ymkissed

383. Be careful, Yoongi.


Alpha itu tidak bisa tertidur dari saat Jimin masuk rumah sakit sampai sekarang waktu hampir pagi.

Ia menatap perut Omeganya yang bernafas sangat pelan, dan bibir memucat.

Andai saja ia tidak meninggalkan Jimin di ruangannya sendirian, andai saja ia lebih peka.

Alpha itu mengeluarkan feromonnya agar saat Omega itu bangun nanti merasa lebih aman.

Di dua jam terakhir akhirnya netra itu menyerah untuk tetap terjaga menantikan kesadaran setengah dari jiwanya.

Ia bergabung diatas tempat tidur pasien, memiringkan tubuhnya agar bisa memeluk Omega itu.

“Dokter bilang, kamu dan bayi kita tidak apa-apa. Jadi ayo besok pagi kamu bangun dan kita pulang ke mansion.” Gumam lelaki itu.

“Hei little boy, you okay? have a goodsleep my angel baby.” Ia memberikan beberapa elusan pada bumps itu.

Terlelap, berharap saat bangun nanti Jimin sudah sadarkan diri.


Omega itu terbangun tepat satu jam setelah Yoongi tertidur.

Ia menatap wajah Alpha itu dengan lekat, tidak percaya bahwa seseorang kepercayaan yang sudah bekerja selama tujuh tahun di tempat itu akhirnya berkhianat.

“Yoon— hm” Ia terbatuk tenggorokannya benar-benar terasa kering.

Jari-jari kecilnya menepuk pelan pipi Alpha itu karena tidur terlalu pulas.

Kesal Yoongi tidak kunjung bangun satu cubitan di hidung ia berikan agar Alpha itu kesusahan bernafas.

Oh efektif rupanya, ia langsung terbangun dan menatap Omeganya.

“Jimin?”

“Ngantuk banget ya? aku haus.” Ucapnya.

Yoongi langsung mengambil satu gelas air untuk Jimin dan membantunya minum.

“Mau pulang.” Rengeknya

“Iya kita pulang, tunggu dokter dulu oke?” Jawab Alpha itu yang kini tidak melepaskan tangan Omeganya.

“Yoongi.”

“Yaa?”

“Sini.”

Omega itu merentangkan kedua tangannya, membiarkan Yoongi memeluk dirinya.

Menghirup dalam aroma feromon Alphanya, teringat tadi feromon dan asap dari rokok yang sangat Jimin benci dan hampir membuat dirinya mati.

Alpha itu membiarkan Omeganya melakukan apapun, seperti saat ini ia sedang mengecupi tempat dimana feromon Alphanya berasal.

Mereka tidak membahas masalah itu, Yoongi tahu Jimin pasti masih merasa begitu kesakitan karena Ulah Kim Seokjin.


Omega itu diizinkan pulang oleh dokter dengan syarat harus bedrest paling sebentar satu minggu, karena efek dari obat itu membuat tubuhnya begitu lemas.

“Aku lemes deh, mau duduk sebentar di sofa.” Matanya mengerling saat melihat tumpukan selimutnya diatas sofa besar itu.

“Saya ambilkan selimut lagi ya sebentar, lalu susu dan vitaminya diminum.” Ucap Yoongi

Alpha itu kemudian pergi mengambil satu buah selimut tebal ya tentu saja sudah ia scenting, kembali dan menyelimuti Omega itu.

Susu dan obat telah di minum. Selama ia tinggal di seoul dan bekerja dengan The Tigers saat ia terserang demam ataupun sakit ia tidak pernah mengambil pusing akan hal itu apalagi seperti sekarang ia benar-benar diurus dan di perhatikan dengan Yoongi.

Oh ternyata memiliki pasangan, memilik Alpha yang mencintai benar-benar sesuatu yang menyenangkan.

Omega itu menyadarinya.

“Yoongi, aku mau cerita.” Ucap Omega itu.

“Ya, ceritakan semua kejadian kemarin dan jangan ada yang di tutupi.” Ucap Yoongi ia menatap Omeganya dengan begitu lembut dan penuh cinta.

“I meet him, you know Kim Seokjin. Dia yang kirim pesan teror ke kita, dia yang ambil uang perusahaan kamu, dan ia yang bawa kabur cocaine kamu ke jepang. We’re arguing haha i almost choked him.”

Omega itu kini duduk dan menumpu kakinya.

“Dia bilang, anak ini seharusnya gaboleh lahir. Kamu tau aku nemuin map hasil USG udah sobek dan ada di tong sampah itu dia.”

“Dan terakhir yang aku inget, aku tendang punggungnya sampe jatoh dari tangga darurat dan i don’t know what happend and then i’m fainted.”

Alpha itu mendengarkannya, setelah Omeganya selesai berbicara ia langsung memeluk tubuh kecil itu.

“It’s okay, no one can hurt our baby.” Ucap Yoongi.

“Iya, i know you’ll always protect us.” Ucap Jimin.

“Seokjin pergi ke Ceko setelah insiden itu, saya harus menugaskan beberapa orang untuk mencarinya.”

Ceko? tidak ini motifnya hampir sama saat ia mengetahui seseorang menggunakan identitas George untuk bepergian.

Jimin yakin bahwa orang itu tidak akan pergi ke Ceko.

“Dan saya akan segera menyusul kesana untuk membawa dia kembali ke Seoul.”

“Jangan.” Omega itu mencengkram lengan Alphanya.

“Why?”

“Aku yakin dia gaada disana, dia mungkin ada di tempat lain tapi pake identitas baru.”

Oh Jimin benar, Seokjin tidak seceroboh itu dia pasti sudah mempersiapkan hal lain untuk ini.

“Tapi saya harus urus semua dana yang diambil alih oleh dia.” Ucap Yoongi.

Sial, kepalanya begitu pening karena permasalahan ini semakin rumit.

“Kamu harus pergi ke jepang dulu, ambil semua cocaine yang di bawa kabur Seokjin. Aku dirumah bantu kamu cari keberadaan orang itu.”

Jimin itu Omega, tapi ia tidak ingin mengandalkan semuanya pada Yoongi. Ya bisa saja ia egois menempeli Alphanya kemanapun ia pergi dan Yoongi tidak akan menolaknya.

Tapi jika mereka terus menunda ini semua, entah kapan masalah ini akan berakhir.

“I’m not sure those cocaine still—”

“Cari tau dulu, hasilnya itu masalah belakangan. Aku gapapa disini sendirian i can take care of myself.”

Ucap Omega itu.

“But be careful, Yoongi. Dia bukan owner The Tigers tapi dia bisa jadi orang penting dari organisasi itu.”

Again and again, Min Yoongi he fallin in love with his Omega.

The pretty, cute, small, and smart Omega.

“You’re so fucking sexy. Omega Park i’m so in love with you.” Gumam sang Alpha

“Haha i love you too, my favourite crime.”

378. Guess, who i am?


“Mau ikut.” Cicit Omega itu.

“Ayo.”

Omega itu benar-benar menjadi lengket pada Alphanya, bahkan sekarang Yoongi ingin pergi ke kantor pun ia ingin ikut.

Ya feromon milik Yoongi benar-benar seperti obat yang memiliki efek candu bagi Jimin.

Dua minggu berlalu, tidak ada lagi teror pesan yang ia terima.

Begitu pula dengan Seokjin yang lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu, nampaknya orang itu merasa bahwa Yoongi memperhatikannya.

Saat sampai di lobby kantor semua karywan menundukan kepalanya kepada pasangan itu.

Ini kedua kalinya Jimin datang ke perusahaan Min.

Alpha itu lupa bahwa ia meninggalkan hasil USG di ruangannya.

“Saya lupa dua hari lalu masih ada diatas meja.” Ucapnya saat menyisihkan beberapa kertas.

Jimin berkeliling sekitar sofa dan meja tetapi tidak ada.

Sampai ia berhenti tepat di depan tempat sampah, dan melihat ada sobekan kertas putih yang berserakan.

“Tuan Yoongi ada urgent meeting, ada penurunan saham dan penarikan dana terlalu besar dari perusahaan ke suatu rekening.” Ucap Seseorang pekerja dari luar ruangan Yoongi.

“Apa lagi ini.” Decak Yoongi.

Omega itu menatapnya gugup dan menendang sobekan kertas di dekat kakinya agar Yoongi tidak melihat.

Jimin berusaha meyakinkan Yoongi bahwa ia tidak apa-apa di tinggal sendiri.

“Oke, saya akan segera kembali.” Ucap Alpha itu sebelum keluar meninggalkan ruangannya.

“Iya yoongi.”

Setelah Yoongi pergi, Jimin segera mengambil sobekan kertas itu dan lihat benar saja beberapa cetakan gambar hasil USG nya minggu lalu telah rusak.

Siapa yang melakukan ini?


Saat ia sedang berjalan tanpa sengaja melihat pintu tangga darurat terbuka, ada sedikit asap dari ruangan itu.

Sungguh itu adalah ide yang sangat beresiko saat memutuskan untuk menghampiri ruangan itu.

Suara pintu yang di buka membuat seseorang yang sedang berdiri dengan rokok elektriknya melirik Omega itu.

“Hello? this is not smoking area.” Ucap Jimin.

Pria itu berbalik mentap Jimin dengan senyuman licik di wajahnya.

“Oh Omega Park si pengkhianat.” Gumamnya.

Saat mendengar itu Jimin yang tadinya ingin pergi, kembali dengan emosi menuruni anak tangga tersebut.

“What the fuck, Kim Seokjin.”

Lelaki itu menghisap rokok elektriknya dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.

“Park Jimin, haha jalang.”

Oh apa ini warna asli dari omega itu, omega kim seokjin yang selalu membuat Jimin merasa tidak nyaman.

“Haha, Tugasnya disuruh bunuh Yoongi tapi malah tidur sama targetnya.”

“The tigers, call you untouchable agen. No Jimin you’re a slut hahah.”

Omega itu terdiam lidahnya kelu, pikirannya kosong entah dimana dirinya yang pemberani itu dan sekarang di hadapkan oleh seorang Omega yang bahkan tau semua awal permasalahan ini di mulai.

“Jangan— jangan bilang lo.” Ucapnya

“The tigers owner? haha.”

“IYA KAN!” Seru Omega itu.

“Saya dengar anak kalian laki-laki? oh lebih baik dia pergi sebelum lahir di dunia ini. Bayi itu tidak akan bisa menjadi pewaris Min selanjutnya.” Ucap seokjin kemudian menghembuskan sebuh asap tepat pada wajah Jimin.

Amarah Omega itu memuncak saat Seokjin mengatakan hal buruk pada bayinya.

Satu tamparan keras mendarat tepat pada pipi kanan lelaki itu.

“Watch your mouth dumbass.” Ucap Jimin

“Yoongi gak cinta sama kamu, dia bilang sama saya setelah bayi utu lahir kamu akan di buang.”

Tidak, Yoongi tidak seperti itu.

“Yoongi itu bajingan brengsek, Park Jimin but you haha fell in love with him.”

Jimin bersumpah ia ingin sekali menembak lelaki ini, tapi pistolnya berada di mobil.

“Apa?”

“I will sent you to the hell.” Omega itu mengarahkan kedua tangannya dan mencekik kuat leher lelaki di depannya.

Saat hamil Omega itu begitu sensitif tentang hal yang menyangkut bayinya.

Dan ternyata orang terdekat dan terpercaya dalam keluarga Yoongi sendiri yang berkhianat.

Seokjin mulai kesusahan menghirup udara kedalam paru-parunya.

Alih-alih menyingkirkan kedua tangan Jimin, laki-laki itu mengambil sesuatu dari saku celananya.

Sebuah jarum suntikan berisi obat bius.

“If you though me as an the tigers owner, you’re so fucking stupid Park Jimin.” Ucapnya.

Ia menyuntikan obat itu tepat pada leher Jimin.

Cengkraman kuat pada leher itu perlahan melonggar, sial orang ini begitu licik.

“Oh sebelum kamu tidak sadarkan diri, beritahu Yoongi nanti. Saya pergi ke jepang empat minggu lalu mengirimkan pesan anonim pada kalian, mengambil cocaine Yoongi di gudang, dan mengambil alih uang perusahaan Min yang Yoongi sebut penggelapan dana.”

Lelaki itu tertawa puas saat obat bius itu mulai bereaksi pada tubuh Jimin.

“Jika dalam dua jam kamu tidak ada yang menyelamatkan, kamu dan bayi itu akan mati.” Ucap Seokjin sebelum berbalik dan pergi menuruni anak tangga.

Oh tidak, Jimin tidak akan melepaskan orang itu.

Omega itu menendang punggung lelaki itu dengan sangat keras dan membuatnya terjatuh berguling dari anak tangga lalu pingsan.

Dan omega itu pun kehilangan kesadarannya karena obat sialan.


Ambulan terparkir di depan gedung perusahaan Min, Yoongi dengan terburu-buru menggendong Omeganya untuk segera di tangani.

Ia berteriak pada siapapun yang menghalangi jalannya.

“Periksa semua cctv di gedung ini, dan kumpulkan semua orang yang berbicara dengan Park Jimin. Atau kalian semua akan mati di tangan saya.” Seru Yoongi.

Jimin di temukan oleh seorang karyawan pada jam makan siang mungkin sekitar tiga puluh menit setelah kejadian itu.

Seseorang yang ingin melewati tangga darurat karena lift yang begitu ramai ia malah menemukan Omega yang tengah hamil terbaring di lantai.

Dengan cepat ia berteriak meminta tolong karena tidak berani menyentuhnya, seseorang langsung berlari menghampiri Yoongi di ruang rapat dan memanggilnya.

Tidak ada luka, atau nampak kekerasan lainnya.

Tapi tubuh Omega itu sangat amat dingin, Yoongi hampir menangis ia tidak ingin kehilangan Omega dan bayinya.

Siapapun yang melakukan ini ia bersumpah akan membunuhnya saat itu juga.

Meninggalkan rapat mengenai penggelapan dana, mengabaikan panggilan telepon dari semua orang.


Alpha itu sudah berbicara dengan dokter, bahwa itu adalah obat bius dengan dosis tinggi jika satu jam lagi Jimin tidak mendapat penangan pertama entah apa yang akan terjadi.

Alpha itu terus menggenggam tangan Omeganya yang belum sadar dari beberapa jam lalu.

Karena dering ponsel Jimin terus berbunyi selama lima belas menit, Yoongi pun menjawabnya.

Itu adalah Kim Taehyung.

Menanyakan keberadaan Jimin yang tidak bisa ia hubungi sedari tadi.

“Shit Tuan Min”

“Jika tidak penting saya akan tutup lagi.”

“Kim Seokjin pergi ke pergi ke ceko, jam dua siang tadi.”

“Seokjin?”

“Pesan yang dikirim dari jepang itu dia yang kirim, cocaine yang terbakar dari gudang ada di jepang. Dia bawa menggunakan kapal air empat minggu lalu.”

Yoongi merasa hidupnya benar-benar seperti candaan belaka.

Musuh di depan matanya tapi ia tetap menyangkal.

Dan dia yakin seseorang di balik penggelapan dana ini adalah Kim Seokjin. Dan sangat memungkinkan juga bukan jika dia pemilik dari The Tigers?

375. Oh hello… (said lovingly)


Omega itu dengan gugup duduk di ruangan tunggu sementara Yoongi meninggalkannya ke toilet.

Ia mengelus pelan perut buncitnya dan berusaha menarik nafas dan menghirup feromon Yoongi yang membaui tubuhnya.

“Hm, hello…” Gumamnya pelan

“Can you show it today?”

“Daddy and papa finally fallin in love, kita gaakan pisah dan rawat kamu sampe besar nanti.”

Omega itu asik bergumam dengan bayinya dan tidak menyadari keberadaan Yoongi yang berdiri sedari tadi memperhatikannya.

Saat dokter kandungan Jimin mengajak mereka masuk dan alat USG sudah siap.

Jimin kembali gugup ia benar-benar penasaran tapi perkataan Yoongi ada benarnya bahwa jika hari ini masih belum berhasil, mereka akan menunggunya sampai lahir nanti.

-

Omega itu sudah berbaring dan gel yang memberikan sensasi rasa dingin itu melapisi bumps nya.

Saat alat itu bergerak acak, pandangan kedua orang itu tidak teralihkan.

Ini ketiga kalinya mereka mendengar detak jantung sang bayi.

“Oh…” Dokter itu tersenyum dan berhenti di satu titik dimana bayi itu sudah mulai terlihat bentuk tubuhnya.

“Dok?” Ucap Yoongi

Sementara remasan tangan Jimin semakin menguat pada jari-jari Yoongi.

“Your baby is a Boy, Tuan Min Yoongi congratulations.”

Rahangnya hampir terjatuh, Alpha itu terkejut.

Rasa bahagia yang menyelimuti perasaannya saat itu juga.

“YESSSSSH FUCK HE IS A BOY.” Umpat laki-laki itu.

“Laki-laki dok?” Tanya Omega itu untuk memastikannya sekali lagi.

“Ya, laki-laki. Tapi untuk second gender baru akan bisa di ketahui saat ia berumur 15 tahun nanti.” Jawabnya.

“Oh hello my baby boy…” Lirih Omega itu dengan tangis bahagia.

“Yoongi… he is a boy.”

Melihat Omeganya menangis ia langsung memeluknya, menciumi pucuk kepala Omega itu dengan sayang.


Setelah di resepkan beberapa vitamin oleh dokter mereka kembali kerumah.

Kemacetan lalu lintas membuat keduanya terlambat satu jam untuk sampi di mansion.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian mood Omega itu sedang bagus malam ini jadi ia memutuskan untuk menonton film kesukaannya di ruang tengah.

Satu jam berlalu ia masih merasa segar dan belum mengantuk.

Yoongi kembali dari ruang bawah tanah setelah selesai menata semua wine miliknya.

Alpha itu dengan jahil ikut berbaring lalu kemudian memeluk Omeganya, dan bergabung dalam selimut yang sama.

Nest Omega itu tidak di pungkiri memang terasa sangat nyaman.

Saat pandangannya tertutupi Omega itu mendorong dada Alphanya tapi nihil, tenaga ya terlalu habis untuk bergelut dengan orang ini.

“Hehe kok wangi banget?” Gumam Omega itu

“Saya habis coba wine yang saya beli lima tahun lalu, sebelum kabur ke vegas.” Ucap Yoongi

“Does the taste is good?”

“Ya, kamu boleh coba jika sudah melahirkan nanti.” Jawab Yoongi.

Obrolan-obrolan ringan malam itu, jadi dongeng sebelum keduanya tertidur pulas berpelukan diatas sofa besar milik Yoongi.

“It’s a boy…”

“Yes, it’s a boy…”

“He will be the next Min.”

369. If it’s you, i’ll kill you.


Oh mafia ini sedang bermain peran rupanya, entah sampai kapan ia akan berpura-pura menjadi seorang pemimpin perusahaan.

Map berwarna coklat itu dari mansionnya kembali ke kantor lagi, dan lelaki itu memberanikan diri untuk membaca sebuah surat terakhir yang di buat kakeknya untuk dia.

Ada beberapa lembar kertas di dalamnya.

Surat pertama di tulis dengan tulisan tangan.

Mulai dari Yoongi yang di minta untuk menjalankan organisasi ini agar tetap berlanjut, tidak segan untuk menghabisi siapapun itu yang berkhianat.

Hampir semua kekayaan jatuh ke tangan Yoongi.

Sampai di baris pertengahan tertuliskan.

“Jika anak kalian laki-laki, latih dan didik dia sebaik mungkin sampai nanti waktunya bisa menggantikan kamu sebagai penerus keluarga Min.” Tulisnya.

“Tapi, jika anak kalian perempuan tolong lindungi sebaik mungkin dari bahayanya kehidupan kita.”

“Perempuan atau laki-laki, dia tetap milik keluarga Min.”

Tulisan-tulisan itu membuat netranya hampir meneteskan air mata.

Sampai di barisan terakhir dari surat itu.

“Yoongi, jika nenekmu saat kakek pergi ia terlalu lama bersedih. Tolong kirim dia ke Swiss. Dia suka disana dan udaranya cukup bagus untuk usia lanjut. Dia sangat berharga untuk kita.”

Yoongi tidak bisa menahan air matanya, iya kakeknya memang kejam dan brengsek begitulah hidup sebagai keluarga Min, tapi lelaki itu benar-benar mencintai istrinya.


Restoran ini memang menyediakan tempat privasi untuk para tamunya jika ingin membicarakan suatu hal yang penting.

Arsitek tempat ini begitu kental dengan gaya khad jepang.

Bilik memeliki sekat, duduk di lantai dengan bantalan untuk alas.

Alih-alih bar Yoongi lebih memilih tempat ini untuk berbicara, karena ia tidak ingin mabuk dan berjanji memasak makan malam untuk Jimin.

Dering ponselnya berbunyi.

Kim Taehyung memanggil tepat saat Kim Seokjin belum tiba di tempat itu.

“Tuan Min.”

“Ada info penting? jika tidak kita bicara lagi nanti karena saya sedang menunggu seseorang.”

“Kim Seokjin ke pelabuhan dua minggu lalu, dia pergi ke jepang menggunakan kapal air.”

Yoongi reflek menaikan satu alisnya, tersenyum tanpa licik dan menyebalkan.

“Gotcha, this is valid?”

“Valid, saya sedang di pelabuhan dan beberapa orang melihat ia pergi dengan tujuan jepang hari itu.”

“Oke, kita bicara lagi nanti.”

Ketukan pelan oleh pelayan terdengar dari luar ruangan itu.

Lelaki itu datang dengan pakaian santainya berbeda dengan Yoongi masih menggunakan setelan lengkap.

Karena tidak ingin mengacaukan suasana, mereka lebih memilih untuk makan lebih dulu.

Yoongi meneguk tehnya, bahkan mangkuk makanan itu hanya ia makan dengan dua suapan dan masih menyisakan banyak.

“Benar kamu pergi ke pelabuhan dua minggu lalu?” Tanya Alpha itu tanpa basa-basi.

Seokjin terkejut dengan penuturan Yoongi yang begitu tiba-tiba.

“Iya, saya ada urusan.” Jawabnya santai

“Urusan apa?” Tanya Yoongi

“Urusan pribadi.”

“Urusan membawa kabur cocaine saya ke jepang?” Tegas Alpha itu.

Tatapan nya membelalak saat ucapan Yoongi benar-benar langsung pada intinya.

“Wait?” Ucapnya bingung

“Gudang yang terbakar, tujuh puluh persen cocaine milik saya sudah di ganti dengan serbuk lain.” Amarahnya sudah di ujung kepala dan siap untuk meledak kapan saja.

Omega itu tertawa, menyeka sekitar bibirnya dengan tisu.

Ia kemudian menaikan alisnya dan menatap Yoongi.

“Kamu nuduh saya bawa kabur cocaine kamu ke jepang Yoongi?”

Yoongi menatapnya, ia ingin sekali merokok untuk melampiaskan kekesalannya sekarang ini.

“Kamu juga yang mengirimi pesan sialan kepada saya waktu itu kan? Pesan itu di kirim dari jepang dua minggu lalu. Dan saat Jimin hampir di culik oleh anak buah The Tigers pesan itu di kirim dari Seoul.”

Gumam Yoongi, persetan dengan peraturan dilarang merokok. Pria itu tetap memantik nikotinnya.

Ruangan penuh asap dengan ventilasi udara yang tidak terlalu besar.

“Saya tau kamu marah karena saya gamau diajak kerjasama. Tentang bawa kabur cocaine? buktikan apa benar itu saya. Dan pesan itu? waktu saya lebih berharga daripada di habiskan untuk mengirim pesan teror murahan seperti itu.” Ucapnya angkuh.

Yoongi tidak ingin berdebat, ia ingat Jimin menunggunya untuk makan malam.

Lelaki itu menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap itu tepat pada wajah Seokjin.

“If you dared to betrayed me, and playing with this fucking scenario. I swear i will kill you. Omega.” Bisik Yoongi kemudian pergi dari ruangan itu.

Dia tetap Omega, dimana sikap dominan seorang Alpha yang marah akan selalu membuat insting Omeganya merengek ketakutan.

Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

“Sial.” Umpatnya pelan.


Yoongi masih melanjutkan aktivitas merokoknya di dalam mobil dengan jendela pengemudi terbuka.

Cuaca semakin hari semakin dingin, oh musim dingin akan segera datang.

“Dia di sekitar saya, jika benar Kim Seokjin memang dalang di balik ini semua. I’ll never forgive him.”

Kemudian Alpha itu lebih memilih pulang dan memasak untuk Omeganya.

366. I love you.


Jimin terus bergerak gelisah, menghadap kanan dan kiri ia masih belum menemukan posisi nyamannya.

“Baby please we need to sleep, besok daddy jemput kita.” Gumam Jimin.

Sepertinya Taehyung memang tidak akan pulang malam ini. Omega itu bukan takut sendirian di apartment ini tapi ia gelisah karena benar-benar tidak ada feromon Yoongi.

Ulah siapa ingin kabur dari zona nyaman berakhir menjadi sengsara.

Omega itu hampir menangis, tangannya meraba nakas untuk mencari kunci mobilnya.

Tapi ponselnya berdering lebih dulu.

“Apa” Jawabnya acuh

“Buka pintunya, saya sudah di depan unit Kim Taehyung.”

“Lo gausah bohongin gue, gausah so peduli sama gue yoongi brengsek.” Ucapnya

“Buka atau saya rusak pintunya.”

Omega itu mendengar tendangan dari pintu utama saat ia berjalan mendekat.

Ia mengintip apa benar di luar pintu itu Yoongi?

Atau penjahat yang menyamar.

“Omega Jimin open the door.” Ucap Yoongi dengan nada rendah, suara itu seperti menggeram marah yang bahkan belum pernah Jimin dengar sekalipun selama ia tinggal bersama Yoongi.

Insting Omeganya tiba-tiba merengek untuk segera membuka pintu itu dan memeluk Alphanya.

“Ayo pulang.”

Hatinya menghangat ketika mendengar Yoongi membujuknya dengan lembut.

Omega itu membuka pintu saat pintu terbuka menampilkan Alphanya yang tengah berdiri dengan piyama berwarna hitam, rambut sedikit berantakan dan menutupi mata.

Bau alkohol, tentu saja aroma feromon yang Jimin rindukan menguar begitu tebal di penciumannya.

Omega itu kemudin memeluk Alphanya dengan erat seakan mereka telah berpisah selama berbulan-bulan.

Lihatlah ini bahkan belum satu hari.

Yoongi membalas pelukan itu, ia memberi ciuman diatas kepala Omeganya.

Lalu kemudian membawa lelaki kecil itu pulang menuju mansionnya.

“Lo nyetir?” Tanya Jimin saat kedua tangan itu bertautan.

“Dengan sopir.” Jawab Yoongi

Alpha itu terlihat sedikit mabuk, entah ia sudah mengabiskan berapa banyak alkohol di mansion.


Kini keduanya sudah berada di mansion, dimana sarang milik Jimin berada.

Nest itu beraroma campuran feromon Jimin dan Yoongi.

“Yoongi.” Gumam Omega itu

“Hm.”

“Maaf ya, i know you’re not did mistake. I’m so selfish.” Ucap Omega itu menatap Yoongi sementara laki-laki itu lebih memilih untuk memejamkan matanya.

“Ya lupakan saja, yesterday i’m just say i’m in love with you. Itu adalah keputusan mutlak memilih kamu sebagai mate saya.” Alpha itu membuka matanya lalu kemudian menatap langit-langit kamar mereka.

Jimin menurunkan tatapannya.

Haruskah ia katakan tentang perasaan ini, tentang bagaimana ia merasa cemburu saat Yoongi dekat dengan Omega lain. Tentang rasa khawatir yang selalu hampir membuatnya mati.

Tentang bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan Alpha itu.

Netra itu kembai terpejam, sinar redup di iris matanya nya menghilang.

Cahaya rembulan malam ini cukup terang dan bisa menembus dinding kaca.

Aroma feromon bercampur menjadi satu.

“Yoongi?” Gumam Jimin

“Hm.”

“What if i’m in love with you too?” Omega itu berbaring lurus ia mengikuti cara Yoongi tadi dengan menatap langit-langit kamarnya.

“Apa, kamu bilang apa?” Alpha itu kembali membuka matanya, berharap ini bukan mimpi belaka.

“I’m in love with you.” Ucap Jimin tanpa ragu.

Alpha itu kemudian bangun dan menatap Omeganya, seakan tidak percaya bahwa cintanya terbalas.

“I love you.” Sekali lagi ucap Omega itu.

Tanpa menunggu lama keduanya sudah terlarut dalam ciuman penuh kasih sayang.

Ciuman yang tidak menuntut, ciuman yang begitu bermakna dari saat malam pernikahan mereka saat itu.

Park Jimin, Omega itu mencintainya Juga.

Jimin bisa merasakan ketulusan Alpha ini, Bahwa lelaki itu benar-benar mencintai dan menyayanginya.

Sumpahnya, Jimin akan selalu mencintai Yoongi untuk kedepannya.

Begitu pula Yoongi, ia berjanji untuk tidak merusak kepercayaan Omeganya.

Malam ini, malam yang penuh drama dan di akhiri dengan pengakuan cinta dari sang Omega.

Saat aroma feromon meledak kuat, mereka berdua sibuk melakukan scenting satu sama lain dan meninggalkan beberapa tanda merah di leher.

“Sayang.” Ucap Jimin pelan menatap Alpha itu yang berada diatasnya dengan tumpuan tangan menahannya.

“Shit, finally…” Gumam Yoongi

Kecupan terakhir di kening ia berikan pada Omeganya, sebelum tidur dan memulai hari esok dengan sesuatu yang baru.

Keduanya berharap ini bukan mimpi.

Tentang mating, biarlah hal itu mengikuti alurnya saja nanti.

359. You’re an asshole.


Ia meminta Joe untuk mengambilkan hasil lab cocaine tersebut karena Yoongi sibuk menghitung berapa banyak dana yang telah di gelapkan selama empat bulan terakhir ini.

Lelaki muda itu mengetuk pintu ruangan Yoongi dan membawakan map besar yang masih lekat dengan perekatnya.

“Tuan Yoongi, ini map nya” Ucap lelaki bernama Joe itu lalu memberikanya kepada Yoongi.

“Mereka tidak mengatakan apapun pada kamu?” Tanya Yoongi kemudian membuka map itu.

“Tidak Tuan muda Min.”

Yoongi terdiam saat membaca hasil lab tersebut, Alpha itu tertawa begitu puas.

Ada apa? apa isi kertas itu adalah sebuah tulisan lelucon?

Melihat Yoongi dengan reaksi seperti itu membuat Joe bingung.

“It’s so fuckin crazy.” Gumam lelaki itu.

“Cctv di gudang terbakar semua Joe?” Tanya Yoongi

“Terbakar tiga, dan satunya rusak karena tersiram air.” Jawabnya.

“Perbaiki cctv itu tidak apa-apa butuh beberapa hari pun, dan langsung pulihkan semua rekamannya.” Perintah Yoongi.

“Baik Tuan muda Min.”

Lelaki itu pergi meninggalkan Yoongi di ruangannya.

Dia butuh alkohol, setidaknya satu kaleng bir.

Tapi ia ingat punya janji dengan Kim Taehyung malam nanti.

Hasil test menunjukan itu seratus persen bukan cocaine tapi di ganti dengan serbuk lain, yang jika di lihat dengan mata telanjang sangat amat susah untuk di bedakan.

Jadi sudah pasti ada seseorang yang memasuki gudang lalu mengganti cocaine dengan serbuk lain.


Sky Bar Lounge. Menjadi tujuannya malam ini

Ternyata Taehyung sudah menunggunya di sebuah meja sudut bar, yang tidak di dominasi oleh banyak orang.

Yoongi memesan beberapa jenis alkohol.

“Jimin udah bilang kan sebelumnya?” Ucap Taehyung

“Ya, tapi saya ingin mendengar lebih jelas lagi.” Gumam Yoongi.

Alpha itu mengambil satu kotak rokoknya kemudian mengeluarkan satu batang nikotin itu lalu memantiknya.

Ia hisap dan hembuskan asapnya.

“Kim Seokjin ke pelabuhan dua kali, saat kalian di vegas.”

“Ada yang pakai id George buat flight ke jepang.”

Yoongi mengangguk dan memperhatikan pria itu berbicara.

Saat ia sibuk dengan pikirannya sendiri, ia ingat Namjoon pergi juga.

Tapi lelaki itu berada di tiongkok bukan di jepang. Lalu siapa di balik orang ini?

“Jepang korea tidak jauh, bisa pergi menggunakan jalur laut.” Ucap Yoongi

“Nah.”

“Ini baru kemungkinan, kita tidak bisa menuduhnya.” Gumam Yoongi ia meneguk gelasnya.

“Ya we need to careful, saya gamau kalo Jimin harus jadi korban selanjutnya.” Marah Taehyung.

“Kamu juga harus berhati-hati Kim Taehyung, kemarin saya dapat pesan bahwa dia tidak akan membiarkan kamu hidup.”

Saat orang-orang berlalu lalang di tempat itu, Yoongi terfokus pada pintu toilet dimana Ia dan Jimin bertemu pertama kali waktu itu.

“Saya bisa jaga diri Tuan Min, begitu pula Jimin. Tapi dia sedang hamil sekarang please don’t let him killed people again.”

Saat Taehyung pamit lebih dulu, dan ia memberitahu Yoongi akan melakukan tracking lagi untuk orang yang memakai id George.

Yoongi masih betah berlama-lama di bar itu.

Ia sudah menghabiskan tiga batang rokoknya, satu botol whiskey yang ia pesan itu.

Ia hampir mabuk.

Tiba-tiba ada perempuan seorang Omega.

Karena tanpa sadar Aroma feromon milik Yoongi menguar begitu kuat dan menarik beberapa pasang mata kepadanya.

Pandangannya sedikit kabur saat Omega itu duduk di sofa dan merayunya.

“You’re alone, need friends sir?”

Sial perempuan itu berani-berani menyentuhnya, dan aromanya sudah pasti akan tertinggal di baju Yoongi.

Omega hamilnya sangat sensitif dengan aroma Omega lain.

Yoongi menepis perempuan itu kemudian berdiri dan menelfon seseorang untuk menjemputnya di bar.

“Slut, i don’t need partner sex. I have pretty Omega.”

“Oh, Aroma feromon mu membuat saya ingin muntah.”

Ucapnya acuh, kemudian meninggalkan beberapa lembar uang tunai diatas meja.

Dan pergi begitu saja.


“Babe, i’m home.” Gumamnya

Ternyata Omega itu tertidur di sofa dengan tumpukan selimut di seluruh tubuhnya.

Televisi masih menyala, saat hanya kepala yang terlihat Alpha itu tidak bisa menahan untuk tidak mencium Omeganya.

Jimin terkejut saat Yoongi menciumnya dan membuatnya terbangun.

“Lo minum berapa banyak yoongi.” Keluh Omega itu kemudian duduk diatas sofanya.

Ternyata Alpha itu langsung memeluknya, menempatkan dagunya diatas bahu sang Omega.

Saat Jimin menghirup nafasnya dan mencium aroma alkohol dan sedikit aroma Omega lain dari tubuh Alphanya ia mendorong Yoongi dan siap untuk memarahinya.

Bukankah kemarin lelaki itu bilang bahwa dia jatuh cinta pada Jimin?

Apa-apaan sekarang ia malah beraroma Omega lain.

Jimin pergi meninggalkan lelaki itu dan Yoongi kebingungan.

“Stop jangan ikutin gue, lo tidur di kamar sebelah. Kita ngobrol kalo lo besok udah sober.” Ancam Omega itu

“Babe wait, i can explain it.” Teriak Yoongi.

“Stfu asshole.”

Ia meninggalkan Yoongi dan mengunci pintu kamarnya.

“Kemarin lo bilang cinta ke gue, Yoongi bajingan brengsek.”

Sementara Yoongi hanya mengetuk pelan dari luar pintu.

“Shit, i love you.” Gumam Yoongi dari luar pintu itu.

356. Did you know, Omega Park?


Makan malam kali ini terasa berbeda, terasa lebih hangat karena bertambah anggota.

Biasanya mereka hanya berdua di mansion milik Yoongi, tapi kali ini melihat wanita tua itu yang biasa selalu berbincang manis dengan suaminya.

Jimin lihat hari ini terlihat sedih.

Wanita itu kembali dengan satu mangkuk penuh muscat di tangannya.

“Ini untuk kesayangan nenek.” Wanita itu memberikan mangkuk muscat kepada Jimin.

Jimin tidak pernah merasa tidak nyaman dekat wanita itu, selain baik hati energi positifnya selalu membuat siapapun merasa betah berlama-lama.

“Nenek masih ganti bunga di makam kakek setiap hari?” Tanya Yoongi

“Masih Yoongi, dia suka mawar putih.” Jawab wanita itu.

“I know.”

“Liat kalian makan dengan lahap disini nenek senang, mansion ini terasa hidup kembali.” Ucapnya

Jimin berusaha meraih jari-jari wanita itu untuk ia genggam.

“Kalo nenek butuh teman ngobrol, jangan pernah ragu buat hubungin aku ya nek.”

Wanita itu tersenyum ramah, bahkan air matanya hampir tidak tertahankan.


“Disimpan saja di ruangan sebelah.” Ucap Wanita itu.

Saat Yoongi dan Jimin menoleh ternyata itu Kim Seokjin dengan beberapa kotak kardus besar yang ia bawa.

“Hei, you here Yoongi.” Sapanya lelaki itu mengampiri mereka di meja makan.

“Nyonya Min, Omega park.”

“Let’s join, kami sedang makan malam.” Tawar Yoongi.

Jimin hanya tersenyum, ia memang sedari awal selalu merasa kurang nyaman dengan keberadaan Omega itu.

Tapi ia tidak ingin dianggap kurang sopan karena tingkahnya.

Seokjin bergabung ia duduk tepat di sebelah Nyonya Min.

Mereka makan dengan diam dan selesai lebih cepat.

Nampaknya tidak ada masalah dengan makanan malam ini, Jimin bahkan tidak memuntahkan makanannya.

“Apa yang kamu bawa tadi?” Tanya Yoongi mereka berdua kini berada di balkon untuk menghabiskan satu batang rokoknya.

“Bawa barang-barang Tuan Min yang masih ada di kantor, di minta nenek kamu.” Jawab Seokjin

Yoongi tiba-tiba teringat pesan dari Jimin untuk apa orang ini pergi ke pelabuhan dua minggu lalu?

“Seokjin, kamu pergi ke—p” Ucapan Yoongi terpotong saat neneknya memanggil bahwa untuk menikmati buah yang baru saja di bawakan oleh para pelayan.

Kedua lelaki itu berjalan menuju ruang tengah lalu bergabung dengan Nyonya Min, dan Jimin.

Yoongi duduk di sebelah Omeganya, menarik posesif Omega itu agar duduk tanpa jarak dengannya.

“Yoongi…” Omega itu mengeluh

“Sudah berapa bulan usia kandungan Jimin?” Tanya Seokjin kemudian memasukan satu potong semangka kedalam mulutnya.

“Empat bulan, udah masuk trimester kedua.” Ucapnya.

Tangan Omega itu mengelus perutnya yang tiba-tiba terasa sakit.

Karena tidak ingin membuat semua orang panik, Omega itu menarik tangan Alphanya kemudian meletakannya diatas perut.

Alpha itu bingung dengan tingkah Omeganya, tapi ia hanya menurutinya kemudian mengelus perut itu.


Mereka berdua memutuskan untuk menginap karena Yoongi setidaknya tadi meminum alkohol, ya anggap saja satu malam ini mereka menemani neneknya yang merasa kesepian.

Karena hanya ada sedikit samar aroma Yoongi.

Entah mungkin kamar ini terakhir dimasuki oleh pemiliknya sekitar tiga bulan lalu.

“Yoongi, lo tau gak si…” Ucap Jimin yang kini sudah berganti piyama dengan milik Yoongi.

“Tidak, karena kamu belum bilang.” Jawab Alpha itu yang tengah duduk di sofa dengan satu gelas wine di tangannya.

“Ih nyebelin.” Omega itu melempar satu bantal kearah Alphanya.

“Ada yang pake identitas George buat flight ke jepang waktu itu.”

Netranya melebar terkejut tapi ia berusaha untuk tetap tenang.

“Siapa? Tanya nya.

“We still don’t know, can you help to track him?” Ucap Jimin

“Ya tetu saja, boleh kirim data-datanya kepada saya?” Yoongi meneguk habis setengah gelas wine nya lalu meletakkan gelas itu diatas meja.

“Lo minta Taehyung aja, dia juga lagi nyelidikin ini.”

Omega itu merebahkan tubuhnya lalu menendang-nendang selimut dengan kaki kecil itu.

“Gue gak suka kamar ini, gaada feromon kita” Rengeknya.

Yoongi hanya tertawa melihat tingkah gemas Omeganya, Alpha itu membuka piyama yang bermodelkan kimono lalu melemparnya ke sofa.

“Kok buka baju? mau ngapain.” Jimin membelalak saat Alphanya mendekat.

Alpha itu mencium kening Omeganya dengan lembut lalu kemudian merebahkan tubuhnya di samping Omega itu.

Menjadikan lengannya sebagai alas kepala Jimin. Yoongi mendekap tubuh kecil itu dengan hangat.

“Kamu bisa menghirup aroma feromon saya sampai pagi dan tidak terhalang Oleh baju.” Ucapnya.

Omega itu tersenyum kemudian mendekat kearah leher sang Alpha untuk menghirup aroma feromon yang menenangkan itu.

Sepuluh menit berlalu membuat Omega itu mengantuk, dengan elusan-elusan di punggungnya.

“Did you know i’m in love with you, Omega park?” Gumam Alpha itu tepat di telinga Omeganya.

Membuat Jimin merasa seratus persen tersadar dari rasa mengantuknya.

“You… in love with me?” Tanya Omega itu dengan nada sedikit tidak percaya dengan ucapan Alphanya.

Yoongi memejamkan matanya.

“Ya, I’m in love with you.”

“After this confess, jika kamu ingin menendang saya tidak apa-apa.” Gumam lelaki itu.

Jimin hanya diam, kemudian hanya membiarkan dirinya memeluk tubuh Yoongi dengan erat malam itu.

344. Baby, I’m home


Saat Yoongi tiba di mansionnya cahaya lampu sudah di padamkan, ini hampir tengah malam.

Setelah kapal yang membawa cocaine nya tiba Yoongi mengambil alih menjadi ia yang menyetir mobil tersebut.

Berkendara dalam kecepatan tinggi agar segera bisa memastikan secara langsung Omeganya dalam keadaan baik-baik saja.

Ia menaiki tangga dengan jas nya yang sudah menggantung apik di lengan itu.

Perlahan membuka pintu dan menghampiri Omeganya yang sedang tertidur di bawah gulungan selimut tebal.

Alpha itu mendekat mengelus dan mencium dahi Omeganya dengan perlahan agar tidak mengganggu.

Tapi ternyata Jimin lebih peka ia terbangun hanya karena afeksi kecil dari Yoongi.

“Hehe.” Tawa Omega itu.

“Hehe hehe, bisa-bisanya kamu menakuti saya seperti itu Park Jimin.” Ucap Yoongi.

“I’m ok, lo lupa gue siapa?” Dengus Omega itu sedikit kesal.

“Saya tahu, kamu juga pasti bisa menjaga diri tapi tetap saja kamu sedang mengandung.”

Alpha itu mengomel lalu membuka dua kancing kemejanya, ini adalah hari yang cukup menguras energinya.

“Gue pergi aman-aman aja kok, cuma aneh aja tadi tiba-tiba di jalan pulang ada satu mobil ikutin gue dari belakang.”

Alphanya hanya mendengarkan ocehan Omeganya dengan sabari sambil mengelus perut buncit itu.

“Gue inget kejadian kita fitting baju, yaudah gue arahin aja sekalian ke tempat sepi dan ya i killed them i sent them to the hell.”

“You’re so cool, no one can beat my Omega.” Ucap Yoongi.


Saat kedua netranya saling menatap dengan jarak yang hampir terkikis habis.

Dalam hati Omega itu berharap Alphanya mencium ia sampai tidak bisa bernafas.

Tapi Yoongi masih betah berlama-lama menatapnya.

Omega itu kemudian menangkup wajah Alphanya dengan kedua tangan kemudian mempersatukan bibir keduanya.

Saat netra terpejam dan saling memagut satu sama lain, membuka mulutnya lalu membiarkan ciuman itu berlarut dengan sendirinya.

Hisapan lembut dan pertukaran saliva, bahkan semakin lama Omega itu semakin tergesa.

Yoongi adalah orang pertama yang membuatnya menjadi candu seperti ini.

Alpha itu menjauh dan tertawa melihat bibir cantik Omeganya sedikit memerah.

“Haha you’re so pretty.” Ucap Yoongi lalu satu kecupan ia tinggalkan di bibir Omeganya.

“Yoongi.”

“Ya?”

“Yoongi, did i do the right thing?” Tanya Omega itu dengan mata berbinar di bawahnya.

“Yes, so don’t worry okay?” Jawab Alpha itu sebelum kembali menciumi Omeganya.

Puas dengan bibir tebal Omega itu kini ia beralih pada lehernya.

Menciumi feromon milik Jimin adalah suatu kegiatan Yang sangat Yoongi sukai.

Saat bibir itu menyentuh kulit lehernya, lidah basah dan hangat menjilat kulit lehernya sedikitnya Omega itu menggeliat dan mendongakan kepalanya.

Menekan kepala Alphanya agar lebih dalam lagi menciuminya.

“Let me marking you, Omega Jimin.”

“Sure, give me more than one. Alpha Min.”


Kini Jimin sudah berada di pelukan Yoongi jari-jarinya bergerak di dada sang Alpha.

“Tadi Taehyung bilang lo minta dia buat track nomor ya?” Tanya Jimin

“Iya waktu kita sedang makan malam saat di vegas.” Jawab Yoongi

“Oh pantes lo samperin gue ke toilet.”

“Nah terus gue track juga nomor Geo, karena dia tiba-tiba chat gue. Dan lo tau? Lokasi mereka sama di jepang.”

“Di jepang juga?”

“Iya, i think the first time what we should do tracking orang-orang terdeket dulu.”

“Oke, kita bisa mulai ini bersama.”

“Serius?” Tanya Jimin

“Ya, kita akan selidiki ini bersama dan kamu bisa membantu mencari informasi bersama Kim Taehyung.”

330. Who the fuck r u


Omega itu diantar sampai basement oleh Taehyung untuk ke mobilnya.

“Je beneran gue anterin aja ya?” Ucap Taehyung yang sudah siap dengan kunci mobilnya.

“Gausah, gue aman kok kaca mobilnya udah di ganti sama Yoongi gue juga ada pistol di mobil.” Jawab Jimin.

Ia memasuki mobilnya, dengan hoodie supper besar menutupi perut buncitnya lelaki bertubuh kecil itu terlihat begitu lucu.

“Tapi je.”

“Mending lo lanjut tracking nomor yang tadi kalo bisa cari siapa yang kirim juga, itu udah jelas banget anjing dari lokasinya.” Ucap Jimin.

Dan akhirnya di setujui oleh Taehyung.


“… In another life i would make you stay.”

Suara musik bergema di dalam mobil ia bernyanyi, jari-jari kecilnya bergerak mengikuti beat musik itu.

Jarak apartment milik Taehyung berkisar satu jam dari mansion milik Yoongi.

Karena Alphanya akan pulang telat Omega itu berniat mengambil beberapa jalur yang berbeda untuk pulang.

Ia ingin menghabiskan sedikit waktu mengemudi lebih lama dan menyaksikan oranye cahaya matahari terbenam.


Oh mungkin itu adalah keputusan yang salah.

Saat mobilnya memasuki jalanan yang begitu sepi ada tiba-tiba ada satu mobil mengikutinya.

Omega itu menurunkan volume musiknya ia mulai fokus memikirkan rencana untuk menghindari para bajingan sialan yang mengikutinya.

Ia menarik nafasnya panjang, tidak bisa berbohong sedikitnya Omega itu merasa panik.

“Take a deep breathe, Jimin.”

“Calm down ok, papa will protect you.”

“Papa have a gun, don’t worry.”

Omega itu bergumam pada bayinya dan lalu mengelusnya pelan agar bayi itu tidak ikut merasa panik.

“Ok my angel baby. Let papa kill them if they try to hurt you.”

Kali ini insting Omeganya yang mendominasi, ia bahkan akan pasang badan dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi sang bayi.

Jimin sengaja mengarahkan mobilnya ke tempat yang lebih sepi.

Ia ingat bagaimana saat mereka pulang setelah melakukan fitting baju pernikahannya, ada beberapa orang mengikutinya juga.

Dan sudah tidak salah ini pasti suruhan The Tigers.

Ternyata mobil itu bergerak cepat mendahuluinya hingga menghadang sisi depan mobil Jimin.

“Fuck.” Ia menginjak pedal rem secara mendadak tapi dengan sigap tangannya menahan perut itu agar tidak terbentur.

Jangan lupa, Jimin adalah mantan penjahat yang berhasil menghabisi tujuh puluh delapan targetnya tanpa gagal.

Ya hanya satu yang bisa membuatnya gagal : Min Yoongi.

-

Omega itu keluar dengan senyum meremehkan.

“Park Jimin, pregnant omega haha feromon lo shit.” Ucap dua lelaki itu.

“If this Omega not pregnant we can fuck him first, baru bawa ke bos.”

Jimin berusaha mengendalikan dirinya, ia duduk dan menumpu satu kakinya di atas cup mobilnya.

Sementara dua tangannya masih berada di dalam kantung sweat pants nya.

“Oh, everyone said my pheromone smells like heaven, atau mereka biasanya bilang ‘this bitch smells so heavenly’ haha.” Ucap Omega itu.

Kedua itu tertawa acuh, rupanya Jimin bukan sembarang Omega.

Omega lemah yang biasa hanya mengandalkan kekuatan Alphanya. Tidak Jimin tidak hidup seperti itu.

“Daripada lo so berani gitu mending ikut kita, kita gaakan pake kekerasan kalo lo nurut.”

Ketika dua pria itu mendekat dan menyentuh lengannya, Omega itu dengan sigap menendang milik pria itu dan membuatnya terjatuh kesakitan.

Sementara pria satunya lagi berhasil menarik ia dan memegani kedua tangannya yang masih berada didalam saku.

Dan berusaha menarik Jimin untuk masuk kedalam mobilnya.

Tapi Omega itu memberontak dan menginjak kaki pria itu dengan sneakers miliknya.

Jimin berputar dan menendang bahu lelaki itu. Lalu mengeluarkan pistolnya dari saku.

“Siapa yang mau mati duluan?” Ucap Jimin.

Kedua orang itu panik bukan main, dan mundur secara perlahan saat Jimin semakin berjalan maju.

“I will never let you go, i will sent you to the hell. Bastard.” Satu tembakan terlepas tepat mengenai jantungnya

Sementara satu lelaki yang Jimin tendang lebih dulu berusaha untuk melarikan diri.

Tapi tidak, sial ia baru pertama kali melihat Omega semengerikan ini bahkan lebih menakutkan dari Alpha.

Jimin mendaratkan kaki kanannya tepat diatas leher lelaki itu dan siap untuk menekannya.

“Siapa orangnya?”

“Dia— dia cuma suruh lewat chat terus uangnya di transfer.”

“The Tigers?” Desak Jimin

Tapi pria itu masih diam

“The Tigers told you to kidnap me?”

Tanpa rasa kasihan sedikit pun ia menembak tepat di kepala pria itu dengan percikan darah mengotori sebagian celananya.


Panggilan telepon itu tersambung sampai Alpha itu menjawabnya.

“Alpha…”

“Hei, are you home?”

“I killed people again, i’m sorry.”

“Oh my fucking god. Kirim alamatnya dan saya akan suruh anak buah saya kesana.”

337. I will found you.


Alpha itu melonggarkan ikatan dasi pada lehernya.

Dua batang nikotin sudah habis untuk menunggu kedatangan Kim Seokjin.

Gudang itu memang belum tersentuh sama sekali karena Yoongi melarangnya.

Ia mengambil beberapa abu dari cocaine yang sudah terbakar dan cocaine yang masih utuh.

Ia memasukannya kedalam plastik clip kecil. Yoongi tidak bodoh dan tidak akan membiarkan ini terus berlanjut.

Ia akan mengeceknya nanti apakah benar semua cocaine nya terbakar atau serbuk ini hanya tiruan.


“Suruh anak-anak bereskan gudang, dan segera mulai pembangunan gedung baru.” Ucap Yoongi.

“Iya Yoongi.” Jawab lelaki itu yang kini sedang mengemudikan mobilnya.

Yoongi tahu ucapannya sedari tadi memang sedikit kasar pada Seokjin, tapi ia tidak bisa menahan amarahnya.

Ekspresi tenang Omega itu agak sedikitnya membuat Yoongi merasa tidak nyaman, begitu pula aroma kemarahannya.

Setelah sampai di pelabuhan, Seokjin membiarkan Yoongi untuk mengobrol secara pribadi dengan distributor itu.

“Saya tunggu kamu disini Yoongi.” Ucapnya.

Yoongi hanya mengangguk dan meninggalkan lelaki itu sendirian di dekat mobil.

“Tuan Kim sudah kem—” Ucap seorang pria muda menyapa Seokjin di depan mobilnya.

Mereka berdua mengobrol biasa, sementara Yoongi matanya mengawasi dari sana.

Dia tidak heran jika Seokjin memiliki banyak orang yang mengenalnya di sekitar pelabuhan ini karena memang biasanya dia yang melakukan transaksi di tempat ini.


“Iya itu maksud gue.” Ucap Jimin

Satu cup ramen pedas di tangannya.

“Je lo beneran gapapa makan mi instan? gue takut yoongi.”

“Gapapa please.”

Taehyung hanya memutar matanya dia tahu temannya itu benar-benar menjengkelkan dan susah diatur.

“Kemarin ada yang chat gue pake nomor geo chat gue.” Ucap Omega itu sambil menyantap lahap mie instannya.

Membuat Taehyung menengok kearahnya dengan tatapan heran.

“Jangan halu tolol, lo sendiri yang bunuh geo.” Dengan nada sedikit heran.

“Iya maksud gue itu udah pasti own the tigers.”

“Bentar, waktu kalian masih di Las Vegas Yoongi minta gue track number juga. Coba kita track nomer geo juga.”

Jimin membulatkan matanya, mereka berdua fokus untuk hasil yang mereka harapkan.

Sial, lima menit berlalu masih belum menampilkan hasilnya.

Saat Taehyung mengambil sebotol air dingin, laptopnya menampilkan lokasi darimana pesan itu dikirim.

Dan ya…

“What the fuck.” Umpat dua orang itu.