ymkissed

27. I know you.


Pijakan kaki keduanya sangat berhati-hati, Sungguh Mansion ini sangat sepi bahkan tidak ada yang berjaga di gerbang depan.

“Lo kesana, kita mencar.” Ucap Taehyung.

Jimin hanya menganggukan kepalanya, kedua tangannya siap akan senjatanya jika ada seseorang memergoki aksinya.

Aroma feromon yang menyeruak begitu kuat memenuhi paru-parunya, Sungguh ini aroma yang sama saat ia bertemu lelaki di bar waktu itu.

Ia semakin mendekat dengan pintu kamar, Jimin bersumpah seharusnya ia tidak mendekati ruangan Alpha yang sedang dalam masa Rut-nya.

Tapi insting omega di dalam dirinya terus mendorong agar ia membuka pintu ruangan itu.

Belum sempat ia memutar knop pintu itu sudah terbuka, ia hanya melihat seorang lelaki dengan mengenakan handuk untuk menutupi miliknya, tubuh penuh keringat dan otot perut yang begitu terbentuk.

Untung saja Taehyung segera menarik nya pergi sebelum Alpha itu melihatnya.

“Tolol, lo ngapain kesana di kamar itu ada Alpha lagi Rut.”

Jimin hanya terdiam, fikiran nya seperti terhipnotis dengan feromon yang begitu tebal.

“Ayo pergi, Min Yoongi kayaknya baru pulang gue denger suara mobil barusan.” Ucap Taehyung.

“Feromonnya.” Gumam Jimin pelan.

- “Yoongi—” Teriak Jungkook dari lantai bawah.

“I’m safe kid. Tapi saya tahu orang yang memasuki mansion ini siapa.” Ucap Yoongi.

“Siapaaa?”

“Orang yang sama, yang menaruh GPS di mobil kita.”

Yoongi memasuki kamarnya setelah Jungkook memutuskan untuk kembali ke hotel, dan tubuhnya bereaksi kembali. Rut kali ini benar-benar menyiksanya.


Sudah satu minggu sejak Yoongi mengalami Rut-nya, obat yang hoseok kirim ternyata sampai tepat pada tiga hari.

Entah kenapa obat penekan Rut-nya itu hanya berefek sedikit pada Yoongi. Rasa panas dan sakit yang benar-benar ia rasakan sendiri selama satu minggu penuh. Tidak ada jalang yang biasa membantunya atau bahkan obat ini hanya sedikit bereaksi pada tubunya.

Yoongi menghilang selama satu minggu untuk menyelesaikan siklus Rut-nya. Beberapa pesan dan panggilan telepon ia abaikan.

Hari ini tubuhnya sudah terasa lebih baik, tanpa rasa sakit, ia memutuskan memeriksa beberapa email masuk dari Seokjin dan Namjoon.

Ada banyak data-data perusahaan yang melakukan korupsi dan pemimpin nya orang-orang minggu lalu menolak Yoongi sebagai pemimpin baru.

Organisasi yang kakek nya pimpin itu dari berbagai jenis orang, mulai dari pemimpin perusahaan, polisi, bandar narkoba, dan masih banyak lagi. Semua orang ini menjilat kaki Tuan Min hanya untuk perlindungan hidupnya.

Tapi mereka hanya menganggap Yoongi sebagai orang yang terlalu muda untuk memimpin organisasi ini. Selain itu sekarang mulai terlihat beberapa orang mulai jadi pengkhianat.

Mereka itu tamak, serakah, dan hanya mau untung sendiri. Mereka bahkan tidak tahu Yoongi juga memiliki organisasi lain di Vegas, organisasi yang ia bangun sendiri disana dan itu terbilang besar.

Fakta menarik tentang Rut-nya kemarin, Obat itu tidak berpengaruh pada tubuhnya. Tapi sial saat ia memejamkan matanya untuk tertidur Yoongi dua kali bermimpi omega yang ia temui di bar waktu itu. Berada disini membantu memuaskan nafsu Rut-nya. Bahkan Yoongi mengingat begitu jelas aroma feromon omega itu.

22. Hello new Min’s


Kaki nya menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah, ruangan yang masih terlihat sama seperti lima tahun lalu bahkan seperti tidak tersentu sama sekali.

“Dimana semua orang?” Gumam Seokjin kemudian sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Yoongi berjalan mengitari setiap tembok sama seperti ruangan milik kakeknya dirumah, dinding ruang bawah tanah ini juga di hiasi dengan berbagai macam senjata dan peluru.

“Oh baik…” Seokjin meletakan ponsel di saku celananya.

“Yoongi, kakek kamu minta pindah ke private room di lantai dua belas. Ayo.”

Mereka berdua berjalan menuju lift, hari ini Yoongi memang tidak banyak berbicara bahkan tidak menyela atau protes pada setiap perkataan Seokjin.


Pintu ruangan itu terbuka, semua pasang mata menatapnya mulai dari tatapan kagum hingga sinis yang dapat Yoongi tangkap dari orang-orang ini.

“Welcome nak.” Ucap sang kakek kemudian menepuk bahu Yoongi.

“Putra tunggal Min Jaeyoung?” Tanya lelaki yang terlihat sudah berumur mungkin lebih muda beberapa tahun dari kakeknya.

“Iya, Min Yoongi.”

Beberapa meja tertata rapih dengan beberapa botol alkohol mahal diatasnya, gunjingan-gunjingan dari beberapa orang yang menghadiri pertemuan organisasi ini mengatakan bahwa Yoongi terlalu muda untuk menjadi pemimpin jaringan mafia yang sudah sebesar ini.

“Saya tahu beberapa dari kalian tidak menyukai saya menjadi pengganti tuan Min Junghoo yaitu kakek saya. Sebagai pemimpin organisasi ini, mulut sampah kalian semua itu tidak penting dan saya tidak butuh pendapat kalian.”

Ucap Yoongi kemudian meletakan pistol yang ia sembunyikan di belakang sakunya sedari tadi.

Semua orang tercengang, anak muda ini begitu arogan dan seakan bisa menjamin kehidupan semua orang setelah ia menjadi pemimpin.

“Kenapa kakek saya menurunkan kekuasaan ini kepada saya dan bukan kepada kalian para orang tua?” Ucap Yoongi kini mulai berjalan mengelilingi meja.

“Karena dia tau dan percaya saya lebih bisa memimpin organisasi ini untuk kedepannya.”

Hening, semua orang terdiam entah menerima perkataan yang Yoongi ucapkan atau justru menyimpan dendam dalam hatinya.

“Yoongi.” Gumam Seokjin pelan

“I’m fine.”

Yoongi mengernyit, tubuhnya terasa tidak bisa diajak berkompromi dalam situasi ini, rasa yang familiar itu kembali setelah enam bulan berlalu.

Bahkan ia baru satu minggu berada disini. Siklus Rut-nya datang disaat yang tidak tepat.

Supperssant miliknya pun baru Hoseok kirim hari ini, Yoongi bahkan tidak bisa membayangkan rasa sakitnya tanpa obat itu ataupun jalang yang biasa membantunya saat siklus Rut-nya datang.

“We welcome you. Young Mr Min.” Ucap lelaki sebaya dengan kakeknya, senyuman penuh rasa percaya yang bisa ia lihat dari matanya.

“I'm so honored, sir.” Jawab Yoongi dengan senyum paling ramah.


“Kid, antar saya ke mansion alamatnya ada di gps.” Ucap Yoongi

“Oh poor yoongi, Rut without omega and supperssant.” Ledek Jungkook

Yoongi mulai melepaskan jas nya ponsel dan pistolnya terjatuh di dalam mobil.

Tubuhnya semakin panas, pikirannya terus melayang pada aroma manis milik omega yang ia temui di bar waktu itu.

Haruskah ia kembali ke bar itu? tapi sungguh tubuh nya tidak kuat jika harus berlama-lama di dalam mobil sialan ini.

“STOP! Yoongi jangan buka baju kamu disini atau aku lempar kamu ke jalan!” Protes Jungkook

16. Heaven smells.


Aroma itu seketika berputar di kepalanya, memenuhi paru-parunya.

Dari sekian banyak aroma alpha dan omega yang berada di dalam bar, aroma yang mengganggu fokus nya sejak lelaki itu datang.

Lelaki dengan topi yang menutupi separuh wajahnya, hanya duduk mengenggak gelas berisi alkohol dengan satu batang rokok terselip di jarinya.

“Je, kok bengong.” Tepuk perempuan bernama naina di sebelah Jimin.

Jimin terkesiap saat bahunya di tepuk “Lo cium aroma sesuatu gak?” Ucap Jimin berbisik di telinga naina.

“Iya, tapi aromanya kecampur. Not just alpha omega smells tapi parfum juga.” Jawabnya

Jimin memetikan abu rokok yang sudah mulai membakar ujung rokoknya.

“No, that’s not a parfume. Baunya maskulin tapi gue yakin ini aroma alpha.” Ucap Jimin.

“Lo mau cari itu aroma satu-satu di setiap leher alpha yang ada disini? udah mending tuker ide gimana lo bakal jalanan misi buat pancing si pewaris keluarga Min.”


“Yoongi!” Seru Jungkook dengan dua wanita berjalaan disisinya menghampiri meja dimana Yoongi sedang duduk.

“Hei kid, have fun?” Tanya Yoongi

“Yes, pilih satu aku bawain ini buat kamu.”

Yoongi hanya melirik malas pada jalang-jalang itu.

“Sebentar, saya harus ke toilet.”

Jungkook berdecih, seperti biasa Yoongi selalu pergi dan menghindari semua jalang ataupun omega yang Jungkook bawakan untuknya, entah sekarang atau saat di Vegas.

Yoongi berjalan di koridor menuju toilet, tiba-tiba seseorang menabraknya karena berjalan sedikit sempoyongan.

“Sorry.” Ucapnya terburu-buru rupanya sebuah pistol dari jaketnya terjatuh.

“Oh it’s gun.” Ucap Yoongi

Jimin berusaha menghindarinya dan segera berjalan menjauh tapi Yoongi segera menahan tangannya.

“Lepas, atau…” Jimin mengibaskan lengannya agar terlepas dari cengkraman Yoongi.

“Atau apa?” Jawab Yoongi dengan seringai licik di wajahnya.

Untuk pertama kalinya di Seoul ia menemui seorang omega begitu menarik dengan senjata yang ia miliki.

Selain itu, aromanya begitu manis. Aroma yang membuat ia terpikat saat itu juga.

“God, his smell so heavenly.” Gumam Yoongi.


“Lo tidur di toilet, Je?” Tanya naina

“Shit, pistol gue jatoh di toilet.” Bisik Jimin

“Ceroboh banget? gimana bisa lo ngadepin Yoongi nanti yang jelas-jelas dari keluarga mafia.”

“Lo lupa? udah berapa banyak mafia mati di tangan gue?.” Ucap Jimin sombong

“Lo juga lupa? berapa peluru yang berhasil nyangkut di kaki lo?”

Jimin terdiam, niana selalu bisa membuatnya bungkam.

“Gue ketemu alpha, and he smell is so… gue gabisa jelasin sampe lo bisa cium sendiri aromanya.” Ucap Jimin

Naina hanya mendengus.

Ponselnya terus berbunyi sedari tadi, tapi pikirannya terus berputar pada alpha yang ia temui di toilet tadi apalagi aroma nya yang begitu menenangkan dan membuat ia ingin terus berada di dekat orang itu.

“His smell is so good.” Gumam Jimin tanpa sadar.

12. The Min’s


Setibanya di Seoul, Yoongi dan Jungkook segera beristirahat di rumah mewah milik kakeknya itu. Rumah yang sudah lima tahun tidak Yoongi kunjungi.

Interior nya masih sama, tidak ada yang berubah dengan gaya klasik dan mewah yang begitu menonjol.

Yoongi tau persis letak dimana sang kakek meletakan semua senjata miliknya di sekitar ruangan ini.

“Good morning” Sapa sang kakek

Yoongi dan Jungkook menghampiri lelaki tua itu di meja makan, kemudian memeluknya.

“Bagaimana kabar kakek?” Ucap Yoongi

“Sangat sehat apalagi mendengar saat kamu setuju untuk pulang.” Jawabnya.

Yoongi hanya terkekeh, semua alurnya sudah terbaca oleh pikirannya.

Neneknya sibuk membantu pelayan menyiapkan sarapan, ingin memasak untuk cucu kesayangannya yang akhirnya mau pulang ke seoul.


Setelah sarapan selesai, pria tua itu mengajak Yoongi berbicara di ruang kerja nya.

Ruangan itu mempunyai kesan mengintimidasi, tempelan senjata memenuhi seluruh dinding.

“Kakek sudah tidak sesehat dulu lagi Yoongi.” Ucapnya, helaan nafas terdengar berat.

Kakinya menuju sebuah lemari dimana pistol kesayangannya di letakan, di lap secara perlahan benda itu kemudian ia berbalik mengarahkan pistol yang berada di genggamanya ke tembok tepat sebelah kiri kepala Yoongi.

“Lalu?” Ucap Yoongi, ia bahkan tidak bergeming sama sekali dengan senjata yang mengarah kepadanya.

“Saatnya kamu untuk mengambil alih, semua kekuasaan yang kakek pegang akan menjadi milik kamu.”

Ia kembali duduk di kursinya, teh panas itu masih mengepul uapnya.

Sial.

Seoul, Yoongi benci kota ini untuk apa pelariannya selama lima tahun di Las Vegas jika hanya untuk kembali lagi ke tempat ini?

433. Husband, hehe


Dua hari yang melelahkan, menerima begitu banyak panggilan telepon dari teman dan kerabat. Membuka kiriman hadiah yang mereka dapat. Lalu terakhir melakukan face time bersama mama papa Yoongi dan Seokjin.

Karena perbedaan waktu yang terbilang cukup jauh, jadi mereka berupaya menyesuaikannya.

“Mau hadiah apa dari saya.” Seokjin tertawa, dengan kacamata diantara kedua matanya menambah kesan tampan pada lelaki itu.

“Mau honeymoon package ke europe!” Seru Jimin, kemudian semua tertawa melihat tingkah polosnya yang terang-terangan meminta paket liburan ke Eropa.

“Wah…” Seokjin menggeleng tertawa

“Tadi seharusnya tidak usah bertanya ingin hadiah apa.” Ucap Yoongi meledek Seokjin.

“Oke biar papa sama Seokjin urus liburan kalian berdua nanti ya, asal janji jangan bertengkar disana.” Ucap Lelaki berumur itu.

Mereka bertukar cerita apa saja yang terjadi, bahkan Jimin dengan sangat nyaman bercerita dengan ia terus menempeli Yoongi.

“Yasudah, disana sudah malam kan? istirahat ya. Jika ada yang menelepon lagi tidak usah di jawab.” Ucap wanita itu.


“Look at this little one.” Seru Yoongi saat berhasil meratakan adoanan pie.

“Good job darling, sekarang masukin isian strawberry yang tadi ya.” Ucap Jimin

Yoongi selalu mengiya-kan apapun yang di inginkan oleh Jimin, seperti sekarang saat Jimin ingin membuat pie pada pukul tujuh malam ia tetap menyetujuinya.

Aroma pie strawberry yang begitu harum memenuhi seluruh apartement mereka.

Satu gelas susu hangat, sepotong pie. Di temani suara deras hujan membasahi kota seoul di malam hari ini.

“Husband.”

“Little one. My smol husband.” Bisik Yoongi tepat di sebelah telinga Jimin.

“Husband, hehe.” Jimin merona pipinya sedikit panas, Yoongi selalu berhasil membuatnya salah tingkah.

Pelukan hangat, kecupan, dan ciuman manis keduanya selalu menjadi hal wajib setiap harinya bagi mereka.

They’re doing a sweet life

430. Darling & Little one Promise.


Seminggu berlalu begitu cepat, setiap jam, menit, bahkan detik berlalu. Semakin cepat pula debaran menggebu pada dada keduanya.

Hari ini tepat satu minggu setelah mereka akan memutuskan untuk menikah hanya dengan di saksikan oleh teman terdekatnya.

Yaitu. Taehyung, Jungkook, Hoseok dan juga Namjoon. Menyaksikan pengucapan sumpah dan janji mereka.

Sumpah dan janjinya untuk membahagiakan dan menyayangi satu sama lain telah terucap.

“Kamu, Park Jimin. Milik saya selamanya.”

“Kamu, Min Yoongi. Milik dan kebahagiaan saya selamanya.”

Ciuman di kening dan di bibir Jimin, yang ia rasakan ketulusan Yoongi padanya. Kasih sayang yang tidak pernah habis, selalu ada cara baru untuk saling menyayangi setiap harinya.


Kini mereka semua berada di sebuah restoran hotel, Yoongi sengaja mereservasi di jam makan siang untuk sekerdar merayakan hari jadi ia dengan Jimin.

Mulai dari makanan pembuka sampai makanan penutup tersedia diatas meja.

“Thank you udah mau jadi saksi, janji kita berdua.” Ucap Jimin menatap semua orang yang berada di ruangan itu.

Jungkook dan Hoseok yang sedari tadi sibuk makan untuk mengalihkan diri agar tidak menangis, saat bertemu tatapan itu akhirnya tangisan mereka bertiga tidak bisa tertahankan.

Hoseok dan Jungkook berdiri menghampiri Jimin kemudian memeluknya.

“Bro finally you’re married.” Ucap Hoseok

Jimin memeluk mereka dengan erat, Taehyung dan Namjoon hanya tersenyum menatap keduanya.

“Let me hug you, Pak Yoongi.” Taehyung berdiri memeluk Yoongi kemudian di susul oleh Namjoon.

“You guys deserved to be happy. Gue udah capek liat lo sedih-sedihan setahun lalu.” Ucap Hoseok

“Terima kasih, untuk kalian yang selalu ada selama setahun terakhir.” Ucap Yoongi.

Hari bahagia keduanya pun tiba, tidak perlu banyak saksi mata untuk melihat kasih sayang dan betapa bahagianya hidup Jimin bersama Yoongi sekarang.


“Gi, gimana ini banyak reporter deh di lobby.” Ucap Hoseok panik.

Jimin hanya tertawa melihat reaksi Hoseok yang begitu lucu menurutnya.

“Little one? Jika kamu tidak nyaman kita bisa minta pihak keamanan untuk mengusir mereka.” Ucap Yoongi lengannya masih menjadi tempat paling nyaman untuk Jimin mengeratkan jari-jarinya disana.

“It’s oke darling. Kita bisa keluar sekarang.”

Pertama keluar yaitu Hoseok dan Namjoon, kemudian Yoongi dan Jimin berjalan secara terpisah. Dan terakhir di ikuti oleh Taehyung dan Jungkook.

Begitu banyak kamera memotret dirinya, dan desakan pertanyaan yang diajukan oleh reporter. Darimana mereka tau bahwa Jimin baru saja menikah?

Jimin hanya tersenyum kemudian memasuki mobil milik Yoongi dan segera meninggalkan tempat tersebut.

“Pasti nanti langsung banyak artikel deh.” Ucap Jimin sibuk memasangkan seatbelt pada dirinya

Tangan Yoongi segera menggenggam tangannya, menatapanya dengan sedikit rasa bersalah.

“Maaf, pasti kamu tidak nyaman ya? saya janji akan membuat para reporter agar tidak menerbitkan berita tentang kita hari ini.” Ucap Yoongi

“Darling…” Jimin menatap Yoongi

“It’s not your fault, i’m totality fine with that. It’s our day so let them celebrate this too.” Ucap Jimin kemudian mengecup bibir Yoongi yang melengkung sedari tadi karena merasa bersalah.

“Little one…” Yoongi menarik tubuh kecil Jimin kedalam pelukannya.

“Yes i’m your little one.”

“So can i have four baby?” Goda Yoongi.

Jimin memerah, wajah cantiknya merona lagi hanya karena kalimat itu.

Membayangkan memiliki keluarga kecil dengan Yoongi, sungguh mimpi indah yang akan segera menjadi kenyataan.

From them we learn this : Loving can hurt sometimes. But Loving can heal, Can mend your soul too.

[] Photograph by Ed Sheeran.

So don't be afraid to fall in love

424. Let’s talk.


Acara itu selesai pada sore hari, Yoongi dan Taehyung langsung menuju lantai paling atas milik Yoongi.

Ingin membicarakan target yang telah Taehyung capai, dan banyak nya client menandatangani kontrak apartement hari ini.

“Tanda tangani unit milik kamu sekertaris kim.” Ucap Yoongi di dalam lift.

Ini lift khusus menuju lantai penthouse milik Yoongi dan Jimin, hanya orang tertentu dan memiliki akses untuk bisa naik kesini.

Yoongi sangat memperhatikan kualitas keamanan property nya, karena ia tahu rasanya seseorang menerobos masuk tanpa izin itu sangat menjengkelkan.

Mereka berdua berada di ruang kerja milik Yoongi, ruangan ini sangat besar. Bahkan kasarnya kita bisa melihat seluruh pemandangan kota seoul dari lantai ini.

“Pak Yoongi ini beneran? padahal saya cuma bercanda loh.” Ucap Taehyung tapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

“Jika kamu tidak mau, jangan tanda tangani itu Sekertaris Kim.” Ucap Yoongi.


“Little one.”

“Hm?”

“Little one…”

“Yes darling?”

Jimin menatap wajah Yoongi dari bawah, mata keduanya bertatapan.

“Kenapa? paha kamu pegel ya? sebentar aku pindah.” Ucap Jimin

Tetapi sebelum Jimin berpindah posisi, Yoongi lebih dulu menciuminya.

Kening, kedua mata, kedua pipi, hidung mungil, dan terakhir kecupan itu jatuh di bibir milik Jimin.

“So pretty.” Ucap Yoongi

Jimin memerah lagi, pipinya merona kembali. Pujian-pujian Yoongi selalu membuatnya merasakan apa itu di cintai dan di pandang sebagai dirinya sendiri.

“So when are we getting married?” Yoongi meletakan ponselnya di tepi kasur. Ibu jarinya menyentuh lembut tulang pipi Jimin.

Jimin terdiam, menatap langit-langit kamarnya.

“Next weeks?” Ucapnya kemudian tertawa

“We need prepare little one, satu minggu tidak cukup untuk persiapan gendung undangan atau bahkan fitting baju.”

Jimin terbangun dan kini duduk berhadapan dengan Yoongi, kedua tangan kecilnya bertautan dengan jari-jari Yoongi.

“Darling…” Ucap Jimin, suaranya lembut dan halus saat di dengar.

“Kita bisa janji suci di gereja, dengan beberapa saksi. I want intimate wedding, boleh ya?”

“Are you serious?”

Yoongi sedikit terkejut dengan permintaan Jimin, karena sebenarnya ia akan berencana mengadakan pesta pernikahannya di salah satu hotel mewah di seoul, secara Jimin mempunyai nama besar di negara ini.

“Serius.”

“Tell me the reason, lalu saya akan mempertimbangkannya.” Ucap Yoongi

Jimin menjelaskan beberapa alasannya kepada Yoongi.

“…Itu si salah satunya, bukannya aku gamau banyak tamu yang dateng. Kamu tau kan cape nya gimana pas nanti acaranya selesai?”

Jimin menatap Yoongi berusaha membuat Yoongi yakin akan permintaanya.

“Oke, minggu depan kita ke gereja di saksikan dengan Hoseok dan Sekertaris Kim.” Akhirnya Yoongi memutuskan untuk menuruti permintaan Jimin.

“BABEEEE I LOVE YOU.” Jimin memeluk tubuh lelaki itu hingga terjatuh ke kasur kemudian tertawa.

“Besok kita cari cincin ya sayang.”

Yoongi mengelus sayang punggung Jimin yang berada di atas tubuhnya.

414. Not my safe place.


Yoongi terus menggenggam tangan Jimin dari saat mereka dalam perjalanan tadi.

Nyaman, Jimin merasa bahwa Yoongi benar-benar siap menjadi tameng pelindung untuknya kapanpun itu.

Saat pintu apartement terbuka, ia ingat dimana Shereen berdiri tepat di depan pintu tatapan menyebalkan dan suara pukulan di kepalanya terdengar jelas.

Sangat mengingat itu kepalanya terasa berdenyut.

Tubuhnya menolak bergerak, tapi ia harus melawannya. Ini adalah rumah tempat ia pulang dahulu. Lagi pula ada Yoongi disampingnya.

“Are you ok little one?” Tanya Yoongi panik kala sedikit remasan pada jari-jari Yoongi.

Jimin menarik dan menghembuskan nafasnya.

“I’m oke, cuma keinget sesuatu aja.”


“Jam aku yang kamu beliin buat hadiah ulang tahunku yang ke dua puluh lima, enggak ada.” Jimin tertawa. “Kayaknya di bawa Shereen.” Gumamnya

Yoongi sedang sibuk menurunkan beberapa baju Jimin yang tergantung dalam lemari.

“Tidak apa-apa ya? Jam bisa di beli dalam keadaan baru. Tapi jika kamu terluka seperti kemarin saya juga ikut sakit.” Ucap Yoongi.

Perkataan lelaki itu selalu tenang tapi bisa membuat Jimin tunduk dan terdiam.

Ia juga tahu betapa terpuruknya Yoongi, betapa sedihnya lelaki itu setiap saat ia menatap luka-luka yang berada di tubuh Jimin.

“Baju sama tas aku gak terlalu banyak si karena sebagian ada di studio agency, i think i need more space at your apartement for my shoes.” Ucap Jimin

“Bisa pakai kamar bawah dulu untuk sementara simpan barang-barang kamu. Sampai apartement baru kita selesai.”

Jimin mengangguk, ia hampir selesai dengan tumpukan kotak sepatu di hadapannya.


Yoongi menghampiri Jimin kini ia sedang menatap keluar jendela, ia memeluk tubuh lelaki itu dan kemudian meletakkan dagunya diatas bahu Jimin.

“What my apple pie thinking?”

“I’m not your apple again. Rambut aku udah warna hitam lagi”

“But you’re still mine. Apa yang sedang kamu pikirkan?”

“Sedih.”

“Siapa yang membuat kamu sedih? beritahu saya.”

Yoongi berpindah lalu kemudian tangannya merangkul bahu Jimin, ia biarkan kekasihnya itu bersandar pada bahunya sekarang.

“Sedih, this is my first apartement with own my name. Hasil kerja keras aku selama beberapa tahun. Tempat aku pulang. Tapi karena kecerobohan aku terlalu percaya sama manager sendiri, akhirnya jadi kaya gini.” Ucap Jimin bahkan dari nada suaranya pun ia terdengar benar-benar malas membahas tentang manusia sakit jiwa itu.

“Kamu akan punya lagi nanti, atas namamu sendiri saya yakin.” Ucap Yoongi kemudian menekam ciuman lembut di kening Jimin.

Jimin hanya terdiam, sungguh walaupun Shereen berada di penjara tapi Jimin masih tetap merasa tidak aman jika memikirkan untuk kembali ke tempat ini, memutuskan untuk menjualnya adalah pilihan yang tepat.

“Sudah selesai kan packing nya? hari ini kita bawa beberapa dulu ya, sisa nya besok saya minta driver bawa mobil yang lebih besar atau mobil pengangkut barang.” Ucap Yoongi.

Jimin tersentak tiba-tiba Yoongi mengendongnya dengan untuk menuruni tangga.

“Darling what are you doing.” Ucap Jimin mata keduanya bertatapan

Kakinya perlahan mulai menuruni anak tangga dari lantai dua.

“Kamu ingat saat saya menggendong kamu turun setelah kita sex di kamar mandi dan Hoseok menunggu kita di meja makan. Wajahnya terkejut tapi menyebalkan.” Goda Yoongi

Wajah Jimin seketika memerah, terasa panas karena mengingat kejadian itu.

“Yoongi hahaha stop.” Ia merengek menyembunyikan wajahnya di dada Yoongi

“Habisnya kamu murung terus, daripada mengingat hal menyakitkan lebih baik mengingat tentang hal-hal menyenangkan yang terjadi di apartement ini.” Ucap Yoongi

Ia benar, seharusnya cukup mengingat hal menyenangkan saja guna untuk tidak menyakiti diri sendiri.

Yoongi-nya yang selalu berusaha melakukan apapun untuk menghiburnya.

“Hehe ok, aku bisa jual apartement ini sekarang. Karena ini bukan tempat aman lagi buat aku, So i choose you to be my safe place darling.”

Ucap Jimin, kemudian menutup pintu apartement itu.

408. Namjinseok.


Seperti yang disarankan oleh Yoongi, Seokjin mengambil cuti satu minggu penuh untuk berlibur di eropa.

Memakan waktu dua belas jam di dalam pesawat First class tidak masalah dengan harga yang terbilang lumayan mahal, karena ini bisa terbilang reward untuk dirinya sendiri.

Semua penginapan dan rencana kemana saja ia akan pergi sudah tersusun rapih, Seokjin menyiapkan dengan rinci saat dirumah.

Hari ketiga nya di kota paris, ia memilih untuk makan siang di sebuah restoran setelah tidak sengaja bertemu dengan kerabat dokternya.


Sampai wajah yang familiar dan mata mereka bertatapan beberapa detik, Itu Namjoon mantan kekasihnya dulu saat ia berusia sembilan belas tahun.

Harus putus karena orang tuanya.

Namjoon menghampiri Seokjin di meja nya dan kemudian menyapanya.

“It’s been a long time, Seokjin. Apa kabar?” Sapa Namjoon

“Oh my— kabar baik.” Jawab seokjin

Keduanya tertawa, ini sudah beberapa tahun tahun sejak mereka terakhir bertemu di seoul.

Tak lama seorang lelaki yang tampak tidak asing dimata Seokjin mendekat, ia ingat wajah itu begitu panik dan ketakutan saat membawa Jimin kerumah sakit saat keracunan setelah konser.

“Dapet meja nya?” Tanya Namjoon kedua tangan mereka kini bergandengan.

Hoseok menggeleng, semua meja sudah terisi penuh sepertinya mereka tidak akan mendapat tempat di resto ini.

“Bentar, ini kak seokjin? oh my god kita ketemu disini?” Hoseok menjabat tangan Seokjin

“Iya, saya sedang liburan disini. Btw kalian lagi mau makan juga? join di meja saya saja.” Seokjin menawarkan.

“Jangan, nanti malah ganggu.” Ucap Hoseok, tapi Seokjin tidak menghiraukannya ia malah memanggil pelayan untuk menu tambahan di meja mereka.


Makan siang, dan berbincang tentang kegiatan apapun yang mereka lakukan akhir-akhir ini.

Dari tatapan Namjoon terlihat sekarang ia lebih menyegani Seokjin, kepribadiannya yang sangat berubah seratus delapan puluh persen dari terakhir saat ia bersama dulu.

Dia sudah menjadi dokter muda yang sukses, Namjoon merasa sangat bangga bahwa Seokjin dulu lebih memilih menjadi dokter untuk masa depannya. Dan tidak egois mempertahankan cinta bodoh mereka.

Benar awalnya memang keputusan itu sangat menyedihkan, lebih memilih mengejar cita-cita nya daripada mempertahankan hubungannya, tapi Seokjin sudah tidak menyesalinya lagi sekarang.

Bahwa ia benar-benar mencintai pekerjaannya menjadi dokter, dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk menyesali hal seperti itu.

Apalagi sekarang Namjoon memiliki Hoseok yang terlihat sangat menyayanginya, itu membuat perasaan Seokjin lebih lega lagi.

Terkadang mengikhlaskan adalah suatu hal yang akan membuka pintu kebahagiaan lainnya, it will hurting you first but more happiness will come to you.

[] namjinseok clear.

404. Apologize.


Yoongi tiba dirumah itu, rumah yang di beli pada lima tahun lalu saat orang tuanya memutuskan untuk menetap di Las Vegas.

Rumah itu memang tidak terlalu besar seperti rumahnya di Seoul, bangunan ini lebih minimalis.

Memiliki dua lantai, tiga kamar tidur, ruang tengah, dan kolam renang dengan pemandangan yang begitu cantik.

“Ayo masuk.” Ucap Yoongi

Jimin memegang kotak kue itu dengan kedua tangannya, sementara lengan Yoongi berada di sekitar pinggang Jimin.

Mereka memasuki rumah tersebut, aroma masakan memenuhi dapur yang terbuka.

Wanita itu segera menghampiri Yoongi saat menuruni tangga, seperti ia telah berganti pakaian.

“Oh my god, Jimin is here sayaaang.” Ucap wanita itu kemudian memeluk Jimin.

Pelukan nya kali ini dapat Jimin rasakan dengan tulus, yaitu pelukan kasih sayang, dan pelukan kehangatan.


Semuanya telah berkumpul di meja makan yang berada di dekat kolam renang, untung saja cuaca hari ini cerah tetapi berangin jadi tidak terlalu panas.

Mereka hanya di sibukan dengan kegiatan makan dengan suasana tenang.

Piring-piring kotor dan sisa makanan telah tergantikan dengan beberapa botol soda dan macam-macam potongan buah.

“Jimin.” Ucap pria yang sudah terbilang berumur itu.

Fiturnya, tatapannya, bahkan senyumnya hampir sembilan puluh lima persen sama dengan milik Yoongi.

“I—iya om.” Jawab Jimin tangan nya meremas jari-jari Yoongi.

Dia gugup, jantungnya serasa ingin melompat keluar.

“Cup.” Suara itu, sial Yoongi mengecup pergelangan tangan Jimin di depan kedua orang tuanya. Sungguh ia sudah kehilangan akal sehat nya pikir Jimin.

Ibu dan Ayah Yoongi hanya tertawa, melihat perlakuan Yoongi yang sungguh frontal dan melihat ekspresi Jimin yang sangat lucu sekarang ini. Bingung, panik dan malu menjadi satu.

“Jangan takut dengan saya. Kami berdua tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi.” Ucap lelaki itu kemudian meraih tangan Ibunya Yoongi.

“Saya tau mungkin istri saya kemarin bersikap sangat amat egois, iya karena kami hanya menuruti ego tanpa memikirkan perasaan anak kami.”

“Istri saya telah menceritakan semua kejadian yang kalian alami di seoul beberapa bulan lalu.”

Hening, semua terdiam membiarkan lelaki itu berbicara sampai terdengar isakan tangis dari Ibunya Yoongi.

“Kami benar-benar minta maaf.”

Jimin benar-benar berada di posisi yang sangat ia benci, dimana orang memojokan dirinya sendiri atas kesalahan yang telah ia maafkan.

“Enggak, om tante. Semuanya udah berlalu juga jadi jangan minta maaf terus ya?” Ucap Jimin matanya menatap sayang dua orang itu.

“Yoongi, mama papa juga minta maaf. Maaf atas semua yang mama sebabkan, maaf atas tamparan dan makian papa waktu itu.”

Ini bukan seperti acara makan siang yang indah dan damai, tapi ini seperti acara penyesalan.


Makan siang telah selesai, setelah Jimin menghabiskan waktu dengan Ibu nya Yoongi. Lalu Seokjin, Yoongi dan Papanya tengah asik berbicang di taman.

Jimin dan Yoongi memutuskan kembali ke hotel pada hari yang hampir menjelang malam.

Pijatan di kulit kepala membuat Yoongi mengantuk.

“Lusa kan kita kembali ke seoul, bagaimana jika besok kita keluar? maksud saya jalan-jalan atau mampir ke club lainya di vegas.” Gunam Yoongi.

“Of course, aku mau beli sesuatu.” Ucap Jimin

“Beli apapun yang kamu inginkan, asal jangan meminta saya untuk membelikan sebuah club.”

Keduanya tertawa, itu adalah pikiran gila. Bagaimana jika public mengetahui jika Jimin memiliki sebuah club di Las Vegas.

Tidak, Jimin lebih suka berinvestasi memilik beberapa unit villa yang di malibu.