ymkissed

592. A warmest hug.


Langkah itu mendekat menuju sofa, memberikan satu buah alat tes kehamilan kepada Yoongi.

Uluran tangannya menarik Omega itu untuk duduk di pangkuannya, sungguh Yoongi benar-benar tidak memiliki rasa malu di depan ketiga orang ini bertingkah seperti itu.

Lemparan remot tepat mengenai punggung Alpha itu.

“Kiddo.” Ucapnya tatapan tajam itu seakan menusuk.

“Kalo mau peluk-pelukan, atau mau bikin lagi dikamar jangan disini.” Ucapnya satu suapan popcorn memenuhi mulutnya.

“Je, gimana?” Tanya Taehyung lelaki itu kekhawatiran Jimin sejak awal ia memutuskan untuk menemani Yoongi minggu lalu.

“Aman, haha gue masih bisa urus Kaizen.” Jawabnya jahil.

Semua orang tertawa, ya bahkan faktanya Kaizen masih sangat menggemaskan untuk menjadi bahan rebutan para pamannya.


Alpha itu menggendong Omeganya untuk menuju kamar mereka di lantai atas, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher sang Alpha.

Menghirup aroma feromon milik Yoongi adalah suatu kebutuhan bagi Jimin setiap harinya.

Ia meletakan dengan hati-hati Omega itu diatas tempat tidur, Kaizen tertidur pulas dengan dotnya.

Bayi itu berada di tengah-tengah orang tuanya, pelukan hangat menemani suasana dingin malam ini.

Aroma feromon keduanya menjadi obat penenang untuk sang bayi.

Jimin tidak pernah bisa berhenti mentap perut Kaizen, bayi itu bernafas dengan tubuh kecilnya, detak jantung pertama yang ia dengar dalam dirinya.

Gelombang detak jantung pertama yang membuat Yoongi menangis, Kaizen si bayi yang tumbuh di penuhi banyak cinta oleh semua orang.

“Kalo Kaizen udah gede terus dia ternyata Omega, Yoongi kamu bakal apa?” Tanya Jimin kemudian menatap wajah Yoongi dengan penuh binar.

“Dia akan tetap menjadi Kaizen, dan dia tetap menjadi Min’s selanjutnya.” Jawabnya lalu menarik nafas dalam mengarahkan jari itu untuk mengusap lembut pipi sang Omega.

Jimin meraih tangan itu yang masih berada di pipinya, sungguh Alphanya benar-benar mengubah pendiriannya untuk sangat bersyukur karena memutuskan untuk memiliki keluarga.

“Sebelum aku ketemu kamu, aku selalu ngobrol sama Taehyung.” Gumamnya

“Apa yang kalian bicarakan hm?” Alpha itu menaikan selimut menutupi tubu kecil sang bayi.

“Ngobrol kalo aku gaakan mau punya keluarga, aku mau hidup sendiri sampe tua.” Ia menarik nafasnya menatap langit-langit atap kamar itu.

“Terus aku bilang i’ll buy a sex toy daripada harus tidur sama Alpha dan punya anak.” Ia menjeda ucapannya “Ah, and i got accident in sky bar then we fuck. Terus jadi Kiazen…” Omega itu tertawa.

“Jika saya tidak bertemu kamu, mungkin saya masih sibuk bermain jalang dan tidak memikirkan pentingnya masa depan.”

Obrolan-obrolan itu bagaimana mereka terbuka satu sama lain, membagikan kegelisahan dan kekhawatirannya.

Dimana obrolan tengah malam selalu menjadi obrolan yang sangat dalam, berbagi emosi dengan pasangan ternyata itu sangat baik untuk mengurangi rasa stressnya.


“Kaizen, thank you for coming to our lives.”

“Papa is sorry…”

“Maaf udah coba buat kamu hampir pergi.”

Air matanya hampir tak tertahankan, entah ia selalu merasa sedih dan terharu setiap kali membicarakan tentang bayi kecilnya.

Ia ingat bagaimana suapan anggur pertama yang tidak di tolak oleh sang bayi.

Gerakan dan tendangan pertama.

Juga tangisan pertama bayi itu.

“Stop, stop blaming yourself okay?” Ucap Yoongi lalu kini menarik tubuh kecil itu dalam pelukannya.

“Kaizen bring heaven to us, you don’t need to be sad Jimin.”

“Tapi Yoongi…”

“Tidak ada tapi-tapi, sekarang tidur ya masih banyak hari-hari bahagia yang harus kita lalui bersmaa nanti.”

Alpha itu mencium kening Omeganya dengan sayang.

Faktanya yang membuat Yoongi sedih adalah, bahwa rasa bersalah Omega itu tidak mudah hilang walau ia sudah memberitahu berkali-kali yang sudah terjadi cukup di biarkan saja.

Jiminnya terlalu berharga untuk merasa sedih, Jiminnya harus terus bahagia.

It’s not last our journey, we just need to breathe for a while.

581. Two heavens in my arms.


Nafasnya terengah-engah, tenaganya habis terkuras dengan aktivitas panas itu.

Gilanya energi sang Alpha dua kali lipat dari biasanya, membuat si Omega tidak kewahan untuk mengimbanhi itu.

Layaknya pasangan baru, satu minggu itu hanya untuk mengisi energi dan melakukan sex sampai rasa sakit dan panas dari siklus sang Alpha berkurang.

Jimin bisa melakukan video call dengan Kaizen melalui Jungkook saat Yoongi tertidur, dan ya terkadang ia terlalu lelah kemudian lupa menanyakan apakah bayinya rewel atau tidak.

Hari ini rut Alpha itu sudah selesai, Jimin dan Yoongi memutuskan untuk menghampiri Dominic lebih dulu si gudang.

“Babe.” Panggil lelaki itu memeluk tubuh kecil omeganya dari belakang.

“Thank you, thank you so much.”

“Kenapa makasih terus.” Omega itu bertanya bingung.

“Hanya ingin berterima kasih.”

Satu kecupan di pipi sang Alpha ia tinggalkan dan kemudian tertawa.

“Ayo kita bereskan Dominic lebih dulu, dan setelah itu minta Jungkook membawa Kaizen pada kita.” Ucap Yoongi


Dua tong besar berisi cairan asam klorida dengan selang yang sudah siap untuk menyalurkan cairan itu pada Dominic.

“Hello, i’m back Dominic.” Ucap Yoongi dengan asap rokok yang ia hembuskan tergambar diudara.

“You’re motherfuckers Min Yoongi.” Teriak Dominic sungguh lelaki itu sudah sangat lusuh.

“It’s time to shower, Dominic.” Ucap Jimin.

Tanpa aba-aba Yoongi memerintahkan anak buahnya untuk menyemprotkan cairan itu pada tubuh Dominic.

Rasa terbakar dan perih di kulitnya karena efek dari cairan asam klorida, itu rasanya sama saja seperti terbakar. Dominic berteriak kesakitan.

Tidak ada ampun bagi seorang Min Yoongi, ini adalah cara barunya untuk menyiksa seseorang karena berani menyentuhnya kemarin.

Membuatnya merasakan rasa sakit lebih dulu, dan melemparkan pemantik api pada tubuh Dominic.

“Selamat menyusul George, Dominic.” Ucap Yoongi lalu menarik posesif pinggul sang Omega.

Terbakar, tubuh lelaki itu habis di gulung oleh kobaran api yang merah menyala dan meninggalkannya begitu saja.


“Baby come to papa.” Ucap Jimin saat Kaizen tiba.

Sama rindunya Alpha itu menjatuhkan banyak sekali ciuman pada wajah bulat Kaizen.

Bayi itu terus bergumam dan menarik-narik baju yang Jimin kenakan.

“Hahaha lihat dia ingin menyusu.” Goda Yoongi.

“Ayo bawa Kaizen ke atas saja, di ruangan saya.” Ucap Yoongi kemudian menggendong bayi itu untuk keruangan pribadinya.

Bayi yang seminggu ia tinggalkan karena harus menemani Yoongi terlihat semakin menggemaskan, kakinya semakin hari semakin terlihat seperti sebuah roti yang baru saja selesai di panggang.

“Papa, lihat papamu cantik sekali malam ini.” Menggoda Omeganya hingga wajah itu memerah.

“Yoongi stop.” Gumamnya.

“Sini.” Yoongi merentangkan satu tangannya agar Jimin bisa masuk kedalam pelukannya lalu mencium kening Omega itu.

“We love you, Kaizen.” Ucapnya

“Tumbuh jadi anak baik ya, loves your daddy first.” Ucap Jimin kemudian mencium pipi gembul sang bayi.

“My heavens.” Gumam Yoongi

Dua surga di pelukannya, tidak akan ia lepaskan sampai ia mati.

Kini hidupnya benar-benar lengkap, Jimin dan Kaizen sudah ada di pelukannya.

Setidaknya Yoongi akan baik-baik saja untuk kedepannya, walau dia harus merasakan banyak kesulitan lebih dulu sebelumnya.

Melihat satu tahun kebelakang ia lewati dengan Jimin begitu banyak suka dan duka, tapi akhirnya mereka berada di puncak ini sekarang.

Perjuangan mempertahankan sang bayi, melawan ego yang mendominasi bahwa mereka mencintai satu sama lain.

Kaizen he is a miracle, it may be the path that makes them feel like they’re in the hell. But actually Kaizen brought heaven to his parents.

Now playing : Que sera sera – Billiane.

Note : i got inspired scene from little women ( asam klorida )

577. Finally i can kissed you.


Ya tidak ada yang bisa menghentikan Omega itu jika ia sudah dengan maunya, Taehyung tahu betul sifat temannya ini.

“Jimin lo gabisa ajak Kaizen ke tempat kaya gitu.” Hoseok menghentikan omega itu.

“Ya lo mau gue ninggalin Kaizen sendirian disini?”

Emosinya yang sudah mulai terpancing, ingin Jimin bisa tidak sekali saja mereka berhenti mendebatkan hal tidak penting dan segera pergi menghampiri Yoongi.

“Kalo lo semua gamau ajak gue ketempat itu biar gue pergi sendiri.” Ancamnya.

Jungkook yang merasa pusing dengan perdebatan omong kosong ini kemudian menarik lengan Omega iti dan membawanya ke dalam mobil.

Semua anak buah Yoongi dengan beberapa mobil berbaris halaman luas itu sudah siap untuk menjemput Yoongi malam ini.

“Lo boleh ikut, tapi lo harus diem di mobil sama Kaizen. Gaboleh egois semua orang mau Yoongi selamat dan gamau lo kenapa-kenapa.” Ucap Jungkook kemudian membukakan pintu penumpang.

Sementara Hoseok dan Taehyung berada di kursi depan.


“Kamu tidak memberitahu saya akan ada pelelangan besar minggu depan Dominic, dan sekarang datang jauh-jauh dari italia hanya untuk meminta tanda tangan saya?” Alpha itu tertawa sarkas.

“Min Yoongi, harusnya memang kamu mati dari tahun lalu.” Ucapnya.

Wajah Alpha itu yang sudah memar karena tamparan, pergelangan tangan memerah karena ikatan terlalu kencang.

“Oh kamu mengawasi saya sejak tahun lalu?” Gumamnya.

Dominic mengisi pelurunya kedalam sebuah pistol dan menatap Yoongi.

“Kamu pikir untuk apa saya datang jauh-jauh dari italia ke korea hanya untuk bekerjasama dengan keluarga mafia saialan jika tanpa tujuan?”

Yoongi memutarkan tatapannya, seharusnya memang ia mencaritahu latar belakang orang ini lebih dulu sebelum memutuskan untuk kerjasama.

“Haha better you kill me right now, Dominic.” Alpha itu menantangnya.

“ Your omega killed George like this.” Ucapnya.

Seakan ingatannya di paksa untuk mengingat kejadian berbulan-bulan lalu dimana Jimin membunuh George.

Oh tuhan, masalah ini ternyata belum berhenti dan Yoongi masih berada di dalam sebuah lingkaran setan yang entah kapan bisa ia tinggalkan.

“George.” Ucapnya tanpa sadar.

“George he is my little brother, Min Yoongi bajingan kamu membunuhnya.” Teriak Dominic.

Yoongi tertawa, oh sial Dominic datang karena Goerge terbunuh akibat ulahnya sendiri.

Kepalanya sedikit pusing karena begitu banyak tamparan yang ia dapatkan, tapi ia masih sanggup untuk mengejek Dominic hingga lelaki itu melepaskan pelurunya.

“Bajingan dan pengecut seperti George dia pantas mendapatkan hal seperti itu.”


Saat semua orang bersiap untuk menyelamatkan Yoongi di dalam gedung tersebut, Jimin dengan perjanjiannya untuk tetap diam di dalam mobil dan beberapa orang berjaga di luar.

“Lo berani keluar, gue minta anak buah Yoongi buat ambil Kaizen dari lo.” Ancam Jungkook.

Baru kali ini Jimin merasa takut dengan ancaman seorang Omega.

“Jungkook.” Jimin menahan lengan lelaki itu.

“Apalagi Jimin.” Jawabnya

“Please, jangan biarin Yoongi mati.”

“Iya, yaudah makanya lepas.”

Seperti pengecut yang hanya bisa menunggu dan melihat semua orang berusaha menyelamatkan Yoongi, Jimin benar-benar gelisah disini.

Lima belas menit berlalu tapi belum ada tanda-tanda seseorang berhasil keluar, Jimin meletakan Kaizen di bangku penumpang dan perlahan membuka pintu mobil itu.

Berdebat selama beberapa menit entah apa yang ia ucapkan sampai dua keempat orang yang menjaganya membiarkan Omega itu pergi.

“Jaga Kaizen, atau lo semua mati di tangan Yoongi.” Ancamnya.

Saat Jimin berhasil menyelinap masuk, semua orang sedang berkelahi.

Oh sungguh ruangan ini begitu kacau, aroma feromon yang bercampur membuatnya ingin segera melarikan diri.

Tapi tidak saat ia menangkap sosok Alphanya yang tengah terikat di kursi.

S Jungkook menendang tubuh Dominic, Omega itu menembakan pelurunya tepat pada kaki lelaki itu dan membuatnya terjatu ke lantai.

“PARK JIMIN ANJING GUE SURUH LO—D” Teriak taehyung.

Omega itu tak mengiraukan dan berlari ke arah Yoongi untuk membukakan ikatan tali itu.

Setelah ikatannya terbuka Omega itu segera memeluk dan mencium Alphanya, ini baru tiga hari seakan kedua pasangan itu tidak bertemu selama bertahun-tahun.

“Yoongi…” Omega itu terisak.

“It’s okay, tidak apa-apa semuanya tidak apa-apa.” Ucapnya dan omega itu terus menghirup aroma Alphanya.

“Dimana Kaizen.” Tanya Yoongi

“Di luar dia di mobil, ayo keluar Yoongi.” Nafasnya masih terengah-engah diantara perpotongan leher sang Alpha.

“Shit your feromon Alpha Min.” Gumam Jimin saat membantu Yoongi berjalan.

“Idk, sepertinya saya pre-rut Jimin.” Ucapnya.

Tanpa sadar wajah Omega itu memerah.

“Langsung turunkan saya di gedung kedua setelah sampai rumah, mungkin saya harus disana selama seminggu.” Ucapnya

“Aku, aku bakalan temenin kamu.”

“Tidak, kamu harus jaga Kaizen. Dan saya bisa minta obat dari Hoseok.” Tolaknya.

“Aku temenin kamu, can you shut your fucking mouth?”

Saat Omega itu marah dan berteriak sang Alpha malah melumat habis bibirnya apalagi terpancing dengan feromon milik Jimin.


“Min Yoongi fuck your pheromone!” Teriak Jungkook

“Kiddo.”

“Jangan sentuh.” Saat yoongi merentangkan satu tangan dan Kaizen di pelukannya.

“Hahaha, Saya menyetir biar Jimin dan Kaizen dengan saya.”

“Dan, bawa Dominic ke gudang yang ada di dekat bar pastikan dia tidak mati.”

Hampir pagi Alpha itu sudah membersihkan diri dan berganti pakaian, siklus pre-rutnya membuat Yoongi terus menerus menempeli Jimin sedari tadi.

Dan juga Kaizen yang tertidur tenang di dalam pelukannya, feromon milik ayahnya membuat sang bayi tidak merengek lagi bahkan ia tidur menghadap Yoongi.

Alpha itu tidak bisa berhenti mendusal dan menciumi leher Omeganya sedari tadi.

“Saya pikir kita harus pindah ke gedung sebelah besok.” Bisik Yoongi

“Titip Kaizen pada Jungkook, Hoseok dan Taehyung.”

Sial, bisikan-bisikan itu membuat Jimin bergidik takut dan merasa tertantang di saat yang bersamaan.

575. You piece of shit


Saat Taehyung tiba di rumah milik Yoongi ia berlari untuk memeluk Jimin dan Kaizen.

Ya feromin milik Taehyung sebenarnya salah satu aroma menenangkan untuk Jimin sebelum ia bertemu dengan Yoongi dulu.

Tangisannya kembali pecah meningat bagaimana pikiran-pikiran buruknya tentang Yoongi terus berputar di kepalanya.

“Gapapa, gapapa ya Yoongi gapapa.” Ucap Taehyung

“Kalo Yoongi kenapa-kenapa gimana? gue gabisa urus Kaizen sendiri.” Bisiknya.

Taehyung kesal, temannya ini yang selalu bersikap optimis tentang apapun yang bahkan belum tentu terjadi dan itulah sebabnya mengapa ia selalu mengucapkan kata-kata yang terbilang kasar pada Jimin.

“Sendiri apaan bego, liat ini tiga orang di depan lo gak keliatan?” Marah Taehyung.


Mereka membuka laptopnya Jungkook yang berusaha melacak dan menghubungkan gps pada milik Yoongi sedikitnya merasa frustasi bahwa itu sangat amat susah untuk di lacak.

“Sebentar.” Ucap Jimin akhirnya menarik laptop tersebut.

Sudah sekitar dua puluh menit mereka menunggu tapi belum juga mendapatkan hasil, sementara Taehyung mencari setiap penerbangan dengan nama Dominic.

Sementara di tempat lain, tangan dan kakinya terikat kuat pada kursi.

Dejavu.

Dia sudah sering sekali melihat hal seperti ini, dan sekarang ialah yang mengalami sendiri.

Dua hari tanpa makanan, ia hanya di beri satu botol air mineral saat terbangun dari suntikan obat bius itu.

Omega dan bayinya yang ia tinggalkan di bandara, apakah Jungkook berhasil di hubungi dan menjemput mereka.

Atau jangan-jangan dua kesayangannya juga ikut di sembunyikan di suatu tempat.

Yoongi tidak berteriak saat wajahnya berkali-kali terkena tamparan.

Ia rasanya sudah mati rasa, ia hanya ingin tahu bahwa Jimin dan Kaizennya baik-baik saja.

“Who’s your boss?” Ucapnya

Dua lelaki yang memukulinya hanya tertawa dan tidak menjawab pertanyaan Yoongi.

Hingga tidak sabaran Alpha itu meludahi wajah dua lelaki yang berdiri di hadapannya.

Wajahnya yang luka, bibir sedikit berdarah entah mengapa insting Alphanya terus menerus terasa akan membakar dirinya sendiri karena gagal melindungi mate nya.

“Panggil dominic bajingan kesini.” Ucap Yoongi dengan nada rendahnya, oh itu adalah suara Alpha yang sangat jarang ia gunakan.

Terakhir ia menggunakan suara itu untuk mengintimidasi Jimin pada awal kehamilan Omega itu karena khawatir akan di bohongi.

“You’re so smart, mafia Min.”

Suara itu menggema dari balik pintu.

Pria tinggi menggunakan setelan, aroma parfum menyebalkan memenuhi ruangan itu.

“Damn, i didn’t though it was really you Dominic.” Ucapnya.

Dominic tertawa, memutar-mutar satu senapan kecil di satu tangannya.

“Min Yoongi, you’re piece of shit.” Ucapnya.

Yoongi tertawa remeh.

“It’s like a shitters talking about a shit.” Ucap Yoongi.

Dominic menyerahkan beberapa lembar kertas berisikan peralihan beberapa aset milik Yoongi termasuk perusahaan Min.

“Tanda tangani itu Min Yoongi, and i’ll let you go.”


Kaizen terus menangis di gendongan Hoseok, sampai Jimin mengambil alihnya dan membawa bayi itu keatas.

“Kai, baby are you worried about your daddy?” Lirihnya.

Bayi itu terus menangis pelan, kita semua tau Kaizen itu benar-benar tidak bisa jauh dari Yoongi bahkan saat ia masih di dalam kandungan.

Jimin menyanyikan lagu tidur untuk sang bayi, hingga bayi kecil itu tertidur dengan kepalan tangan yang terus meremas sweater milik Yoongi.

“Min Yoongi brengsek lo harus pulang shit, gue gabisa liat Kaizen nangis terus kaya gini.” Gumamnya kemudian meletakan sang bayi di tempat tidur.

566. First flight, and i lost you.


Selama awal penerbangan Kaizen tertidur dengan lelap di pelukan Jimin, memesan penerbangan dengan kelas pertama menguranginrasa khawatirnya dari rasa kurang nyaman.

Entah mengapa insting Omeganya kembali seperti beberapa bulan lalu, dia merasa gelisah tanpa sebab.

Kaizen aman di pelukannya, begitu pula dengan Yoongi yang tengah tertidur di sampingnya.

Benar bahwa jika telah melakukan mating ikatan mereka akan lebih kuat dari sebelumnya.

Jimin mencoba untuk memejamkan matanya kembali, setidaknya ia harus beristirahat untuk beberapa jam sebelum Kaizen bangun.

Baru memejamkan matanya sekita lima belas menit, bayi itu tiba-tiba bergerak gelisah di pelukannya.

Dan kemudian tangisan kecilnya membangunkan omega itu.

“Hei, laper ya? tunggu sebentar oke papa ambil susu kamu.”

Saat botol susu itu di berikan sudah dalam keadaan hangat, tapi bayinya masih tidak mau menyusu ia terus merengek.

Gelisah seakan ia merasakan juga apa yang dirasakan Jimin sedari tadi.

Omega itu berdiri menggendong dan menimangnya, tidak bayi itu tidak mau berhenti merintih.

“Kamu pasti gak nyaman ya?” Omega itu bergumam dan melihat jam tangannya.

Penerbangan itu masih tersisa kurang lebih enam jam lagi, tapi Kaizen sudah terlihat tidak nyaman.

Mendengar bayinya menangis, Alpha itu segera terbangun dan membantu Omeganya untuk menghentikan tangisan sang bayi.

“Kenapa? dia tidak mau menyusu?” Tanya Yoongi.

Jimin menggelengkan kepalanya, ia kembali duduk di tempatnya.

“Can you let him suckling to you, Jimin?” Usul lelaki itu.

Tidak menolak demi membuat bayinya berhenti menangis ia membuka sedikit kemejanya.

Bayi itu tetap tidak mau, bahkan feromon Jimin yang biasa membuatnya mudah tertidur pun tidak berpengaruh kali ini.

“Biarkan saya yang menggendong.” Usul Yoongi.

Jimin memindahkan bayi itu pada gendongan Yoongi, rupanya ia langsung berhenti menangis. Berinisiatif untuk memberikan susu di pelukannya Kaizen langsung meminumnya tanpa menolak.

“What the— dia mau sama kamu ternyata?” Ucapnya sedikit kesal.

Yoongi hanya tertawa melihat ekspresi Jimin yang kecewa saat Kaizen lebih ingin tertidur di pelukannya.

“Come here.” Yoongi merentangkan tangan satunya dan membiarkan Jimin bergabung dalam pelukannya.

Aroma feromon Alpha itu membuatnya menjadi lebih tenang, dua bayi itu tertidur dalam pelukannya.


Menginjakkan kakinya di Las Vegas untuk kedua kalinya bersama Yoongi, tapi kali ini sudah ada Kaizen di pelukannya.

Tanpa drama muntah karena morning sickness dan tanpa harus bingung lagi jika tidak ada shine muscat.

Ini masih terlalu pagi, mungkin Jungkook dan Hoseok belum bangun dari tidurnya.

Apalagi Hoseok yang memang mengharukan ia beristirahat pada pagi hari.

“Kita ke lounge dulu selama menunggu mereka menjemput.” Ucap Yoongi menarik kopernya.

“Oke, aku mau biarin Kaizen bobo di sofa dulu kasian dia pasti gak nyaman tidurnya tadi.” Ucap Jimin.

Aroma roti dan kopi pagi membuat perutnya terasa lapar, memutuskan untuk membeli beberapa sarapan ringan untuk mengganjal perutnya.

Saat Jimin kembali dengan dua sandwich di tangannya Yoongi hanya mengambil satu gelas kopi dan izin untuk memanggil Jungkook atau anak buahnya untuk segera menjemput.

Lima belas menit berlalu, tiga puluh menit berlalu, hingga satu jam berlalu dan Jimin terbangun dari tidurnya di sofa itu.

Yoongi masih belum kembali, saat ia mengambil ponselnya untuk menghubungi sang Alpha tapi tidak ada jawaban.

Omega itu mulai panik, ia segera merapihkan tasnya, menggendong sang bayi dan berusaha mencari Yoongi di sekita lounge.


Sementara itu di tempat lain saat ia berdiri dan menunggu jawaban dari sebuah telepon.

Tiba-tiba jarum suntik menembus tepat di belakang kulit lehernya, oh itu adalah obat bius dengan reaksi paling cepat untuk membuat lawan tidak sadarkan diri.

Ponselnya terjatuh di lantai tanpa jawaban.

Lelaki itu di seret dengan dua orang lalu di bawa kedalam sebuah mobil van berwarna hitam.

“Fuck, it’s time for you die. Min Yoongi brengsek!” Ucap lelaki itu dengan penuh amarah.

Yoongi kehilangan kesadarannya karena obat bius yang di suntikan kepadanya itu.


Jimin sudah menyusuri setiap lantai di bandara, setiap toilet, setiap smoking area dan bahkan ia bertanya ke pusat informasi.

Meminta untuk mengecek cctv di airport tapi persetan dengan semua prosedur yang sangat mempersulitnya.

Kaizen terus menangis, ia juga merasakan panik sama seperti Jimin.

Tidak mungkin kan Yoongi meninggalkannya di airport sendirian seperti ini.

Dan dia teringat pesan Yoongi bahwa jika Alphanya tidak ada atau tidak bisa menjaganya, cepat segera hubungi Hoseok atau Jungkook.

Dengan jari gemetar mencari kontak Hoseok dan memanggilnya, ponsel lelaki itu tidak aktif.

Jungkook, anak itu pun tidak menjawabnya.

Ia terus menghubungi Yoongi dan berkeliling di setiap area airport, entah sudah panggilan ke berapa kakinya terhenti mendengar nada familiar berasal di dekatnya.

Ponsel Yoongi tergeletak di lantai, menampilkan kontak “Amóre mio” memanggilnya.

Tidak Yoongi tidak meninggalkannya, ada seseorang yang membawa pergi lelaki itu.

Karena panik dan Kaizen terus menangis, hanya satu orang yang bisa ia hubungi sekarang.

Kim Taehyung, ia memanggil lelaki itu dengan suara gemetar yang hampir menangis.

“Yooongi…”

“Taehyung Yoooongi…”

Gumamnya

“Je please calm down, fuck.”

“Tolong bangunin Jungkook sekarang juga, bilang jemput gue sama Kaizen di airport.” Teriaknya

“Oke, coba gue hubungin sebentar. Dan lo tetep di airport jangan pergi ke rumah atau bar Yoongi pake taksi.”

“I can’t live without him, Taehyung.” Tangisannya pecah begitu saja.

“Je jangan nangis, gue panik shit Yoongi gak mati. Jangan panik ya.”

“Ini Jungkook udah angkat telpon gue, tunggu sebentar dia mau jemput lo sekarang.”

Pikirannya panik, bayi itu terus menangis. Jimin tidak bisa jika harus kehilangan Yoongi sekarang.

561. Great Job Alpha Min


Setelah rapat dengan dua perusahaan itu selesai kini mereka berdua sudah berada di ruangan Yoongi.

Bersantai menikmati kopi dingin yang sudah di pesankan oleh sekertarisnya.

“How can be a cool like that, Alpha Min?” Ucap Jimin menatap Yoongi yang sedang sibuk di depan laptopnya.

Alpha itu melirik dan membenarkan posisi kacamatanya, kemudian tertawa.

“Mungkin karena kamu ada disini sekarang.” Godanya.

Seketika kalimat itu membuat wajah sang Omega merona.

“Great job, kamu keren banget tadi bisa handle rapat dengan perusahaan yang sama besarnya tapi santai banget.” Puji Omega itu.

Ketukan dari luar pintu terdengar saat seseorang meminta izin untuk masuk.

Itu Joe dengan beberapa kertas di tangannya yaitu catatan jadwal pekerjaan Yoongi yang sudah ia susun rapih.

Memeriksa apakah ia bisa pergi ke Las Vegas dalam minggu ini atau tidak, ternyata Yoongi lumayan memiliki jadwal kosong untuk beberapa minggu kedepan.


“Babe, ayo ke Las Vegas.” Ucapnya

Jimin melirik kearah Yoongi dengan bingung, bahwa orang ini selalu membuat keputusan dalam waktu yang tidak bisa di tebak.

“Kapan?”

“Dua hari lagi, besok packing dan beli apapun kebutuhan Kaizen agar ia tidak rewel di pesawat.”

“Oke.” Jawabnya, tidak ingin terlalu banyak bertanya omega itu hanya mengiyakan ucapan Alphanya.

Perjalanan menuju mansion sang nenek tidak terlalu lama, sesampainya disana bayi itu sedang meminum susunya dan terlihat sangat haus.

Jimin pun segera menghampirinya.

“Who’s come.” Ucap wanita tua itu

Kaizen sudah mulai mengerti sekarang, bayi itu sudah mulai merespon setiap ucapan dan sesuatu yang ia lihat.

Tersenyum saat melihat Jimin merentangkan kedua tangannya untuk menggendongnya.

“Papa miss you!” Ucap Omega itu

Kaizen hanya bergumam tidak jelas, bayi itu kemudian menempatkan kepalanya tepat diatas pundak Jimin bernafas tenang dimana feromon Omega itu menguar.

“Lihat bayi itu manja sekali dengan Jimin.” Ucap Yoongi datang dari dapur dengan satu gelas air dingin di tangannya.

Yang si bicarakan hanya tersenyum dengan kedua mata membulat menatap Yoongi.

Tidak tahan melihat betapa gemasnya sang bayi, Alpha itu segera menciuminya hingga menangis.

“Yoongi udah, hei udah Kai nangis.” Ucap Jimin.

Sang nenek dan Alphanya hanya tertawa saat bayi itu menangis kesal, wajahnya memerah karena ciuman dari sang ayah.

“Okay daddy is sorry, Ayo biar daddy yang gendong kamu.” Bujuknya lalu kemudian bayi itu merentangkan kedua tangannya dan berpindah pada gendongan Yoongi.


Memutuskan untuk kembali ke mansionnya, Kaizen tertidur dalam pelukan Jimin sementara Yoongi menyetir.

“Menurut kamu, Kaizen akan rewel atau tidak selama dua belas jam di pesawat?” Tanya Yoongi.

“Kayaknya enggak deh, yang penting kita selalu deketan dan udah pasti susu harus selalu ada.” Jawab Jimin.

Melirik bayinya yang tertidur pulas membuatnya merasa tenang.

Dan bahkan bayangan jika dia tidak bisa menjaga bayi kecil dan Omeganya, Yoongi tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Ia bahkan rela mengorbankan dirinya untuk mereka berdua.

549. Kiss me!


Kepalanya terus berputar saat mobil itu terus melaju, ia ingin muntah.

Joe mengemudikan mobilnya dengan sangat hati-hati kala ia membawa Jimin bersamanya, aroma feromon Omega itu benar-benar gila karena menyeruak dan memenuhi seisi mobil.

Dari yang ia dengar itu benar adanya, Jimin memiliki aroma feromon yang berbau seperti surga dan siap untuk menghipnotis Alpha yang berhadapan dengannya.

Berhasil menahan diri, akhirnya mereka sampai di mansion milik Yoongi.

Cahaya lampu sudah meredup, Alpha itu menunggu tepat di depan pintu masuk lalu menghampiri mobil tersebut.

Joe membantunya membukakan pintu, sementara Yoongi menggendong tubuh Jimin dalam pelukannya.

“Thank you Joe.” Ucap Yoongi

“My pleasure Tuan Muda, semuanya aman dan Kim Taehyung sudah diantar pulang.” Joe menundukan kepalanya.

“Kerja bagus, pulang dan istirahat Joe.”


Saat kakinya menaiki beberapa anak tangga, beban tubuh Omeganya sudah tidak terlalu berat seperti saat ia hamil kemarin.

“Yooongi.” Gumamnya lalu kemudian mengalungkan kedua lengannya pada leher sang Alpha.

“Omega nakal, you broke your promise.” Ucapnya.

Pintu terbuka, saat akan menidurkan Omeganya di kasur tapi lengan itu tidak terlepas dan semakin agresif menciumi lehernya.

“Lepas sebentar, Omega Jimin.” Ucapnya dan perlahan Omega itu melepaskan pelukannya.

“Kai, mana kai mau peluk kai.” Rengeknya

“Dia sedang tidur.”

Yoongi membantu membuka beberapa kancing kemeja milik Jimin dengan begitu perlahan, sementara Omega itu terus menatapnya dari bawah.

“Alpha min, you’re so handsome… Let’s get married.”

Kalimatnya kacau dan terus merancu, mata sayu dan wajah memerah terlihat begitu cantik.

“We’re married Omega Jimin.” Jawabnya.

Saat kemeja itu sudah terlepas dan Yoongi berjalan ke closet pakaian untuk mengambil satu pasang piyama, Jimin lebih dulu berlari ke wastafel untuk memuntahkan isi perutnya.

“Berapa banyak yang kamu minum Jimin, oh my god.” Keluhnya lalu membantu memberikan sikat gigi pada lelaki itu.


“Pusing.” Omega itu mengeluh kala sang Alpha membantunya memakaikan baju ganti.

“Tidur, ini bahkan hampir jam lima pagi.” Ucap Yoongi.

“Sebentar.”

Tubuhnya kembali berdiri dengan sempoyongan, berjalan menghampiri tempat tidur sang bayi lalu menatapnya.

Bayi kecil itu tertidur begitu tenang, pipinya yang sudah mulai berisi membuat siapapun ingin menggigitnya.

Kedua tangannya terulur seakan ingin menggendong bayi kecil itu, tapi dengan cepat sang Alpha menahannya.

“No.” Ucap Yoongi, tangannya menarik pinggul Jimin untuk duduk di pangkuannya.

“Mau gendong sebentar.”

“You need to sleep, Omega Jimin.”

Keduanya saling menatap, wajah sayu Omega itu begitu cantik.

Bibir merona yang sudah lama tidak ia cicipi, leher putih polos cantik yang sudah lama tidak ia berikan tanda kemerahan disana.

Pagi ini Jiminnya sangat cantik.

“Wanna play for a minute?” Godanya dengan senyuman menyebalkan terpampang di wajah Alpha itu.

“Haha sure, kiss me! kiss me Alpha Min!” Jawabnya dengan begitu antusias.

Ia berbalik dan perlahan menidurkan Omeganya di atas kasur, sampai bibir keduanya yang telah lama tidak bersapa malam ini kembali bergelut dengan tidak sabaran.

Posisi yang sudah lama tidak bisa mereka lakukan karena takut mengenai bump bayinya pada saat itu, lihat sekarang Yoongi hampir menindih tubuh kecil Omeganya.

Saat ciuman sayang itu berubah menjadi ciuman panas dengan penuh penuntutan dan tidak sabaran, lumatan dan hisapan lidah yang sama-sama terkesan terburu-buru membuatnya kekurangan oksigen.

Di sela-sela ciuman itu, kedua tangannya tidak diam saja masuk dari bawah kaus milik Yoongi yang super besar bagi ukuran Jimin.

Tangannya perlahan meraba otot-otot perut Alphanya dengan sensual.

“Your fucking hands, Jimin.” Geramnya

Omega itu hanya tertawa, kini ciuman itu menuruni lehernya membuat tubuh Omega itu meregang karena sensasi gila yang tercipta.

Begitu pula Yoongi yang tidak tinggal diam, ia membuka semua kancing piyama Jimin yang baru saja ia bantu untuk memakainya.

Menampilkan dada Omega itu, miliknya yang akhir-akhir ini selalu di curi oleh sang bayi.

Kaizen.

“Kaizen always suckling, it’s mine shit.” Gumamnya kemudian menjilat puting itu dengan terburu-buru.

Omeganya hanya terengah-engah saat lidah basah dan hangat itu terus bermain di area sensitifnya.

Jimin terlalu sensitif pada setiap sentuhan kecil Yoongi.

“It’s yours, do slowly please—ah i don’t wanna scream! Kaizen nanti bangun.” Rengek Omega itu.

Oh tidak, itu tidak akan Yoongi biarkan.

Alpha sialan itu malah terus bermain pada puting Omeganya, sekarang bukan hanya ia jilat melainkan dengan gigitan kecil yang membuat Omega itu kepayahan menahan desahnya.

“Yoongi—h”

Persetan dengan desahannya, bahkan Omega itu ingin bayinya cepat bangun dan menghentikan Yoongi saat ini.

“Haha itu hukuman karena kamu mengingkari janji.” Ucapnya setelah melepaskan hisapannya.

Ada beberapa tanda merah tertinggal di leher Omeganya, cantik tanda itu selalu bagus saat menghiasi leher jenjang Jimin.

“Oke udah ya, aku ngantuk.”

Jimin merentangkan kedua tangannya dengan piyama yang masih berantakan, nafasnya masih terengah-engah karena ulah Yoongi barusan.

Tetapi Alpha itu malah menidurkan kepalanya diatas lengan sang Omega dan memaikan puting Omeganya.

“Yoongi kamu beneran cemburu sama Kaizen?”

“Sedikit.”

Jawaban Alpha itu membuat Jimin terkikik geli dan tidak menyangka bahwa Yoongi benar-benar semanja ini.

“Haha oke, bobo ya sayangku.”

“Thank you for let me having fun with my friends.”

“Makasih udah mau jaga Kaizen.”

Ucap Omega itu terus mengelus lembut rambut sang Alpha.

“Babe.” Sela nya

“Makasih ya Yoongi, udah sayang aku sama Kaizen.”

Entah obrolan pada hampir pagi hari seperti ini selalu seperti obrolan akan perpisahan.

“I love you.” Ucap Alpha itu kemudian memeluk erat Omeganya.

546. It was so fun


Hentakan kakinya mengikuti alunan musik, tubuhnya menari begitu bebas.

Kini ia sudah tidak perlu khawatir akan muntah karena bau feromon Alpha lain yang mengganggu.

Malam ini Jimin hanya ingin bersenang-senang sampai ia lupa betapa sengsaranya hidup tanpa Alkohol dan keterbatasan ruang gerak.

Malam ini ia ingin minum hingga mabuk, alkohol yang di tuang berulang kali ke dalam gelasnya membuat omega itu perlahan mulai kehilangan kesadarannya.

“Fuck you.” Teriaknya pada Taehyung yang tengah tertawa padanya.

“Go fuck yourself, Je!”

Kedua orang itu larut dalam pengaruh alkohol.

Omega itu bahkan lupa apakah bayinya menangis atau tidak, sudah tertidur atau belum dengan Yoongi.


Sofa besar yang selalu ia inginkan untuk duduk disana sekali saja pada saat masih bekerja untuk The Tigers, itu adalah khusus yang memiliki member VVIP di bar ini.

Tapi sekarang ia bisa duduk dengan santai, memerintahkan seorang pramutama untuk membawakannya berbagai macam alkohol yang ia inginkan.

“Gue bayar, bukan berarti lo seenaknya ya Je anjing.” Ucap Taehyung

Jimin tertawa lagi-lagi ia meminum alkohol itu dengan satu tegukan.

“Lo gausah bayar bill, sky bar sekarang milik gue.” Ucapnya

Melantur, itu yang di pikirkan Taehyung saat temannya bergumam bahwa sky bar adalah miliknya.

“Gue bilang apa lo gausah minum banyak-banyak, jadi ngaco gini ngomongnya.”

Tidak terima bahwa temannya sendiri tidak mempercayai perkataannya, Jimin memanggil salah satu staff di bar itu untuk bertanya.

“Explain everything about this bar to him.” Ucapnya dengan satu kaki bertumpu di kaki satunya.

“Tuan Min Yoongi membeli sky bar, dan sekarang sudah menjadi milik Park Jimin.” Jelasnya

Netranya membulat, wajahnya terkejut ia merasa sepenuhnya tersadar dari ini semua.

“What the fuck” Taehyung berpindah posisi menjadi di sebelah Jimin dan memeluk tubuh itu.

“Hahaha mau minum lagi gak? just tell them what alcohol you want to drink.” Gumam Jimin kemudian mereka berdua tertawa.


Kesadarannya yang sudah benar-benar menghilang tapi tubuhnya tetap ingin menari.

Ini sudah hampir pukul tiga pagi, persetan dengan Yoongi di mansionnya.

Entah mungkin laki-laki itu sedang tertidur pulas dengan Kiazen di pelukannya, Jimin tidak ingin pusing malam ini.

Tanpa sadar Omega itu jika sudah di bebaskan oleh Alphanya seakan sudah siap untuk melanggar apa yang tidak di perbolehkan.

539. Wtf min yoongi


Karena Yoongi memberikan kontak Joe untuk di kabari Jika pergantian nama kepemilikan bar tersebut sudah selesai, siang tadi saat Yoongi di kantor bahwa Joe memberitahunya semua sertifikat telah di ubah menjadi nama Park Jimin.

Seperti mencuri waktu untuk menghabiskan waktu berdua, kalau-kalau sang bayi terbangun dari tidurnya.

Menonton film tengah malam bersama sang Omega di sofa dengan pelukan hangat.

Lihat lah dua pasangan yang keras kepala itu dulunya menjadi sangat lengket sekarang.

Omeganya tertidur dengan lengan besar itu menjadi bantalannya.

Sang Alpha membawah tubuh kecilnya untuk menaiki tangga dan pindah menuju kamar mereka.

Memeriksa bayinya yang tertidur pulas, bahkan dot itu tidak terlepas dari mulut kecilnya.


“Yoongi kita mau kemana si?” Tanya Omega itu penasaran saat Yoongi memilihkan beberapa pakaian untuknya.

Skinny jeans, leather jacket berwarna hitam dan tentu saja ia menyisir rambut Omeganya yang terlihat sudah mulai panjang.

“So pretty.” Gumamnya

Sedangkan yang di puji hanya bersemu memerah.

“Kita ke sky bar.” Ucap Yoongi.

Omega itu menoleh pada Alphanya dengan tatapan bingung.

Tidak mungkin bukan ia meninggalkan bayinya untuk pergi ke bar? oh itu adalah ide gila.

“Sky bar? Kaizen mau di tinggal gila kali kamu.”

“Gamau aku.”

Jimin memberontak kemudian berusaha melepaskan jaket kulit yang ia kenakan, tapi Yoongi berhasil menahannya.

“Kaizen di jaga nenek, dia tidak sendirian.” Yoongi meyakinkan Jimin bahwa tidak apa-apa meninggalkan bayi nya sebentar.

“Mau apa ke sky bar? kalo kamu mau minum kan bisa di mansion.” Moodnya seketika menjadi buruk saat ia membayangkan meninggalkan bayi kecil itu di mansion.

“Saya ingin menunjukan sesuatu untuk kamu, lagi pula kita tidak akan menginap tenang saja.”

Alpha itu berlutut di hadapan Omeganya membantu memakaikan sepatu yang ia beli di Las Vegas waktu itu.

Sepatu hitam yang mengkilap cantik itu sangat cocok untuk Jimin.


“Jangan lama please, kasian Kaizen.” Rengek Omega itu saat Alphanya menautkan jari-jari mereka untuk memasuki ruangan pribadi dari pemilik bar terdahulu.

“Mungkin tengah malam kita akan pulang.” Bisik Yoongi tidak lupa satu kecupan di pipi Jimin.

Saat Yoongi membuka pintu dan masuk di sambut dengan perempuan yang terakhir kali ia temui dengan Hoseok hanya memakai baju yang benar-benar minim, sepertinya perempuan itu takut akan Yoongi melemparinya dengan gelas lagi.

“Tuan Min Yoongi, ini berkas-berkas pergantian nama menjadi Park Jimin.” Ucapnya kemudian memberikan map itu pada Yoongi.

Jimin meliriknya bingung ada apa, dan kenapa namanya di sebut dalam hal yang tidak ia ketahui.

“Check, it’s yours Omega Park.” Ucap Yoongi.

Saat Jimin sibuk memeriksa dan membaca beberapa kertas tersebut, wanita itu berpamitan untuk pergi dan tentu saja dengan koper besar berisi uang tunai dari hasil penjualan bar tersebut.

“What the fuck Min Yoongi.” Gumam Jimin tatapan terkejut dan tidak menyangka.

Bahwa Alpha itu benar-benar membeli sebuah sky bar untuknya.

“This bar belongs to you.” Ucap sang Alpha kemudian menghisap rokoknya.

Jimin menghampiri Yoongi yang berada di sebrangnya, lelaki kecil itu memeluknya erat dan tidak lupa ia melumat posesif bibir sang Alpha.

Aroma rokok dan feromon Alpha itu memenuhi ruangan ini.

“Aku kan cuma bercanda Yoongi.” Gumamnya

“Ya saya juga sudah memikirkan ini, karena kita tinggal di Seoul dan lebih baik kamu punya satu disini. Lalu bar di Vegas untuk Hoseok.” Ucapnya.

Lengan itu bertumpu posesif di pinggul sang Omega dengan hembusan asap rokok di udara.

“Thank you so much Alpha Min, you’re the best.” Ucapnya.

“Sudah saya bilang apapun untuk kamu, so i still have another present for you.” Yoongi menarik Jimin keluar dari ruangan itu.

“What the fuck, so many present.” Protesnya.

Mereka berdua hanya tertawa, dingin cuaca malam ini membuatnya hampir menggigil kedinginan tapi genggaman tangangan yang tidak pernah terlepas membuat keduanya tetap hangat.

Yoongi mengendarakan mobilnya menuju tempat yang terlalu sepi, Omega itu merada dejavu ini sama seperti saat ia pergi menemui George malam itu.

Sampai akhirnya roda mobil itu berhenti tepat di depan sebuah gudang kosong, dengan beberapa mobil terparkir di depannya.

Dan salah satunya Jimin kenali, itu adalah milik Taehyung.

“Jangan bilang kalo ini orang yang dua bulan lalu ganggu aku di bar?” Tanya Jimin.

“Ya.” Jawab Yoongi kemudian tertawa.

“No one can touch mine, you’re mine Omega Park.” Bisiknya.

Saat ia masuk, sudah ada Taehyung dan Joe di dalam gudang tersebut beberapa kaleng beer berserakan di lantai.

Orang itu benar-benar diikat tanpa baju di udara dingin seperti ini.

Min Yoongi, dia benar-benar gila jika menyangkut tentang Jimin-nya.

“Why is he naked, anjing Taehyung.” Gumam Jimin.

“Suami lo yang suruh.” Jawabnya.

Yoongi mendekati lelaki itu, kedua tangan dan kaki terikat kencang dengan kursinya dan tidak lupa juga dengan mulut yang tertutup perekat berwarna hitam.

Di tariknya perekat itu dengan sekali tarik membuatnya berteriak kesakitan.


Lelaki itu terus berteriak bahwa ia meminta untuk di lepaskan, bahkan ia berjanji untuk berlutut di kaki Alpha dan Omega itu.

“Jimin, jimin gue minta maaf gue salah ga seharusnya gue berani cium lo wakti itu.” Lelaki itu terus memohon bahkan menangis.

Sementara Jimin hanya berdiri menatapnya lurus dan acuh, kedua tangan menyilang di dadanya.

Tidak, Jimin bukan Omega yang baik hati.

Saat hamil pun ia berhasil menghilang begitu banyak nyawa, apalagi saat sekarang ia sudah hampir kembali ke dirinya seperti dulu.

Omega itu mengambil rokok yang berada di jari sang Alpha, lalu kemudian menghisapnya.

Yoongi hanya tersenyum di samping Jimin, melihat betapa menawannya Omega itu.

“Tidak ada ampun.” Yoongi meberikan satu buah pistol pada Jimin.

Ia berdiri di belakang Omeganya, meraih kedua lengan Jimin lalu mengarahkan pistol itu tepat pada kepala lelaki sialan yang sudah berani kurang ajar pada Omeganya.

Alpha itu memegangi lengan Omeganya, seperti ia siap akan menjadi tumpuan bagi tubuh kecil itu.

“One…. two…. three…..” Bisiknya

“Shoooot!” Peluru itu terlepas lalu menembus kepala lelaki itu.

Tubuhnya yang pucat, hampir membeku, darah yang mengalir begitu saja dari kepalanya.

Ini adalah kegiatan yang baru ia lakukan lagi setelah beberapa bulan.

“Nice shoot baby.” Ucap sang Alpha lalu memeluknya dari belakang dan menumpukan dagunya diatas pundak Omega itu.

“The blood—” Gumamnya

“Biarkan saja bajingan itu membeku disini.”

Those people who dare to touch his Omega, they’re will die.

530. Kaizen ; as sunshine.


“Hallooooo, anak bayi.” Ucap Jungkook menatap bayi itu.

Bayi itu hanya menggerak-gerakkan jari mungilnya yang masih memerah.

Jimin tertawa melihat Jungkook sama berhati-hatinya seperti dia saat menggendong sang bayi.

“Kai, your uncle so ugly when he cried.” Ledek Jimin

Jungkook menatapnya sebal, Jimin masih saja meledeknya tentang malam itu karena dia panik.

“Kaizen, your papa so fucking annoying.” Balas Jungkook.

Semua orang tertawa termasuk Taehyung dan Hoseok yang berada disana.

Yoongi menghampiri dua Omega itu yang selalu bertengkar setiap kali bersama.

“Mau menggendong Kaizen?” Tanya Alpha itu.

“Mauuuuu.” Jungkook berseru dengan penuh semangat, kakinya menghentakan lantai.

“Lepaskan jaketmu, itu kotor.” Ucap Yoongi lalu mengambil alih sang bayi dari gendongan Jimin.

Jungkook dengan cepat melemparkan jaketnya ke sofa dan itu mengenai wajah Taehyung.

“What the fuck Jeon Jungkook.” Protes Taehyung

“I’m sorry babe.” Ucap Omega itu.

“WHAT THE FUCK BABE?!” Teriak Yoongi dan Hoseok bersamaan.

Jimin menutup telinga Kaizen dengan kedua tangannya.

“Oh sorry babe.” Ucap Yoongi kemudian mengecup pipi kanan Jimin.

Jimin hanya mendengus, kemudian memasangkan sebuah selimut lembut pada dada Jungkook agar bayinya tidak langsung mengenai bajunya.

Dan Yoongi memindahkan sang bayi pada gendongan Jungkook.


Omega itu membawa bayinya ke atas dan meninggalkan semua orang di bawah yang sedang sibuk bermain game.

Bayi itu terus merintih kecil saat Jimin membawanya menaiki tangga.

“Kamu laper ya?” Gumamnya pada sang bayi.

Memberikan satu botol kecil berisi susu formula, bayi itu langsung menyedotnya dengan perlahan.

Jimin masih merasa sangat emosional saat ia menatap Kaizen kecilnya itu.

“Bayi kecil, Kaizen sayangnya papa, you’re a miracle in my life.”

Jimin mengecupi kening bayinya berkali-kali dengan begitu hati-hati.

Bayi itu masih belum ingin tertidur rupanya.

Susu di dalam botol itu sudah habis dalam beberapa menit, ia meletakan botol nya diatas meja.

Mengayun-ayunkan sang bayi dengan pelan di dalam pelukannya.

Menyanyikan lagu tidur untuk sang bayi.

Bukan hanya sekedar nyanyian tidur, lagu ini benar-benar menggambarkan perasaan Jimin.

You are my sunshine

My only sunshine

You make me happy

When skies are gray

Bayi itu menatapnya dalam dekatan hangat sang Omega, tatapan polos dari sang bayi hampir membuatnya menangis.

You'll never know, dear

How much I love you

Please don't take

My sunshine away

Kaizen perlahan mulai terlelap dengan dot yang menempel di mulut kecilnya, tepukan pelan di paha bayi itu membantunya cepat tertidur.

The other night, dear

As I lay sleeping

I dreamed I held you

In my arms

Jimin teringat mimpi buruknya untuk pertama kali hingga ia memutuskan untuk mengalahkan egonya dan tertidur di pelukan Yoongi.

When I awoke, dear

I was mistaken

So I hung my head and I cried

Dia menangis saat bermimpi kehilangan sang bayi dalam pelukannya.

Tidak ia tidak ingin kehilangan Kaizen apapun yang terjadi.

Tanpa sadar Alpha itu sudah berdiri beberapa menit di belakangnya.

Berjalan perlahan menghampiri Omeganya yang sedang menangis dalam diam dengan bayi di pelukanya.

Memeluk Omega itu dari belakang, meletakan dagunya diatas pundak Jimin.

“Mimpi buruk itu sudah berlalu, lihat Kaizen sekarang di pelukan kamu Omega Park.” Bisik sang Alpha kemudian menarik nafas dalam dan mencium kelenjar Aroma Omeganya.

Jimin merasa lebih tenang kala Yoongi memeluknya seperti itu.

Aroma feromon Alpha itu selalu menjadi obat penenang paling ampuh untuk Jimin.

“Alpha Min.” Gumamnya

“Omega Park.” Jawabnya

Omega itu menidurkan sang bayi di tempat tidur kecilnya. Kemudian berbalik dan memeluk Alphanya dengan erat.

“I love you so much.”

“I love you.”

Mereka berdua menatap bayi yang sedang tertidur itu.

“Thank you, for allowing Kaizen grow on your belly Omega Park.”

“Terima kasih karena memutuskan untuk mempertahan Kaizen sampai dia bisa lahir di dunia.” Bisik ucap Alpha itu dalam dekapan Omeganya.

“I try my best Yoongi, itu juga karena kamu yang udah bikin aku yakin buat pertahanin Kaizen.” Ucapnya.

Pada dasarnya keputusan yang mereka buat dengan ribuan kali berpikir itu membawanya dalam keadaan ini sekarang.

Keadaan dimana ia bisa memberikan pelukan terhangat untuk bayi kecil itu.