ymkissed

398. Darling, don’t worry.


Seokjin telah mengantarkan mereka langsung menuju hotel untuk segera beristirahat.

Setelah penerbangan hampir dua belas jam, tubuhnya terasa lelah, mereka berdua menghabiskan satu hari hanya untuk bermalas-malasan di kamar hotel.

“Ini serius liburan kita kaya gini aja?” Tanya Jimin

Yoongi menyimpan ponselnya di sisi tempat tidur kemudian mencium kening Jimin yang sedang sibuk menatap layar ipad nya memaikan sebuah game candy crush dengan posisi tengkurap, kemudian meletakkan kepalanya di atas punggung Jimin.

“Mau keluar?” Tanya Yoongi

“Kemana ya? aku bingung.”

Yoongi terus mencari posisi nyaman di belakang Jimin, ia masih mengantuk.

“Yasudah, di kamar saja jika seperti itu.”

“Kamu tuh kenapa deh dari kemarin jadi clingy gini gak biasanya.”

Yoongi tidak menjawab, iya hanya ingin memejamkan matanya sebentar lagi.

Jimin bangun, menumpu kepala Yoongi di kedua tangannya. Menyilangkan kaki nya agar Yoongi bisa tertidur nyaman di pangkuan dia.

Yoongi hanya mengerang, Jimin menyebalkan. Apa ia sengaja memakai celana pendek dengan kaus yang super besar? agar membuat Yoongi meruntuhkan pertahanan nya untuk tidak menyentuh nya.

“Mau mandi gak? kepala nya aku keramasin.” Ucap Jimin

“Mau, tapi malas.” Yoongi menjawab ia sibuk menggambar pola acak di atas paha Jimin.

“Ayooo bangun.”

Jimin berhasil membawa Yoongi kedalam kamar mandi, mengisi bathup dengan air.

Hari ini Jimin ingin memanjakan kekasihnya itu, ia basahi rambut Yoongi yang sudah terlihat lengket karena pomade, menuangkan shampo diatas tangannya dan mulai memijat kulit kepala Yoongi.

Sungguh aroma shampo dan pijatan lembut Jimin membuat Yoongi merasa lebih rileks dari sebelumnya.

Jimin membilas rambut Yoongi dengan hati-hati agar air itu tidak memasuki kelopak mata.

“You’re so soft little one, bayi pun akan merasa nyaman jika di perlakukan lembut seperti ini.” Yoongi bergumam kemudian tertawa

“Oh jadi kamu mau punya bayi?” Jimin dengan nada licik nya kemudian masuk kedalam bathup dan duduk di pangkuan Yoongi.

Baju dan celana nya basah, begitu pula Yoongi yang masih menggunakan celana pendek.

Yoongi sedikit terkejut, tetapi ia membiarkan Jimin dalam posisi ini.

Tak kalah menyebalkan, Yoongi segera menarik Jimin kedalam ciuman. Kedua tangannya memeluk pinggang Jimin.

Sementara Jimin mengalungkan tangannya di sekitar leher Yoongi.

Kecupan dan lumatan di bibir, tangan Yoongi yang turun naik di sekitar punggungnya membuat Jimin merasakan sedikit dorongan untuk meminta lebih. Ia mulai bergerak tidak karuan di atas pangkuan Yoongi.

Kini ciuman Yoongi menurun di sekitar lehernya, lidahnya yang hangat menyentuh leher Jimin.

Jimin mengerang pelan, keduanya semakin terlarut oleh nafsu yang mendominasi.

“Cukup, ayo mandi. Disini sepertinya ada bar di lantai atas saya ingin kesana.” Ucap Yoongi ia tersadar, ia masih belum mau mengajak Jimin berhubungan. Karena khawatir Jimin akan kembali mengingat masalalu.

“Yooooongi.” Jimin merengek kesal.


Jimin itu selalu cantik dalam mengenakan pakaian apapun, malam ini ia mengenakan kemeja berwarna putih satin di padukan dengan skinny jeans ketat menutupi kakinya.

Sepatunya selalu memiliki ketinggian setidaknya tiga centi meter.

Dengan rambut yang sudah mulai memanjang dan di tata rapi, ia terlihat sangat cantik. Dua kancing kemeja yang sengaja ia buka menambahkan kesan seksi pada dirinya.

Tulang selangka yang terlihat begitu cantik dan menojol.

Yoongi bahkan menjadi sangat posesif saat orang-orang berada di bar itu menatap miliknya.


“Alcohol so good for tonight.” Gelas pertama Jimin sudah habis.

Yoongi terus menatapnya sedari tadi, Jimin tidak merasa risih melain kam merasa senang dan berhasil bahwa Yoongi tidak mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari dirinya.

Ada seorang lelaki menghampiri meja mereka, dan duduk di sebelah tepat di sebelah Jimin.

“You look so pretty.” Gumam lelaki itu terus menatap pada kancing Jimin yang terbuka dan kemudian menarik tangan Jimin untuk dia cium.

Tubuh Jimin menegang, kepalanya berputar, jantungnya berdetak lebih cepat.

Yoongi menyadari perubahan Jimin, ia segera menarik tubuh kecil Jimin agar duduk di pangkuannya.

“Sorry, he is mine. Can you be polite.”

Yoongi menatap lelaki itu, emosi sudah berada di ujung kepala dan siap meledak. Tapi Yoongi tidak ingin membuat Jimin semakin ketakutan.

“Oh, sorry i don’t know he is have a boyfriend.” Ucapnya

Tanpa menghiraukan lelaki itu, Yoongi segera mencium dan melumat bibir tebal Jimin.

Jimin bisa merasakan emosi Yoongi kali ini, ia terlihat sangat marah.

Sampai cengkraman Jimin pada kemeja Yoongi terlepas, dan lelaki itu pergi kembali ke mejanya.

“It’s ok little one, you’re mine.”

Jimin memeluk Yoongi, ia percaya kekasihnya itu akan melindungi nya kapan pun.

“Darling please touch me, can you fuck me darling.” Jimin berbisik tubuh seketika membuat Yoongi merinding.

“Please help me, they’re always stuck in my mind. Tolong…”

“Little one, saya takut kamu—”

“Darling, don’t worry. Please touch me.” Jimin terus merengek

Bisikan bisikan sialan itu terus berdengung di telinga Yoongi dan di tambah Jimin terus menggesekan bokong nya di pangkuan Yoongi.

“Ok, let’s go back to our room.”

Jimin dalam hati berteriak senang karena Yoongi akhirnya mengiyakan permintaannya setelah sekian lama, tapi jujur ia juga merasa sedikit takut untuk melawan dirinya sendiri.

393. My Fiance.


Yoongi menghampiri Jimin yang sedang berdiri menatap hujan turun dari luar jendela kaca.

Tubuhnya yang kecil begitu lucu, mungkin akan segera hilang dalam dekapan Yoongi.

“Hei.” Yoongi memeluk tubuh itu dari belakang

Jimin tersentak tapi tetap membiarkan Yoongi dalam posisi itu untuk sementara waktu.

“My fiance.” Bisik Yoongi tepat di telinga Jimin

“Little one is my fiance.”

Jungkook mengirimi nya pesan, bahwa Taehyung dan Yoongi sedang berbicara tentang pekerjaan, dan jungkook memilih untuk kembali ke kamar yang telah Yoongi pesan.

Rupanya lelaki ini menghabiskan waktu bersama sekertarisnya dengan beberapa botol wine dan aroma rokok yang dapat Jimin cium.

Yoongi menciumi leher putih milik Jimin, leher yang sudah lama tak tersentuh olehnya.

Jimin membalik tubuhnya untuk memeluk Yoongi, kekasihnya itu tidak benar-benar mabuk. Bahkan saat di ajak berbicara ia masih menjawab dengan benar.

“Sini ayo duduk, tadi kamu bilang ingin menangis di pelukan saya?”

Yoongi merentangkan kedua tangan nya untuk Jimin.

“Darling, is my fiance.” Gumam Jimin.

Kecupan-kecupan lembut Yoongi bubuhkan di sekitar kening dan rambut Jimin.

“Terima kasih untuk tidak menyerah.”

“Terima kasih untuk selalu mau berjuang dalam hubungan ini.”

“Terima kasih untuk tidak meninggalkan saya.”

“Juga terima kasih untuk tidak membenci ibu saya.”

Jimin mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari lisan Yoongi.

Lisan yang tidak pernah berteriak padanya, lisan yang tidak pernah berkata kasar padanya. Lisan yang selalu bertutur kata baik padanya.

Jimin memainkan jari-jari Yoongi kemudian menatap mata lelakinya.

“Terima kasih, udah pilih aku sebagai bagian dari kebahagiaan kamu.”

“Terima kasih, untuk selalu mendukung apapun yang mau aku lakuin.”

“Terima kasih, selalu menjadi tempat paling aman dan nyaman untuk aku pulang.”

“You’re my home, Darling.”

Yoongi langsung mencium bibir Jimin yang memerah cantik, di ciumnya dengan sayang dan hati-bati.

Keduanya semakin berlarut dalam ritme ciuman itu. Sampai Jimin melepasnya terengah-engah kemudian mereka tertawa.

“Your lips so addicting.” Ucap Yoongi kini ibu jarinya membelai bibir bawah Jimin yang semakin memerah karena ulahnya.

“This lips were made for you darling.” Jimin tertawa


Kepalanya berada diatas lengan Yoongi, parfumnya yang maskulin memanjakan indra Jimin.

Ia menatap langit-langit ruangan di atas nya.

“Yoongi kerjaan kamu banyak gak akhir-akhir ini?” Tanya Jimin

“Sudah mulai santai, ada apa hm?”

“Mau liburan.”

“Sudah ada rencana ingin liburan kemana?”

“Vegas.”

“Vegas lagi?”

“Yes, Vegas and lets meet with your parents.” Ucap Jimin kini menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Yoongi.

“Vegas. Oke tiga hari lagi kita pergi ya.” Yoongi mengelus surai itu.

Mendekap erat tubuh kecil yang meringkuk di pelukannya.

389. Yes, Darling.


Perjalanan menuju tempat dimana mereka akan mengadakan double date, Terasa aman walaupun di kota seoul malam ini.

Tidak apa-apa walaupun malam ini tidak cerah, pikir Yoongi.

Perjalanan santai di mobil rupa membawa mereka ke suatu tempat dan sedikit membuat Jimin terheran.

Hotel mewah di seoul?

Tapi Jimin tidak ingin pusing hanya untuk menebak apa yang akan terjadi nanti.

Tangan kecil nya menaut lengan kanan milik Yoongi, mereka berdua berjalan menuju lantai sebelas untuk sampai di restaurant.

Jimin semakin terheran, Yoongi itu bukan orang yang romantis dan membuang-buang waktu untuk mempersiapkan hal seperti ini hanya untuk sekedar makan malam.

Tapi Jimin masih tetap diam.

“Permisi, atas nama Pak Yoongi boleh ikut saya ke meja ini.”

Seorang pramusaji membawa mereka ke meja dekat dinding kaca. Sudah ada sekitar enam bangku tertata rapih disana.

“Jungkook sama sekertaris kamu kemana kok belum sampe? ini juga kenapa kursinya ada enam? kita kan cuma berempat.”

Jimin semakin bingung, sebenarnya rencana apa yang sedang kekasihnya itu siapkan?


Seorang pelayan membawakan satu botol wine dan menuangkannya kedalam gelas Yoongi dan Jimin.

Yoongi menarik tangan Jimin agar bisa ia genggam.

Kekasihnya terlihat sangat menawan malam ini, sepertinya Yoongi telah berganti pakaian saat ia di kantor tadi.

Hampir semua pakaian Yoongi itu berwarna hitam, entah tapi hitam memang sangat cocok untuknya.

Jimin gugup saat mata Yoongi terus menatapnya. Ia mengambil gelas wine yang berada diatas meja kemudian meneguk nya.

“Kamu jangan liatin aku kaya gitu, nanti di kira orang kamu mau makan aku.” Ucap Jimin

Yoongi pun langsung tertawa, jiminnya itu memang terkadang seperti memiliki banyak kepribadian.

Terkadang ia sangat polos dan menggemaskan seperti sekarang ini, atau ia akan bertingkah menyebalkan saat mengganggu Yoongi bekerja.

Hoseok, Jungkook dan Taehyung perlahan berjalan menuju meja itu.

Yoongi mengeluarkan satu kotak berwarna biru gelap dari dalam saku nya.

Jimin bergumam panik pada dirinya sendiri, dadanya bergemuruh, pipinya panas, pikiran nya berkelana.

“Not you will proposed me darling?” Jimin berbisik pelan

Yoongi hanya terkekeh, membuka kotak itu. Menampakan dua buah cincin dengan ukiran matahari dan bulan.

“Saya tidak bisa bertingkah romantis…” Ucap Yoongi

Yoongi itu menyebalkan bagi Jimin, ia masih bisa tertawa dalam keadaan seperti ini sementara Jimin seperti jantung nya akan keluar dari tempatnya.

“So. Ya i propose you little one, ini cincin nya.”

Jimin membeku, rasa kebahagian dan kehangatan menyelimuti tubuhnya.

“Say yes Park Jimin.” Hoseok berbisik tepat di telinga kanan Jimin

Mereka bertiga sedari tadi berdiri di belakang Jimin, membawa tiga bucket bunga di pelukannya. Jimin menoleh terkejut bahwa mereka bertiga ada disini sekarang.

Jimin kembali menatap Yoongi, matanya berbinar hampir menangis, Yoongi hanya tersenyum seperti orang menyebalkan di dunia ini.

“Please be a part of my happiness in future, little one.” Ucap Yoongi kini senyumannya menjadi teduh dengan penuh kehangatan.

“Yes.”

“Yes, i’ll be your happiness. You’ll be my future.”

Jawaban Jimin singkat tapi sangat bermakna, dimana ia bisa menjadi kebahagiaan untuk Yoongi.

Dan Yoongi menjadi masa depan untuknya.

Mereka berdiri dan berpelukan, memakaikan cincin di jari satu sama lain.

Sorakan dan ledekan dari ketiga temannya menjadi pelengkap malam ini.

Makan malam kali ini benar-benar menjadi hal paling mengesankan untuk Jimin.

Dilamar oleh kekasihnya setelah hanpir empat tahun berkomitmen.

Setelah melalui banyak tangisan dan tawa.

Akhirnya setelah hampir empat tahun dan masalah paling besar yang mereka lalui kemarin, membawa dia dan Yoongi ke titik ini.

382. Chocolate smells.


Yoongi memperhatikan Jimin yang sedang mengaduk telur dan gula dalam satu mangkuk.

“Kenapa tidak langsung di masukan semua bahannya?” Tanya Yoongi

“Ya enggak jadi dong kue nya, kan semua ada step by step nya sayang.”

“Oh… Saya mau bantu.”

Yoongi mendekat, menumpu dagunya diatas bahu Jimin matanya fokus pada tangan Jimin yang sibuk.

“Sini kamu kesamping aku.”

Jimin menjelaskan semua cara-cara membuat brownies itu kepada Yoongi.

“Kamu bantu didihin air di panci kecil, ambil mangkuk masukin Chocolate, butter, sama oil.” Ucap Jimin

Yoongi segera mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Jimin.

“Lalu saya harus apalagi?”

“Caranya kamu letakin mangkuknya diatas panci itu, nanti coklat nya di aduk pelan sampe mereka cair.”

Jimin itu teliti, dan Yoongi itu cepat tanggap. Selagi Jimin menuangkan adonan ke loyang dan memanggang nya, Yoongi segera membantu membersihkan peralatan dapur yang mereka gunakan tadi.

“Kerja tim itu penting.” Ucap Yoongi

Jimin tertawa meningat dua minggu lalu dapur apartement ini sangat kotor oleh noda coklat dimana-mana karena ia mengerjakan nya sendiri.

Setelah sekitar empat puluh lima menit, timer oven berbunyi menandakan kue itu sudah matang.

Aroma coklat memenuhi dapur mereka, sungguh ini terasa seperti di cafe. Kue baru matang keluar dari panggangan.

“Darling look here!” Seru Jimin

Yoongi menyimpan ponselnya kedalam saku celana, menghampiri Jimin yang sedang memotong brownies itu untuk mereka.

“This brownies smells so good.” Yoongi memeluk Jimin dari belakang.

“Coba ya, ini rasanya gak jauh beda sama di cafe yang biasa kita beli.”

“Sebentar, biar terasa suasana di cafe. Saya mau buat ice latte untuk kita.”

Yoongi melepaskan pelukan nya, kemudian menghampiri mesin pembuat kopi. Sementara Jimin menuju balkon dengan brownies itu.

Jimin membuka ponselnya, menghubungkan bluetooth pada speaker di ruang tengah. Memilih beberapa alunan music jaz untuk menemani sore mereka di rumah.

“Punya kamu, ini punya saya.”

Yoongi meletakan gelas di atas meja

“Kok punya aku warna nya gak pekat.” Protes Jimin melihat perbedaan pada dua gelas itu.

“Punya saya double shot.” Jawab Yoongi.

Alunan musik menenangkan, suasana cafe tenang yang mereka ciptakan. Sore hari ini di temani dengan satu loyang brownies buatan Jimin dan dua gelas Ice latter buatan Yoongi yang tidak kalah enak juga.

375. I’m home.


Malam ini hampir menunjukan pukul dua belas malam, Yoongi sampai di apartement nya sejak pukul lima sore.

Ia pergi berbelanja beberapa bahan makanan setelah memerika lemari pendingin nya sudah mulai kosong.

Memanfaatkan waktu karena Jimin sibuk di agency dan di tambah ia pergi menonton bersama Hoseok, Yoongi mulai memasak untuk makan malam nanti dan nyata nya Jimin pulang sedikit telat.

Yoongi itu terampil dalam memasak, tidak heran saat Jimin bersamanya pasti tidak akan melewatkan makan.

Ada dua piring pasta, ada beberapa daging yang telah di marinasi dan siap di panggang saat Jimin tiba, ada beberapa buah potong.

Oh tidak lupa juga, dua gelas dan satu botol wine.

Setiba di apartement tadi Yoongi langsung memeriksa wine yang telah di kirimkan oleh ibunya, itu semua dari merk favorit Yoongi.


Jimin membuka pintu apartement itu, gelap. Oh? bukan kah saat ia meninggalkan apartement semua lampu ruangan menyala?

Tubuh nya merasa sedikit menegang, tapi Jimin penasaran ada redup seperti cahaya lilin dari meja makan di dapur. Ia perlahan menghampirinya.

Ia takut, tapi penasaran.

Ada langkah kaki menuruni tangga, tubuh Jimin membeku. Ia takut seseorang akan memkul belakang kepalanya lagi. Ia hanya dia tidak berkutik.

Semua lampu menyala, ada makan malam sudah tertata rapih diatas meja sampai suara familiar dia dengar di telinga nya.

“Little one you’re home.” Ucap Yoongi ia berjalan mendekat

Tas belanja di tangan Jimin terjatuh begitu saja ke lantai.

“Fuck.” Ia mengumpat tidak sadar

“Hei, language.” Ucap Yoongi

Jimin berbalik dan langsung memeluk tubuh lelaki itu, aroma parfum yang selalu menjadi favorit nya, dada bidang yang bisa menyembunyikan wajah kecilnya.

“FUCK.” Jimin melepaskan pelukan itu dan memukul pelan dada Yoongi.

Sementara yang di pukul hanya terkekeh, ia memeluk tubuh kecil itu sampai menjadi tenang dan berhenti mengumpat.

“Maaf, maaf saya pasti menakutimu ya? maaf little one.” Ucap Yoongi

Yoongi menekan ciuman lama di kening Jimin.

“Kangen, kenapa pulang nya enggak bilang? terus kenapa hp nya gak aktif? apa maksud nya juga upload foto gitu?”

Jimin terus merengek, lengan mereka bertautan. Yoongi membawanya ke meja makan.

“Satu-satu pertanyaan nya. Tapi sini deh kamu harus makan dulu.”

Jimin terduduk tenang, memperhatikan Yoongi memanaskan daging panggang itu di microwave.


Makan malam berlangsung dengan tenang, Yoongi tidak mengizinkan Jimin berbicara saat makan.

Disini. Di sofa dengan pemandangan kelap-kelip kota seoul pada tengah malam.

“Smells so good.” Jimin memutar-mutar pelan gelas wine yang berada di tangannya.

“Rasanya juga.”

Yoongi menumpu satu kakinya diatas kaki lainnya, tangan kirinya bertengger apik di pinggang kecil Jimin. Sementara di jari-jari tangan kanan nya terselip satu batang rokok membiarkan semua asap itu keluar dari jendela kaca nya dan terbawa angin malam.

Lampu redup, pukul satu malam, wine di tangan, aroma parfum dan rokok beradu padu.

Menyandarkan kepalanya di bahu Yoongi, membiarkan semua fikirannya berkelana kemanapun itu sementara matanya memejam.

Jimin berada di tempat paling aman dan nyaman, di bahu milik Yoongi.

“Little one.”

“Jimin.”

“Sayang.”

“My baby.”

Jimin tersenyum mendengar suara rendah Yoongi memanggilnya seperti itu. Matanya terbuka kemudian menatap Yoongi.

Kecupan sayang ia berikan di pipi kiri milik Yoongi.

“Darling”

“Yoongi”

“Sayang”

Keduanya bertatapan, jarak semakin mengikis sampai kedua bibir mereka bertemu kembali.

Ciuman pelan, tidak ada dari keduanya menuntut mereka lebih mengikuti alur.

Membiarkan Yoongi menghisap pelan bibir bawahnya, Jimin perlahan membuka mulutnya.

Sisa rasa wine yang masih tertinggal, rasa mint dari rokok milik Yoongi.

Sungguh ciuman malam ini rasanya lebih memabukan dari ciuman-ciuman mereka sebelumnya.

Yoongi membuang rokoknya, menarik Jimin dalam pangkuannya untuk kembali berciuman. Menyalurkan kerinduan satu sama lain.

Tangan nya terus mengelus punggung Jimin, kemeja berwarna hitam itu begitu cocok membungkus tubuh Jimin.

Keduanya berciuman untuk beberapa saat. Aroma wine, rokok, dan parfum milik Yoongi membuat Jimin hampir gila malam ini.

Yoongi memundurkan kepalanya beberapa senti kemudian tersenyum.

“Mandi, baju kamu bau popcorn caramel.” Ledek Yoongi kemudian tertawa

“Wangi tauuu, tapi iya deh aku mandi dulu ya sebentar terus kamu tunggu di kamar aja.”

“Iya.”

“Tidurnya peluk ya?”

“Iya nanti saya peluk.”

“Cium lagi ya?”

“Iya.”

“Yaudah aku mandi dulu.”

Sebelum beranjak dari pangkuan Yoongi, Jimin masih sempat mencuri satu kecupan tepat di bibir kekasihnya itu.

359. Mama : said lovingly


Setelah aktivitas penat yang terus berulang setiap harinya.

Hari ini Jimin mendapat libur, ia berencana bermain golf bersama Hoseok di salah satu tempat golf terbesar di seoul.

“Kenapa gak lo pake istirahat aja si libur cuma sehari aja malah pergi ngegolf.” Gumam Hoseok

Berjalan di hamparan rumput hijau, udara sejuk mengisi parunya. Jimin menarik nafas panjang.

“Gue tuh kalo di apartement malah makin kerasa kangen Yoongi nya jadi yaudah mending have fun aja gak si kita.” Jawab Jimin badan nya tengah bersiap untuk memukul bola kecil itu dengan stik golf.

“Pantat lo biasa aja.” Hoseok tertawa

“Ini udah biasa.”

Beberapa bola kecil itu telah menghilang entah mungkin mereka teselip di antara semak atau tercebur kolam kecil.

Hoseok sedang menerima panggilan telepon entah dari siapa itu dan lihat ia terus tersenyum dan salah tingkah seperti orang gila dan kemudian pergi beberapa meter dari Jimin.


Jimin berjalan pelan tapi matanya tetap terfokus pada ponsel di genggamannya, sampai ia menubruk perempuan tanpa sengaja.

“Maaf maaf saya tidak sengaja.” Jimin membungkuk kemudian mengambil ponselnya yang terjatuh.

Wanita itu mengenakan topi dan wajahnya tertutup setengah, membuat Jimin tidak menyadari itu Ibu nya Yoongi.

Wanita yang enam bulan pergi tanpa pamit pada dirinya.

“Jimin, nak…” Ucap wanita itu kemudian memeluk tubuh Jimin.

Jimin mengenali aroma parfum ini, aroma manis dan elegan dan ini hanya milik Ibu Yoongi.

Mereka berdua melepaskan pelukanya.

“Tante, Ya Tuhan apa kabar.” Tanya Jimin nada nya begitu antusias seperti tidak terjadi sesuatu sebelumnya.

“I didn’t expect to meet you here, Jimin.”

Ada guratan rasa bersalah setiap kali wanita itu menatap Jimin.

“Aku juga, tante hehe kangen…” Ucap Jimin kedua tangan mereka masih bertautan.

Wanita itu tidak bisa menahan air matanya, menyadari Jimin memenag berhati lembut, berhati luas dan tulus. Berkali-kali ia menyakitinya tapi masih terus bersikap baik.

“Tante mau banget ngobrol sama kamu, sekarang bisa? tapi kalo kamu gabisa hari ini gapapa kok bisa lain kali.” Ucap nya dengan sedikit canggung.

“Sure tan, you can talk anything to me. Aku selalu punya waktu luang untuk dengerin tante.”

Hatinya menghangat, pantas saja Yoongi sangat menyayangi Jimin. Bahkan dari nada bicarapun ia dapat mengerti betapa penyayangnya sosok Jimin ini.

“Maafin tante, tante egois dan gak seharusnya bersikap seperti itu sama kamu. Dan untuk masalah kemarin itu pure kesalahan tante.”

“Maaf karena bikin Yoongi harus bohongin kamu demi tante yang gamau di pandan buruk sama temen-temen tante. Maaf bikin janji tanpa persetujuan Yoongi.”

“Tapi tante berani bersumpah, Yoongi datang ke sana hanya untuk mengatakan bahwa dia sudah mempunyai pacar dan gak memungkinkan jika harus berkencan dengan Zanna.”

Wanita itu mulai terisak, tangisan nya mulai membasahi kedua pipinya, kepalan jari-jari mengerat.

“Tante udah ya? it’s ok semuanya udah berlalu. Yoongi udah jelasin semua dan kita berdua juga gapapa.”

Jimin menghela nafasnya, jujur bahkan ia sudah tidak ingin menangisi salah itu lagi.

Ia tidak ingin hidup berbayang dengan hal kesedihan maupun menyakitkan.

“So let’s forget about this and start something happier.”

Happier


Jimin dan Ibunya Yoongi kembali ke tempat dimana Hoseok menerima panggilan telepon.

Hoseok tercengang, ia setidaknya mengetahui bahwa wanita itu tidak menyukai Jimin.

Senyumnya canggung.

“Darimana?” Tanya Hoseok

“Abis ngobrol sama mama Yoongi.” Jawab Jimin

Tapi tidak ada ekpresi sedih atau yang membuat Jimin tidak nyaman, jadi hoseok sebisa mungkin bersikap biasa saja.

“Tunggu disini sebentar ya, ada yang mau tante ambil di tas. Kamu jangan kemana-mana.”

Jimin hanya mengiyakan dengan senyumannya.

“Nanti gue ceritain pas kita pulang, but don’t worry she’s not rude again.” Ucap Jimin kepada Hoseok.

Sekitar tujuh menit berlalu wanita itu kembali dengan amplop coklat di tangannya.

Itu sedikit membuat Jimin kaget, apakah kali ini ia akan diminta untuk menandatangi kontrak dan harus meninggalkan Yoongi?

Oh tidak, pikiran macam apa itu.

“Ini, nanti kamu buka dirumah ya. Ini hadiah untuk kamu dan Yoongi.”

Jimin kebingungan tapi ia hanya menerimanya.

“Temen-temen mama udah nunggu disana, so have fun Jimin sayang.”

Wanita itu mengusak lembut rambut Jimin. Kemudian pergi begitu saja.

Mama.

“Finally… i can call her mama.” Jimin berbicara dalam hati.

Sementara Hoseok bertepuk tangan di belakangnya.

“Mama, jimin she call herself mama to you. FUCK i can’t believe it.” Gumam Hoseok

“Same kak…..”

349. Hug me.”


“Little one…” Panggil Yoongi lemah

Jimin menuruni tangga itu dengan terburu-buru, hampir saja kaki nya terpleset.

“Shit.” Reflek Jimin bergumam

“Language Park Jimin.” Ucap Yoongi yang sedang membuk kedua kancing jasnya.

“Peluk, saya mau di peluk.”

Yoongi merentangkan tangan nya agar Jimin segera memeluknya.

“How’s your day, darling?” Tanya Jimin, telinga nya menempel tepat di depan dada Yoongi.

Sehinga ia dapat mendengar detak jantung itu, dan helaan nafas berat Yoongi.

“Bad, but not bad.” Ucap Yoongi, dagu nya masih menempel diatas kepala Jimin.

“Aku siapin air buat mandi ya?” Jimin melepaskan pelukan itu kemudian naik ke atas lalu di ikuti Yoongi di belakangnya seperti seekor kucing.

“Mandi, selesai itu boleh peluk lagi.” Ucap Jimin.

Sekitar tiga puluh menit berada di dalam bathup Yoongi segera membilas tubuhnya, hari ini sungguh lelah tubuh dan fikiran nya hutuh istirahat.

Saat ia kembali ke kamar, ada Jimin dengan remot di tangannya. Mencari beberapa film di saluran televisi.

Kaus besar berwarna putih milik yoongi, celana pendek menutupi sebagian pahanya. Aroma manis dari parfum Jimin yang sangat Yoongi sukai.

Ia merangkak keatas tempat tidur, meletakan kepalanya diatas paha Jimin.

“Saya lelah sekali hari ini.” Yoongi bergumam, matanya terpejam.

Jimin menyisir rambut pirang Yoongi dengan jari-jarinya.

“Aku elus-elus kepalanya sampe kamu tidur ya.” Ucap Jimin lembut.

Yoongi memejamkan matanya, tapi ia tidak bisa tertidur aroma parfum Jimin sangat menganggu indra penciumannya.

Ingin sekali ia menciumi Jimin dan memberikan beberapa tanda merah pada tulang selangka yang sudah lama tidak tersentuh olehnya itu.

Tapi tidak. Yoongi harus menahan dirinya untuk beberapa waktu lagi.


“Sayang sini deh.” Jimin membangunkan Yoongi agar berpindah posisi menjadi di dalam pelukannya.

Yoongi hanya menurut tanpa banyak bicara.

“Your smells so good little one.” Yoongi mencuri satu ciuman di dada Jimin.

“Don’t do it.” Kata Jimin marah tapi ada senyuman di wajahnya.

“Oke, Saya cuma mau di peluk saja hari ini sampai tertidur.” Gumam Yoongi kini tangan satunya melingkar pada pinggang Jimin.

“As you wish.”

Jimin menarik Yoongi lebih dalam, ia bersenandung pelan.

Suaranya indah, suaranya lembut, suaranya selalu berhasil menenagkan Yoongi.

“Saya harus keluar kota lusa. Jadi besok tolong temani saya mewarnai rambut kembali menjadi hitam.” Ucap Yoongi

“Oke, kamu di luar kota berapa hari?” Tanya Jimin

“Around two weeks.” Yoongi menggosok wajahnya pada leher Jimin.

“Kamu ikut saya.”

“No darling, aku punya kerjaan disini jadi gabisa di tinggal.” Jawab Jimin

“Gausah khawatir aku sendirian, aku aman disini dan sekalipun aku butuh sesuatu, ada kak hobi yang pasti bakal bantuin.”

Sebisa mungkin kali ini Jimin meyakinkan Yoongi bahwa ia sudah baik-baik saja.

336. Home <3.


Setelah hari panjang yang melelahkan, ia sampai di apartementnya.

Di sambut oleh Jimin, kekasihnya terlihat begitu manis. Rambut merah muda baju ber garis horizontal dengan warna putih dan ungu.

Sementara Yoongi mandi, Jimin telah menyiapkan makan malam untuk mereka.

Yoongi kembali dengan rambut masih setengah basah ia biarkan terurai seperti itu. Terkadang Jimin tercengang sungguh Yoongi bisa terlihat sangat tampan bahkan pada saat habis mandi.

“Mau tambah lagi makanan nya?” Tanya Jimin

“Cukup sayang, terima kasih makanannya enak. Saya suka” Ucap Yoongi

“Happy ambil kelas memasak?”

Yoongi membereskan piring kotor itu ke wastafel pencuci piring, diikuti dengan Jimin membersihkan meja.

“Happy, waktu luang aku jadi berguna banget.”


Mereka sudah berada di tempat tidur.

Tidak ada drama atau night movie, malam ini. Hanya ada alunan musik jaz yang Yoongi putar.

Lampu yang di padamkan, pendingin ruangan menyala. Diffuser aroma terapi membuat suasana semakin terasanya nyaman.

Jimin mulai bosan menscroll semua timeline media sosialnya. Ia mulai mengganggu Yoongi yang entah sibuk dengan fikiran nya sendiri.

Satu ciuman Jimin berikan di pipi kiri Yoongi, lelaki itu masih tak terganggu.

Dua, tiga, dan keempat ciuman itu mendarat diatas bibi Yoongi. Ia terkejut. Oh Jimin tidak bercanda tentang ia sudah tidak takut lagi tapi Yoongi tetap merasa khawatir.

“Hei.” Yoongi tertawa

“Kamu mikirin apa si kok sampe aku cium-cium gitu tetep aja bengong.” Jimin menumpu dagu dengan kedua tangannya di atas kasur.

“Tidak sedang memikirkan apa-apa.” Jawab Yoongi kemudian mengelus surai lembut milik Jimin

“So, gimme your kisses on my cheeks.” Jimin menagihnya dan Yoongi hanya tertawa.

Kini Yoongi dan punggung nya menempel nyaman dengan sandaran tempat tidur.

“Duduk sini.” Yoongi menempuk sebelah kasurnya yang kosong

Tapi Jimin malah duduk di pangkuannya.

Yoongi menyambutnya dengan baik, kemudian ia peluk tubuh Jimin lengannya yang melingkar di sekitar pinggang Jimin itu terasa nyaman untuk keduanya.

Ia berkali-kali menciumi pipi tembam milik Jimin. Pipi dengan rona merah mudah walau dalam gelap ia tetap cantik.

Bibir memerah mengkilap karena lipbalm baru, katanya.

Yoongi menyukai semua yang ada pada diri Jimin. Bahkan ia sangat sabar merawat kekasihnya itu.

Membantu Jimin bangkit dalam traumanya selama ini. Walau belum sepenuhnya sembuh tapi Yoongi terus berusaha selalu ada saat Jimin membutuhkan nya.

Rasanya selalu sama. Selalu berdebar saat Yoongi mencium nya. Tapi debaran ini kembali seperti semua yaitu kesenangan, bukan ketakutan lagi.

Beberapa waktu kebelakang Jimin selalu mengingatkan dirinya, bahwa Yoongi tidak akan memaksa nya apalagi menyakitinya.

Jimin mendekat, sampai jarak di antara mereka terkikis. Kini kedua belah bibir itu telah menyatu kembali. Setelah sekian lama.

Itu hanya kecupan.

Yoongi terus memberi afeksi menenangkan kepada kekasihnya, di tambah suasana ruangan itu benar-benar membuat mereka berdua merasa rileks.

Keduanya tersenyum, tidak ada kata yang terucap tapi kedua matanya berbicara.

Bahwa Jimin kembali siap, dan sudah tidak takut lagi.

Jimin kembali mencium Yoongi, tapi kali ini bukan sekedar kecupan.

Ini adalah ciuman, sampai lumatan. Yoongi hanya membiarkan Jimin melakukan apapun yang ia inginkan. Mengikuti alurnya.

Setelah beberapa saat ciuman tenang itu berubah menjadi ciuman seperti pelampiasan kerinduan.

Kerinduan yang tertahan oleh ketakutan keduanya.

Jimin takut akan pengalaman buruk nya.

Dan Yoongi takut akan menyakiti Jimin nya.

Kini Yoongi yang memimpin, Jimin membuka mulutnya membiarkan Yoongi melumat bibirnya.

Bibir yang selalu Yoongi bilang itu favorit nya.

Keduanya merasa lebih baik, rindunya telah terungkapkan dengan saliva yang terus bertautan.

Dengan Jimin mengalungkan kedua lengan nya di perpotongan leher dan duduk di pangkuan Yoongi.

Rumah. Yoongi selalu menjadi rumah untuknya, Yoongi selalu menjadi tempat paling aman untuknya.


“You did well little one.” Puji Yoongi

Kini Jimin mengecil di dalam pelukannya.

“Thank you darling, give me a more time.” Jimin bergumam dalam pelukan Yoongi

“Tidak perlu terburu-buru, let it flow ok little one.”

Entah mengapa dekapan Yoongi selalu membuat Jimin merasa tenang dan mengantuk.

Jika orang bilang rumah adalah tempat paling nyaman, belum tentu.

Karena apa yang ada di dalam rumah itu sangat mempengaruhi apa rasa nyaman tersebut.

333. About my feelings.


Jimin ingin sandwich dan jus jeruk untuk makan siang kali ini pintanya. Merasa sedikit mual karena karena terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di ruang konseling nanti.

“Saya tunggu disini ya?” Ucap Yoongi jari-jarinya terus mengelus tangan mungil kekasihnya itu.

Ini memang ruang tunggu yang di sediakan oleh rumah sakit tersebut, tergabung dengan ruangan dokter untuk melakukan sesi konseling bersama pasiennya.

Jimin mengangguk setuju, kemudian meninggalkan Yoongi untuk menghampiri dokter tersebut.


“Halooo.” Sapa dokter itu, tersenyum sangat ramah kepada Jimin.

Ruangan ini sangat nyaman, cat putih berfunitur coklat kayu. Aroma terapi yang menenangkan itu kesan pertama yang Jimin dapat.

“Halo dok.” Jawab Jimin canggung.

Mereka mulai berbincang ringan, dokter itu menanyai bagaimana hari-hari Jimin sebelum nya, hal apa yang sangat mengesankan belakangan ini di hidupnya.

Sampai mereka berada di percakapan inti, yaitu membahas tentang trauma Jimin.

Jimin selalu merasa sesak, dadanya seperti di tekan oleh sesuatu Jika membicarakan hal itu.

Luka di tubuhnya memang tidak seberapa, tetapi luka yang menempel di fikiran nya itu jauh lebih menyakitkan.

“Kamu bisa beri tahu saya, semuanya saya hanya akan mendengarkan sampai kamu selesai bercerita, Jimin.” Ucap sang dokter kemudian memberikan satu botol air mineral kepada Jimin.

“…. gitu dok, mereka selalu muncul di kepalaku. Dan aku baru bisa tidur tenang kalo aku di peluk. I know it’s not good aku malah jadi bergantung sama orang lain.” Jimin bercerita ia masih bisa mengontrol dirinya.

“Oke… jadi kamu butuh sesuatu buat alihin itu agar bisa tertidur?” Tanya sang dokter.

“Iya… dok aku bisa sembuh gak ya dari ketakutan ini?” Suara Jimin mengecil hampir menangis.

“You can cry. Tidak apa-apa jangan di tahan.”

Jimin mulai menangis, membiarkan semua yang ia tahan keluar begitu saja agar ia merasa lebih baik.

“Aku… ngerasa bersalah sama Yoongi, he’s not his fault but he always blaming his self.” Jimin tercekat

Dokter itu pindah kini duduk di sebelah Jimin, mengelus pelan punggung Jimin agar ia merasa lebih baik meski tangisan nya semakin keras.

Sementara Yoongi di ruang tunggu mendengar tangisan Jimin ia langsung berdiri, berusaha memasuki ruangan itu untuk mengetahui keadaan kekasihnya.

Tapi ia berhenti.

Mungkin memang harus sakit lebih dulu, agar bahagia nya datang kembali.

Yoongi bergumam pada dirinya sendiri dan mengurungkan niatnya untuk masuk.


“Bahkan kemarin Yoongi mau cium aku, tapi muka bajingan itu yang muncul dok. Dan kata-kata Shereen selalu berputar di kepala aku.”

Jimin mengepalkan jari-jarinya hingga pucat pasi.

“Di lawan, kamu harus bisa yakinin diri kamu kalo itu Yoongi. Bukan lelaki yang memaksa kamu untuk melayani nya.”

“Ingat, itu Yoongi yang selalu kasih rasa aman buat kamu. Saya tahu itu sulit. Melawan trauma itu susah tapi apapun itu jika ada kemauan dari diri sendiri akan lebih mudah.”

“Jimin, kamu harus berani memulai sesuatu lagi walaupun itu harus dari awal tidak apa-apa. Rasa takut jika kamu biarkan terus menerus itu hanya akan semakin besar menguasai diri kamu.”

Tangisan Jimin sudah mulai mereda, nafas nya yang tercekat sudah kembali normal. Ia mendengarkan semua kata-kata dari dokter itu.

“Dari apa yang sudah saya dengar tentang cerita kamu dan Yoongi. Kalian berdua memang mempunyai luka masing-masing. Dan itu bisa sembuh melalui support satu sama lain.”

“So let’s be healthy. Banyakin ngobrol dan berbagi pikiran satu sama lain ya. It’s will help you both.”

And you will be happier again.

324. I’m so afraid.


Jimin mereservasi tempat di sebuah restoran korea, disini memang terkenal dengan menu nya yang beragam dan makanan nya yang enak.

“Jujur, hampir satu minggu saya di seoul baru sekarang makan seperti masakan rumah.” Ucap Seokjin mengambil beberapa lauk kedalam piringnya.

Jimin dan Yoongi hanya tertawa.

“Restoran di korea sekarang sudah maju, kamu buka aplikasi delivery setelah itu makanan akan datang.” Yoongi mengejek

“Ya beda rasanya, kalo ini benar-benar seperti masakan nenek.”


“Di vegas banyak, tapi kasian kalian jika harus pulang pergi seoul vegas kan jauh.” Ucap Seokjin

Yoongi mengeratkan genggaman nya pada jari-jari Jimin.

“Di seoul ada satu, nanti saya coba kontak dia dan mengabari kalian berdua.”

“Pastikan dia cukup baik.” Ucap Yoongi

“Tentu saja, mana mungkin saya memberi sesuatu yang buruk untuk kalian.” Seokjin mendengengus.

Jimin tertawa, sungguh ia merasa begitu bahagia. Ini pertama kalinya ia keluar rumah lagi setelah pulang dari rumah sakit.

Dan melihat Yoongi selalu adu mulu dengan sang kakak.

“Jimin, how do you feel and scars?” Tanya Seokjin

“Luka nya udah sembuh kok, ini beberapa hari lagi juga bekas nya hilang.” Jimin menunjukan kedua tangan nya.

“Dan ya, kayaknya aku emang butuh orang yang bisa aku ajak ngobrol tentang aku yang suka tiba-tiba panic attack atau suka mimpi abstrak.”

Tubuhnya menegang lagi, ingatan nya terus berputar pada hal itu.

Seokjin terus menerus meyakinkan Jimin bahwa semua itu akan berlalu, Jimin tidak akan terjebak dalam kenangan buruk itu terus.


Malam ini Yoongi mengalah, membiarkan Jimin mengambil alih apa yang akan mereka tonton malam ini.

Sesuai janji Jimin, Yoongi menidurkan kepalanya diatas paha Jimin dengan belaian jari-jari di rambutnya, membuat penat Yoongi belakangan ini menjadi berkurang.

Drama di mulai, melodrama atau comedy romance yang selalu menjadi genre favorit Jimin.

Ya malam ini Yoongi cukup menikmati drama itu, tidak terlalu buruk ia pikir.

Jari-jarinya terus bergerak pola acak diatas paha Jimin yang hanya mengenakan celana pendek.

Jimin hanya membiarkannya, ia terlalu fokus pada jalan cerita dengan susu coklat hangat di tangannya.

Yoongi kembali duduk, sampai drama itu menghadirkan scene berciuman, seperti biasa ia mulai melirik Jimin. Ia akan mulai mengalihkan perhatian Jimin.

Yoongi mendekat, wajah mereka kini hanya berjarak beberapa centi Yoongi mulai memejamkan matanya semakin mendekat dengan bibir kekasihnya itu.

Tubuh Jimin menegang, tiba-tiba Yoongi seperti berubah menjadi lelaki yang mencoba menciumi nya waktu itu. Ia tidak bisa bernafas detak jantung nya semakin cepat.

“AHH JANGAN JANGAN JANGAN STOP.” Jimin berteriak memegangi kepalanya dan terus menolak.

Yoongi membuka matanya, ia terkejut hanya dengan ciuman reaksi Jimin menjadi seperti ini.

Jimin-nya ketakutan.

Yoongi segera menarik Jimin kedalam pelukannya, meski Jimin menolak ia terus memeluknya.

“Sorry, little on i’m sorry.”

“Saya Yoongi, your darling little one. Saya tidak akan menyakiti kamu.” Yoongi terus bergumam memeluk Jimin

“Yoongi, Yoongi, Yoongi.” Rancu Jimin dalam dekapan Yoongi.

“Iya, Yoongi ini Yoongi. You’re safe with me. It’s oke.”

Yoongi terus mengelus punggung Jimin, menyalurkan semua rasa aman pada kekasihnya itu.

Setelah beberapa menit memeluknya, Yoongi kembali dengan Teh andalan Jimin menuju sofa.

“Minum dulu teh nya, setelah itu kamu harus istirahat.” Ucap Yoongi

Jimin meminum teh itu, kemudian menidurkan kepalanya di paha Yoongi. Kini bergantian Yoongi yang memberikan afeksi untuknya.

Tidak ada drama lagi, Yoongi memilih memutarkan kartun untuk mengalihkan pikiran Jimin.

Akhirnya tenang, Jimin tertidur pulas di atas paha Yoongi.

He is a fragile now, oh god little one…