449. Butterfly effect ; first moving
Omega itu benar-benar tidak nyaman dengan posisinya dengan ruang bergerak yang terbatas ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Menatap Alphanya saat tertidur ia terlihat begitu tenang, hembusan nafas yang teratur detak jantung yang menjadi melodi favorit untuknya.
Switzerland akan menjadi tempat paling bermakna untuk Alpha dan Omega itu.
Jam-jam melelahkan berlalu, Omega itu bangun dan duduk untuk meminta satu kotak susu.
Ia sibuk dengan earphonenya menonton beberapa film kartun untuk mengalihkan rasa nyeri di pinggulnya.
“Babe, kamu belum tidur?” Tanya sang Alpha terbangun dari tidurnya.
“Hehe gabisa tidur, biasa deh susah cari posisi nyaman.” Jawabnya.
Alpha itu duduk dan mengelus-elus punggung Omeganya, dan berhasil itu perlahan membuatnya rileks.
Setibanya di mansion lalu membersihkan diri, Omega itu langsung menaiki tumpukan selimutnya.
Sudah satu minggu lebih tempat ini di tinggal tapi masih menjadi tempat ternyaman untuk Jimin.
Nest dengan beberapa selimut tebal dan tentu saja dengan aroma feromon Alphanya.
Tanpa perlu waktu lama ia langsung terlelap dengan nyaman disana.
Pelukan hangat dari Alphanya tentu saja membuat Omega itu mendengkur kecil.
Lelah tubuhnya akan terobati besok.
Entah baru memejamkan matanya tapi pagi sudah datang membangunkannya.
Yoongi akan kembali menjalani hari sibuk, tanpa penanggung jawab di kantor tanpa ada yang membantu mengelola cocaine dan senjatanya disini.
Ia harus mulai lagi dari awal, bahkan ia bersumpah membuat sesuatu yang baru di organisasi yang ia pegang ini.
Oh tentu saja ia punya Jimin, Omega cerdas itu pasti bisa membantunya menjalankan organisasi ini.
Sarapan beserta vitamin untu Jimin sudah ia siapkan diatas meja makan, ia sengaja untuk tidak membangunkan Omega itu ia akan mengiriminya pesan pikirnya nanti.
Satu kecupan ia tinggalkan di kening sang Omega.
Jimin terbangun dengan tubuh yang terasa lebih baik pagi ini, menghirup aroma feromon milik Yoongi yang tertinggal di bantalnya.
Mereggangkan tubuhnya saat sinar mentari meyorot masuk lewat jendela kaca ruangan itu.
Memutuskan membuka ponselnya lebih dulu untuk memeriksa pesan dari Yoongi.
Pipinya memerah saat membaca pesan ucapan selamat pagi dan melihat sarapan sudah siap di meja makan.
Lalu memilih berjalan-jalan di sekitar halaman belakang.
“Gila, gue kangen banget mansion ini padahal baru di tinggal seminggu lebih.” Ucapnya
Saat ia membaringkan tubuhnya diatas bantalan lantai yang ada di dekat kolam berenang, ada seperti rasa kesemutan di perutnya tapi itu hanya berlangsung beberapa detik saja.
Oh Omega itu mengabaikannya.
Sementara itu waktu terus berjalan dan Yoongi kini dalam perjalanan menuju pelabuhan untuk melakukan transaksi cocaine yang sudah di janjikan.
Ia ingat dimana terakhir kalinya pergi ke tempat ini berasama Kim Seokjin, seseorang yang menjadi kepercayaan keluarga Min berani berkhianat hanya karena jatuh cinta.
Dan parahnya membuat ia harus pergi membawa bayi yang bahkan belum di ketahui kehadirannya Oleh sang Alpha.
“Tuan Min.” Ucap lelaki tua ini adalah teman kakeknya Yoongi dulu.
“Jangan panggil saya seperti itu, anda sudah seperti kakek saya.” Yoongi membungkukan tubuhnya.
“Sopan santunmu itu yang saya sukai sejak kecil, Min Yoongi.”
Selagi para crew dan anak buah Yoongi memindahkan cocaine itu ke mobil van, mereka berdua sibuk mengobrol dan mengabiskan beberapa batang rokok.
“Saya punya anak terakhir, dan kebetulan dia Omega dan kamu Alpha bagaimana jika kamu mampir kerumah kami untuk sekedar makan malam nanti.” Pria tua itu tertawa.
Yoongi menghisap rokoknya lalu menghembuskan keudara begitu saja, udara dingin yang menusuk.
Ia sudah muak dengan masalah belakangan ini, tidak lagi dengan masalah baru bahkan Alpha itu baru saja melakukan mating dan bersumpah atas janjinya untuk selalu bersama Omeganya.
“Saya sudah memiliki mate.”
Mate, ucapnya bahkan bukan Omega lagi yang berarti sudah menjadi pasangannya sampai mati.
“Bahkan ia sedang mengandung sekarang, butuh empat bulan lagi untuk melahirkan dan akan menjadi penerus keluarga Min nantinya.” Ucap Alpha itu sedikit kesal.
“Oh… saya kira kamu masih lajang setelah kembali dari negara orang lain.” Gumam pria tua itu dengan sedikit tawa hampa di wajahnya.
Yoongi tidak menjawab ia menoleh ke mobilnya dan melihat mereka sudah selesai memindahkan cocaine tersebut.
Ia menyerahkan tas berisi uang tunai pada pria itu tanpa sepatah kata pun dan pergi begitu saja.
Jimin hampir tertidur di sofa ruang tengah saat ia merasa terlalu kenyang karena menghabiskan satu mangkuk shine muscatnya.
“Huh?”
Belum terlelap perutnya kembali merasakan sesuatu, seperti kepakan kupu-kupu di dalam perutnya atau biasa di sebut butterfly effect kemudian menghilang begitu saja.
Omega itu mengatur nafasnya dengan tenang, tidak dia tidak ingin mencari sesuatu di internet karena takut hasilnya akan membuat pikirannya kemana-mana.
“Huh, baby hellooo?” Gumamnya.
Lagi, tapi kali ini terasa seperti berdenyut cukup lama dan ia berinisiatif untuk mengankat bajunya dan memperhatikan bumpsnya dengan seksama.
Saat ia memanggil bayinya dengan sebutan itu, perutnya kembali berdenyut.
Jimin dengan cepat menelpon dokternya untuk memastikan ini benar-benar gerakan bayinya atau ada sesuatu yang saah pada kandungannya.
“….jadi gitu dok, gimana ini aku gak kenapa-kenapa kan?” Ucapnya sedikit panik.
“Tenang ya Jimin, itu namanya pergerakan awal bayi yang berarti bayi kalian tumbuh sehat.”
“Bayinya beneran gerak dok….”
“Iya, dia bergerak cukup rasakan sensasi gerakan pertamanya itu tidak akan menyakitkan.”
Jimin segera menutup teleponnya ia meletakan telapak tangannya diatas perut buncit itu.
“Oh peanut is you….” Omega itu hampir menangis bayinya benar-benar tumbuh sehat dan ini adalah gerakan pertamanya.
Belum sempat ia memanggil Alphanya tapi lelaki itu sudah sampai di mansion dengan wajah lelahnya.
Yoongi menghampiri Omega itu lalu mengecup pipi kirinya, lalu kemudian menidurkan kepalanya diatas paha sang Omega.
“Alphaaaa….” Omega itu menangis
“Hei, kenapa menangis?”
“Bayinya gerak-gerak di perut aku.” Gumam Jimin lalu ia menarik tangan Yoongi untuk di letakkan di perutnya.
“Coba panggil peanut.”
“Helloo peanut, it’s daddy.”
Alpha itu menuruti perintah sang Omega dan benar saja selang beberapa detik bayi yang berada di dalam kandungannya memberi jawaban.
Pergerakannya benar-benar masih lemah, tapi ia bisa merasakannya.
“Oh it’s so crazy…” Yoongi terus mengelus-elus bumps itu.
“Ini seperti sihir, oh ini ajaib dia bergerak.”
Tidak menyangka bayi itu benar-benar merespon saat mereka memanggilnya dengan panggilan “Peanut”
Oh bayi kacangnya kini sudah tumbuh semakin besar dan pintar, mulai bisa merespon kalimat yang diucapkan orang tuanya.
Rasa lelah Alpha itu langsung hilang begitu ia di sambut dengan pelukan sang Omega dan gerakan pertama dari bayinya.