ymkissed

245. You love him?


Sudah beberapa hari Ibunya Yoongi di rawat dan di temani oleh Jimin setiap hari, Yoongi hanya mengantarkan nya pagi hari dan menjemputnya sore hari.

Karena pekerjaan nya yang tidak bisa di tinggal. Yoongi pikir semakin hari semua nya semakin membaik.

Cuaca hari ini tidak terlalu panas, cocok untuk sekedar bejalan-jalan di sekitar taman rumah sakit.

Kini Jimin sedang mendorong kursi roda yang membawa ibu Yoongi menikmati cuaca sore hari di sekitar taman.

“Mau berhenti disini, tante?” Tanya Jimin mengentikan dorongan nya pada kursi itu.

Warna bunga yang kontras dengan cahaya matahari sore, hembusan angin tenang mengelilingi mereka berdua.

“Boleh.” Jawab wanita itu

Ibu nya Yoongi memang tidak bersikap kasar, Jimin masih terus berusaha mengikis jarak diantara mereka dengan cara selalu mengajak nya berbicara atau apapun itu walau hanya respon seadanya yang ia dapat.

Jimin memejamkan matanya, menghirup oksigen guna sedikit menenangkan fikiran nya.

“Jimin.” Gumaman samar ia dengar dari wanita itu, reflek membuka matanya secara perlahan untuk memastikan.

“I-iya tante?” Jawab nya ragu

“Terima kasih.” Ucapnya ada jeda beberapa detik sebelum ia melanjutkan kalimatnya. “Sudah mau jaga tante disini.”

Apakah ia sedang bermimpi sekarang? Ibu Yoongi berbicara padanya dan mengucapkan terima kasih?

Jimin tidak bisa menahan rasa bahagianya, ada gejolak aneh dalam dirinya rasa bahagia hanya dengan sekedar ucapan terima kasih yang bahkan belum pernah Jimin rasakan sebelumnya.

“Tante, aku seneng bisa jagain tante disini bisa rawat tante sampe kaki nya membaik nanti.” Jawab Jimin suaranya hampir begetar karena tidak bisa menahan rasa bahagianya.

Tidak ada jawaban lagi, tapi tidak apa-apa masih banyak waktu bagi Jimin untuk mereka menjadi lebih dekat lagi.

Koridor rumah sakit ini memang sepi, karena bagian VIP memang di tempati hanya beberapa orang saja.

Berbeda dengan di lantai bawah, banyak orang yang berlalu lalang di sekitar koridor.


“Kamu benar-benar menyayangi anak saya?” Tanya wanita itu yang entah Jimin tidak bisa melihat ekspresi nya karena masih mendorong kursi roda menuju kamar dimana tempat ibu Yoongi di rawat.

Jimin berdebar lagi, ia bersemangat kembali. Tapi sedikit takut jika ia salah menjawab atau wanita itu yang salah tangkap.

“I really love him, tante.”

Bukan kata sayang balasan Jimin, melainkan kata cinta yang ia ucapkan.

“Sayang.” Gumam wanita itu

Kini mereka sudah hampir sampai di depan pintu kamarnya.

“Jika saya meminta kamu untuk meninggalkan Yoongi, apa yang harus saya tukar dengan itu.” Ucap wanita itu datar

Jimin sedikit tersentak, ia berusaha agar tidak menghentikan dorongan kursi roda sebelum sampai dan membantu ibu Yoongi pindah ke ranjang nya.

Jimin merasa di pukul sesuatu tepat di dadanya, Sakit.

Seolah di sadarkan dari imaginasi nya bahwa ibu Yoongi sudah menyukai diri nya, hanya karena ucapan terima kasih saat mereka di taman tadi.

“Ayo tante, pindah ke tempat tidur dulu.”

Jimin membantu wanita itu berpindah dari kursi roda dan kembali ke kasurnya.

“Aku mau kembaliin kursi roda ini dulu ya tante.” Ucap Jimin

Matanya panas ia tidak bisa lagi menahan tangisnya, dan ia tidak bisa menangis di hadapan Ibu Yoongi.

Jimin meninggalkan ruangan itu, menuju toilet dan kemudian menangis disana.

Hati nya sakit, ekspetasinya yang terlalu tinggi rupa nya membuat ia lupa akan realita sebenarnya.

Yang ia inginkan sekarang adalah memeluk Yoongi nya, memastikan kekasihnya itu tidak akan pernah meninggalkan nya.

“Little one”

Jimin tidak ingin Yoongi memanggil orang lain dengan sebutan itu nanti selain untuk dirinya.

“Darling…”

Jimin terus menangis di dalam bilik toilet itu.

238. We met again.


Apartement ini, dan aroma nya yang khas selalu membuat Jimin merasa tenang berada disini.

Yoongi menarik koper Jimin ke dalam kamarnya, tunggu? apakah mereka akan tinggal satu kamar sementara akan ada ibu nya Yoongi berada disini juga?

“Aku…” Jimin mengikuti Yoongi kedalam ruangan itu.

“Kamu tidur dengan saya, tidak ada bantahan dan protes.” Ucap Yoongi padahal Jimin belum mulai berbicara tentang apa yang ia pikirkan.

“Tapi yoongi, aku bisa tidur di sofa kok nanti ya kalo mama kamu udah pulang.” Ucap Jimin dengan ekspresi sedikit tidak nyaman

“Don’t act fool little one, cukup tidur di kamar ini dengan saya. Mau ada mama atau tidak, kamu harus tetap dengan saya.” Ucap Yoongi berhasil membuat Jimin terdiam.

Ia tahu jika membantah Yoongi itu akan berujung menjadi pertengkaran, Jimin tidak mau menambah masalah lagi untuk saat ini.


“Good morning.” Suara langkah kaki terdengar menuruni anak tangga itu Yoongi menghampiri Jimin di dapur.

“Good morning darling.” Balas Jimin

“Where’s my morning kiss?” Yoongi bergumam sibuk menyimpulkan dasi yang melingkar di lehernya.

Pagi damai di mulai dengan membuat sarapan pagi, mendengar Yoongi meminta ciuman pagi yang biasa mereka lakukan, dan wajah serius saat mengenakan dasi.

Jimin mengecup sekilas bibir tipis kekasihnya itu, kemudian mengambil alih ikatan dasi Yoongi.


Genggaman tangan Yoongi terasa begitu hangat dan menenangkan di tengah rasa gugup Jimin.

Ia akan menemui ibu Yoongi lagi setelah beberapa bulan berlalu.

Sampai mereka berdua masuk keruangan itu, dimana ibu dari Yoongi sedang asik menonton televisi dan perhatian nya teralihkan melihat kehadiran Jimin disana.

“Ma gimana hari ini? masih sakit kakinya?” Yoongi menghampiri ibunya dengan tautan tangannya dengan Jimin tidak terlepas.

“Mama is okay, tapi ya gabisa jalan ke toilet sendiri karena kaki mama benar-benar sakit.” Jawab nya

“Halooo tante…” Sapa Jimin dengan satu bucket mawar putih di dekapan nya.

“Hai” Wanita itu hanya tersenyum canggung kepada Jimin.

“Aku izin temenin tante disini ya? bantu tante juga kalo butuh sesuatu.” Jimin memberanikan diri untuk memecah kecanggungan ini

Berfikir jika ia menolak kehadiran Jimin maka ia juga yang akan kerepotan jika membutuhkan sesuatu. Jadi ia membiarkan Jimin tetap tinggal disini untuk menemani nya.

“Iya Jimin.” Jawab nya

Yoongi tersenyum, berharap ini adalah awal yang baik meski ia tidak yakin bahwa semua yang ada di kepala nya berjalan lancar. Tapi setidaknya ia berdua sudah berani mengambil langkah baru.

“Saya pergi kerja dulu, okay? Jangan lupa telfon saya.” Ucap Yoongi kepada kekasihnya itu

“Hati-hati, don’t worry about anyting and i’ll be ok darling.” Jawab Jimin berusaha menenagkan Yoongi agar tidak terlalu mengkhawatirkan nya.

Beberapa jam setelah Yoongi pergi. Di dalam ruangan itu hanya diisi oleh suara televisi dan rasa canggung yang menyelimutu keduanya.

Kemudian ada suara ketukan pintu dari perawat, membawa trolley berisi makan siang untuk pasien.

Betapa terkejutnya ia melihat seorang Park Jimin berada dirumah sakit ini. Reflek membuatnya ingin meminta foto bersama saat itu Juga.

Tapi Jimin terlihat sedikit tidak nyaman untuk itu. Kemudian menolak secara halus dan hanya memberikan sebuah tanda tangan.


“Tante, makan ya biar aku bantu suapin.” Jimin menarik meja dari sisi ranjang yang memang tersedia jika pasien akan makan.

“Gausah, saya bisa makan sendiri.” Tolak wanita itu

Jimin memaklumi ini, jika ibu Yoongi masih menciptakan Jarak kepadanya, tidak apa-apa.

Jimin akan berusaha lebih keras lagi.

Lagi pula sejauh ini wanita itu tidak pernah meneriaki atau memarahi nya, ia hanya diam dan itu wajar.

Jimin sebenarnya masih bersyukur karena wanita itu masih mau menjawab setiap pertanyaan yang Jimin ajukan, walaupun dengan hanya beberapa kata.

233. Darling


Jimin sudah berganti pakaian tubuh nya sudah dalam keadaan segar setelah mandi.

Yoongi masih duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya wajah nya terlihat sedikit panik dan Jimin segera menghampirinya.

“Darling.” Gumam Jimin pelan

“Hei, sudah selesai mandinya.” Yoongi tersenyum

Jimin selalu suka bagaimana Yoongi selalu mencium kening nya, rasa sangat di cintai oleh kekasih nya itu membuat jantung nya selalu berdebar dengan gembira.

“Can we talk, before you punish me?” Jimin dengan ekspresi meledek agar suasana ini tidak terasa menegangkan

“What’s wrong little one?” Yoongi melembutkan suaranya agar Jimin tidak merasa terintimidasi.

“Jadi, tadi pagi tuh gimana ya aku jelasin nya bingung.” Jimin menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal

Bingung, ia bingung harus mulai darimana.

“Pelan-pelan oke? Saya dengarkan apapun itu dan saya tidak akan marah.” Yoongi mengelus pucuk kepala Jimin dengan sayang.

“Tadi pagi ada yang masuk apartement ini, gatau berapa orang yoongi.” Jimin terbata-bata “Terus mereka ambil beberapa barang-barang aku, kaya jam tangan anting-anting aku yang—” Jimin menjeda kalimatnya.

“Kamu tau lah berapa harga nya kalo untuk di jual lagi.” Jimin menghela nafasnya.

Yoongi terkejut, ada beberapa detik keheningan di ruangan itu. Sampai akhirnya ia memeluk tubuh kecil kekasihnya itu kemudian mendekap erat.

“Oh tuhan, kenapa kamu tidak menelfon saya little one.” Yoongi masih berusaha tenang diantara otak nya yang menyuruh berteriak karena marah mengetahui hal ini.

“Takut yoongi, aku takut.” Jimin bergumam tubuh nya kembali gemetar membayangkan orang-orang itu berada disini tadi malam.

“Jelaskan, sejak kapan ini terjadi? atau ini pertama kalinya?” Yoongi mulai menuntut Jimin agar membicarakan nya.

“Jangan di marahin akunya.” Rengek Jimin matanya sudah berkaca-kaca siap kapan saja untuk menangis.

“Maaf.”

Yoongi kembali menenangkan Jimin di dalam pelukan nya.

Sebisa mungkin ia harus bersikap tenang, membuat Jimin menceritakan semuanya tanpa merasa di intimidasi.

“Kamu inget aku pulang dari jepang? Apartement ini sedikit berantakan ada banyak bungkus mie instan di dapur, Baju-baju aku berantakan di lantai. Dan yang paking bikin aku jijik.”

Jimin berhenti di tengah kalimatnya. Membayangkan nya kembali membuat ia ingin muntah.

“It’s ok, pelan-pelan.” Ucap Yoongi kini kedua tangan nya menggengam jari-jari Jimin.

“Ada bungkus kondom di kamar sebelah. I’m not in delusional yoongi no you can check the pict in my phone.”

Jari-jari gemetar membuka folder bukti yang ia simpan jika sewaktu-waktu akan di butuhkan.

“Little one, i’m sorry..” Yoongi mendekap Jimin kali ini

Ia benar-benar merasa bersalah dan takut. Takut akan kekasih nya itu mengalami hal yang tidak di inginkan.

“Tolong kirim semua bukti nya ke saya sekarang ya? biar orang-orang saya yang akan mengurus nya.”

Jimin nya tidak boleh terluka, Jimin nya sudah cukup menderita.

Yoongi menarik Jimin menuju kamar dan mengambil satu koper yang tidak terlalu besar.

“Kamu duduk dulu disini sebentar ya.” Ucap Yoongi setelah menempatkan Jimin di tepi kasur

Ia mengemas beberapa pakaian santai milik Jimin, seperti potong kaus dan celana panjang.

“Mau kemana?” Jimin menatap bingung

“Tinggal di apartement saya mulai sekarang.” Jawab Yoongi

“Mama kamu yoongi…”

Jimin sungguh kesal, mengapa ia harus terjebak di dalam keadaan seperti ini?

“Sekarang kamu saya beri pilihan, tetap tinggal di apartement ini sendirian atau tinggal bersama saya?” Ucap Yoongi tegas

Jimin hanya diam.

“Don’t worry, she’s never can’t hurt you little one. Saya bersumpah”

“Oke, ayo ke apartement kamu.” Jawab Jimin kini tubuhnya menempel disisi Yoongi

“Maaf, bukan saya tidak ingin menyewakan kamu kamar hotel tapi saya hanya ingin menjaga dan melihat kamu dalam dua puluh empat jam little one.”

Lagi-lagi Jimin merasa hangat, merasa di lindungi sebegitu nya oleh Yoongi.

“I’ll try to be close with your mam, darling.” Jimin bergumam ragu

“Ya, you can.” Yoongi tersenyum meyakinkan Jimin ia akan bisa melewatinya.

“Sekarang kerumah sakit dulu ya, kaki mama terkilir. Dan kamu bisa tunggu di mobil setelah saya selesai bertemu mama kita langsung ke apartement.”

Yoongi menggandeng Jimin keluar dari apartement itu.

“Mama kamu lagi sakit, ini kamu beneran masih mentingin aku Yoongi?” Jimin terheran

“I told you, my little one is number one and all about you is most important to me.”

Yoongi nya selalu menjadi penyayang. Yoongi nya akan selalu menjadi tempat paling aman untuk Jimin.

233. We met again

Jimin sudah berganti pakaian tubuh nya sudah dalam keadaan segar setelah mandi.

Yoongi masih duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya wajah nya terlihat sedikit panik dan Jimin segera menghampirinya.

“Darling.” Gumam Jimin pelan

“Hei, sudah selesai mandinya.” Yoongi tersenyum

Jimin selalu suka bagaimana Yoongi selalu mencium kening nya, rasa sangat di cintai oleh kekasih nya itu membuat jantung nya selalu berdebar dengan gembira.

“Can we talk, before you punish me?” Jimin dengan ekspresi meledek agar suasana ini tidak terasa menegangkan

“What’s wrong little one?” Yoongi melembutkan suaranya agar Jimin tidak merasa terintimidasi.

“Jadi, tadi pagi tuh gimana ya aku jelasin nya bingung.” Jimin menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal

Bingung, ia bingung harus mulai darimana.

“Pelan-pelan oke? Saya dengarkan apapun itu dan saya tidak akan marah.” Yoongi mengelus pucuk kepala Jimin dengan sayang.

“Tadi pagi ada yang masuk apartement ini, gatau berapa orang yoongi.” Jimin terbata-bata “Terus mereka ambil beberapa barang-barang aku, kaya jam tangan anting-anting aku yang—” Jimin menjeda kalimatnya.

“Kamu tau lah berapa harga nya kalo untuk di jual lagi.” Jimin menghela nafasnya.

Yoongi terkejut, ada beberapa detik keheningan di ruangan itu. Sampai akhirnya ia memeluk tubuh kecil kekasihnya itu kemudian mendekap erat.

“Oh tuhan, kenapa kamu tidak menelfon saya little one.” Yoongi masih berusaha tenang diantara otak nya yang menyuruh berteriak karena marah mengetahui hal ini.

“Takut yoongi, aku takut.” Jimin bergumam tubuh nya kembali gemetar membayangkan orang-orang itu berada disini tadi malam.

“Jelaskan, sejak kapan ini terjadi? atau ini pertama kalinya?” Yoongi mulai menuntut Jimin agar membicarakan nya.

“Jangan di marahin akunya.” Rengek Jimin matanya sudah berkaca-kaca siap kapan saja untuk menangis.

“Maaf.”

Yoongi kembali menenangkan Jimin di dalam pelukan nya.

Sebisa mungkin ia harus bersikap tenang, membuat Jimin menceritakan semuanya tanpa merasa di intimidasi.

“Kamu inget aku pulang dari jepang? Apartement ini sedikit berantakan ada banyak bungkus mie instan di dapur, Baju-baju aku berantakan di lantai. Dan yang paking bikin aku jijik.”

Jimin berhenti di tengah kalimatnya. Membayangkan nya kembali membuat ia ingin muntah.

“It’s ok, pelan-pelan.” Ucap Yoongi kini kedua tangan nya menggengam jari-jari Jimin.

“Ada bungkus kondom di kamar sebelah. I’m not in delusional yoongi no you can check the pict in my phone.”

Jari-jari gemetar membuka folder bukti yang ia simpan jika sewaktu-waktu akan di butuhkan.

“Little one, i’m sorry..” Yoongi mendekap Jimin kali ini

Ia benar-benar merasa bersalah dan takut. Takut akan kekasih nya itu mengalami hal yang tidak di inginkan.

“Tolong kirim semua bukti nya ke saya sekarang ya? biar orang-orang saya yang akan mengurus nya.”

Jimin nya tidak boleh terluka, Jimin nya sudah cukup menderita.

Yoongi menarik Jimin menuju kamar dan mengambil satu koper yang tidak terlalu besar.

“Kamu duduk dulu disini sebentar ya.” Ucap Yoongi setelah menempatkan Jimin di tepi kasur

Ia mengemas beberapa pakaian santai milik Jimin, seperti potong kaus dan celana panjang.

“Mau kemana?” Jimin menatap bingung

“Tinggal di apartement saya mulai sekarang.” Jawab Yoongi

“Mama kamu yoongi…”

Jimin sungguh kesal, mengapa ia harus terjebak di dalam keadaan seperti ini?

“Sekarang kamu saya beri pilihan, tetap tinggal di apartement ini sendirian atau tinggal bersama saya?” Ucap Yoongi tegas

Jimin hanya diam.

“Don’t worry, she’s never can’t hurt you little one. Saya bersumpah”

“Oke, ayo ke apartement kamu.” Jawab Jimin kini tubuhnya menempel disisi Yoongi

“Maaf, bukan saya tidak ingin menyewakan kamu kamar hotel tapi saya hanya ingin menjaga dan melihat kamu dalam dua puluh empat jam little one.”

Lagi-lagi Jimin merasa hangat, merasa di lindungi sebegitu nya oleh Yoongi.

“I’ll try to be close with your mam, darling.” Jimin bergumam ragu

“Ya, you can.” Yoongi tersenyum meyakinkan Jimin ia akan bisa melewatinya.

“Sekarang kerumah sakit dulu ya, kaki mama terkilir. Dan kamu bisa tunggu di mobil setelah saya selesai bertemu mama kita langsung ke apartement.”

Yoongi menggandeng Jimin keluar dari apartement itu.

“Mama kamu lagi sakit, ini kamu beneran masih mentingin aku Yoongi?” Jimin terheran

“I told you, my little one is number one and all about you is most important to me.”

Yoongi nya selalu menjadi penyayang. Yoongi nya akan selalu menjadi tempat paling aman untuk Jimin.

226. Let me sleep please.


Setelah kegiatan rehearsal nya Jimin langsung diantar pulang oleh Yoongi.

Mampir sebentar hanya untuk memastikan Jimin akan beristirahat cukup karena besok menjelang konser terakhirnya di seoul.

“Saya pulang ya, kamu tidak apa-apa sendiri?” Tanya Yoongi

Kedua tangan Jimin masih betah bertautan dengan lengan Yoongi diatas sofa.

“Gapapa, mama kamu juga apart sendirian.” Ucap Jimin

“Ah iya.” Yoongi menghela nafasnya panjang.

Benar.

Kemudian bangkit dari sofa, Jimin terus menempelinya. Kemudian mengantarkan nya sampai depan pintu.

“Hati-hati nyetir nya ya, langsung kabarin aku kalo udah sampe.” Ucap Jimin kini melepaskan rangkulan nya pada lengan Yoongi.

“Oke little one. Make sure double lock your door. Dan jika terjadi sesuatu hubungi saya.” Ucap Yoongi

Yoongi menatapnya terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu, Jimin merasa sulit sekali menyembunyikan sesuatu dari kekasihnya itu.

“Oke, i’ll.” Jawab Jimin.

Lambaian tangan menutup perpisahan mereka, Jimin mengunci apartementnya dan Yoongi menghilang terhalang lorong apartement.


Jimin selesai membersihkan diri, kini sudah dengan piyama dan kaus kaki lembut membungkus kedua kakinya.

Perasaan nya begitu campur aduk, tidak sabar untuk segera besok bertemu, bernyanyi dan menari bersama dengan penggemarnya. Tapi rasa sedih karena ini konser terakhir nya.

Pukul sebelas malam. Ia selesai membalas pesan dari Yoongi, berisi percakapan bahwa Yoongi telah sampai dengan selamat.

Jimin merasa sangat mengantuk, tidak sadar ia terlelap dengan ponsel yang masih berada di genggaman nya.


Ini pukul tiga pagi.

Jantung nya berdetak dua kali lebih cepat, Jimin seperti bermimpi sesorang memasuki rumah nya lagi.

Matanya terbuka, keringat membasahi dahinya ia terbangun dari tidurnya seperti habis berlari kencang untuk menghindari sesuatu.

Tangan nya yang gemetar meraih satu gelas air yang berada di atas nakas, meminumnya dengan perlahan.

“Ya tuhan…” Jimin mengelus dadanya

Bukan ketenangan yang ia dapat.

Sial.

Ada suara tertawa di luar kamarnya, oh apa mereka kembali? tapi suara ini terdengar seperti lebih dari satu orang. Jimin yakin itu

Tidak lama, kemudian seperti ada suara benda kecil jatuh dari closet nya dimana tempat Jimin menyimpan baju-baju dan aksesoris mahalnya.

Jimin ingin bangun dan memergoki siapa orang tersebut, ini kesempatan nya bukan?

Tapi tidak dengan keputusan bodoh, faktanya ia hanya sendiri sementara orang-orang ini kemungkinan terdiri dari tiga orang atau bahkan lebih.

Jimin memilih untuk memasangkan headphone di telinga nya memutar musik acak guna mengalihkan ketakutan nya.

“Let’s sleep jimin, it’s just a nightmare” Belaian di kepala dan bisikan pelab di telinganya berhasil membuat seluruh tubuh Jimin menegang ketakutan.

Jika ia melawan, mungkin ia akan terluka atau lebih buruk nya ia akan mati di tangan orang-orang ini.

226. Let me sleep please.


Setelah kegiatan rehearsal nya Jimin langsung diantar pulang oleh Yoongi.

Mampir sebentar hanya untuk memastikan Jimin akan beristirahat cukup karena besok menjelang konser terakhirnya di seoul.

“Saya pulang ya, kamu tidak apa-apa sendiri?” Tanya Yoongi

Kedua tangan Jimin masih betah bertautan dengan lengan Yoongi diatas sofa.

“Gapapa, mama kamu juga apart sendirian.” Ucap Jimin

“Ah iya.” Yoongi menghela nafasnya panjang.

Benar.

Kemudian bangkit dari sofa, Jimin terus menempelinya. Kemudian mengantarkan nya sampai depan pintu.

“Hati-hati nyetir nya ya, langsung kabarin aku kalo udah sampe.” Ucap Jimin kini melepaskan rangkulan nya pada lengan Yoongi.

“Oke little one. Make sure double lock your door. Dan jika terjadi sesuatu hubungi saya.” Ucap Yoongi

Yoongi menatapnya terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu, Jimin merasa sulit sekali menyembunyikan sesuatu dari kekasihnya itu.

“Oke, i’ll.” Jawab Jimin.

Lambaian tangan menutup perpisahan mereka, Jimin mengunci apartementnya dan Yoongi menghilang terhalang lorong apartement.


Jimin selesai membersihkan diri, kini sudah dengan piyama dan kaus kaki lembut membungkus kedua kakinya.

Perasaan nya begitu campur aduk, tidak sabar untuk segera besok bertemu, bernyanyi dan menari bersama dengan penggemarnya. Tapi rasa sedih karena ini konser terakhir nya.

Pukul sebelas malam. Ia selesai membalas pesan dari Yoongi, berisi percakapan bahwa Yoongi telah sampai dengan selamat.

Jimin merasa sangat mengantuk, tidak sadar ia terlelap dengan ponsel yang masih berada di genggaman nya.


Jantung nya berdetak dua kali lebih cepat, Jimin seperti bermimpi sesorang memasuki rumah nya lagi.

Matanya terbuka, keringat membasahi dahinya ia terbangun dari tidurnya seperti habis berlari kencang untuk menghindari sesuatu.

Tangan nya yang gemetar meraih satu gelas air yang berada di atas nakas, meminumnya dengan perlahan.

“Ya tuhan…” Jimin mengelus dadanya

Bukan ketenangan yang ia dapat.

Sial.

Ada suara tertawa di luar kamarnya, oh apa mereka kembali? tapi suara ini terdengar seperti lebih dari satu orang. Jimin yakin itu

Tidak lama, kemudian seperti ada suara benda kecil jatuh dari closet nya dimana tempat Jimin menyimpan baju-baju dan aksesoris mahalnya.

Jimin ingin bangun dan memergoki siapa orang tersebut, ini kesempatan nya bukan?

Tapi tidak dengan keputusan bodoh, faktanya ia hanya sendiri sementara orang-orang ini kemungkinan terdiri dari tiga orang atau bahkan lebih.

Jimin memilih untuk memasangkan headphone di telinga nya memutar musik acak guna mengalihkan ketakutan nya.

Jika ia melawan, mungkin ia akan terluka atau lebih buruk nya ia akan mati di tangan orang-orang ini.

218. My safety zone


Yoongi terus memotret nya tetapi Jimin mengabaikan itu, ia hanya berfokus pada makanan nya kali ini.

“Saya yang minta mie instan, kamu yang habisin.” Ucap Yoongi

Jimin hanya tertawa, benar juga perkataan Yoongi bahwa 70% mie instan itu ia yang menghabiskan.

Ia selalu suka saat makan bersama, Yoongi selalu menatapnya memperhatikan ia melahap habis makanannya.

Bertukar fikiran setiap mereka bersama, membicarakan hal acak dan kemudian tertawa. Atau sekedar menonton film dan gelas wine di tangan mereka.

Malam ini Jimin merasa lebih aman, setelah beberapa hari ia selalu terbangun disaat tidurnya. Takut seseorang akan memasuki apartementnya lagi.

Bukan Jimin tidak ingin memberitahu Yoongi tentang hal ini. Tapi ia ingin memastikan dulu siapa orang tersebut, bisa kah ia menyelesaikan masalah ini sendiri?

Jika tidak ia akan berbicara kepada Yoongi.

Jari-jari Yoongi berada diantara rambut Jimin, yang kepala nya ia tumpu di atas paha Yoongi.

Aman dan nyaman yang Jimin rasakan, sampai akhirnya ia terlelap dengan posisi seperti itu diatas sofa.

“You sleep little one.” Tanya Yoongi

“Your little one is so tired.” Gumam Jimin tidak jelas yang benar-benar hampir memasuki alam mimpinya.

“Good sleep little one.” Yoongi mencium lembut kening Jimin.

Dengan sisiran jari di rambutnya tidak berhenti.

Ya setidaknya biarkan malam ini Jimin terlelap dengan tenang, tanpa harus ketakutan sendirian.

219. My safety zone


Yoongi terus memotret nya tetapi Jimin mengabaikan itu, ia hanya berfokus pada makanan nya kali ini.

“Saya yang minta mie instan, kamu yang habisin.” Ucap Yoongi

Jimin hanya tertawa, benar juga perkataan Yoongi bahwa 70% mie instan itu ia yang menghabiskan.

Ia selalu suka saat makan bersama, Yoongi selalu menatapnya memperhatikan ia melahap habis makanannya.

Bertukar fikiran setiap mereka bersama, membicarakan hal acak dan kemudian tertawa. Atau sekedar menonton film dan gelas wine di tangan mereka.

Malam ini Jimin merasa lebih aman, setelah beberapa hari ia selalu terbangun disaat tidurnya. Takut seseorang akan memasuki apartementnya lagi.

Bukan Jimin tidak ingin memberitahu Yoongi tentang hal ini. Tapi ia ingin memastikan dulu siapa orang tersebut, bisa kah ia menyelesaikan masalah ini sendiri?

Jika tidak ia akan berbicara kepada Yoongi.

Jari-jari Yoongi berada diantara rambut Jimin, yang kepala nya ia tumpu di atas paha Yoongi.

Aman dan nyaman yang Jimin rasakan, sampai akhirnya ia terlelap dengan posisi seperti itu diatas sofa.

“You sleep little one.” Tanya Yoongi

“Your little one is so tired.” Gumam Jimin tidak jelas yang benar-benar hampir memasuki alam mimpinya.

“Good sleep little one.” Yoongi mencium lembut kening Jimin.

Dengan sisiran jari di rambutnya tidak berhenti.

Ya setidaknya biarkan malam ini Jimin terlelap dengan tenang, tanpa harus ketakutan sendirian.

216. Feel safe.


“Hei.” Sapa Jimin setelah memasuki mobil Yoongi.

“Hei.” Yoongi meletakkan ponsel nya mendekatkan dirinya kepada Jimin, dan memberi satu kecupan di pipi Jimin.

“Colong start aja ih.” Protes Jimin malu-malu.

Yoongi hanya tertawa, kekasih nya itu mudah sekali salah tingkah.

“Let’s go home little one.” Ucap Yoongi.


Yoongi turun kemudian mengambil beberapa tas belanja di kursi belakang.

Jimin terkejut, ini bukan hanya sekedar mie instan.

Tapi Yoongi benar-benar belanja banyak bahan makanan.

“I’ll help you.” Jimin mengambil satu tas belanja di tangan Yoongi.

“Thank You.” Ucap Yoongi.

“I’m homeeee.” Jimin memasuki apartement nya

Ia meletakan tas belanja itu diatas meja dapur, satu tas berisi penuh mie instan berbagai macam rasa.

Satu tas berisi susu, roti, dan sereal.

Dan tas lainnya berisi cemilan kesukaan Jimin.

Yoongi tidak pernah gagal membuatnya merasa di cintai sepenuh hati.

“Aku ganti baju dulu ya.” Ucap Jimin kemudian

“Bisa saya mandi lebih dulu?” Sela Yoongi sebelum Jimin pergi

“Yes, you can darling.” Jawab Jimin

“Why don’t we take a shower together little one?” Usul Yoongi dengan senyum jail melengkung di wajahnya.

“Hahahahaha mandi bareng?” Jimin tertawa meledek. “It’s a good idea.”

Tanpa mengulur waktu Yoongi menggendong Jimin naik ke atas, dimana kamar Jimin berada.


Mandi bersama dengan durasi yang terbilang sebentar, keduanya hanya merendam diri di satu bathup dengan air hangat.

Jimin memberi banyak pijatan pada punggung Yoongi, lelah ia bilang karena beberapa hari ini sangat sibuk di kantor.

“Let me cooking your noodle for a while.” Jimin bergumam

Dagu Yoongi yang berada di pundak nya, dan tangan besar yang sangat suka melingkari pinggang ramping nya.

Yoongi terus menciumi tengkuk leher kekasihnya.

“Biar saya memberi satu tanda disini.” Ucap Yoongi kemudian mencium dan menghisap bagian leher Jimin untuk meninggalkan bekas berwarna merah

“Enggak ya aku lagi masak, kamu mau aku pukul pake sendok?”

Jimin berbalik kemudian mengangkak sendok yang berada di tangan nya berupaya mengancam Yoongi untuk memukul kepalanya dengan sendok kecil itu.

Tapi Yoongi tidak menghiraukan nya, sekarang ia malah mencium bibir Jimin agar kekasih kecil nya itu diam dan tidak mengomel lagi.

208. Quality time


“Gue gak sempet beli ayam goreng, gak dapet tempat parkir gila sih rame banget.” Gerutu Jungkook kini kemudian meletakkan tas nya di atas sofa.

“Yaudah gapapa, biar nanti gue yang beli.” Sambung hoseok

“Yaelah dateng-dateng malah muka nya di tekuk gitu.” Ucap Jimin yang muncul dari dapur dengan beberapa cemilan di tangan nya.

Yang di bicarakan sibuk merebut cemilan dari Jimin, dan mengeluh betapa lelah nya ia hari ini.

“Serius ya, coach gue beneran kasih gue latihan dua kali lipat dari biasanya.”

“Mending lo mandi.” Sela Hoseok dan meleparkan batal sofa ke arah wajahnya.

“Ok.”

Jungkook melenggang pergi menuju toilet, untuk segera membersihkan dirinya.


Terlalu asik menonton film mereka sampai lupa untuk memesan makan malam.

Rasa lapar hilang begitu saja sebab Jimin tidak merasa khawatir lagi tentang kejadian sebelum nya.

Ia merasa aman sekarang.

Suara dering telepon rumah berbunyi.

Jimin dan Hoseok reflek bertatapan, siapa yang memanggil di jam segini? atau ini hanya panggilan ‘iseng’ untuk mengganggunya?

Tetapi Jimin tidak ingin menjadi pengecut, ia tidak boleh takut.

“Hallo…” Jimin bersuara pelan

“Hallo tuan Jimin, ada kiriman makanan mau diambil ke lobby atau mau diantar ke unit?”

Jimin mengela nafas nya, lega. Itu yang ia rasakan ternyata hanya telefon dari pekerja di apartement ini.

Tapi siapa yang mengirim makanan itu?

Yoongi. Sudah pasti itu Yoongi yang mengirimi nya makanan.

“Oh iya, bisa di antar ke atas aja boleh?” Tanya Jimin

“Boleh tuan Jimin, mohon di tunggu makanan nya akan segera diantarkan.”

Jimin akhirnya bisa bernafas lega.

“Kenapa?” Tanya Hoseok penasaran

“Itu ada kiriman makanan dari Yoongi. Tunggu lagi di anter keatas.” Jawab Jimin

“Jangan langsung di makan.” Ucap Jungkook asal

“Iya jangan, takut ada racun nya.” Hoseok tertawa

“Mending kalo racun, gimana kalo Yoongi kasih obat perangsang?” Jungkook tertawa puas dan begitu juga hoseok

Jimin kemudian melempar bantal dan bungkus keripik kepada kedua teman nya itu.