakan dan tendangan pertama.
Juga tangisan pertama bayi itu.
“Stop, stop blaming yourself okay?” Ucap Yoongi lalu kini menarik tubuh kecil itu dalam pelukannya.
“Kaizen bring heaven to us, you don’t need to be sad Jimin.”
“Tapi Yoongi…”
“Tidak ada tapi-tapi, sekarang tidur ya masih banyak hari-hari bahagia yang harus kita lalui bersmaa nanti.”
Alpha itu mencium kening Omeganya dengan sayang.
Faktanya yang membuat Yoongi sedih adalah, bahwa rasa bersalah Omega itu tidak mudah hilang walau ia sudah memberitahu berkali-kali yang sudah terjadi cukup di biarkan saja.
Jiminnya terlalu berharga untuk merasa sedih, Jiminnya harus terus bahagia.
It’s not last our journey, we just need to breathe for a while.