ymkissed

The spilled soup


Sepulang dari apartment Ellie, Yoongi segera Yoongi segera menuju hotel untuk berganti pakaian.

Memilih beberapa suit yang cocok untuk tema hari ini, ia tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi dimana dirinya benar-benar di jodohkan.

Dan seperti yang Jimin bilang, pernikahan ini hanya sebatas bisnis bagi kedua orang tuanya.


“Hallo tante…” Sapa Jimin saat ibu Yoongi menghampiri dan memeluknya.

Hangat, wanita ini benar-benar terlihat seperti seorang penyayang.

“Jimin you look so gorgeous tonight, Yoongi kejebak macet mungkin sekitar tiga puluh menit lagi sampai.” Wanita itu membawa Jimin untuk duduk disebelahnya.

“Iya gapapa tante.” Ucapnya

“Jangan panggil tante, panggil mama.”

Dengan perasaan aneh Jimin pun mengiyakan permintaan wanita itu.

Tidak sampai tiga puluh menit, Yoongi tiba di restoran itu.

Dimana pandangan semua orang menatapnya, pria mengenakan suit berwana abu-abu tua dengan rambut sedikit di tata rapih.

Aroma parfum yang sama pada saat Jimin bertemu dengannya pertama kali di dalam lift.

“Selamat malam om tante, maaf saya datang terlambat ternyata macet banget malam ini.” Ucap Yoongi

“Iya gapapa nak Yoongi, silahkan duduk.” Perempuan itu mempersilahkan Yoongi untuk duduk.

“Iya tante terima kasih.”


“Gimana, mau langsung tunangan aja atau bagaimana?” Ucap Tuan Min.

Jimin yang sedang meneguk minumanya tersedak saat mendengar kalimat itu.

“Pa, you promise to me.” Sela Yoongi

“Okay, saya ada janji dengan Yoongi bahwa mereka berdua akan di beri waktu untuk saling mengenal mungkin dalam dua bulan.”

Jimin bernafas lega, nampaknya semua orang juga setuju. Terkecuali Jiyeon yang terus menatap tajam kearah Yoongi.

Sampai tiba, menu utama malam ini seorang pelayan membawakan hidangan soup.

Pada saat ingin meletakan mangkuk itu, sang pelayan tersandung dan soup hangat tumpah mengenai mantel milik Jimin.

Semua orang terkejut, dan Jimin sedikitnya merasa kepanasan karena tumpahan soup itu.

“Hei, hati-hati ini soup panas tumpah seperti ini kalo langsung kena kulit gimana?” Yoongi tanpa sadar menaikan suaranya.

Sang pelayan hanya menunduk ketakutan sebelum beberapa pelayan lainnya menghampiri ke meja mereka.

“It’s okay, saya mau bersihin ini dulu ke toilet.” Ucap Jimin dan pergi begitu saja.

“Yoongi, temenin Jimin kesana.” Bisik ibunya.

Ya Yoongi sedikitnya merasa tidak tega melihat Jimin sedikit kepanasan karena soup yang tumpah, ia segera menyusul lelaki itu.

“Buka mantelnya.” Ucap Yoongi

“Gausah, saya bisa sendiri kamu keluar aja.” Tolaknya.

“Buka designer park, i know your clothe are so fucking expensive but your thigh more important.” Oceh Yoongi

“Fuck, mesum.” Gumam Jimin kemudian masuk kedalam toilet dan mengunci pintunya.

Sementara Yoongi hanya terdiam dan menyadari apa yang baru saja ia katakan.

Cuddle


Yoongi itu benci perempuan sejak kekasihnya meninggalkan dia dua tahun lalu, bahkan ia sempat berpacaran dengan lelaki tahun lalu dan kemudian berpisah karena sikapnya yang terlalu posesif.

“Chef Min?” Panggil Ellie saat keduanya berhenti tepat di depan pintu unit apartment.

“Iya Ellie?” Jawabnya

“Mau mampir dulu gak? one gulp of wine gitu…” Tawar Ellie “Pulangnya nanti bisa panggil driver dari sini.” Perempuan itu telah membuka pintu.

Tampak memikirkan tawaran perempuan itu sebentar dan Yoongi pun mengiyakannya, lagi pula ia tidak memiliki perasaan apapun pada Ellie.

Mungkin satu gelas wine akan cukup untuknya karena terlalu penat memikirkan apa yang akan dihadapi besok.

Dengan wajah sedikit merona karena persetujuan dari Yoongi, Ellie segera mengambil satu botol wine, gelas, beberapa potong buah dan cemilan lainnya.

“Gausah repot-repot Ellie, saya cuma mau minum wine aja abis itu mau pulang.” Ucap Yoongi membantu Ellie untuk meletakkan gelas diatas meja.

“Nggak repot chef tenang aja.” Perempuan itu menuangkan anggur ke dalam gelas milik Yoongi.

Tidak terasa dua jam berlalu, mengobrol tentang pekerjaan dan tentang kehidupan pribadi mereka.

Nampaknya Yoongi sudah diambang kesadaran karena satu botol wine itu ia habiskan sendiri.

Ellie dengan sengaja membuka jaket yang masih ia kenakan, dengan sengaja mengekspos tubuhnya di hadapan Yoongi.

“Chef Min?” Panggil Ellie pelan.

“Iya sayang..” Gumamnya dengan mata yang bahkan tidak sanggup untuk ia buka.

Min Yoongi entah ia memang benar-benar brengsek, bahkan ia sekarang tengah tertidur dengan Ellie di pelukannya.


Terbangun pagi hari dengan sakit kepala bukan main, dan terbangun di tempat yang berbeda.

“Shit, gue malah tidur disini.” Yoongi bergumam kemudian memeriksa pakaiannya.

Oh syukurlah ia masih berpakaian lengkap.

Mencoba keluar dari kamar itu dan ia melihat Ellie sedang membuat sarapan, kemudian menghampirinya.

“Eh chef Min, good morning.” Sapa Ellie

“Semalam kita tidur berdua?” Tanya Yoongi kemudian menggulung kemeja di lengannya.

“I mean we’re sleep together, just a sleep?” Tanyanya sekali lagi.

“Hehe iya, chef yang narik aku duluan ke kasur terus chef juga panggil aku sayang.” Gumam Ellie malu-malu.

“Oh.” Yoongi mengambil kunci mobilnya yang terletak diatas meja.

“Chef, sarapan dulu sebelum pulang.”

“Saya ada urusan jadi harus pergi sekarang.”

“Yah padahal aku udah bikinin sarapan.”

“Dimakan sama kamu aja, anyway thank you the cuddle you look like my ex.” Yoongi pergi begitu saja tanpa rasa bersalah ataupun canggung.

“Shit, hari ini harus dinner lagi sama Jimin.” Gumamnya

Messed up


Tidak di sangka lelaki yang memiliki kesan pertama sangat menawan bagi Jimin.

Ternyata kata-katanya lebih tajam dari yang ia kira, membayangkan tinggal satu rumah dengan seorang Min Yoongi rasanya Jimin akan bertengkar setiap saat.

Tapi ia tidak bisa menolak perjodohan ini, butik impiannya akan segera menjadi kenyataan.

Setidaknya, jika menikah nanti ia dan Yoongi tidak akan tinggal bersama.

Mereka berdua hanya akan berpura-pura selayaknya menjadi seorang pasangan jika di hadapan kedua orang tuanya.


“Woi!” Tepukan di punggungnya membuyarkan semua lamunan Jimin.

“Adek… kalo aku mati kena serangan jantung gimana.” Gumam Jimin

“Cari kakak baru haha.” Jawab sang adik kemudian mendudukan dirinya di sofa kamar Jimin dengan satu kantung camilan di pelukannya.

Jimin membuka jendelanya, menghirup udara segar dari luar jendela.

Gerimis yang menemani sore itu tentu saja membuat dirinya menjadi lebih rileks.

“Kak, lo jadinya tolak perjodohan ini atau lo terima?” Tanya Jiyeon

“Kalo lompat dari sini aku mati gak?” Gumam Jimin kemudian memijakan satu kakinya keluar Jendela besar itu.

“Enggak mati, paling lo lumpuh permanen.” Jawabnya

Jimin segera menarik kembali kakinya dan berbalik lalu bergabung di sofa bersama Jiyeon.

“Gamau kalo harus lumpuh, yakali gue cakep gini lumpuh.” Gumamnya.

Sedikitnya Jiyeon lega bahwa Jimin mengurungkan niat buruknya untuk mencelakai diri sendiri.

Kedua orang itu tau, selain tidak berani menolak keputusan orang tuanya dan juga apa yang sudah di putuskan tidak akan pernah bisa di ganggu gugat.

Bahkan hari ini pekerjaannya tidak ada yang berhasil ia selesaikan, Jimin lebih memilih berbaring di sofa memperhatikan kepulan asap panas dari segelas coklat yang berada di hadapannya.

“Min Yoongi he is the worst, gue gaakan jatuh cinta sama lo.” Ucapnya.

I will run!


“Jadi mau yang itu aja kak? atau mau cari tempat lain aja” Tanya perempuan yang sedang mengemudikan mobilnya.

Jimin yang tengah terfokus dengan laptopnya hanya menggelengkan kepala untuk merespon pertanyaan sang ibu.

“Kak?” Panggilnya

“Iya mami, gausah yang terlalu besar tempatnya itu aja lucu dan udah lumayan cukup buat space private room aku sama mini studio.” Jawabnya.

“Yaudah kalo tetep kamu maunya itu nanti kita tinggal urus pembayaran aja ya, anyway sudah sampai ayo turun kak.” Ucapnya sambil melepaskan seatbelt yang melindungi tubuhnya.

Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya Jimin tidak menyadari jika sudah tiba.

Dan sialnya ia bahkan belum menyiapkan beberapa alasan untuk tetap tinggal di dalam mobil.


Dengan rasa malas ia berjalan berdampingan dengan sang ibu, ingat Jimin pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk menuruti setiap permintaan dari kedua orang tuanya.

“Mana temen mami?” Tanyanya

Perempuan itu memindai setiap meja yang berada di cafe tersebut.

“Oh itu! Hallo apa kabar nyonya Min.” Sapa nyonya Park.

“Kabar baik, Ya tuhan makin cantik aja…” Pujinya

Ini adalah hal paling membosankan dan memuakan bagi Jimin, menunggu sang ibu untuk membahas atau membicarakan hal-hal tidak penting selama berjam-jam dengan temannya.

“Jimin, baru pulang dari Paris minggu lalu.” Ucap sang ibu.

Jimin ingat sedikit samar, wanita yang di panggil nyonya Min itu adalah teman lama dari ibunya.

Terakhir ia bertemu entah beberapa tahun lalu sebelum Jimin memutuskan untuk pergi kuliah di Paris.

Sampai akhirnya ia meninggalkan Paris dan kembali ke Korea setelah semua yang ia lalui selama ini.

“Jimin? ini si lucu yang suka gambar-gambar baju waktu ikut maminya arisan?” Tatapan lembut itu dan pelukan hangat mendekap tubuhnya.

Aroma wanita ini masih sama seperti Jimin terakhir kali bertemu dengannya.


Menghabiskan waktu dan berbincang selama tiga puluh menit, Jimin mulai terbawa suasana dan ia tidak merasa bosan seperti dugaannya.

Berusaha menyangkal bahwa sang ibu hanya bercanda untuk menjodohkannya.

Tentu saja ini adalah pertemuan biasa, bukan untuk membicarakan tentang hal yang benar-benar tidak masuk akal bagi Jimin.

“Yoongi, disini!” Wanita bernama Min eunso itu melambaikan tangannya kepada lelaki muda yang kini berjalan menuju ke arahnya.

Seketika Jimin menoleh, memperhatikan lelaki itu.

Wajah dan aroma parfum yang ia temui minggu lalu di hotel saat ia akan melakukan pertemuan dengan designer Jung Hoseok.

Lelaki yang menahan punggungnya agar tidak terjatuh.

“Kirain mama kamu gaakan dateng loh…”

“Dateng kan aku udah janji.”

Yoongi duduk tepat di sebelah ibunya dan tentu saja ia berhadapan dengan Jimin sekarang.

Sementara Jimin hanya membeku, dan hanya bisa berharap bahwa ini tidak seperti yang ada di dalam pikirannya.

Sepertinya lelaki bernama Min Yoongi itu tidak mengenalinya, bahkan hanya sekedar meliriknya pun tidak.


Beberapa makanan telah tiba, mereka menyantap dengan lahap dan hidangan hari ini begitu enak.

Ya tidak kalah jauh dari masakan seorang chef bernama Min Yoongi.

“How’s the food?” Tanya dang ibu

“It’s good, but mine still better.” Jawab Yoongi

Kalimat itu membuat semua orang tertawa seketika.

“Kalo di liat-liat kalian berdua cocok ya, yang satu kalem yang satunya…” Gumam nyonya Min.

“Jodohin aja kali ya.” Sambung nyonya Park.

Seketika membuat kedua orang itu menatap terkejut dan sebal.

Tidak dengan tema perjodohan kali ini, dan tidak sesuai dengan apa yang di rencanakan.

Min Yoongi akan menolak perjodohan ini dengan cara apapun.

Begitu pula dengan Jimin, ia akan berusaha kabur sebisa mungkin dengan perjodohan sialan ini.

Oh, sorry.


Satu hari beristirahat itu cukup untuknya, bahkan jam tidurnya pun sudah tidak beraturan sejak lama.

Semalaman penuh ia habiskan untuk mempelajari lekuk tubuh seorang model bernama V itu, kedua matanya mengamati layar komputer sementara tangan kanannya dengan terampil perlahan menggambarkan sketsa sebuah busana.

Setibanya di hotel ia segera menuju lobby untuk menanyakan di lantai berapakah restoran di hotel ini.

Dengan ramah seorang lelaki yang berada di meja front office itu membawa Jimin untuk menuju lift.

“Restoran kita ada di lantai dua belas, sebelumnya sudah reservasi duli atau bagaimana?” Tanya Seokjin dengan ramah.

“Sudah ada janji, meeting sih lebih tepatnya.” Jawab Jimin.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia kembali bersapa hangat dengan pegawai hotel di Seoul setelah terlalu lama tinggal di kota Paris.

Ketika lift terbuka dan Seokjin mempersilahkan Jimin untuk masuk dan menuju resto, dengan senyuman ramah yang ia berikan.


Belum sampai pada lantai dua belas, lift itu berhenti tepat di lantai delapan dan terbuka.

Menampilkan sosok lelaki dengan setelan berwarna abu-abu gelap, rambut tertata rapih dan di padukan dengan sepatu pantofel yang begitu mengkilap.

Aroma parfum maskulin yang tiba-tiba memenuhi ruang itu ketika ia memasuki lift.

Sial, Aroma parfumnya yang begitu kontras dengan miliknya karena lebih berbau manis.

Sibuk dengan isi kepalanya ia hampir tidak sadar jika sudah tiba di lantai dua belas. Dimana resto itu berada.

Beberapa detik berlalu dan kemudian suara itu memecah keheningan.

“Lantai dua belas?” Tanya nya

“O -oh iya, sorry.” Jawabnya gugup

“Ah shi— mami” Langkah kaki yang terburu-buru membuatnya hampir tersandung sesuatu, atau entahlah ia mungkin merasa salah tingkah kala lelaki di depannya menahan pintu lift agar tidak menutup kembali.

“It’s okay, i hold you.” Yoongi menahan pinggul Jimin pada lengannya.

Tubuh keduanya menempel sudah pasti aroma parfum keduanya bertukar di baju satu sama lain.

“Sorry— oh my god.” Keduanya segera menjauh dan Jimin secepat mungkin untuk keluar dari dalam lift.

Bisa-bisanya hal memalukan seperti ini terjadi kepadanya.


“Hei!” Sapa Hoseok

“Hai designer Jung, how are you?” Tanya Jimin

“Good haha, oh your outfit look so pretty.” Puji Hoseok

“Thank you so much, sorry banget jadi nunggu lama yaaa.”

“Gapapa, saya baru sampe juga.”

Larut dalam perbincangan tentang konsep dan style apa saja yang cocok untuk modelnya nanti, perhatiannya kembali teralihkan pada beberapa jarak dari meja di tempatnya duduk.

Melihat lelaki yang menahan tubuhnya karena hampir terjatuh di lift tadi, kini sudah berganti pakaian menggunakan baju koki khusus.

Orang itu benar-benar memiliki penampilan yang sangat amat berbeda dari sebelumnya.

Yang jelas keduanya memiliki kesan menawan di matanya Jimin.

Oh tidak, Jimin tidak ingin berurusan lagi dengan lelaki manapun.

Sudah cukup orang yang ia cintai dan percaya kemarin mengecewakannya, hingga berakhir memutuskan untuk pergi.


And we never know, two broken hearts can be fixed if they find the right person?

A new lover or hospital?.


Gelasnya telah terisi penuh, memori dua tahun lalu terus berputar di kepalanya dimana orang yang sangat ia sayangi pergi meninggalkannya karena sakit yang di derita.

“Woi.”

Seokjin menepuk punggung lelaki itu yang kini tengah melamun lalu ia mendudukan dirinya tepat disebelah Yoongi.

“Masih kepikiran sama rencana nyokap yang mau jodohin lo?” Tanya Seokjin kini memutar pelan gelasnya.

“Emang salah ya udah umur segini gue gamau nikah, gue gamau mulai hubungan baru sama orang lain.” Gumamnya

“Menurut gue gaada yang salah gi, cuma mungkin menurut nyokap lo berlarut sama kesedihan terlalu lama itu gabaik.”

Yoongi menghela nafasnya kemudian berdiri membenarkan bajunya, mengambil satu buah rokok di saku jas yang ia kenakan dan menghimpitnya diantara bibir tipis tersebut.


“Mabok si mabok, ini malah ngerepotin orang…”

Gumam Seokjin saat membawa tubuh Yoongi keluar dari lift untuk menuju kamarnya yang berada di lantai paling atas hotel itu.

Mereka berdua memang bersahabat sejak lama, Seokjin bahkan tau masa terburuk Yoongi pada dua tahun lalu yang membuatnya sekarang menjadi susah untuk membiarkan orang baru masuk di kehidupannya.

“Buka sepatu lo sendiri, ah kebiasaan ngerepotin terus.” Seokjin melemparkan tubuh besar Yoongi ke atas kasur.

“Bro…” Saat ia ingin beranjak keluar, tiba-tiba Yoongi memanggilnya.

“Iya apa lagi?” Jawabnya malas

“Is she happy…” Gumamnya dengan netra memerah dan berkaca-kaca.

“Shit not that’s girl again, you really need a help Min Yoongi.” Marahnya

“Gue cuma butuh dia…”

“Pilih, lo mau gue bawa ke rumah sakit atau lo buka hati buat orang baru.”

Dengan kesal Seokjin meninggalkan Yoongi di kamarnya sendiri, ia sudah cukup di pusingkan oleh para tamu rewel hari ini.

Tidak dengan Yoongi yang masih belum bisa move on dengan mantan kekasihnya, cukup dia sudah cukup pusing untuk meladeni orang dengan kepala sekeras batu seperti Min Yoongi.

Jiyeon.


Perempuan cantik bernama Jiyeon itu adalah adik kandung Jimin, kedua orang yang memiliki sifat sangat amat berbeda.

Jiyeon lebih dewasa dan terkadang tanpa takut menggunakan mulut tajamnya untuk mengkritik perbuatan sang kakak.

Sementara Jimin, dia memiliki sifat yang lebih lembut tapi terkadang angkuh dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Padahal setiap keputusan yang ia ambil selalu membuatnya berada di dalam situasi tidak menyenangkan.

“Kangen banget…” Bisiknya saat pelukan hangat itu akhirnya terbalaskan secara langsung.

“I miss you too.” Jawab Jiyeon

“Lo diet kak?.”

“Enggak, aku stress dua bulan ini and i lost my weight haha.” Ia terkekeh.

Jiyeon tau, orang macam apa yang membuat kakaknya menjadi seperti ini.

Bayangkan, rela melarikan diri dari orang-orang yang sangat menyayanginya hanya karena satu lelaki sialan bermulut manis itu.


“How was your sleep?” Tanya Jimin pada adiknya yang kini tengah duduk di meja makan.

“Gue capek banget, gak nyadar langsung tepar.” Jawabnya

“Mau jalan hari ini? tapi kayaknya kita gabisa lama di paris. Kebetulan gue ada kerjaan di seoul.” Ucap Jimin sambil menuangkan satu gelas susu untuk dirinya.

Jiyeon meliriknya malas dengan satu gigitan roti panggang di mulutnya.

“Baru juga mau liburan.” Gumamnya

“Ya maaf…” Suaranya kecil dengan sedikit merasa bersalah

“Gausah minta maaf, i hope Seoul can heal your soul.” Ucapnya

“Seoul can heal your soul.” Kalimat itu membuat Jimin berkaca-kaca.

Dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih fokus pada apapun yang ia kerjakan nantinya disana.

Ia akan menuruti apapun perintah atau permintaan dari orang tuanya sebagai penebus dari rasa bersalahnya.

“Kak…”

“Kak! Omellete lo gosong.” Teriak Jiyeon.

Lamunan Jimin terpecah mendapati bau gosong menyeruak pada indra penciumannya.

“Shit…” Gumamnya

Jiyeon meliriknya lagi kemudian membawa satu piring kotor kedalam wastafel.

“Sampe seoul kalo mami mau jodohin lo gimana kak?”

Jimin kembali terdiam dan mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut sang adik, dia bahkan baru saja berjanji untuk menuruti semua apapun yang di minta kedua orang tuannya nanti.

“Mami gaakan jodohin aku, yang ada tuh kamu yang di jodohin.” Jimin menekan satu jarinya pada dahi sang adik kemudian pergi begitu saja.

Your fav foods.


“Yoongi…” Suara lembut terdengar samar-samar di telinganya.

“Bangun, mama udah selesai masak buat kamu.” Wanita itu menarik selimut yang menggulung tubuh Yoongi.

“Iya.” Jawabnya dengan suara seraknya.

“Cepet ya mama tunggu di bawah.”

Sebagai anak satu-satunya Yoongi memang sangat dimanja oleh orang tuanya, maka dari itu dia memilih untuk tinggal di hotel untuk sekarang ini.

Ada empat jenis hidangan yang telah di siapkan oleh sang ibu, walaupun ia sudah menggeluti dunia per-culinary hampir selama delapan tahun tapi masakan sang ibu tetap jadi rasa terbaik untuknya.


“Jadi gimana, mau gak?” Gumam sang ibu sambil menambahkan beberapa makanan ke piring Yoongi.

Sementara yang diajak berbicara hanya melirik malas pada sang ibu.

“Kalo diem berarti mau ya.”

“Biar mama cari kandidatnya buat kamu, lihat daftar riwayat dan latar belakang hidupnya.” Gumam wanita itu antusias.

“Udah kaya mau cari karyawan aja pake seleksi riwayat hidup.” Sambung lelaki berumur yang tengah sibuk menyantap makanannya.

Ayah dari Yoongi hanya tertawa melihat tingkah sang istri yang selalu mengganggu si anak kesayangannya itu.

“Iya lah pa, mama gamau ya udah dapet yang cocok terus malah kejadian dua tahun lalu.” Jawab sang ibu.

Seketika nafsu makannya benar-benar hilang saat itu juga, kenangan yang seharusnya ia lupakan kembali berputar di dalam pikirannya.

“Oh cmon, can mom stop talking about that i’m so sick.” Sela Yoongi dan segera beranjak pergi dari meja makan tersebut.

Seoul, and Paris.


Seoul malam ini tidak lain dari hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang, entah kemana tujuan para pengendara itu memenuhi laju lalu lintas jantung kota.

Tampaknya semua makanan sudah siap untuk di hidangkan pada sang tamu.

Mulai dari makanan pembuka hingga makanan penutup, dan beberapa jenis minuman yang akan di pilih oleh sang tamu nanti.

Pintu lift terbuka, ellie dengan terampilnya menjelaskan setiap detail dari hotel ini dan senyum di wajahnya tidak pernah nampak palsu, ia selalu terlihat tulus pada semua tamu.

“Chef Min!” Serunya, saat Yoongi berdiri di sisi meja restoran tersebut.

Pemandangan yang mengarah pusat kota dari jendela kaca besar di hotel ini pada lantai enam belas terlihat begitu cantik.

Alana, Demian, dan Orang tuanya nampak sangat menyukai gaya pada restoran ini.


Yoongi tengah berdiri memperhatikan keempat orang itu menikmati makanannya, mengamati dari ekspresi itu sepertinya mereka tidak ada masalah dengan menu dan rasanya.

Ada Ellie yang juga menatap gugup karena ia sudah beberapa kali menerima penolakan oleh Alana.

Hingga hidangan terakhir ada cheese cake dan eclair yang di plating dengan sebegitu cantiknya dan membuat siapapun tidak tega untuk memakannya.

Netranya melebar kala suapan pertama berhasil masuk, Alana menyukainya.

“Oh the best cheese cake i’ve ever eaten!” Ucap perempuan itu dengan antusias.

Yoongi dan Ellie bernafas lega karena keluarga itu menyukai menu yang ia berikan tanpa ada complain sedikit pun.

“Chef Min, thank you for the best food tonight. Saya setuju menu ini untuk di acara pernikahan nanti.” Ucap Demian kemudian menjbat tangan Yoongi.

“Glad to know, if you like it Mr Demian.” Jawab Yoongi.

“Terima kasih sudah mempercayakan JW Marriott hotel untuk acara sakral kalian berdua, kami pastikan untuk memberikan pelayanan terbaik.” Kalimat terakhir yang Chef itu ucapkan sebelum sang tamu berpamitan.

Setelah mengantarkan tamu sampai di depan lift Ellie segera kembali ke resto untuk menikmati makan malamnya, di temani Yoongi, dan Jungkook. Lalu berbincang tentang persiapan event yang akan datang.

“Thank you chef Min, your food always make us happy!” Gumam Ellie.


“Designer Park, udah lama tinggal di paris?” Tanya Hoseok

“Aku tinggal di paris udah empat tahun, tapi empat bulan lalu sempet pulang ke Seoul hehe.” Jawabnya.

Jimin memotong french toastnya menjadi ukuran satu kali gigitan.

“Oh, kapan-kapan kalo pulang ke Seoul jangan lupa mampir ke tempat saya.”

“Pasti, aku juga mau liat baju-baju cantik yang udah di buat sama kamu.”

Mereka berdua menikmati kopi sore dengan suasana indah kota paris hari ini, mengobrol ringan membuatnya lupa waktu bahwa dua jam sudah berlalu.

“Yes, you have to come to my place, anyway saya harus pamit belum packing karena besok harus flight pagi.” Ucap Hoseok

“Oh okay designer Jung, safe flight and thank you for the little convo today.” Jimin berdiri kemudian menjabat tangan Hoseok.

Ia pun memutuskan untuk kembali ke apartmentnya, berjalan-jalan sebentar saat langit sudah mulai gelap.

Tiba-tiba kepalanya di penuhi dengan pikiran beracunnya, pikiran dengan penuh pertanyaan.

Apakah dirinya masih begitu kurang dari kata sempurna sampai ia di tinggalkan sendiri setelah mengorbankan apa yang ia punya.

Hidup memang terkadang sebercanda itu.

— us, and the plot twist.


Karena tidak ingin merepotkan Yoongi ia memilih pulang menggunakan taxi, dan ya dia belum ingin menunjukan Yoongi di hadapan teman-temannya karena ada suatu alasan.

Karena ini terbilang sudah hampir pukul tujuh malam Jimin berinisiatif membeli makan malam untuknya dan Yoongi nanti, dalam perjalanan pulang ia berhenti di suatu tempat makan.

Sementara Taehyung dan Jungkook dalam perjalanan pulang juga, tapi mereka ingin mampir ke suatu tempat lebih dulu.

Mobilnya sudah terparkir di basement sebuah bangunan yang terbilang cukup elit ini, apartment minimalis nan cantik ya sangat cocok untuk pasangan yang baru saja akan memulai hidup baru.

Netranya mengerling saat mobil berhenti dan terheran, bahwa ini pertama kalinya Taehyung mengajak Jungkook ketempat seperti ini.

“Lo mau ngapain ngajak gue kesini?” Tanya Jungkook pandangannya mengitari basement itu.

Taehyung melepaskan seatbeltnya dan mengajak Jungkook untuk keluar dari mobil.

“Yuk ikut.” Ucapnya kemudian menarik lengan lelaki itu.


Restoran tempat Jimin membeli makanan jaraknya tidak terlalu jauh dari apartment Yoongi dan ia sedang dalam perjalanan kembali saat ini.

Taehyung memasukan passcode dan pintu itu rerbuka secara otomatis.

Tempat yang satu tahun lalu terakhir ia kunjungi karena sang pemilik unit harus pergi karena pekerjaanya.

“Kok pulang sendiri, kan aku ma—” Gumam Yoongi berjalan menuju pintu depan.

Betapa terkejutnya saat wajah Taehyung dan Jungkook yang berada di depannya sekarang.

“Lo lagi nunggu siapa Min Yoongi? terus mau apa.” Goda Taehyung

“Kak Yoongi?” Ucap Jungkook saat netranya terus menatap lelaki yang tengah membeku di hadapannya.

“Gue kira lo gajadi kesini ya tai, astaga Jungkook haha makin lucu aja lo.” Ucap Yoongi kemudian meletakan cangkirnya diatas meja.

“Gue nunggu Jungkook nih dia baru selesai nonton, tadinya gue mau ajak Jimin tapi dia balik duluan.”

Mereka kini tengah duduk di ruang tengah apartment Yoongi yang kini mulai terisi oleh beberapa barang-barang baru yang terakhir Taehyung lihat hanya ada sebuah televisi mengisi tempat itu.

“Gue pesenin makan dulu ya, pasti lo berdua belum makan.”

Yoongi pergi ke sisi dapur untuk menghubungi Jimin lebih dulu bahwa ada Taehyung dan Jungkook di tempatnya, tapi tidak ada hasil ponsel kekasihnya itu tidak aktif.


Lima belas menit berlalu makanan sudah di pesan, ketiga lelaki itu tengah bermain game dan menikmati cemilan di temani dengan obrolan-obrolan ringan.

Tiba-tiba suara pintu terbuka membuat ketiganya menoleh secara bersamaan.

Itu Jimin dan semua tatapan tertuju padanya, tubuhnya reflek berputar kembali keluar dan menutup pintu.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, memproses apa yang baru saja ia lihat apakah itu benar-benar kedua sahabatnya atau dia hanya berhalusinasi?

Yoongi membuka kembali pintu itu dan menarik pergelangan tangannya.

“Mi.” Ucapnya

“Kak, itu beneran Taehyung sama Jungkook disini?” Tanyanya pelan.

“Iya, gapapa ya sayang? tadi aku udah telpon kamu tapi gak aktif.”

Jimin ingat ponselnya kehabisan daya, jadi ya ia pikir tidak akan ada sesuatu mengejutkan seperti ini.

“Mau masuk, atau mau aku suruh mereka pulang?” Tanya Yoongi berhati-hati

“Masuk aja, gapapa kan ya kak?”

“Gapapa sayang, ada aku tenang aja ya.”

Ketika mereka membuka pintu tetapi Taehyung dan Jungkook sudah ada di balik pintu itu dengan ekspresi mengintimidasi seakan miminta penjelasan atas semua ini.

“Hehe hai.” Sapa Jimin pelan ia bersembunyi di belakang punggung Yoongi.

“Mi, orang gila.” Ucap Jungkook

Cengkraman tangannya mengerat disekitar baju Yoongi.

Kembali ke ruang tengah untuk berbicara dan menjelaskan apa yang terjadi kali ini, tubuh kecil Jimin terus menempel pada Yongi.

“Yaudah iya ini lo minta kenalin ke pacar gue kan kemarin?”

“Nih pacar gue, kak Yoongi sepupu Taehyung sekaligus crush lo Jungkook.” Ucap Jimin.

Yoongi dan Jungkook hampir tersedak mendengar kalimat terakhir yang Jimin ucapkan.

“Mi.” Taehyung menatapnya

“Min Yoongi, lo bener-bener ya.”

Yoongi tau ini pasti akan mengejutkan sepupunya itu, bagaimana tidak mereka sudah memiliki hubungan selama satu tahun ini.

“Haha sumpah, gue gak macem-macemin Jimin apalagi sampe porotin dia.”

Ya dari semua hal yang mengejutkannya ini setidaknya ia bisa bernafas lega bahwa Jimin memiliki orang yang tepat, Yoongi tidak akan brengsek padanya.

“Happy for you both.” Ucap Taehyung.

Kini giliran Jungkook menatap tajam pada Jimin.

“Terus alesan lo apa ya Jimin sembunyiin ini setahun dari kita?” Ucapnya.

“Hehe gaenak sama Taehyung, sama lo juga.”

“What do you mean bitch.” Marah Jungkook.

“Gue gaenak, setahun lalu lo bilang naksir kak Yoongi dan itu baru banget gue jadian sama dia.” Ucapnya malu-malu.

“Terus lo percaya kalo gue suka sama kak Yoongi padahal gue pacaran sama Taehyung?”

“Iya.”

“Ya Tuhan Mi, gimana gak di begoin orang terus kalo gitu.” Sambung Taehyung

“Haha yaudah-yaudah, daripada ribut mending kita makan dulu ya tuh makanannya juga udah dateng biar gue ambil dulu.”

Yoongi berdiri dan Jimin perlahan melepaskan pegangannya, lelaki itu menangkup wajah kecil Jimin dengan kedua tangannya lalu mengecup bibirnya.

Ketiga orang itu berteriak bahwa apa yang baru saja Yoongi lakukan itu benar-benar mengejutkan, satu lemparan bantal sofa melayang dan mengenai tepat pada punggung Yoongi.

Iya itu Taehyung yang melemparkan bantal dan berteriak.

“Min Yoongi brengsek, temen gue lo cium-cium.”

“Jimin pacar gue kalo lo lupa.” Jawabnya dengan tawa menyebalkan.

Oke, hubungannya memang tidak di sembunyikan lagi. Sungguh satu tahun menyebalkan telah berlalu sekarang ia bisa memamerkan kepada dunia betapa cantik dan lucu kekasihnya itu.