Studio tatto.
Jimin sudah duduk diatas kursi khusus untuk mentatto nya nanti.
Kursi itu sebelumnya sudah di bersihkan oleh Yoongi.
Mereka mengobrol santai tentang konsep tatto apa yang akan Jimin inginkan untuk hari ini.
“Jadi saya cuma mau tulisan pake tinta hitam aja Yoongi.”
“Cuma satu aja?” Tanya Yoongi kini ia tengah menyiapkan tinta dan jarum yang akan menorehkan sebuah seni di kulit sang client.
“Tiga.” Jawab Jimin, kini ia membaringkan tubuhnya diatas kursi itu.
“Oke, di—”
“On my neck, collarbone and chest. It’s ok?” Ucap Jimin
Yoongi menoleh kepadanya dengan senyum yang begitu menarik bagi Jimin.
Tatto pertama, Yoongi membersihkan area leher Jimin. Aroma segar parfum yang ia gunakan tadi begitu jari bagi indra penciuman Yoongi.
Aromanya begitu cocok.
Perlahan jarum dan tangan telaten itu mulai bergerak menorehkan tinta hitamnya.
Rasanya sedikit sakit membuat Jimin meringis.
Tidak ada pembicaraan selama pembuatan tatto pertama. Mereka fokus pada diri masing-masing.
Yoongi menempelkan plester transparan pada tatto yang telah ia selesaikan “Tailor of chaos” itu cocok untuk Jimin pikirnya.
“Udah selesai?” Tanya Jimin
“Udah, sakit ya?” Jawab Yoongi, kini kembali dengan sebuah kapas dan cairan untuk membersihkan tempat selanjutnya.
“Sebentar banget, jago deh kamu saya gak ngerasa begitu sakit.”
Yoongi terkekeh dan meminta Jimin untuk membuka kancing kemeja nya.
“Saya izin bersihin dulu ya.” Ucap Yoongi.
Meski menggunakan kapas cairan yang tertinggal itu meninggalkan rasa sejuk pada kulit Jimin, di tambah lelaki ini meniup bagian tulang selangka Jimin. Agar cepat kering alasannya.
Tatto kedua bertuliskan “Artemis” kata itu mengingatkan Yoongi pada bulan tadi malam yang begitu cantik berpendar di langit yang gelap.
“Artemis” Gumam Yoongi
“Dewi bulan.” Sambung Jimin
“Sound good on you.” Yoongi tertawa berhasil menggoda Jimin.
“Oke the last tatto. Saya izin turunin kemejanya lagi” Ucap Yoongi
Jimin melepaskan semua kancing kemejanya lalu membiarkan Yoongi menatap tubuh polos nya.
Ini bukan pertama kali untuk Yoongi melihat tubuh telanjang clientnya.
Tapi Jimin dia benar-benar sempurna, kulit mulus, begitu cerah, tulang selangka yang begitu sempurna. Dan dadanya yang begitu cantik.
“Hei.” Tegur Jimin
“Sorry, Your body is so pretty.” Gumam Yoongi
Tatto ketiga masih sama dengan “Tailor of chaos” Terasa lebih nyeri dan mendebarkan ketika lengan Yoongi bertumpu di dadanya. Terkadang sarung tangan latex itu bergesekan dengan putingnya.
Rambut panjang itu di kuncir dan beberapa helai di sekitar wajahnya tidak terikat.
Jarak di antara mereka begitu dekat, mungkin Yoongi bisa mendengar detak jantung nya yang begitu keras.
“Parfum.”
“Parfum kamu.”
Mereka mengucapkan kata parfum bersamaan.
“Parfum nya wangi, Saya suka.” Ucap Yoongi
Jimin terkekeh kemudian menarik tengkuk leher Yoongi untuk menghirup aroma itu.
Wajah mereka kini berjarak dangat dekat, matanya hanya memberikan isyarat lakukan apapun yang kamu mau.
Jimin mulai memejamkan matanya dan Yoongi terus mendekat, hingga bibir keduanya menempel.
Kecupan-kecupan lembut hingga ciuman berlarut, panggutan bibir itu membuat mereka berdua lupa akan situasi.
Yoongi menjatuhkan jarumnya kelantai, kemudian tangan itu menyelipkan rambut panjang Jimin diantara telinganya.
Mereka berdua terengah-engah kemudian tertawa.
Jimin mengubah posisinya menjadi duduk dan mereka kembali berciuman, bermain lidah dan bertukar saliva.
Menghabiskan waktu sekitar lima belas menit untuk berciuman kini keduanya berhenti.
Yoongi berpindah menciumi tatto yang selesai ia buat tadi.
Leher, tulang selangka, dan dada Jimin.
“Cantik, tatto-tatto ini cocok untuk kamu.” Gumam Yoongi di sela-sela kecupannya.
“Yoongi stop. Geli.”
Jimin menggeliat dan tertawa kala Yoongi tidak henti-hentinya menciumi tatto milik Jimin.
Studio tatto ini menjadi saksi dua insan di mabuk asmara pada pertemuan pertama.
Terhipnotis oleh cantik nya manusia ini.
Terhipnotis oleh pesona manusia ini.
Yang baru mereka temui pertama kali.