ymkissed

525. Kaizen & Kiddo.


Tersenyum pada layar ponselnya ia hafal betul bagaimana cara menggoda Omeganya.

Satu botol whiskey itu ia beli saat dua bulan lalu pergi ke Las Vegas, mendatangi sebuah toko alkohol tempat biasa ia membeli banyak persediaan untuk di bar.

Membuka pintu mobilnya dan kemudian memasuki sebuah gudang besar sekarang dengan bangunan super kokoh yang telah di bangun kembali.

Rencana Yoongi untuk memindahkan beberapa senjata milik kakeknya kedalam gudang itu.

Stok cocaine nya sudah mulai menipis setelah hampir tiga bulan berlalu. Kim Taehyung yang ia percaya untuk mengambil alih semua transaksi cocaine di Seoul.

Senjata-senjata dimana sang kakek dapatkan dari hasil pelelangan, begitu pula senjata yang sudah menghabiskan begitu banyak korban.


“Yoongi!” Panggilnya

Langkah kaki yang begitu terburu-buru menghampiri lelaki itu.

“Kiddo, sepertinya sehari tidak melihat saya kamu tidak bisa bernafas.” Ucap Yoongi.

Jungkook menghela nafasnya, satu gelas ice americano ia berikan pada Yoongi.

“Kayaknya aku sama Hoseok harus balik ke vegas beberapa hari lagi.” Jungkook bergumam mengelingi ruangan itu.

“Iya, kalian tidak bisa meninggalkan Las Vegas terlalu lama.”

Jungkook menatap satu senapan besar yang biasa kakek Min gunakan untuk menembak seekor burung di tengah hutan dengannya.

“Fuck, i miss grandfather.” Ucap Jungkook

“You hate him.”

Yoongi mengambil satu batang rokoknya, oh sudah lama ia tidak merokok karena beberapa minggu kebelakang membuatnya berhasil melupakan nikotin sialan itu.

“Kinda.” Ucap Jungkook kemudian duduk bersebrangan dengan Yoongi.

“Tapi, kalo gaada kakek tua bangka itu aku gaakan ketemu kamu Yoongi.” Ucapnya

Yoongi ingat betul bagaimana anak kecil itu ketakuan saat sang kakek menaruh satu buah apel di atas kepalanya, kemudian melepaskan satu tembakannya.

“TUAN MIN!” Teriak Yoongi

Tubuh Jungkook gemetar, dia hampir mati di tangan orang gila itu.

Orang tuanya menyerahkan Jungkook karena tidak bisa membayar hutangnya di kala sebuah perusahaan besar milik keluarganya bangkrut.

Yoongi menarik tangan anak kecil itu dan membawanya pergi, menatap tajam kearah sang kakek.

Karena Yoongi adalah cucu tunggal dari keluarga Min, dia seorang lelaki dan juga Alpha.

Menjadi seorang yang paling disayangi dan di cintai oleh keluarga Min, membuat semua orang akan mengiyakan semua permintaanya.

Ia hanya ingin menjadikan Jungkook sebagai adiknya. Dengan syarat Jungkook tidak boleh nakal dan harus menurut dengannya.

Begitu pula Jungkook yang merasa dirinya hanya di peralat oleh orang tuanya, ia memutuskan untuk selalu menjaga kepercayaan Yoongi.

Jika bukan karena Yoongi menarik dan memarahi kakeknya hari itu, mungkin ia sudah mati.

Dan ya lama-kelamaan keluarga Min mulai menyayanginya seperti mereka menyayangi Yoongi.

Dan ya lima tahun lalu, Yoongi membawanya kabur ke Las Vegas karena hampir gila mengalami kehilangan kedua orang tuanya.

Membangun sebuah bar dan apa yang ia punya sekarang itu tidak mudah.

Selama lima tahun, semuanya tidak selali berjalan mulus tanpa bantuan tangan dari sang keluarga.


“Tapi kalo aku pulang, kapan bisa liat adek bayi lagi udah pasti kan bakalan sibuk banget di Vegas.” Gumamnya.

“You love him so much kiddo?” Tanya Yoongi.

“I love him so much, aku sayang Kaizen kaya kamu sayang sama aku Yoongi.” Jawabnya.

Adik kecilnya, orang satu-satunya yang bisa ia percaya. Begitu mencintai putranya

“Haha saya akan membawa Kaizen ke Las Vegas, jika usianya sudah beberapa bulan.” Yoongi berdiri dan mengacak-acak rambut Jungkook dengan sayang.

Begitu sampai di mansion lelaki itu segera membersihkan dirinya dan berganti baju.

Tidak sabar untuk menghampiri dua kesayangannya untuk menjatuhkan begitu banyak ciuman.

Saat membuka pintu kamarnya, dan mendekat kearah tempat tidur ia melihat sang Omega tertidur pulas menghadap sang bayi.

Dengan beberapa kancing piyama yang terbuka, hembusan nafas teratur dan Alpha itu meninggalkan satu kecupan di dahinya.

Ia tertawa saat melihat sang bayi tidak tertidur dan sibuk mengepalkan kedua tinjunya.

“Hello Kaizen, kenapa tidak tidur juga? Look at your papa he’s so sleepy.” Ucapnya pelan.

Kaki kecilnya terus menendang-nendang udara.

Fitur kecilnya benar-benar seperti salinan dari sang Alpha.

Bayi itu hanya memiliki hidung Omeganya yang kecil.

Melihat satu botol susu yang sudah habis, oh bayi itu sudah kenyang rupanya mungkin ia akan tertidur sebentar lagi.

Yoongi berinisiatif untuk menggendong bayinya, membiarkan feromon milikya memenuhi seluruh kamar.

Dalam gendongannya yang hangat dan feromon menenangkan membuat bayi itu perlahan memejamkan matanya.

“Yoongi.” Panggil Jimin

Omega itu terbangun, dan merapihkan kancing bajunya yang terbuka berantakan.

“Shhh Kaizen tidur.” Bisiknya

Yoongi meletakan bayi itu di tempat tidur kecilnya dengan begitu hati-hati.

Lalu menghampiri sang Omega kemudian memeluknya erat di bawah selimut tebal yang beraroma keduanya.

Berpelukan dengan begitu dekat, sekarang sudah tidak ada lagi bump sebesar balon yang menghalangi keduanya.

“Kemarin Kaizen masih disini, masih suka nendang-nendang kalo kamu ajak ngobrol haha.” Ucap Omega itu kemudian mengelus perutnya.

Alphanya menarik Omega itu dalam pelukan erat.

“Sekarang kita sudah bisa berpelukan tanpa penghalang, bisa melakukan seks di mobil tanpa takut perutmu terbentur.” Ucap Yoongi kemudian tertawa.

“What the fuck Min Yoongi.” Dengus omega itu.

Yoongi hanya tertawa puas meledeknya.

“Hm car sex sounds good.” Gumam Jimin pelan.

“So, you wanna try?” Godanya

Pelukan hangat itu di dinginnya cuaca pengujung tahun, dengan kalimat-kalimat melantur yang mereka ucapkan sebelum tertidur pulas.

520. 改善 민 ; Kaizen Min.


Dua buah sandwich dan ice coffee menu untuk makan siang hari ini.

Roda mobil itu berhenti tepat di sebelah mobil Jimin yang terparkir menghadap flat lamanya yang sudah sekitar sepuluh bulan ia tinggalkan.

Sial, begitu menyedihkan menangisi diri sendiri seperti ini.

“Je.” Ketukan dari kaca mobilnya mengalihkan lamunan Omega itu.

Jimin membuka kunci pintu mobilnya dan membiarkan lelaki itu masuk.

Mereka terdiam beberapa detik, menarik nafas dalam dan mengeluarkannya. Helaan nafas putus asa terdengar begitu menyedihkan.

“Nih makan dulu, baru boleh nangis lagi.” Taehyung menyerahkan roti itu yang masih terbungkus kertas kemasan.

Mereka berdua sibuk memakan sandwich itu dengan hening, sampai Jimin tiba-tiba kembali menangis.

“Taehyung…”

Taehyung terus mengelus-elus kepala Jimin dengan pelan.

“Gue jahat banget, kenapa gue mau coba gugurin bayi waktu itu dan sekarang gue bahkan takut banget setiap dia nangis.” Gumamnya.

“Gue jahat sama Yoongi.”

“Taehyung gue mau gendong peanut.”

“But i think he is hates me so much, he always cry when i try to hold him.”

“What should i do? gue takut.”

Ia hanya membiarkan Jimin mengeluarkan semua seluruh perasaannya sekarang, lalu kemudian memeluknya.

“Lo cuma takut nyakitin dia kan, bukan karena lo benci Je?” Tanya Taehyung pelan.

“Gila kali lo gue benci anak sendiri, peanut is so fucking cute mana mungkin gue bisa benci.” Jimin mendorong tubuh Taehyung yang memeluknya.

Hening lagi, membiarkan Omega itu merasa sedikit lebih tenang.

“Pulang ya Je, try again to hold your baby.”

“Kalo dia nangis, peluk tempelin ke dada lo oke? Bayi nangis itu biasa bukan berarti lo jahat.”

“Lo tetep orang tuanya, lo harus lawan ketakutan yang lo buat sendiri. Karena kalo bukan lo siapa lagi yang mau lawan?”

Benar, semua perkataan Taehyung itu benar jika bukan dirinya sendiri siapa lagi? bakan jika dia terus menerus membiarkan rasa takutnya menguasai bukan hanya dirinya yang menderita. Tapi Yoongi dan bayinya juga.


Memutuskan untuk pulang dan berbicara dengan Yoongi dan mencoba untuk menggendong bayinya setelah pulang.

Saat Omega itu sampai ke mansion ia memutuskan untuk membersihkan dirinya dan mencari Yoongi.

Ternyata lelaki itu tengah sibuk di ruang kerjanya, sementara sang nenek sedang memandikan bayinya.

“Gue harus bisa, gue harus bisa lawan diri sendiri.” Gumamnya di sela-sela air membasahi tubuhnya.

Menghabiskan waktu dua puluh menit untuk mandi dan berganti pakaian, saat ia kembali ternyata Yoongi sedang menatap bayi mereka di tempat kecilnya.

“Yoongi…” Panggil omega itu kemudian mendekat.

Ia menghampiri tempat tidur sang bayi lalu ikut menatapnya, Alpha itu memeluk tubuh omeganya dari belakang menghirup feromon milik Jimin dengan dalam.

Memutar tubuh kecil Omeganya merubah posisi menjadi berhadapan.

Netranya bertemu, tatapan yang begitu dalam tanpa kata hingga bibir keduanya bertemu.

Berciuman dengan begitu pelan dan mengikuti nalurinya, insting omega dalam dirinya benar-benar berteriak bahagia karena merindukan sang Alpha belakangan ini.

Ciuman berubah menjadi lumatan, dan hisapan pelan. Kedua lengan Omega itu mengalung sempurna di leher sang Alpha.

“I love you.” Bisik Yoongi kini ia memeluk tubuh Omeganya dengan sangat erat. “I’m so proud of you.”

Kata-kata itu membuat Jimin hampir menangis.

“Saya tinggal mandi sebentar ya? sepertinya dia tidak akan bangun atau jika menangis panggil saya saja.” Satu kecupan terakhir di bibir sang Omega sebelum Alpha itu pergi menuju kamar mandi.


Omega itu menatap lekat wajah sang bayi.

Bayi yang sembilan bulan lalu berada di kandungannya, bahkan minggu lalu masih aktif menendang di dalam perutnya.

Bayi itu tertidur dengan sangat damai, fitur mungilnya membuat siapapun ingin menjatuhkan banyak ciuman di wajah itu.

Jari-jari kecil bergerak, kelopaknya matanya perlahan terbuka.

Mulut kecilnya terbuka seperti mencari sesuatu, dan tidak lama bayi itu menangis.

Jimin bingung harus apa, tidak mungkin memanggil Yoongi yang bahkan belum sepuluh menit memasuki kamar mandi.

“Je, you can do it! hold and hug him.” Gumamnya.

Perlahan Omega itu mengulurkan tangannya, dengan penuh hati-hati mengangkat tubuh sang bayi.

“Jangan nangis, jangan nangis ya papa is sorry.” Suaranya gemetar hampir menangis.

Tanpa sadar feromonnya menguar begitu kuat, dan ternyata bayi itu perlahan berhenti menangis.

Ia menarik nafasnya lega, jari-jari kecil itu mengepalkan tinju. Mulutnya terus terbuka mencari sesuatu.

Netranya memindai setiap sisi dimana dot atau botol susunya di letakan, tapi tidak ada.

Rintihan kecil sang bayi kembali terdengar, ia ingat hari pertama peanut lahir bayi itu menyusu padanya.

Ia tahu ini gila, bahkan ia tidak memiliki susu. Tapi apa salahnya jika itu bisa membuat bayinya berhenti menangis.

Jimin membuka seluruh kancing piyamanya, menempelkan sang bayi pada dadanya.

Dan membiarkan bayi itu menyusu padanya.

“No… you’re suckling.” Ia benar-benar tidak bisa menahan air matanya.

Bayi itu berhenti menangis, saat bibir kecilnya sibuk menghisap puting sang Omega. Jari kecilnya ia letakan tepat di dada Jimin.


Alpha itu kembali dengan piayama dan rambutnya yang masih sedikit basah, terkejut melihat sang Omega menggendong dan menyusui bayi mereka.

“Oh Omega Park…” Langkah kaki itu mendekat kemudian berlutut di hadapan sang Omega.

“Alpha, he’s suckling.” Ucap Omega itu air matanya masih terus terjatuh.

Alpha itu berdiri dan mencium pucuk kepala Omeganya dengan sayang, ini seperti mimpi Jiminnya berani menggendong bayi mereka.

“Maafin aku.”

“Tidak apa-apa, semuanya sudah baik-baik saja.”

“Tapi aku gak seharusnya kaya gitu.”

“Itu bukan kemauan kamu, Jimin.”

Omega itu terdiam, Yoongi benar-benar baik dengannya.

“Berhenti menangis okay.” Yoongi menyeka air mata itu dengan jarinya.

“Sebentar.” Ucapnya lalu mengambil sesuatu di ruang di dekat tempat tidur sang bayi.

Tangannya perlahan mengelus lembut kepala sang bayi, sampai Yoongi kembali memberikannya sebuah dot untuk menggantikan bayi itu menyusu.

“Ganti dengan ini, pasti sakit jika dia terus-terusan seperti itu.”

“Gapapa, he can suckling with me. Ini gak sakit beda sama kamu.” Jimin menggelengkan kepalanya, ia tetap ingin membiarkan bayi itu menyusu padanya.

“HAHAH SHIT.” Gumam Alpha itu dan tertawa.

Mereka kini tengah berbaring diatas kasur dengan posisi sang bayi berada di tengah, dua pelukan hangat membuat bayi itu tertidur pulas.

Hembusan nafasnya begitu tenang, Jimin sudah berkali-kali menciumi bayi itu.

“Yoongi.” Panggilnya.

“Yes babe?”

“Siapa namanya? gak mungkin dia kita panggil peanut terus.” Guman Omega itu.

Yoongi menumpu kepalanya dengan satu lengan lalu menatap Jimin dengan lekat.

“Kaizen.” Ucapnya.

“Kaizen…”

“Kaizen Min.” Ulang Jimin

Yoongi tersenyum, bahwa Omega itu menambahkan nama depan keluarganya untuk sang bayi.

“Kaizen Min, because he’ll be the next Min’s.” Ucap Omega itu.

Tertidur dengan rasa tenang malam ini dengan pelukan hangat dari sang Alpha dan bayinya.

Omega itu sudag tidak merasa beralah dan takut lagi sekarang.

In japanese the meaning of Kaizen is ; Becoming one percent better everyday.

Kaizen Min will be a better version of Alpha Min & Omega Park.

513. yoongi <3


Ruangan dengan tipe suite ini benar-benar luas, bahkan menyediakan satu tempat tidur berukuran besar untuk penunggu pasien juga bisa beristirahat.

Setelah Jimin di pindahkan ke ruang rawat, Yoongi menyuruh semua orang untuk kembali ke mansion termasuk neneknya.

Lebih baik mereka malam ini beristirahat dan datang kembali besok pagi.

Pukul empat pagi Jimin terbangun di saat semua orang tertidur.

Yoongi-nya tertidur dengan posisi duduk genggaman tangannya tidak terlepas pada Jimin, diantara box bayi yang terlihat begitu hangat.

Bayi itu tertidur, terbalut rapih dengan selimut dan topi.

Pandangannya masih kabur, efek obat bius itu benar-benar membuatnya tidak sadarkan diri selama itu.

Tapi satu yang langsung ia sadari adalah feromon milik Yoongi yang langsung menyapa paru-parunya.

“Yoongi…” Panggilnya dengan suara pelan dan sedikit serak, matanya pandangannya sungguh silau karena cahaya lampu tepat diatas kepalanya.

“Yoongi bangun.”

Alpha itu terbangun kala dang Omega menyentuh tangannya.

“Hei.” Kesadarannya langsung terkumpul begitu saja melihat omeganya tersadar.

“Haus.” Ucapnya

Yoongi mengambilkan satu gelas air, menaikan sandaran tempat tidur agar Jimin bisa minum lebih mudah.

Omega itu menangis secara tiba-tiba dan membuat Yoongi kebingungan.

“Kenapa menangis? Omega Park hei?” Tanya sang Alpha.

“Kaki aku, kaki aku beneran di potong? kok gaada rasanya.” Rengek omega itu.

“Look at this, they’re still here.” Ucap Yoongi ia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Jimin.

“Oh iya ada, hehe.”


Ia melihat bayinya yang sedang tertidur begitu tenang, bayi itu sangat kecil.

Terakhir yang Omega itu ingat sang bayi menyusu kepadanya saat di ruang operasi, jari-jarinya yang begitu kecil dan merah sangat menggemaskan.

Yoongi menarik tempat tidur bayi itu mendekat kearah Jimin, menampilkan pipi dan bibir yang kemerahan membuat semua orang tidak akan tahan untuk tidak menciuminya.

“Bayi…” Gumam omega itu dengan tatapan berbinar.

“Ingin menggendongnya?” Tanya Yoongi

Tatapan kedua orang ini benar-benar seakan ia ingin menangis saat itu juga.

“Gausah, biarin dia bobo dulu aja jangan di ganggu.” Jawab Jimin

Tatapan penuh kasih sayang pada bayi kecil itu tidak pernah lepas, ia tidak menyangka sembilan bulan penuh drama, penuh kejutan, penuh tantangan bayi itu tetap lahir dengan sempurna.

“Babe?” Panggil Yoongi

“Alpha Min, did i do my best?” Tanya Jimin

“Yes.” Jawab Alpha itu kemudian mengecup kening Omeganya beberapa detik.

“You did it, kamu hebat.”

“Kamu selamat, kamu bisa bertahan. Kita bisa urus peanut sampai dia jadi Min’s selanjutnya and you’re still here with me Jimin.”

Pelukan hangat, Jimin terus menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Yoongi.

Menghirup sebanyak-banyaknya feromon sang Alpha.

“You’ll be the best father Alpha Min.” Omega itu tersenyum

Hari ini sudah di lewati dengan menangis, tertawa, menangis, tertawa dan menagis karena bahagia.

Berpelukan di dalam satu ranjang kecil, dengan bayi kecil di sampingnya membuat kedua orang itu benar-benar bahwa rasa bahagia yang mereka dapatkan itu memang sepadan dengan hal-hal menyakitkan yang di lalui sebelumnya.

“Yoongi?”

“Hm.” Alpha itu masih sibuk mengusal pada leher Omeganya.

“Kita kasih nama siapa ya bayi kacang kamu?” Ucap Jimin.

“Bayi kacang…” Yoongi tertawa.

Pet name itu bukan hanya sekedar panggilan untuk Yoongi.

“Peanut butter.”

The sweetest pet name, Yoongi ingat bagaimana bayinya pertama kalo ia mengetahui kehadirannya.

Bagaimana upaya nya menghentikan Jimin untuk mempertahankan sang bayi.

Bagaimana ia melihat hasil USG sang bayi yang hanya seperti titik kecil seukuran kacang.

Bagaimana detak jantung bayi itu bergumuruh.

“Saya sudah siapkan nama jika kamu tidak keberatan.” Ucap Yoongi melirik Omeganya

Jimin menarik nafasnya panjang dan tersenyum.

“Go on, you can named him Alpha Min.” Jawab Omega itu.

“Apa namanya?”

“Rahasia.” Jawab sang Alpha menggoda Omeganya.

“Fuck, you’re so annoying Min Yoongi.” Marah Omega itu lalu ia mencubit lengan Alphanya hingga membuat Yoongi meringis kesakitan.

“Haha i love you Omega Park.”

Dan keduanya pun kembali beristirhat dalam pelukan hangat diantara bahagianya menyambut kedatangan penghuni baru dalam hidup mereka.

510. Hello, peanut first breath


“Exhale, inhale Jimin fuck why are you always laughing at me.” Teriak Jungkook.

Jimin hanya tertawa dan mengatur nafasnya dengan tenang.

“Lo takut ya?” Tanya Omega itu

Jika saja ia bukan Omega Yoongi sudah pasti ia tinggalkan sekarang.

“Lo masih nanya, Jimin?” Kesal Jungkook.

Dua orang ini ternyata akan lebih banyak bertobat jika di tinggalkan berdua.

“Aw— shit” Umpat Jimin saat ingin berdiri dari sofa.

“Tuh lo mau kemana si bisa diem gak, kalo kenapa-kenapa gue bisa mati di tangan Yoongi.”

“Jungkook, tolong ambilin baby bag di kamar bayi please biar Yoongi sampe kita bisa langsung kerumah sakit.”

Omega itu terus meringis kesakitan tapi ia tidak ingin terlalu menunjukannya, tidak ingin membuat lelaki itu lebih panik lagi.

Langkah dengan cepat menuruni anak tangga dengan dua tas di tangannya dan sebuah jacket siap untuk di pakaikan pada Jimin.

“Jimin sakit banget ya? gue taku shit ayo kerumah sakit sekarang aja sama gue jangan keras kepala.” Ucapnya panik.

Omega itu meliriknya tidak yakin jika mereka pergi akan kerumah sakit untuk melahirkan atau kerumah sakit karena kecelakaan.

“Enggak jungkook, tuh liat kaleng beer lo udah kosong.” Tunjuk Jimin

Belum sempat kembali berdebat dengan Jimin, Tapi Yoongi sudah tiba di mansionnya dengan wajah begitu khawatir.

“Sakit? dimana yang sakit beritahu saya.” Ucapnya lalu membantu Jimin menggunakan jacket kebesaran milik sang Alpha.

“Yoongi maaf ya bikin pan—” Ucap Omega itu

“Kenapa tidak memberitahu saya jika kamu kesakitan sedari tadi?” Yoongi tanpa sadar meninggikan suaranya pada Jimin.

“Asshole.” Umpat sang Omega

“No, no babe i’m sorry please i’m sorry.” Seketika ia merasa bersalah rasa panik yang mendominasi membuatnya hilang kendali.

Omega itu menepis tangan Alphanya bergerak menjauh, tapi perutnya terus merasa seperti berputar.

Kontraksi ini benar-benar teratur sekarang, mulai dari jeda waktu dan rasa sakitnya yang semakin menjadi memuatnya meringis kesakitan.

“Ayo kerumah sakit.” Ucap Yoongi segera menggendong tubuh Jimin dan diikuti oleh Hoseok dan Jungkook.

“Demi keselamatan semuanya, gue aja yang nyetir.” Hoseok berlari menghampiri pintu kemudi dan Jungkook membantu Yoongi untuk membukakan pintu penumpang.


“Yooongi sakit banget.” Omega itu meremas kuat lengan Alphanya.

“Sabar, sebentar lagi sampai okay?”

Yoongi terus menciumi kening Jimin berkali-kali, feromonnya begitu kuat agar sang Omega merasa lebih tenang.

Setelah dua puluh menit berkendara mereka sampai, Semua perawat dan tentu saja dokter kandungan Jimin sudah siap membantu mereka.

Yoongi meminta Hoseok untuk menghubungi rumah sakit keluarga Min saat mereka sedang di jalan tadi, dan ya semua yang bekerja dirumah sakit malam ini sudah siap siaga untuk membantu Jimin.

Jimin di berikan obat pereda nyeri sebelum operasi di mulai, dokter memberi jeda selama empat puluh lima menit untuk bersiap.

Jimin sudah berganti dengan pakaian operasi begitu pula dengan Yoongi, karena ia ingin menemani Omeganya dalam persalinan.

Tautan jari-jari itu menyalurkan rasa sayangnya satu sama lain.

“Gapapa ya, aku pasti bisa Yoongi.” Ucap Omega itu agar Alphanya merasa lebih tenang dari panik yang terus memenuhi kepalanya.

“Babe i trust you, Omega Jimin my pretty Omega. You can do it.” Satu kecupan di berikan pada kening sang Omega.

Menyisakan waktu sepuluh menit, Yoongi gunakan untuk mengajak bayinya berbicara terakhir kali pada dalam kandungan sebelum bayi itu lahir.

“My baby, my peanut butter, i give you a sweet pet name. Peanut it’s mean a very small and cute.” Alpha itu menarik nafasnya hampir menangis.

“Kerjasama sama papa, please don’t hurt him. He loves you so much.” Tidak kali ini Yoongi tidak bisa menahan tangisnya.

Tangisannya pecah begitu saja, sementara Omega itu sibuk dengan pikiran buruknya akankah ia selamat atau tidak nantinya.

Tapi jika hanya ada satu pilihan, ia rela menukar nyawanya agar bayi iyu bisa hidup.


Operasi berjalan begitu lambat, suara detak jantung yang terlalu tenang membuat Yoongi khawatir.

Ia tidak pernah berhenti menciumi kening Omeganya atau bahkan sesekali ia menggumamkan lelucon bodoh hanya untuk membuat Jimin tertawa.

Sementara Jungkook dan Hoseok menunggu dan sama gelisahnya dengan Yoongi.

Ia sudah mengabari nenek Yoongi dan wanita itu mengatakan akan segera tiba.

“Alpha.” Bisiknya.

“Yes, sweetheart.” Jawab sang Alpha

“Alpha Min, our baby hehe.” Omega itu bergumam air matanya terus menetes keluat tanpa sadar.

“Yaaa, he’ll be a good boy don’t worry.” Jawab Yoongi

“Kalo aku gabisa bareng kamu terus, janji ya sayangin bayi ini terus sampe dia jadi the next Min.” Gumamnya dengan tawa kecil.

Yoongi hanya mengiyakan ucapan-ucapan melantur Omeganya.

“Kita urus dia sampai jadi The Next Min’s okay.”

“Yoongi kaki aku kok kaya gaada ya?”

“Yoongi kaki aku di potong ya sama dokter?”

Tiba-tiba omega itu melantur dan membuat para dokter tertawa.

“Kan kamu di bius.” Ucap sang Alpha.

Larut dengan obrolan-obrolan tidak masuk akal itu.

Tiba-tiba suara tangisan bayi itu terdengar begitu kencang, Jimin yang hampir memejamkan matanya kembali tersadar saat mendengar suara sang bayi.

Mendengar bayinya menangis Alpha itu ikut menangis.

“Park Jimin you’re so precious, Omega Jimin you did well.”

“Omega Jimin i’m so proud of you.”

Pujian-pujian itu diucapkan oleh Yoongi, kedua tangan mungil Jimin menangkup wajah sang Alpha kemudian menyatukan bibir keduanya.

“Hello, daddy peanut.” Gumam Jimin

Sial, tidak ini mencoreng dirinya sebagai seorang mafia. Menangis haha?

Tentu saja ia akan menangis karena bayi itu.

“Mau gendong, mau liat peanut.” Rengek Jimin

Sang dokter segera meletakan bayi itu diatas dadanya yang polos tanpa baju, membiarkan bayi itu merasakan detak jantung sang Omega.

“He is so small.” Gumam Yoongi melihat jari-jari sang bayi yang terus mengepal.

Berwarna merah muda, begitu kecil dan rapuh.

Bayi itu terus mencari sesuatu sampai ia menemukan dimana letak puting milik Jimin dan kemudian menghisapnya.

“Oh no he’s suckling.” Gumam sang Omega

“Good boy.” Alpha itu memberanikan diri untuk menyentuh jari-jari sang bayi.

Bayi itu menggenggam ibu jari milik Yoongi.

Selang beberapa waktu jantung Jimin terus melemah.

Tiba-tiba perawat mengambil sang bayi dari dada Omeganya.

Membuat Alpha itu panik bukan main.

“Dok what, Jimin kenapa? ada apa?” Tanya Yoongi dengan begitu panik.

Perawat memasangkan oksigen pada Jimin yang tiba-tiba mengalami kehilangan kesadaran.

Tidak, Jiminnya tidak boleh kenapa-kenapa.

Jiminnya harus tetap bertahan, pikiran-pikiran buruk itu terus berputar di kepalanya.

“FUCK.” Umpatnya.

“Tuan Min it’s okay, Jimin hanya mengalami hilang kesadaran untuk sementara pasca melahirkan. Ini tidak akan apa-apa.” Ucap sang dokter.

“Jika terjadi sesuatu kalian semua akan saya pecat.” Ancam Yoongi.

Bayi itu menangis di pelukan sang perawat, dengan posesif Alpha itu mengambilnya.

Pelukan hangat dari dada, dan feromon menenangkan dari sang ayah. Membuat bayi itu berhenti menangis.

499. Peanut ; fake contraction


“You’re still thinking about Aleesa, Yoongi?” Ucap Omega itu dengan tatapan tajam.

“No babe, jangan dengerin Jungkook dia aneh. Untuk apa saya memikirkan orang yang bahkan sudah mati.” Jawab sang Alpha

Sementara Jungkook sibuk mencari film apa yang akan mereka tonton malam ini, dan Hoseok sudah membaringkan tubuhnya di lantai karena terlalu kenyang.

Jimin hanya makan sedikit malam ini dan ia lebih memilih memakan shine muscatnya di sofa.

Ini pertama kalinya mansion itu di penuhi canda tawa bahkan ledekan satu sama lain, membuat suasana begitu ramai.

Oh tentu saja dalam beberapa minggu lagi akan ada suara tangisan bayi yang menemani mereka disini.

Yoongi memasangkan selimut di kaki Jimin, selimut lembut yang tentu saja berbau mereka berdua.

Dua jam berlalu rasa mengantuk datang dan Omega itu memutuskan untuk naik ke lantai atas di temani dengan Yoongi.

“Saya naik ke atas, jika sudah selesai televisinya di matikan.” Ucap Yoongi

Dan di angguki oleh Jungkook.


Langkah kakinya terhenti ketika ia ingin menghampiri tempat tidur

“AW!” Omega itu meringis perutnya terasa sangat kencang dan nyeri tangannya reflek memegang perutnya.

“Hei kenapa, ada yang sakit?” Tanya Yoongi panik dan membantu Jimin untuk segera duduk di tempat tidur.

“Yoongi, perut aku kenapa kok sakit terus tiba-tiba ilang kaya gitu terus dari tadi.” Ucapnya dengan tatapan bingung

“Sakit sedari tadi dan kamu tidak memberitahu saya Park Jimin?”

“Tadi tuh gak sesakit ini makanya aku diem aja.”

Yoongi segera menelepon dokternya dan bertanya apa mereka bisa kerumah sakit sekarang, atau dokter itu yang datang ke mansionnya.

Tapi jawabannya nihil ini sudah terlalu malam, Jimin hanya di perintahkan untuk beristirahat sampai besok waktunya check up terakhir.

“Udah ya aku udah gapapa kok.” Ucap Omega itu mencoba menenangkan Alphanya.

Tapi tetap saja Yoongi masih merasa panik karena keadaan Jimin sekarang.

“Okay, jika terasa sakit lagi langsung beritahu saya jangan dirasakan sendiri.” Ucap Alpha itu.

Rasa sakitnya menghilang akhirnya Jimin bisa tertidur nyenyak sampai pagi.

Memastikan sarapan untuk Omeganya sebelum pergi kerumah sakit dan di bantu oleh Hoseok.

“Yoongi bayinya mau lahir sekarang?” Tanya Jungkook saat Yoongi membantu Jimin untuk berjalan ke mobil.

“Saya belum tahu, tapi saya butuh penjelasan dari dokter dulu.” Jawabnya.


“Beneran aku gapapa, aku jalan di pegangin gini kaya orang sakit.” Dengus sang Omega.

“Tidak, kamu kesakitan Jimin.” Jawabnya.

Kini mereka berdua telah berada diruangan dokternya, Jimin sudah berbaring dengan perut yang begitu besar seperti siap akan meledak sekarang juga.

“Cek kandungan terakhir sebelum bayinya lahir, semalam apa yang kamu rasakan Jimin?” Tanya sang dokter.

“Kaya sakit perut biasa, tapi ada terus hilang dok. Dan yang sampe yoongi telepon itu beneran sakit banget kaya perut aku tiba-tiba ketat gitu tapi bukan karena tendangan dari bayi.” Omega itu menjelaskan detailnya apa yang dia rasakan kemarin.

Sementara Yoongi hanya merasa begitu khawatir dan sepertinya ia tidak akan bisa meninggalkan Jimin sendirian mulai sekatang.

“Oh itu kontraksi palsu namanya.”

Kedua orang itu tetkejut saat mendengar kontraksi yang dialami Jimin.

Bahkan hitungan harusnya bayi itu lahir masih dalam dua minggu, kenapa kontraksinya sudah mulai dari sekarang?

“Kontraksi?” Ucap Yoongi

“Iya kontraksi palsu, itu wajar menjelang kelahiran sang bayi akan terus berlanjut sampai kontraksi sebenarnya. Jadi tidak ada yang perlu di takutkan.”

Setelah mengetahui sumber darimana rasa sakit itu berasal keduanya sedikit terkejut, menjadi orang tua kemungkinan dalam beberapa hari.

Dan memutuskan tanggal untuk melakukan operasi bagi Jimin.

“Peanut be a good boy okay…” Alpha itu mengajak bayinya berbicara.

Omega itu menyisir rambut sang Alpha dengan jari-jarinya yang sejajar dengan bumps itu.

“He will be a good boy, gapapa ini sakitnya cuma sebentar aja kok kamu gausah khawatir ya.” Ucap Jimin.

Sang Alpha menariknya kedalam pelukannya dan tidak pernah bosan meninggalkan banyak ciuman di kening sang Omega.

“Ini hampir selesai, let’s survive till the end okay?” Ucapnya.

“Let’s survive together!”

Kedua jari kelingking itu bertautan dalam sebuah janji untuk bertahan bersama.

494. Here’s your drink


Omega itu melempar pelan ponselnya saat mendapat balasan pesan yang menyebalkan dari sang Alpha.

“Yoongi nyebelin, Yoongi jelek awas aja lo.” Gumamnya dengan perasaan kesal.

“Peanut keluar sekarang aja yuk? papa wanna drink wine so bad.” Ucap Omega itu.

Sang bayi yang bergerak semakin aktif bahkan sekarang tendangan kaki mungilnya terlihat dari luar perut omega itu.

Langkah kaki terdengar familiar, itu Yoongi mungkin memutuskan untuk pulang lebih awal.

Sebenarnya Omega itu tidak pernah merasa jera bahkan ia tahu rasanya di diamkan oleh Yoongi pada dua bulan lalu dan berakhir terjatuh di kamar mandi, tapi lagi-lagi ia mengulangi hal bodoh meminta Alpha itu untuk menemaninya ke bar.

Pintu terbuka menampilkan Yoongi dengan kemeja putihnya dua kancing terbuka dan jas yang menggantung asal di lengan berototnya.

“Wake up babe, i’ll make a mocktail for you.” Gumam Alpha itu kemudian mendekat.

Perasaannya berteriak saat keinginannya terpenuhi, tapi ia tidak ingin menunjukannya begitu saja di depan Yoongi.

“Yang enak ya?” Seru Omega itu

“Tentu saja.”

“Bantuin.” Jimin merentangkan kedua tangannya agar Yoongi bisa membantunya bangun dari tempat tidur.

Jangankan pergi ke bar bangun dari tempat tidur saja ia kesulitan, karena punggungnya yang sakit dan kaki yang sedikit membengkak.


Yoongi mengambil beberapa buah segar di dalam kulkas, Jimin duduk nyaman memperhatikannya dari kursi.

“Sour and sweet.” Ucap Yoongi memasukan beberapa potongan lemon kedalam gelasnya.

Lelaki itu tidak pernah melarang Jimin untuk memakan apapun kecuali mie instan yang terlalu sering, mengingat bagaimana susahnya satu suap makanan masuk kedalam mulutnya pada awal kehamilan itu membuat sang Alpha merasa bersalah.

Netra itu tidak pernah mengalihkan tatapannya dari tangan terampil lelaki yang sedang meracik dua gelas minuman di hadapannya.

Alpha itu terlalu menawan untuk di lewatkan.

Satu botol alkohol ia ambil dari pantry, ia mencampurkan beberapa condiment pada minumannya.

Satu gelas cocktail untuknya dan satu gelas sour mocktail untuk sang Omega.

“Here’s your drink.” Ucapnya

Jimin tersenyum kedua tangannya mengambil gelas tersebut kemudian meneguknya.

Sensasi manis, asam, dan dingin menjadi satu ekspresinya begitu puas.

Ia menyadari memilik Yoongi di hidupnya sudah berarti ia memiliki segalanya di dunia ini.

Bahkan seperti sekarang, lelaki itu bisa mewujudkan suasana private bar di dalam rumah.

“Alpha thank you so much.” Ucap Omega itu kemudian meninggalkan satu kecupan di pipi sang Alpha.

“I’ll give you anything, jadi tolong menurut saja jika saya bilang tidak karena itu demi kepentingan kalian berdua.”

Alpha itu menarik tubuh kecil sang Omega itu di peluknya, tidak ingin ada keributan lagi menjelang kelahiran sang bayi.

“I love you yoongi, maaf aku selalu jadi orang egois.” Gumamnya pelan.

487. I miss you


Satu minggu tanpa Yoongi membuatnya benar-benar tidak bisa lepas dari tubuh lelaki itu.

Memutuskan untuk berjalan kaki di sekitar taman setelah makan siang, bergandengan di tengah angin sore membuatnya merasa lebih tenang saat yang ia anggap ruma berada di genggamannya.

Langit sudah menggelap saat mereka tiba di mansion, Omega itu menyiapkan air hangat dan bath bomb dengan aroma segar untuk mereka mandi bersama.

Hanya sekedar merendam diri meredakan otot-otot tubuh yang terasa itu sudah cukup untuk hari ini.

Piyama yang senada, dengan Jimin yang kini berada di dalam pelukan Yoongi mereka terlalu lama menghabiskan waktu untuk menyalurkan rasa rindu satu sama lain.

Aroma itu kembali setelah beberapa hari menghilang. Alpha itu mengelus tanda kawin yang berada di leher Omeganya.

“Kita bahkan sedari tadi tidak banyak mengobrol, hanya berpelukan seperti ini.” Gumam Alpha itu tertawa.

“Kamu kira-kira bakalan pergi lagi nggak? gamau ditinggal lagi.” Rengek sang Omega

“Tidak, semua sudah saya titipkan pada Hoseok dan Jungkook disana, saya hanya perlu mengontrol saja dari sini.” Jawabnya.

Jawaban itu rupanya membuat sang Omega merasa lebih tenang dari sebelumnya, ia tidak ingin jika nanti waktunya melahirkan Alphanya tidak berada disisinya.

“It’s good, oh iya nenek seminggu ini selalu kerumah dia masakin aku terus katanya aku gak boleh kecapean.” Gumam Omega itu saat hidungnya terus menciumi leher sang Alpha.

“Saya memang titip kamu ke nenek, karena saya takut kamu hanya makan mie instan dalam satu minggu ini.” Goda Yoongi.

“Enggak lah, Ah—” Omega itu meringis saat bayinya terus bergerak.

“Hei ada apa?” Yoongi ia terlalu panik dikejutkan dengan rintihan Jimin.

Jimin menarik tangan Yoongi dan mengubah posisinya menjadi berbaring lurus, meletakan telapak tangan Alpha itu di atas perutnya untuk merasakan sensasi gerakan-gerakan lebih intens dari sang bayi.

Paniknya kembali mereda, ia tertawa dan masih terkagum saat merasakan bayi itu terus bergerak di perut Jimin.

“Kamu kangen ya? udah dibilang jangan gangguin papanya terus kasian dia.” Alpha itu mengobrol dengan perut bulat Jimin yang semakin membesar.

Dua hal penting dalam hidupnya, dua hal yang paling membuatnya bahagia. Ia berjanji akan melindungi keduanya apapun yang terjadi.

478. The stolen money.


Ketiga lelaki itu memasuki mobilnya, sepatu mengkilap rambut yang di tata sedemikian rapih.

Rokok yang tidak pernah lepas dari himpitan dua jari itu.

Jung Hoseok yang kini mau tak mau ikut turun ke jalan membantu pekerjaan Yoongi yang sebelumnya ia hanya berada di bar tapi sekarang ia akan menjadi pengganti Namjoon.

Jungkook yang duduk santai di kursi belakang sibuk dengan ponselnya untuk mengatakan bahwa mereka sedang dalam perjalanan.

“Yoongi, mereka udah di tempat felix ruang vip lantai dua.” Ucap Jungkook.

“Oke.”

Malam hari di Las Vegas tidak akan pernah terasa sepi, tempat ini benar-benar hidup di malam hari.

Pertama kalinya bagi Yoongi setelah enam bulan hidupnya selalu di ikuti masalah yang tidak ada henti-hentinya, malam ini ia merasa seperti saat ia belum menginjakan kakinya kembali ke Seoul.

Hidup seperti biasa, melakukan penjualan cocaine, memantau bar, kehidupan malam bebas yang sangat ia rindukan.

Tapi saat ia bertemu Jimin, ia bersumpah untuk berhenti bermain jalang. Karena Alpha itu benar-benar jatuh cinta pada Omeganya.


Langkah kaki menaiki tangga lantai dua tempat itu, pintu bertuliskan VIP itu perlahan ia buka menampilkan empat orang yang tengah duduk dan menikmati Alkoholnya.

Ada koper hitam besar terbuka dan berisi penuh dengan uang tunai, Yoongi yakin itu adalah uang yang di timbun oleh Namjoon di tiongkok.

“Oh Min Yoongi, finally you here.” Ucapnya

Tanpa basa-basi Yoongi duduk di sofa tersebut lalu menumpukan kakinya. Jika Jimin ada disini sudah pasti omega itu tidak akan tahan untuk tidak menduduki pangkuan Alpanya.

“Langsung saja, saya tidak punya banyak waktu berapa persen yang kalian inginkan.” Ucap Yoongi

“70%” Jawab lelaki itu

Sial, wajah menyebalkan itu ingin sekali Yoongi lempar dengan gelas whiskey di depannya.

“It’s so fucking crazy, saya kasih 30% urusan kita selesai.”

Penawaran terus berlanjut, jika mereka menurut Yoongi akan melepaskannya malam ini.

“30%? Itu terlalu kecil Tuan Min bahkan uang segitu tidak berarti apa-apa untuk keluarga Min yang hampir menguasai seluruh Seoul.”

Rahangnya mengerat dia benci hasil kerja kerasnya selalu di bandingkan dengan kekayaan yang di miliki oleh sang kakek.

“50% i’ll let you go tonight.” Ucap Yoongi

“Oke 50% dan berikan omegamu, Namjoon bilang kamu punya omega cantik yang seharusnya jadi milik dia.” Tawarnya, lelaki bodoh benar-benar menawar Jimin dengan uang.

Jungkook sudah bersiap untuk menahan Yoongi menggunakan pistolnya.

Alpha itu tetawa lalu meneguk whiskey yang ada di depannya.

“Sial, Berani menyebut omega saya kalian mati malam ini.” Ancam Yoongi

“Tuan Min, kamu bahkan bisa dapat banyak jalang dalam satu malam. Omega itu biar kami yang urus.”

“Dan bayinya, kamu bisa ambil itu setelah dia melahirkan.”

Tidak, Yoongi sudah tidak bisa menahannya lagi ia mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya dan tertawa menatap takam lelaki itu.

Lipatan pisau itu terbuka kala ia menekannya.

“Tuan Min jangan bilang kau akan membunuhku hanya karena omega hamil itu.” Ucapnya sedikit gemetar karena tau Yoongi tidak akan pernah bermain-main dengan ancamannya.

“He is my mate, stupid.” Ucapnya

Pisau itu di lempar dan tepat mengenai jantung lelaki itu, sementara tiga orang yang tersisa segera menodongkan pistolnya kearah Yoongi.

Darah yang itu menembus dan mengotori kemeja berwarna putih tersebut.

“Ada racun di pisau itu, dalam lima menit dia akan mati.”

Ini pertama kalinya Hoseok melihat Yoongi dengan kemarahan yang begitu memuncak hanya karena orang asing berbicara buruk tentang Omeganya.

Tercengang dan terkejut, Yoongi bisa seberbahaya ini ternyata.

Saat ketiga anak buah itu lengah, dan mendapat aba-aba dari Yoongi Jungkook menendang tubuh mereka satu persatu hingga terjatuh kelantai.

Terjadi sedikit perkelahian di ruangan itu saat korban pertama mati karena pisau beracun Yoongi.

Dan tiga orang tidak sadarkan diri karena babak belur oleh Jungkook dan Hoseok.

Uang itu akhirnya mereka dapatkan utuh tanpa pembagian untuk orang-orang berengsek ini.

Kasus selesai dan yang kembali.


Memutuskan untuk berbincang dengan felix membahas apa saja yang mereka lakukan belakangan ini.

Dan lelaki itu terkejut saat memdengar Yoongi akan memiliki bayi dalam beberapa bulan lagi.

Para mayat telah di bereskan dan mereka memutuskan untuk kembali pulang.

Sementara omeganya sedang gelisah karena punggung sialannya yang terus menerus terasa sakit.

Dua hari yang terasa amat panjang, Jimin masih punya lima hari lagi untuk merasa tersiksa tanpa Yoongi di sampingnya.

468. Vip guest


Saat mobil limusin itu berhenti tepat di depan lobby hotel yang memiliki interior begitu mewah dan elegan kedua pasang mata itu menatap keluar jendela mobil.

“Banyak banget orang energi gue pasti abis kesedot mereka.” Gumam sang Omega

Yoongi hanya tertawa melihat tingkah Jimin yang sekarang mulai tidak menyukai keramaian bahwa itu melelahkan.

Ketika pintu mobil di buka begitu pula dengan para reporter menghampiri dan mengambil gambar kedua orang tersebut.

Tapi dengan sigap para anak buah Yoongi mengentikan mereka sebelum melakukan interview.


“Oh selamat datang Tuan Min Yoongi, dan Tuan Park Jimin.” Sambut sang pemilik hotel tersebut.

Omega itu terus menautkan kedua tangannya di lengan sang Alpha, ia tidak ingin jauh dari feromon Alphanya karena disini terlalu banyak orang.

“Saya hanya menggantikan kakek.” Jawab Yoongi

“Kehormatan bagi kami bisa bekerjasama dengan keluarga Min.”

Omega itu mendengus, ia tahu semua orang hanya ingin perlindungan dan sebuah uang dari keluarga Min. Bukan benar-benar tulus.

Mereka berdua diajak berkeliling ke spot penting di hotel ini, terutama bar di lantai paling atas hotel ini.

“Saya dengan Tuan Yoongi memiliki beberapa bar juga di Las Vegas kan? semoga Tuan Yoongi bisa merasakan suasana itu disini.”

Semua orang malam ini bertunduk pada sosok Min Yoongi dan Omeganya Park Jimin.

“Tentu, terima kasih atas sambutan hangatnya.” Ucap Yoongi.

Kini mereka berdua sudah berada di lounge bar tersebut dengan Yoongi yang selalu menempatkan lengannya posesif pada pinggul sang Omega.

“Kamu lihat, lelaki itu.”

Yoongi menunjuk seorang pria muda dengan satu gelas sampanye di tangannya raut wajah itu terlihat begitu arogan ingin sekali ia meludahi orang itu.

“Iya, kenapa?” Tanya Jimin.

“Dia anak dari pemilik hotel ini.” Bisik Yoongi.

Karena tingkahnya yang seperti ia memiliki semua ditangannya membuat Yoongi merasa begitu jijik dengan anak itu.

Mulai dari mereka datang lelaki itu hanya menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Apalagi cara dia melihat Jimin.

“Oh udah gak aneh kalo dia keliatan sombong, he doesn't know who's behind the construction of this hotel.” Gumam Jimin kemudian meneguk minumannya.

“Who’s that?” Goda Yoongi

“Min family, oh orange juice not bad.” Tatapannya lurus senyuman meremehkan itu menyapa lelaki tersebut.

“You’re so smart, let’s go home baby.”

Mereka berdua meletakkan gelas itu diatas meja bar tender dan pergi untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Terlalu membuang-buang waktu berada di tempat seperti ini ucapnya.

“Tuan Yoongi sebentar.” Panggil seseorang dari belakangnya.

Langkah kaki itu terhenti dan keduanya menoleh secara bersamaan.

“Akses Vip untuk keluarga Min jika ingin menginap di hotel ini, kalian tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun dan bisa menghubungi kami kapan saja jika membutuhkan tempat.” Ucap seseorang dari front office yang memanggilnya tadi.

Dengan menyebut tidak perlu membayar sepeserpun, apa mereka lupa keluarga Min hampir memiliki sumber uang dari seluruh Seoul.


Penawaran untuk diantar pulang menggunakan limusin tadi mereka tolak karena driver Yoongi telah membawakan Roll Royce milik Alpha itu.

Berkendara di malam hari dengan lalu lintas yang tidak terlalu ramai, alunan musik santai menggema di dalam mobil tersebut.

Satu tangan mengemudi, satu tangan lain nya berada diatas perut sang Omega.

“Dia rewel banget sehari di diemin kamu Yoongi.” Ucap Omega itu

“Haha okay, peanut daddy is sorry ya papa kamu nakal kemarin dan harus di beri hukuman.” Gumam Alpha itu.

Jimin kini memahami betapa perdulinya Yoongi kepada dia dan bayinya, walaupun Alpha itu terlihat begitu kejam tapi sebenarnya ia penyayang.

Jimin bahkan selalu merasa terharu saat melihat interaksi diantara Yoongi dan Jungkook.

Oh ia juga masih penasaran dengan semua latar belakang kehidupan Yoongi, bagaimana ia bisa bertemu dengan anak itu dan apa hubungan mereka sebelumnya.

Lagu telah berganti entah sangat cocok dengan suasana malam ini, bergandengan tangan di sela berkendara dinginnya malam.

“Put your head on my shoulder”

“Hold me in your arms baby”

Omega itu menempatkan kepalanya di bahu sang Alpha, menghirup aroma maskulin dari feromon yang menguar begitu kuat malam ini.

“Put your lips next to mine, dear”

“Wont you kiss me once”

“Baby”

Jimin seakan ingin mempergakan semua lirik yang ada di lagu itu kepada Yoongi, Omega itu mengecup pipi Alphanya kemudian tertawa.

“The lyric is lips not cheeks.” Ucap Yoongi

“Haha kalo cium bibirnya susah, kamu harus berhenti dulu.” Goda Omega itu

Tanpa ragu sang Alpha menepikan mobilnya, dan langsung menangkup wajah kecil itu dengan kedua tangannya.

Berciuman di bawah cahaya lampu jalan, dengan mobil yanh masih menyala dan alunan musik yang terus berlanjut.

What a beautiful night? dua orang saling menyalurkan cintanya malam ini di bawah rembulan dan hembusan udara dingin bulan november.

Song ; Put Your Head on My Shoulder – Paul Anka

458. Mate, are you kidding?


Semakin malam bar itu semakin banyak pengunjung berdatangan.

Ponselnya dalam mode silent, ia tidak ingin di ganggu dengan siapapun. Termasuk Yoongi Alphanya sendiri yang sekarang sudah menjadi matenya.

Jimin hanya rindu dimana saat belum mengandung bayinya, ia bisa bepergian bebas kemanapun ia mau.

“Gue males apaan kaya gini doang di jadiin bahan ribut.” Ucapnya melempar ponsel itu di sofa.

Bahkan omega itu mengabaikan dirinya yang harus menahan aroma feromon dari Alpha lain.

Taehyung dan beberapa temannya sudah menghabiskan kesekian gelas alkohol, tapi omega itu masih belum menghabiskan satu gelas mocktail yang ia pesan tadi.

“Je, mending lo balik sekarang aja deh mampus gue kalo Yoongi marah.” Usul Taehyung.

Lengannya terangkat keatas, mengisyaratkan agar seseorang itu menghampirinya.

Hampir semua pekerja Sky Bar mengenal Jimin dan Taehyung karena mereka sangat sering mampi ke tempat ini.

“Dik, anterin Jimin pulang dong ke mansionnya Yoongi udah mau pagi kalo dia belum balik gue bisa mati di tembak.” Gumam Taehyung.

“Yoongi, Min Yoongi cucunya keluarga Min? gamau gue juga takut mati anjing.” Ucap lelaki bernama Dika itu.

“Haha gausah dik, gue balik sendiri aja nanti.” Sela Jimin.

“Lo gila banget Je, bisa lo gaet min Yoongi mana sekarang perut lo udah kaya balon.” Ledeknya

“Eh anjing diem, ini perut balon bikin gue jadi kaya.” Balas Jimin.

Mereka semua tertawa mendengar penuturan Omega itu.


“Gue males banget pulang, males liat Yoongi.” Gumamnya di depan cermin toilet.

Entah apa yang di lakukan ia hanya berlama-lama berdiri di depan cermin itu, memutuskan untuk pulang atau tidak.

Sampai ada seseorang memasuki toilet tersebut, setengah mabuk menatapnya dengan sangat menjijikan bagi Jimin.

“Park Jimin, udah lama gue gak liat lo lagi dateng kesini.” Ucapnya

“Kita kenal?” Tanpa memandang lelaki tersebut Jimin sibuk memainkan ponselnya membaca pesan masuk dari Yoongi.

Merasa terabaikan oleh seorang Omega, lelaki itu segera menghimpit tubuh Jimin ke tembok.

Sial disaat seperti ini ia malah dejavu dengan kejadian dengan Yoongi waktu itu.

“Feromon omega hamil emang gila banget ya?” Bisiknya tepat di telinga Jimin.

Alpha sialan itu berhasil meninggalkan satu ciuman di leger Jimin, itu terjadi dengan begitu cepat seperti saat ia mengedipkan kelopak matanya.

Menyadari perlakuan kurang ajar yang baru saja terjadi, Jimin langsung menendang pria itu tepat di kemaluannya dan membuatnya mengaduh kesakitan.

“Bajingan lo.”

Omega itu mengeluarkan pistolnya yang sedari tadi tersimpan apik di dalam jaketnya lalu menodongkan tepat di kepala Alpha sialan itu.

“Berani lo sentuh gue lagi, tinggal pilih mati di tangan gue atau Min Yoongi.” Ucapnya

Mendengar nama “Min Yoongi” Alpga itu seakan tersadar dengan siapa ia bermain-main, dengan cepat memundurkan tubuhnya.

Chelsea boots berwarna hitam mengkilap itu mendarat diatas perutnya.

Omega Park Jimin, dia bukan tandinganmu.


Dengan rasa kesal yang mendominasi dirinya bahwa ada aroma Alpha lain yang menempel di tubuhnya itu benar-benar membuatnya marah.

“Sial, sial, sial mati gue di tangan Yoongi malem ini.” Ucapnya di sela mengemudikan mobil.

Setelah tiga puluh menit berkendara ia akhirnya sampai di mansion, ternyata Yoongi tidak mengunci pintunya dan itu cuma ancaman semata.

Berjalan dengan begitu hati-hati bahkan memperhatikan setiap langkahnya.

“Welcome home.”

Suara familiar itu menggema di telinganya, aroma feromon Yoongi begitu menenangkan bagi Jimin dan bayinya.

Detak jantung seketika berubah menjadi dua kali lipat saat ia berbalik lalu menatap Alpha itu.

Min Yoongi tengah duduk di sofa ruang tengah, dengan sweat pants dan tanpa baju.

Sial lelaki itu bertelanjang dada, dengan alkohol dan rokok melengkapinya.

“Yoongi tadi—i”

Omega itu berhenti berbicara kala Yoongi mendekatinya.

Berputar mengelilingi tubuh Omega itu, Jimin dalam situasi yang berbahaya kali ini.

Bahkan ia melihat pistol diatas meja, tidak Yoongi tidak akan membunuhnya ia tahu itu.

“Haha mate, are you kidding?” Alpha itu berbisik di telinganya.

Mate, ini pertama kalinya Yoongi memanggilnya dengan sebutan mate.

“Our baby hate alpha smell except mine.”

Alpha itu benar-benar mendominasi kali ini, bahkan insting omeganya menciut ketakutan.

Yoongi menarik pelan lengan Omega itu lalu membuka pintu kamarnya, ia masih berhati-hati agar Jimin tidak kesakitan.

“Masuk Jimin.” Ucapnya, bahkan Alpha itu tidak perduli ia merokok di depan Omeganya yang sedang hamil.

Jimin masih berdiri di depan pintu menatap punggung Alphanya yang berbalik membuka pintu kamar sebelah.

“Yoongi aku gamau tidur sendirian.” Rengek sang Omega

“Tidur.” Tanpa menatapnya Alpha itu memasuki kamar yang berbeda dan mengunci pintunya.

“Anjing, semua Alpha emang bajingan.” Omega itu bergumam dan membanting keras pintu kamarnya.

So, who’s fault is this?