ymkissed

257. Peanut butter.


Sesuai janjinya Yoongi tiba tepat pada dua puluh menit dalam keadaan selamat.

Ia menghampiri Jimin yang berada di sofa dan meringkuk di sarangnya.

Tapi kali ini lebih banyak selimut dan beberapa baju milik Yoongi.

Lelaki itu melepaskan jas nya kemudian melemparkan ke sembarang arah, mendekati Omeganya yang kini sibuk memainkan ponselnya.

“Hei, sudah lebi baik sekarang?” Tanya Yoongi.

“Lo kok cepet banget udah sampe? game gue aja belum selesai.” Omega itu bergumam lalu bangun dari tidurnya.

“Tadi siapa yang minta cepat sampai?”

Lelaki itu mendengus, ia mengambil satu kantung plastik berisikan dua kotak sushi.

Iya, sushi dimana waktu itu Jimin meminta banyak salmon tapi tidak ada.

“Sushi, saya beli di resto tempat favorit kakek.” Ucap Yoongi

Omega itu merasa sedih kala Alpha nya kembali mengingat bagaimana kejadian buruk yang terjadi minggu lalu.

Jangankan untuk makan, melihatnya saja sudah kenyang. Tapi ia tidak ingin menyakiti perasaan Yoongi sudah rela meninggalkan pekerjaan dan membelikannya makanan sungguh jahat jika ia menolaknya.

“Kenapa beli makanan?” Omega itu membuka mulutnya saat sang Alpha menyuapkan satu potongan sushi untuknya.

“Kamu belum makan, ternyata kehamilan memasuki tiga bulan tapi bayi ini tetap tidak bisa jauh dari saya.” Ledek Yoongi.

“Ya anak lo.”

Omega itu terus memakan sushi yang di belikan oleh Yoongi, entah karena ia makan bersama atau memang karena makanan ini enak.


“Abisin.” Ucap Jimin pada satu kotak sushi yang tersisa untuk Yoongi.

“Saya tidak lapar, i have one cup ice americano for lunch.” Jawab Alpha itu.

“Stupid Min Yoongi, caffeine not good if you haven’t eaten.” Telaknya.

Omega itu mengambil alih sumpit yang berada di jari-jari sang Alpha kemudian membuka satu kotak sushi dan menyuapkannya.

Walau merasa sedikit heran tapi Yoongi tidak menolak perlakuan Jimin.

Omega ini semakin hari semakin bersikap lebih baik dari sebelumnya, tapi bukankah itu memang seharusnya?

“Sushi nya enak.” Ucap Jimin

Dan di angguki oleh Yoongi, bisa dibilang tempat itu adalah tempat favorit keluarga Min sebelumnya.

-

Mereka kembali bersantai, dua gelas lemon tea dengan begitu banyak es memenuhi gelas yang menjulang tinggi.

Hari semakin sore, emosi Jimin kembali jadi lebih baik. Tidak ada mual lagi dan pikiran karena pesan tadi pun teralihkan.

Ia membiarkan kepalanya bertumpu pada bahu sang Alpha, mencium aroma maskulin dari feromonnya yang begitu candu.

Dan Yoongi membiarkan Jimin melakukan apapun.

Karena Omega ini nampaknya sedang mencari tahu tentang apa yang ia rasakan selama ini.

Rasa ketertarikan sementara atau rasa cinta yang memang perlahan tumbuh dan ia tidak bisa menghentikannya.


Ia terus mengendus dan menciumi leher sang Alpha sementara Yoongi sibuk dengan game di kedua tangannya.

Jimin benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya. Untuk tidak menciumi leher Yoongi.

Insting Omeganya yang begitu menyebalkan kembali mendominasi.

“Haruskah kita pindah ke kamar, Omega Park?” Bisik Yoongi tepat di sebelah telinga Jimin.

Sial, ia merasa dirinya begitu terpancing karena bisikan itu.

Tidak, tidak boleh. Omega itu turun dari pangkuan Yoongi dan berbalik untuk menuju kamarnya.

“Jangan ikut, gue mau mandi.” Ancamnya.

“Tunggu sebentar.” Yoongi menarik lengan Jimin untuk berdiri di hadapannya

Alpha itu tidak pernah lupa untuk sekedar menyapa bayinya yang masih berada di dalam perut sang Omega walau hanya dengan kata “Hi”.

“Hi, peanut butter daddy here again!” Ucapnya pada bulatan perut sang Omega.

Tidak lupa kecupan-kecupan yang ia tinggalkan selalu membuat Jimin merasakan sesuatu yang bahkan tidak bisa di jelaskan.

248. Sayang.


Yoongi yang setengah mabuk itu langsung tersadar saat membaca pesan dari Jimin yang bilang hampir terjatuh karena lemas.

Ia segera naik ke atas untuk mengajak pulang Omeganya.

Lengan bertengger posesif pada pinggul sang Omega. Ia ingin menggendong nya untuk menuruni tangga tapi Jimin menolak.

Setelah berpamitan dengan semua orang di mansion itu, mereka segera menuju mansionnya dengan diantar oleh sopir keluarga Min.

Genggamannya bahkan tidak terlepas sampai mereka tiba di mansion.

“Kenapa di pegangin mulu udah kaya mau nyebrang aja.” Omega itu mendengus kala telapak tangannya berkeringat karena genggaman kuat sang Alpha.

“Hanya ingin.” Jawabnya

Jimin melirik malas, ia ingin sekali meringkuk diatas nest nya sekarang tapi harus membersihkan diri lebih dulu.

“Yoongi, kalo mau makan delivery aja gausah masak ya lo pasti cape banget.” Usul si Omega.

“Nanti kamu muntah jika makan masakan orang lain, dan belum tentu kebersihannya terjamin ju—”

Jimin menempelkan ibu jarinya tepat pada bibir Yoongi dan membuat lelaki itu berhenti berbicara.

“I can eat, kalo lo temenin gue makan.” Ucap Jimin

Yoongi menahan pergelangan tangan Jimin kemudian mengecupnya dan mengiyakan permintaan Omega itu.


Selesai makan dan minum vitaminnya Jimin memilih untuk mandi, begitu juga dengan Yoongi.

Tubuhnya lelah hari ini, pikirannya juga.

Saat ia kembali ke kamar feromon Alphanya menguar begitu harum, inting Omeganya ingin melompat kedalam pangkuan Alpha itu tapi tidak. Itu akan merendahkan harga dirinya pikir Jimin.

“Come here.” Panggil sang Alpha.

Menepuk sisi kasur di sebelahnya, dengan satu botol lotion di tangannya.

“Mau ngapain?” Tanya Jimin terheran

“Saya pakaikan lotion, harumnya bisa membuat kamu tidur lebih nyaman.”

Alpha itu menarik Jimin hingga duduk di sebelahnya. ia memakaikan lotion itu dengan sangat lembut di sertai dengan pijitan.

Tubuh Jimin kembali menjadi rileks.

“Yoongi?”

“Iya sayang?”

Jimin menepuk paha Yoongi dengan sangat kencang entah mungkin itu meninggalkan bekas berwarna merah di paha putihnya.

“Shit.” Gumam Yoongi pelan

“Lo jangan panggil gue gitu.”

“Sayang, sayang, sayang, sayang, sayang.” Alpha itu terus menggoda Omeganya

Benar saja menggoda secara langsung lebih menyenangkan daripada melalui chat. Lihat pipi itu memerah karena malu.

“You’re blushing Omega Park.” Ledek Yoongi.

Jimin menarik selimutnya dan memunggungi Alpha itu karena pipinya terasa terbakar setiap Yoongi menggodanya.

Tidak henti sampai situ, Yoongi malah memeluk tubuh kecil itu dari belakang.

Mengecupi setiap sisi leher Omeganya.

Lalu kemudian menjilati tempat dimana feromon Omega itu berasal.

Jimin hanya menggeliat karena aktivitas Yoongi, dan berusaha sekuat mungkin untuk menahan lenguhannya.

“STOPPPPP MAU TIDUR.” Teriak Omega itu.

Ya dan akhirnya Yoongi memilih untuk mengalah lalu membiarkan Jimin untuk beristirahat.

“Good sleep my pretty Omega, good sleep my peanut butter.” Ucapnya.

240. Our wedding day.


“Ada apa?” Tanya Alpha itu pada Omega yang sedari tadi terlihat amat gelisah dan tidak kunjung tertidur.

“Gue gabisa tidur Yoongi, gimana besok mata gue berubah jadi hitam semua?”

“Gugup?”

Yoongi menutup laptopnya dan kemudian mendekat ke arah Jimin.

“Sedikit.” Jawabnya.

Omega itu menunduk dengan tangan yang terus mengepal.

“Sini.” Yoongi merentangkan kedua tangannya agar Jimin bisa masuk kedalam pelukan itu.

Omega itu perlahan mendekat lalu menyembunyikan wajahnya pada tengkuk leher sang Alpha, menghirup dalam-dalam aroma feromonnya.

Ia berhasil merasa lebih tenang dari sebelumnya. Aroma feromon Yoongi itu ibarat obat untuk Jimin.

Sementara Yoongi mengecupi leher Omeganya, dengan tangan yang terus mengelus pelan punggung Jimin.

Beberapa menit dalam posisi seperti itu membuatnya perlahan mengantuk dan semua pikiran yang mengganggunya menghilang.


Pagi ini seperti biasa, sarapan dan mengkonsumsi vitamin adalah hal wajib.

Mereka berencana akan melaksanakan pernikahannya pada sore hingga malam nanti.

Sementara semua orang sibuk mempersiapkan diri begitu juga dengan Jimin.

Ia kembali memasukan beberapa bathbom kedalam bathup, beberapa tetes essence agar kulitnya terasa lebih lembab dan juga harum.

Tubuhnya merasa lebih rilex.

Sementara Yoongi sedang menyusun kata-kata untuk sambutan bahwa ia adalah pengganti Tuan Min mulai hari ini.


Mereka berdua sudah bersiap dengan setelan yang benar-benar pas di tubuhnya, begitu pula dengan sedikit riasan tipis yang di poles oleh penata rias.

“Wow.” Ucapnya saat melihat Omeganya.

“How do i look?” Gumam Omega itu malu-malu.

“You look so amazing, haha kita menikah hari ini.” Jawab Yoongi.

Saat mereka bercanda untuk mengalihkan rasa tegangnya.

Tidak lama Taehyung dan Jungkook datang untuk menjemput mereka berdua dari mansion menuju hotel.

Karena terlalu beresiko juga jika membiarkan dua orang ini menyetir sendiri.

Sementara Hoseok, dan Namjoon sedang sibuk berjaga untuk memastikan keamanan di dalam gedung nanti begitu juga dengan Seokjin disana.

Tidak ada canggung lagi mereka berempat hanya bertukar tawa di dalam mobil sampai akhirnya tiba di hotel itu.

Jimin terus terbelalak kala ia memperhatikan bagaimana dekorasi mewah ini terjadi di hari pernikahannya dengan Yoongi.

“Kamu suka?” Tanya Yoongi

“Suka banget, thank you Yoongi.” Jawabnya kemudian menautkan lengan itu pada lengan Alphanya.

Yoongi tersentak tidak biasanya Jimin seperti ini, bahkan jika ia sentuh harus ber adu mulut lebih dulu.


Sumpah dan janji keduanya sudah terucap di depan dua ratus orang yang ada di dalam ballroom besar ini.

Mereka berdiri dan beratatapan, Alpha itu perlahan menangkup wajah Omeganya dengan perlahan dan menyatukan bibir keduanya.

Netranya terpejam kala ciuman perlahan menjadi lumatan lembut penuh kasih sayang.

Saat tautannya terlepas mereka berdua tersenyum, suara riuh tepuk tangan dan godaan-godaan jahil terdengar meramaikan suasana malam ini.


Tuan Min mengambil alih mic untuk memberikan beberapa kata sambutannya.

Semua tamu yang berasal dari organisasinya.

“Malam ini, malam yang saya nantikan setelah lima tahun. Ya saya semakin tua dan perlu banyak waktu untuk menikmati masa tua dengan tenang.” Ucapnya

Suara riuh tawa kembali terdengar.

“Selain cucu tunggal saya menikah, hari ini juga saya akan menurunkan jabatan sebagai ketua organisasi di Seoul kepada Min Yoongi dan dia akan menggantikan saya.”

Lelaki tua itu memanggil Yoongi dan Jimin untuk bergabung dengannya.

“Saya sebagai cucu tunggal dari keluarga Min, saya harap kalian semua benar-benar setuju dengan keputusan ini.” Ucap Yoongi dengan tawa menyebalkannya.


Saat mereka tengah berbicang alunan musik tiba-tiba berhenti.

Oh mungkin saatnya mengganti lagu pikir semua tamu.

“1.. 2.. 3.. Nice shoot.” Gumamnya.

Suara peluru yang di tembakan benar-benar tepat mengenai jantung.

Darah merah pekat menembus keluar.

Suara teriakan panik dan tangisan seketika menggema di ruangan itu. Netranya mencari keberadaan darimana peluru itu berasal.

Wanita berumur itu menangis histeris.

Tuan Min tertembak di jantungnya tepat pada hari pernikahan sang cucu.

Jimin merasa tulang kakinya tidak berfungsi dan ia hampir jatuh tapi dengan sigap Yoongi langsung menahannya.

“Hei hei are you okay?” Iya berusaha mengalihkan Jimin.

“Kakek lo… Yoongi.. darah.” Gumam Jimin.

“Cari di seluruh hotel ini cek cctv dan temukan pelakunya.” Teriak Yoongi.

Begitu pula dengan Seokjin yang sedari tadi mencoba memanggil ambulance.

“Sapu tangan, tahan darahnya.” Teriak Seokjin.

“God.” Yoongi mendesah melihat kakeknya tidak sadarkan diri sementara sang nenek terus menangis.

“Kid, Kim Taehyung tolong bawa Jimin kembali ke mansion.” Teriak Yoongi yang langsung di turuti oleh kedua orang itu.

Sementara Jimin terus mengeratkan pegangannya pada Yoongi karena tidak ingin pergi.

“Please, My Omega you’ll be safe at our mansion please listen your Alpha.” Ucap Yoongi kemudian menyerahkan Jimin pada Taehyung.

Sementara petugas rumah sakit ingin membawa Tuan min ke ambulance, semua orang bergosip apakah ini perbuatan cucu nya sendiri? karena ingin menghabiskan hartanya.

Tapi Yoongi menghiraukan itu lalu menuntun neneknya untuk menuju ambulance.

Selama dalam perjalanan detak jantung lelaki itu semakin melemah, terlalu banyak darah yang keluar.

Dan rupanya peluru pistol itu beracun. Yoongi sudah menyadarinya sedari tadi.

Bahwa kakeknya tidak akan selamat malam ini.

Saat detak jantungnya berhenti mereka bertiga terisak tangis.

Kim seokjin dengan sapu tangan penuh darah, wanita tua itu dengan genggaman tangannya, dan Yoongi dengan tangisan tak bersuaranya.

236. Second date at bar.


“Cepetan dong mandinya.” Omega itu mengetuk-ngetuk pintu toilet dengan tidak sabaran.

“Kan tadi saya sudah minta mandi bersama agar menghemat waktu.” Balas Alpha itu dari dalam toilet.

Jimin mendecih sebal, ia sudah sangat bersemangat ia begitu merindukan gemerlap cahaya dan nuansa bar pada malam hari setelah hampir tiga bulan terjebak di tempat ini.

Ia memakai pakaian yang begitu cantik dengan paduan loose jeans, kemeja berwarna hitam dengan dua kancing yang tidak di pasangkan.

Sepatu boots mengkilap dengan heels tiga centi meter, polesan lipbalm mengkilap di bibirnya.

Saat Yoongi keluar dan masih mengenakan bathrobe dengan rambut masih sedikit basah.

Nampaknya Alpha itu terpesona bahwa Omeganya berdandan begitu mempesona malam ini. Belum lagi aroma parfum dan feromonnya yang menyapa indra penciumannya.

“Oh, you look so pretty tonight.” Ucapnya

Omeganya mudah tersipu kala Alpha itu menggodanya, lihatlah pipinya memerah sekarang.

“Can you shut the fuck up, and wear something clothe.” Marahnya

“Haha iya sebentar.”

Yoongi kembali memeriksa closet dimana semua pakaiannya tertata rapih disana begitu pula pakaian Jimin yang sekarang sudah mulai bertambah banyak.


Tidak dengan jas tapi kali ini Yoongi menyesuaikan pakaiannya dengan Jimin.

Loose jeans berwarna gelap dan kemeja hitamnya, tidak lupa ia menggulungnya sampai atas lengan dan tentu saja jam mahal yang melingkari pergelangan tangan Alpha itu.

Sial.

Selama perjalanan Jimin benar-benar tidak fokus karena ia baru melihat Yoongi berpakaian seperti ini.

Aroma maskulin parfum dan feromonnya benar-benar membuat ia ingin bercinta lagi dengan lelaki itu, seperti kejadian di bar beberapa bulan lalu.

“Park Jimin stop.” Omega itu bergumam kecil pada dirinya sendiri.

Urat-urat tangan yang menojol, jari-jari ini terus menerus mengetuk stir bersamaan dengan irama musik.

Tidak, Jimin tidak boleh berfikir aneh-aneh. Tujuan mereka pergi hari ini adalah bersenang-senang.


Sky bar malam ini dengan alunan musik jazz yang begitu tenang. Oh dia benar-benar merindukan suasana ini jiwa nya terasa seperti hidup kembali.

“Jangan terlalu jauh dari saya, kita tidak tahu mungkin saja ada musuh disini.” Ucap Yoongi kemudian menautkan jari-jari mereka berdua.

“Oke tapi gausah gandengan juga kali kaya mau nyebrang aja.” Protes Jimin

Tetapi Alpha itu tidak menggubrisnya melainkan malah menarik omega itu ke depan meja bartender untuk memesan minuman.

“Mau—”

“One best mocktail disini.” Ucap Yoongi sebelum Jimin menyelesaikan kalimatnya.

Alpha itu suka sekali menyelak omongan Omeganya.

“Satu lagi cocktail, give more tequila.”

Jimin sudah siap untuk meledakkan amarahnya pada Yoongi.

Tapi sebelum ia berhasil mengomel, Alpha itu sudah lebih dulu mengelus perutnya dengan lembut.

“Peanut butter tidak boleh minum alkohol, saya janji jika dia sudah lahir kamu boleh mencicipi semua alkohol milik saya di ruang bawah tanah mansion kita.” Ucapnya kemudian berhasil membungkam Omega itu.

“Mansion kita”

“Mansion kita”

Kalimat itu seketika berdengung di telinganya.

Yoongi benar, dirinya tidak boleh egois hanya karena ingin memuaskan nafsu dirinya bisa saja mengorbankam bayi itu.

Tidak, sudah cukup ia kehilangan ibunya kali ini ia tidak boleh kehilangan darah dagingnya sendiri.


“Hm mocktail is not bad.” Ucap Jimin kemudian meninggikan gelasnya pada Yoongi

“Good boy.”

Alpha itu mengacak-acak rambut Omeganya yang sudah tertata rapih, lalu kemudian mencuri ciuman pada bibir Jimin.

Alunan musik itu menambah kesan romantis malam ini.

Michael Bublé – La vie en rose

[must listen for the vibes haha]

Note

Mocktail : tidak mengandung alkohol, karena berbahan dasar sirup dan rasanya cenderung lebih manis.

Cocktail : sementara cocktail rasanya lebih cenderung asam tau pahit karena memang berbahan dasar alkohol.

228. White rose.


Satu bucket mawar putih yang ia pilih tadi berada di dekapannya saat dalam perjalanan menuju pemakaman.

Tatapan Omega itu kembali kosong.

Saat dalam perjalanan pun Alphanya selalu mengeluarkan aroma feromonnya agar Omega itu merasa lebih baik.

Tiba di pemakaman, tempat ini begitu luas terutama hamparan rumput hijaunya yang terawat.

“Makamnya ada disana, saya tunggu di mobil ya. Keluarkan semua perasaan kamu tidak apa-apa menangis.” Ucap Yoongi

Bahkan ia belum turun dari mobil, tapi kalimat Yoongi itu berhasil membuat kedua matanya berkaca-kaca.

“Jangan menangis, come here and let me hug you.” Ucap Yoongi kemudian menarik tubuh Jimin untuk di peluknya sebentar

Omega itu menghirup feromon sang Alpha dan berusaha menengangkan dirinya.


Rumput hijau, angin berhembus, serta bunga-bunga segar berada diatas makam itu.

Yang pertama kali Jimin lihat adalah makan ayah dan ibunya Yoongi disana.

Tertutupi oleh kelopak bunga mawar.

Begitu pula dengan makam ibunya ada bucket bunga mawar merah yang sudah setengah layu.

Ada seorang wanita yang menghampirinya dengan membawa satu keranjang kelopak mawar.

“Tuan Jimin.” Ucapnya

Jimin menoleh pada wanita itu dan tersenyum, bagaimana orang ini mengetahui dirinya?

“Jangan takut, saya pengurus makan keluarga Min. Yang biasa membersihkan dan mengganti bunga setiap hari disini.” Ucapnya kemudian tersenyum.

Oh rupanya bunga-bunga ini selalu di ganti setiap harinya.

“Saya tidak tahu Tuan Jimin akan mampir hari ini, dan bunga diatas makam nyonya Song Hye In belum saya taburkan.”

“Gapapa, biar aku aja yang taburin bunganya hehe.” Jimin mengambil keranjang itu dan kemudian wanita itu meninggalkan Jimin sendirian.


“Aku pengecut ya Ma?”

“Aku baru berani kunjungin mama sekarang.”

“Ma… kenapa harus kaya gini?”

“Kenapa kemarin aku gabisa cegah Alex buat gak tembak mama.”

Jimin terus berbicara di depan sebuah makam itu sambil menaburkan semua kelopak mawarnya.

Yoongi hanya memperhatikan omeganya dari dalam mobil, pasalnya tempat itu sudah sering sekali menjadi saksi ia menangisi kedua orang tuanya.

Dan ia tahu bagaimana rasanya menjadi Jimin, maka dari itu ia membiarkan Omeganya menangis dan mengeluarkan perasaannya sampai lega.

Sudah tiga puluh menit ia membiarkan Jimin menangis tetapi Omega itu semakin lama semakin terlihat terlihat sesak dan tidak bisa mengontrol tangisannya.

Dengan cepat lelaki itu segera turun dari mobil dan menghampiri Omeganya yang terus terisak di depan makam itu.


Kepalannya penuh dengan bunga, wajahnya memerah, aroma nya begitu menyedihkan.

Ia menangis seperti anak kecil yang mainannya di rebut seseorang.

Dengan perlahan Alpha itu memeluk tubuh kecil Omeganya, mendekapnya dengan hangat dan menenangkannya.

“It’s oke, Jimin it’s oke.” Gumamnya

“Seharusnya gue yang mati, bukan mama.”

“Tidak, bukan salah kamu.”

Aroma feromon milik Yoongi berhasil membuatnya menjadi lebih tenang, dan berhenti menangis.

Lalu keduanya berbicara bahwa akan melangsungkan pernikahannya dalam beberapa hari kedepan.


“Ini makam orang tua saya. Kapan-kapan saya ceritakan semua kejadian apa yang telah saya lalui.” Ucap Alpha itu sambil menggenggam tangan Omeganya menuju mobil.

Jimin tersipu, ia sebal dengan dirinya sendiri kenapa belakangan ini mudah sekali merasa salah tingkah hanya karena perlakuan kecil oleh Alpha ini.

120. Fitting.


Pasangan ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah butik yang telah menjadi tempat langganan keluarga Min sedari dulu.

Butik ini adalah saksi dimana keluarga itu selalu mempercayakan dengan sepenuh hati apapun yang mereka buat.

Hari ini tiga hari sebelum acara pernikahan adalah final fitting baju yang mereka buat untuk acara nanti.

Karena mereka hanya mengirim ukuran, ini adalah untuk pertama kalinya mereka melihat bahwa setelan itu sudah jadi.

Terlihat simpel, elegan, mewah dan tentunya pasti mahal.

Mereka berdua sedang berganti untuk mengepaskan ukuran itu baju itu.

Karena usia kehamilan nya yang terbilang masih dalam trimester pertama, jika tertutup jas tebal itu tidak akan terlihat.

Mereka berdua menatap bahwa setelan itu benar-benar cocok di tubuh satu sama lain.

Jimin mulai merasa risih saat Yoongi terus menerus menatapnya.

“You like it, Omega Park?” Ucap Yoongi kemudian mendekat dan meletakkan kedua tangannya di sekitar pinggul sang Omega.

Omega itu lagi-lagi merona.

“Haha suka.” Jawabnya

Kemudian pemilik butik itu datang menghampiri Yoongi dan Jimin di ruangan VIP.

Setelan itu begitu cocok untuk keduanya.

“You look so fine Tuan Yoongi, i’m honored to meet with you.” Ucap Wanita itu.

“No, don’t say that.” Jawab Yoongi sambil tertawa

“Apa ada yang perlu di perbaiki? atau ukurannya sudah pas?”

“You hand is so talend.” Sambung Jimin

Wanita itu berbinar merasa tersanjung kala Jimin memujinya.

“Kamu terlihat begitu menawan, setelan nya terlihat cocok di kenakan oleh mu. Karena memiliki postur tubuh yang begitu indah.”

Jimin bersemu, entah sudah keberapa kali ia selalu mudah tersipu kali ini hanya karena ucapan-ucapan manis dari orang lain.


Perjalanan pulang begitu tenang Yoongi memutar musik dengan volume tidak terlalu besar.

Omega itu mungkin kelelahan, karena terbiasa berbaring di nest nya tapi hari ini harus pergi dan menghabiskan waktu di luar.

Ia tertidur dengan selimut milik Yoongi yang tidak pernah ia tinggalkan. Ia selalu membawanya di dalam mobil.

Sampai Yoongi menyadari ada satu mobil van berwarna hitam mengambil jalur yang sama dengan mobilnya.

Tidak, mereka tidak boleh celaka sekarang.

Pikir Yoongi.

Ia bisa saja melawannya tapi itu terlalu berbahaya untuk keselamatan Jimin.

Sebisa mungkin ia mengalihkan mobil itu.

Berusaha menyalip setiap mobil di depannya.

Tak lupa ia juga menghubungi beberapa anak buah keluarga Min untuk segera menyusul.

Hampir lima belas menit akhirnya ia melihat ada beberapa mobil yang ia kenal mendekat.

Tapi mobil van itu masih terus mengikuti.

Jimin yang merasa terganggu dengan kecepatan mobil itu pun terbangun.

Melihat Yoongi dengan ekspresi sedikit panik, bahkan ia dapat merasakan Alpha itu sedikit marah.

“Yoongi?” Panggil Jimin pelan kemudian melihat kebelakang

“Yoongi itu mobil ikutin kita.” Jimin melihat dari kaca

“Mereka mengikuti kita, saya minta kamu tenang kita tidak bisa celaka sekarang.” Jawab Yoongi yang masih fokus mengendalikan stir nya.

“Ya gimana gue gak panik, anak lo nanti kenapa-kenapa Yoongi cepetan.” Jimin semakin panik saat mobil van itu mendekat

Saat melihat sebuah tikungan Yoongi berbelok ke kiri memutar stir nya sampai habis.

Dua mobil milik anak buahnya berhasil menghadang van hitam itu.

Yoongi bernafas lega kemudian menghentikan mobilnya di tepi jalan.

“Shit.” Jimin bergumam.

“You can sleep again, Omega Park.” Ucap Yoongi kemudian mengelus kepala Omega itu sambil tertawa.

“How can i sleep again? anjing jantung gue hampir copot.” Protes Jimin.

217. Don’t go.


Jimin menuruni tangga lalu menghampiri Yoongi di ruang kerjanya. Tanpa ketukan dan langsung membuka pintu tersebut.

Sementara Yoongi hanya meliriknya sebentar dan fokus kembali pada laptopnya.

“Yoongi.” Panggil Jimin.

Sedangkan yang dipanggil diam saja bahkan tanpa lirikan sekalipun.

“Ish yoongi, kalo dipanggil jawab.” Jimin dengan kesal kemudian menghentakkan kedua kakinya.

“Ya, ada apa?”

“Lo mau pergi ke vegas? kata taehyung lo mau pergi kesana sama dia? kenapa gue gak diajak?” Jimin berbicara tanpa berhenti.

Yoongi hanya memperhatikan bagaimana Jimin berbicara terus-menerus hanya untuk memastikan ia akan pergi atau tidak.

“Iya, jika saya pergi memangnya kenapa? bukannya kamu bisa tidur sendiri?” Jawab Yoongi

“Yaudah.” Omega itu mendengus kesal saat Alphanya tiba-tiba bersikap acuh seperti itu.

Jimin memutar tubuhnya dan ingin pergi keluar meninggalkan Yoongi.

Alpha itu memanggilnya.

“Jimin.”

Membuat langkah kakinya terhenti kemudian menatap sinis kepada Yoongi.

“Come here, sit on my lap.” Ucap Yoongi

Insting Omeganya berteriak agar ia segera berlari keatas pangkuan sang Alpha.

“Kenapa diam? cepat saya ingin bicara dengan kamu.”

Jimin berjalan mendekat kemudian perlahan mendudukan dirinya diatas pangkuan Yoongi, dengan tatapan menunduk dan memainkan jarinya.

“Ada apa, hm?” Ucap lelaki itu kemudian menyelipkan helaian rambut Jimin yang mulai panjang pada telinganya.

“J- jangan pergi.” Lirihnya

“Kenapa? bagaimana jika itu pekerjaan penting dan saya memang harus pergi?”

“Masa mau nikah beberapa hari lagi lo malah pergi, lo boong kan sebenernya gamau nikah ah bilang aja dari kemarin kalo gitu. Kan gue bis—”

Satu kecupan jatuh pada bibir ranum itu yang sedari tadi tidak berhenti berbicara.

“Yoongi anjing.” Marah Jimin

“Kenapa marahnya kamu lucu?”

Alpha itu terus menggodanya dan menyebabkan pipi Omeganya merona.

“Saya tidak pergi, hanya Taehyung dan beberapa anak buah saya untuk membawa cocaine ke Las Vegas.”

Omega itu bernafas lega kala mengetahui kebenarannya. Tapi kepalang malu karena menjadi begitu sensitif sebelumnya.

“Yaudah awas, jangan di pegangin.”

Yoongi melepaskan lengannya yang bertengger pada pinggang Omega itu.


“Saya pergi dulu mengantar mereka berdua ke bandara, ada seseorang yang harus saya temui lebih dulu.” Ucap Yoongi kemudian mengecup kening Jimin kemudian pergi begitu saja.

Sementara Omega itu mulai terbiasa dengan semua sikap tiba-tiba Yoongi yang begitu menyebalkan.

Menonton televisi, satu gelas susu coklat dingin, Oh tidak lupa dengan shine muscat miliknya yang tidak boleh terlewat satu haripun dalam jadwal makanan wajibnya.


Belum satu jam Yoongi pergi dari mansion tiba-tiba datang seseorang yang familiar, Terakhir Jimin temui dirumah sakit pada saat Yoongi tertembak.

Kim Seokjin.

“What are you doing, Omega Park? oh soon to be Min.” Gumamnya

Jimin meliriknya sinis ia kurang menyukai aura lelaki itu di sekitarnta entah mengapa.

“Just do what i want doing.” Jawab Jimin singkat.

“Oh, saya izin ke ruang kerja Yoongi ada berkas yang perlu saya ambil.” Ucapnya tersenyum kemudian berjalan meninggalkannya begitu saja.

Jimin enggan perduli dan kembali memperhatikan televisinya.

208. Heaven smells, and kisess.


Setelah Jimin membukakan pintu kamar yang ia kunci sedari sore tadi, Yoongi berdiri dengan dua dessert plate berisi soft cookies dan ice cream.

Ia meletakkannya diatas kasur dan kemudian masuk kedalam nest milik Omeganya yang terlihat begitu hangat dan nyaman.

Jimin kembali keatas tempat tidur dan menatap lelaki itu malah sibuk mencari film untuk ia putar.

“Ngapain bawa ini?” Tanya Jimin

“Siapa tau kamu ingin makan sesuatu.” Jawab Yoongi

Jimin hanya mendengus dan meliriknya malas, Omega itu segera meletakan cookies itu diatas meja dan segera menenggelamkan dirinya dalam tumpukan selimut.

Jimin hanya menghindar agar Yoongi tidak menciuminya.

Jimin berusaha untuk tidur tapi ia tidak bisa.

Seketika perasaannya ingin sekali Yoongi untuk mengelus perutnya tapi Alpha itu sibuk menghabiskan cookiesnya.

“Lo sakit kepala atau emang alesan aja mau tidur disini?” Gumam Jimin kemudian berbalik mengahap Yoongi.

Lelaki itu tertawa kemudian meletakkan piringnya diatas nakas.

“Sakit kepala, but your smells make me feel better.” Ucap Yoongi

Saat tatapan Alpha itu semakin menggelap dan mendekat.

Jantunnya terasa akan melompat keluar, sensasi panas pada tubuhnya tiba-tiba bereaksi.

Tanpa sadar Yoongi sudah mengukungnya diatas.

Tatapan tajam, nafas yang begitu memburu dan jarak yang terus terkikis habis.

Sampai kedua bibir itu bertemu.

Alpha itu menciumnya dengan sangat lembut dan berhati-hati, rasa manis dari ice cream yang tertinggal di sudut bibir tipis sang Alpha.

Membuat Jimin memejamkan matanya, membuka perlahan mulutnya kemudian mengikuti alur permainan oleh Alphanya.

Lumatan, hisapan, dan pertukaran saliva keduanya memberikan sensasi begitu banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.

“I’m addicted with your pretty lips, Jimin.” Ucap Yoongi saat ciumannya terlepas.

Jimin kembali menatapnya dari bawah lalu memberanikan diri untuk menangkup wajah Alpha itu.

Dan ia tarik kebawah untuk berciuman kembali.

Ciuman Yoongi benar-benar membuat Jimin tidak ingin berhenti.

Bibir cantik itu terlihat sedikit memerah karena aktivitasnya.

Yoongi memberi banyak kecupan di setiap wajah Jimin.

Kening, kedua mata, hidung, pipi, dan bibir.

Terakhir tidak lupa Aroma manis milik Jimin menjadi hal favoritnya juga.

Aroma yang mereka sebut “Heaven smells.” Ini sama-sama memabukkan.

Dimana aroma keduanya menjadi kebutuhan satu sama lain.

Setiap kecupan dan jilatan hangat dari lidah sang Alpha tak jarang membuat Jimin melenguh kecil.

Lelaki itu sangat suka menjilati kelenjar aroma milik sang Omega.

Begitu juga dengan Jimin ia menekan kepala Yoongi agar lebih dalam dan berlama-lama di lehernya.

Insting Omega Jimin benar-benar menyukai bagaimana Yoongi memperlaukannya seperti itu.

Ia suka bagaimana aroma sang Alpha yang membuatnya ingin terus menempel sepanjang hari.

Bergantian sekarang Omega itu berada diatas sang Alpha.

Ia terus menciumi dan juga menjilati kelenjar feromon milik Yoongi.

Saat perut bulatnya sedikit mengganjal Jimin terlihat tidak nyaman.

“Let me do it for you, Omega. Kasian nanti perut kamu tidak nyaman.” Yoongi kembali menidurkan Jimin

Aktivitas scenting untuk bertukar aroma ini begitu lama dari biasanya.

Karena Yoongi terus menerus menciumi dan memberi tanda di setiap incintubuh Omega itu.

Satu gigitan pelan ia tinggalkan di bawah kelenjar milik Jimin.

Mereka memang belum mating.

Belum yakin dengan perasaan satu sama lain, apakah ini benar-benar cinta atau hanya ketertarikan sementara.

“Hmhh— Alphaa.” Rancu Jimin saat jari-jari Yoongi menyentuh tulang leher, tulang selangka dan sekitar dadanya dengan sensual.

“Yes, My Omega.” Jawab Yoongi lagi ia meninggalkan satu kecupan di kening Jimin.

“Sh— stop please. Mau tidur.” Gumam Jimin dengan mata berbinar.

Yoongi pun tak tega mengganggu waktu istirahat Omeganya.

“Oke, Sini kepalanya badannya lebih dekat biar saya peluk.”

Jimin mendekat kemudian menelusupkan kepalanya pada dada bidang sang Alpha.


Jimin terbangun saat merasa sesuatu yang panas menempel pada kulitnya lengannya.

Ternyata benar, lelaki itu demam saat Jimin menyentuh dahi nya suhunya begitu tinggi.

Belakangan ini Yoongi memang lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya.

Entah yang bahkan Jimin sendiri tidak tahu.

Omega itu turun untuk mengambil air hangat dan sapu tangan untuk mengompres Yoongi agar panasnya segera turun.

Dia fikir tidak untuk membangunkannya sekarang, memilih untuk membiarkannya beristirahat dalam pelukan dan nestnya lalu memberikan obat pada Yoongi besok pagi.

198. Burn up.


Jeju pagi hari begitu cantik, embun pagi begitu tebal suara burung bercengkrama menyapa paginya.

Yoongi terbangun pada pukul delapan pagi.

Saat ia selesai sarapan dan berganti pakaian Seokjin telah kembali dari tempat penyewaan mobil.

“Ayo yoongi.” Panggil Seokjin.

“Semuanya sudah siap?” Tanya Yoongi saat ia sudah menuduki kursi penumpang disebelah Seokjin.

“Udah, kamu periksa lagi kontrak nya tas itu juga ada di belakang.” Jawab Seokjin

Mobil itu mengarah kesebuah buah rumah megah dengan halaman yang sangat luas.

Saat Yoongi memasuki rumah itu dia sedikit terkejut sungguh gila benar apa yang di katakan kakeknya bahwa hampir setiap halaman di rumah ini, di tanami pohon ganja.

Seokjin memang sudah beberapa kali ke tempat ini dengan Tuan Min.

Untuk melakukan negosiasi.

Yoongi datang untuk memberikan penawaran pada Jonathan.

“Oh cucu Tuan Min telah kembali setelah lima tahun kabur ke Las Vegas?” Ucap Jonathan

“Saya datang untuk menawarkan kerjasama.” Ucap Yoongi tanpa basa-basi.

Jonathan sangat menggilai berbagai macam pistol dan senapan.

Sementara Yoongi butuh stok cocaine yang harus terus tersedia di Vegas karena begitu banyak permintaan.

Tiga gelas alkohol tersedia diatas meja.

Jonathan terus berbicara tentang dirinya yang bahkan Yoongi tidak ingin tahu.

“Bagaimana? anda memasok cocaine ke Las Vegas dan saya memberi anda akses tentang berbagai macam pelelangan senjata yang saya tahu.” Ucap Yoongi dengan satu batang nikotin terhimpit di jarinya.

“Siapa yang akan menjamin kamu tidak menipu saya bajingan kecil?” Ucap Jonathan angkuh.

“Beri saya senjata terbaru yang kamu dapatkan di pelelangan Las Vegas waktu itu Min Yoongi, baru saya akan mengirim cocaine ke organisasi Tuan Min dan organisasi mu di las Vegas.” Jonathan mulai terpancing emosinya

“Tanda tangani dulu kontraknya.”

“Beri saya senjatanya lebih dulu. Atau kalian pergi dari sini.”

Karena malas bernegosiasi dengan prang licik seperti itu, Yoongi dan Seokjin memilih untuk pergi dari rumah megah itu.

Dengan penawaran kerjasama yang tidak membuahkan hasil.


Mereka kembali kedalam mobil untuk menuju ke penginapan.

“Sudah, Seokjin?” Tanya Yoongi

“Udah, saya set di menit ke tujuh.” Jawab Seokjin.

Yoongi tersenyum kemudian menatap jam tangannya menghitungi setiap menit berlalu.

Seokjin mengendarai mobil dengan pelan.

Begitu jam menunjukkan di menit ke tujuh, ledakan hebat menghancurkan rumah mewah itu.

Api yang melahap habis rumah, pohon ganja, dan semua persediaan narkoba yang berada di gudang nya habis terbakar api.


Begitu semua selesai Yoongi dan Seokjin memutuskan untuk kembali ke Seoul.

Begitu pula Yoongi yang langsung pulang menuju mansionnya.

Ia benar-benar merasa gelisah memikirkan Omeganya di tinggalkan sendirian.

Apalagi saat ada seseorang yang mengirimi nya pesan seeperti itu sebelumnya.

Saat ia masuk kedalam mansion dan ingin menuju kamar Omeganya.

Ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah.

Itu Jimin berada di toilet, Alpha itu segera kembali kebawah dan mengambil air untuk sang Omega.

Oh rupanya Jimin sedang sarapan pancake seperti baru setengah porsi dan bayi itu menolaknya.

Jimin terkejut saat Yoongi sudah berada di depannya dengan satu gelas air.

“Minum dulu.” Ucap lelaki itu

Jimin kemudian mengambil gelasnya dan duduk di tepi kasur.

“Kok udah pulang aja?” Jimin melirik Yoongi bingung.

“Kamu saya tinggal dua hari saja sudah seperti ini, muntah-muntah lagi. Bagaimana saya tinggal satu minggu.” Yoongi membuka jas nya dan melemparkan keatas kasur.

Jimin mulai sedikit memahami karakter Yoongi. Lelaki ini setiap kali selesai melakukan sesuatu yang membuatnya marah akan bersikap begitu manja dan menempel pada Jimin.

Seperti sekarang ia menidurkan kepalanya diatas paha Jimin.

Lalu memejamkan matanya.

Setelah dua hari tanpa feromon Yoongi, Jimin merasa kembali lebih baik dan rasa mualnya kemudian hilang.

Jimin ragu-ragu menyisir setiap helai rambut Alpha itu dengan jari-jarinya.

Dan tidak butuh waktu lama, Alpha itu tertidur pulas di pangkuannya.

186. Barbeque Night.


Jimin menuruni anak tangga mansion itu dengan hati-hati, dimana orang-orang ini berkumpul?

Tapi aroma feromon Yoongi ada disini, ia mengenalinya.

Ketika Jimin membuka lemari pendingin untuk mengambil air mineral untuk membasahi tenggorokannya.

Alpha itu meletakkan lengannya di sekitar pinggang Jimin dan membuat Omega itu sedikit terkejut.

“Hei, kamu baru pulang? pergi kemana tadi.” Tanya Yoongi kemudian menghirup aroma feromon sang Omega.

Jimin memutar bola matanga malas, lalu kemudian menutup botol mineral itu.

“Gajadi pergi males.” Jawab Jimin

“Kamu marah karena saya meminta seseorang untuk mengikutimu?” Alpha itu menatapnya.

“Enggak, i know you‘re just worried tapi emang tadi tiba-tiba gak mood pergi aja. Terus ini gue baru bangun emang lo gak ngecek ke kamar?”

“Tidak, saya pikir memang kamu belum pulang.”

Jimin terdiam, ia masih terjebak dalam pikirannya.

George sudah mati dan kesepakatannya harus di bahas sesegera mungkin, tapi mana mungkin membahasnya sekarang pada saat ada banyak orang di mansion Yoongi.

“Ada Taehyung di halaman belakang, mau ikut?” Tanya Yoongi

“Mau, mau ngobrol sebentar.” Jawab Jimin

“Ayo.”

Alpha itu menggandeng Omeganya menuju halaman belakang, dimana ada beberapa orang sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk acara barbeque malam ini.

Cahaya matahari terbenam begitu cantik oranye pekat dan terasa hangat.

Sementara orang-orang sibuk dengan kegiatannya, Yoongi menarik Jimin untuk duduk disebelahnya.

Tidak lama Jungkook dan Tuan Min memasuki mansion Yoongi dengan satu kardus penuh shine muscat hijau dan ungu.

Itu pasti titipan sang nenek yang tidak bisa datang karena memiliki janji dengan teman-temannya.


Semua orang berdiri ketika Tuan Min menyapa mereka di halaman mansion itu.

Termasuk Taehyung ekspresinya tepat seperti Jimin saat pertama kali bertemu lelaki tua itu.

Obrolan-obrolan ringan dan tawa kecil melengkapi susana malam ini.

Jimin menatap Jungkook yang sedang memakan shine muscat itu.

Matanya berbinar, sebentar sebenarnya itu di titipkan untuk Jimin atau bukan? kenapa dia makan semua.

Yoongi menyadari perubahan ekspresi sang Omega.

“What’s wrong?” Tanya Yoongi

“Muscatnya kok dimakan, bukannya itu buat gue?” Bisik Jimin

Yoongi tertawa dan melihat Jungkook kemudian menarik piring berisikan muscat itu kearah Jimin.

“Punya Omega saya, jangan kamu habiskan.” Ucap Yoongi pada Jungkook.

Karena sedari tadi sibuk memperhatikan orang-orang, Jungkook baru menyadari keberadaan Jimin.

“Ck, ambil semua. Awas aja keponakanku ileran.” Jungkook menatap tajam pada Yoongi.

Lelaki itu terlihat menyebalkan, tapi menggemaskan.

Jimin memperhatikan semua orang bahwa anak ini lah yang paling berani kepada Yoongi, tapi begitu pula dengan Alphanya yang nampak tidak keberatan dengan itu.

Alphanya tidak pernah meninggalkannya sejak tadi.

Afeksi kecil yang lelaki itu berikan membuat Jimin merasa lebih nyaman.

Telapak tangan besar nya terus menerus mengelus pelan paha Omega itu.

Membuat tubuh si Omega menjadi sedikit tidak karuan.

Saat Yoongi di panggil untuk mengobrol dengan Tuan Min, begitu pula Taehyung menghampirinya dan mengajak nya mengobrol.


Tiga puluh menit berlalu Yoongi tidak kunjung kembali, Jimin mulai merasa mual dengan beberapa aroma daging dan campuran aroma Alpha lain disini.

Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Karena jika ia muntah disini sudah pasti Yoongi akan mengomel dan membatalkan acara makan malam mereka. Dan Jimin tidak ingin mengacaukannya.