ymkissed

203. What should i do?


Hoseok sampai di apartement Jimin dalam tiga puluh lima menit, di sambut dengan keramahan para pekerja.

Apartement ini bahkan seperti hotel, tidak mungkin bukan keamanan nya kurang?

Hoseok merasa lift naik begitu lambat, fikiran nya sedari tadi memikirkan Jimin.

Sampai pintu lift terbuka ia langsung berlari menuju unit milik Jimin.

Menekan passcode melalui pintu, tempat ini masih terlihat sama seperti terakhir ia masuki.

Mengetuk pelan pintu kamar Jimin agar ia merasa tidak semakin ketakuan.

“Jimin?” Panggil Hoseok

“Lo di dalem kan? gue masuk ya…”

“Iya kak masuk aja.” Jawabnya

Hoseok menghampiri Jimin yang sedang berkutat dengan laptop di atas meja.

“Gimana ceritanya kok bisa…?”

“Gue juga gatau kak, tapi ini gue cek cctv tuh bersih gaaada apa-apa loh.” Jimin berbalik menghadap Hoseok, ia kebingungan.

“Oh iya ini dompet lo.” Hoseok memberikan dompet itu

“Thanks kak.”

“Di cek dulu.”

“Engga us—”

“Di cek atau gue bilangin Yoongi tentang kejadian ini.” Seru Hoseok

Jimin menurut, membuka dan mengecek semua isi dompetnya.

“Tuh masih utuh.” Jimin menatap Hoseok kesal

“Coba biar sini gue yang cek rekaman cctv lo.”

Hoseok mengambil alih laptop milik Jimin. Empat puluh lima menit berlalu ia masih memutar ulang semua video itu.

Kini Jimin datang dengan dua gelas jus jeruk, hanya itu yang ia punya di kulkas nya.

“Minum dulu.” Jimin memberikan gelas itu kepada Hoseok “Gaada apa-apa kan.” Gumam Jimin

Hoseok masih fokus dengan beberapa video dari rekaman cctv.

“Laptop ini lo tinggal? pake password ga?” Tanya Hoseok penasaran menunggu jawaban Jimin.

“Iya di tinggal, enggak pake password.” Jawab Jimin tanpa merasakan sesuatu yang aneh.

“Shit.”

“Eh kenapa?” Jimin terkejut mendengar Hoseok mengumpat apakah umpatan itu untuk dia arau bukan.

“Besok-besok jangan ceroboh deh, ini ada beberapa video yang tanggal nya berantakan alias gak berurutan.” Hoseok menghela nafas

“Maksud lo? ada video yang di hapus?” Jimin masih kebingungan apa yang sedang terjadi sekarang ini

“Iya Jimin.”

Jimin merasa dia baru saja di pukul oleh sesuatu, apartement nya yang ia tinggal hampir tiga bulan ini di masuki seseorang dan yang paling membuat Jimin merasa ingin muntah adalah.

Mereka bercinta di tempat ini.

“Kak ayo ikut gue ke bawah, ke bagian keamanaan gue mau cek semua nya tolong.”

Jimin menarik tangan Hoseok agar mengikuti nya.


“Sudah tidak ada tuan Jimin, karena memang rekaman cctv setelah tiga puluh hari akan selalu di hapus.” Ucap salah satu petugas keamanan

“Masa kalian gak punya backup nya?” Jimin frustasi

Ia masih berharap setidak nya ia bisa melihat laki-laki atau perempuan yang memasuki unitnya.

Agar ia bisa lebih waspada lagi kedepan nya.

Di selimuti emosi dan rasa takut, tapi Jimin masih berpura-pura tidak terganggu dengab kejadian ini.

199. What is this?


Jimin memarkirkan mobil nya.

syukurlah hujan turun saat ia sudah dekat dengan apatement nya dan lalu lintas hari ini pun tidak terlalu padat.

Tempat yang hampir tiga bulan ia tinggalkan, aroma familiar tercium bahkan hanya saat ia menginjakan kaki di lobby.

Sapaan ramah dari petugas keamanan apartement ini memang sudah tidak di ragukan lagi.

Mereka selalu bersikap ramah, tegas dan cepat tanggap.

“Hallo tuan Jimin, sudah lama sejak saya melihat tuan Jimin disini.” Sapa seorang pria muda yang berdiri di meja front office

“Hai, iya saya baru selesai tour sudah hampir tiga bulan.” Jawab Jimin tidak kalah ramah.

Ia suka bagaimana semua orang yang bekerja disini selalu bersikap baik dan menomor satukan manner dan privasi agar penghuni gedung ini merasa nyaman .


Jimin membuka pintunya, aroma papermint dari pengharum ruangan menyambutnya.

Oh ini benar-benar rumah nya.

Tapi tidak, apa ini? mengapa beberapa bungkus mie instan berserakan di sekitar dapurnya?

Seingat Jimin ia tidak meninggalkan rumah dalam keadaan seperti ini.

Tapi ia tidak ingin ambil pusing, berusaha berusaha berfikir positif mungkin ia lupa saat pergi meninggalkan bungkus mie instan.

“Please ini gue cuma lupa, dan gak mungkin ada yang masuk kesini kan?” Jimin bergumam pada diri sendiri

Kini ia menuju kamar milik nya, membuka pintu dan kamarnya terlihat biasa saja tidak ada sesuatu yang aneh disini.

Sampai ia memasuki toilet beserta tempat dimana ia menyimpan baju-bajunya.

Berantakan.

Ada beberapa baju yang tergeletak di lantai, seperti seseorang telah mencari sesuatu di tumpukan pakaian nya.

“Kak hoseok?” Jimin menjeda kalimatnya detak jantung nya berdetak lebih cepat. “Enggak, gak mungkin kak hoseok. gue percaya dia banget tolong.” Jimin berusaha meyakinkan dirinya sendiri agar tidak berfikiran aneh.

Kini Jimin menyusuri sekitar kamar satu nya.

Sial, sial, sial.

Ini berantakan bahkan ada kemasan condom diatas nakas.

Tidak, ini semua tidak masuk akal. Bahkan saat ia melakukan sex dengan Yoongi ia tidak menggunakan condom

Jimin kembali menutup pintu kamar itu, mencari ponsel nya berusaha menghubungi hobi untuk menayakan beberapa hal dan memanggil jasa cleaning service untuk membersihkan kekacauan ini.

“What the actual fuck is this. I’m so scared.” Gumam Jimin.

193. Home <3


Itu Jimin dengan menarik koper yang tidak jauh lebih besar dari tubuhnya, terlihat sangat menggemaskan.

Yoongi keluar dari mobil mengambil alih koper itu lalu memasukan nya kedalam bagasi.

Tidak lupa juga ia memeluk tubuh mungil kekasihnya itu yang sangat ia rindukan.

“I miss you little one.”

Jimin tersenyum, membalas pelukan Yoongi lebih erat.

“I miss you too, oh look at my baby look so handsome today.” Goda Jimin

Keduanya hanya tertawa, masuk kedalam mobil kemudian menuju tempat tujuan selanjut nya.

Sesuai rencana Jimin, mereka pergi berbelanja untuk membeli beberapa bahan makanan untuk dimasak.


“Dua cukup?” Jimin menunjukan dua kotak daging sapi di tangan nya kepada Yoongi.

“Cukup little one.” Jawab Yoongi

Kini kini mereka menuju tempat sayuran segar, sementara Yoongi mendorong trolley Jimin sibuk menempel pada lengan kekasih nya itu.

“Kok sepi deh hari ini?” Tanya Jimin penasaran dan memperhatikan sekelilingnya.

“Ini hari kerja, hanya sedikit orang yang memiliki waktu luang berbelanja seperti kita.” Ucap Yoongi.


“Sementara saya memasak, kamu bisa mandi lebih dulu.” Yoongi mengusulkan Jimin untuk pergi membersihkan dirinya.

“Oke.” Satu kecupan pada bibir Yoongi kemudian Jimin tertawa dan berlari menjauh menuju kamar Milik Yoongi.

Ada-ada saja pikirnya. Jimin sangat tidak bisa di tebak

Sudah tiga puluh menit berlalu semua bahan makanan yang mereka beli tadi hampir selesai Yoongi siapkan, kini ia hanya perlu memanggang daging itu di atas wajan.

“Salaaaaaad.” Ucap Jimin dari belakang kini tubuhnya memeluk Yoongi

“Aku bantu tata piring di atas meja ya.”

Yoongi hanya meng-iyakan semua perkataan Jimin.

Ia memperhatikan Yoongi yang sedang memasak, celana hitam dengan kemeja putih kedua lengan nya di gulung. Oh tidak lupa juga sebuah apron hitam menggulung sekitar pinggang nya.

Itu menambah nilai plus di mata Jimin.

“Ini kita lagi di dapur atau gimana sih? kok kamu makin hot ya…” Ucap Jimin dengan dua tangan di atas meja makan bertumpu pada dagunya.

Berhasil membuat Yoongi tersedak tiba-tiba, karena ucapan kekasih nya itu.

“Oh you need to stop teasing me little one.” Yoongi bergumam

Jimin hanya tertawa. Dan tentang ucapan nya barusan jimin tidak berbohong bahwa Yoongi terlihat sangat seksi saat sedang memasak.

“Ini punya kamu, ini punya saya.”

Aroma daging yang di masak dengan kematangan sempurna, kombinasi harum butter, and garlic memenuhi ruang makan.

Membuat perut Jimin tidak tahan untuk segera menyantap makanan itu.

Tangan nya kini bergerak mengambil pisau dan garpu tapi Yoongi mengehentikan nya.

“Wait, little one.”

Jimin sebal kenapa Yoongi menggangu nya. Apa ia tidak tahu bahwa Jimin merasa sangat lapar?

Yoongi selesai mencuci tangan nya, kemudian berjalan ke arah Jimin.

Memberi kecupan lembut di dahi Jimin.

“Selamat makan.” Yoongi tersenyum

Jimin tersipu, ada saja tingkah Yoongi yang membuat Jimin merasa banyak kupu-kupu berterbangan di dalam dirinya.

173. Tokyo


Tempat itu tidak besar tidak ramai pula, tapi hangat dan nyaman.

Kebetulan restoran ini baru saja buka, mereka bertiga adalah pelanggan pertama hari ini.

Ramen sangat cocok untuk makanan awal saat ia sampai di jepang siang ini.

“Langsung ke hotel ya.” Ucap hoseok kini ia memasukan ponsel nya kedalam tas.

“Oke” Jimin menjawab dan mereka berdua menghampiri Yoongi di depan meja kasih setelah membayar.


“Ini kamar lo, kalo butuh apa-apa telfon atau langsung ke kamar gue aja ya. Itu pintu kedua” Hoseok menyerahkan kunci dan menunjuk pintu kamarnya yang berada dari dua pintu di sebrang kamar Jimin.

“Saya ingin tidur sebentar tidak apa-apa?” Tanya Yoongi

Penerbangan hampir dua belas jam berhasil membuat tubuh nya terasa sangat lelah.

“Gapapa sayang tidur aja, aku mau bongkar koper sebentar abis itu mandi.” Jimin menarik koper tersebut membukanya dan memeriksa semua barang

“Little one bangunkan saya jam 5 sore, saya jadi pulang ke seoul.”

Yoongi merebahkan tubuhnya di atas kasur besar itu.

Jimin menatap sedih, sejujur nya ia tidak ingin Yoongi pergi tapi ia juga tidak boleh egois karena Yoongi memiliki kepentingan lain selain berada di dekatnya selalu.

“Oke.” Jimin beranjak dari lantai kemudian memberikan satu kecupan di kening Yoongi. “Istirahat ya, i love you.”


Yoongi telah selesai mandi dan berganti pakaian, bersiap untuk penerbangan selanjutnya menuju Seoul.

Untung saja sekertarisnya itu cepat tanggap dan segera memesankan tiket untuk Yoongi karena saat di telfon bos nya itu masih tertidur. Pesan Jimin agar untuk mengambil penerbangan yang ada hari ini.

“Kenapa saya lupa memesan tiket, untung saja kamu menjawab panggilan sekertaris kim.” Tungkas Yoongi kemudian mengambil kaus yang telah Jimin siapkan.

“Tapi dapetnya di jam 19.30 sekarang aja udah jam 18.40 aduh gimana dong.” Jimin cemas Yoongi akan terlambat

“It’s ok little one, nanti saya pergi dengan hoseok dan saya bisa menyetir dengan cepat.”

Sejujurnya ia masih tetap ingin disini, ingin terus bersama Jimin nya dan menyaksikan penampilan kekasih nya itu.

Tapi apa daya, Yoongi tidak bisa meninggalkan pekerjaan nya terlalu lama

“Oke, i’ll going home little one. Baik-baik disini dan perhatikan semua makananmu.”

Jimin menatap nya dengan mata yang hampir menangis.

“Give me your kisses.” Pinta nya

Yoongi tersenyum kemudian mengecup bibi plum milik kekasihnya itu dengan sayang.

“I love you.”

“Take care my love.”

Kini Jimin menatap Yoongi di lorong hotel dari pintu kamar nya.

163. Beach & Next flight


Sudah beberapa hari berlalu, waktu berjalan sangat cepat bukan?

Hari-hari yang mereka habiskan di kota Hollywood ini menikmati setiap detik, menit dan jam dengan berdua di temani dengan pemandangan cantik dan semilir angin sejuk yang dapat menenangkan fikiran.

Siang hari yang mereka gunakan untuk mencari makanan di luar dari tempat mereka menginap.

Dan sore hari yang di lanjut, menyusuri bibir pantai.

Matahari tenggelam selalu cantik jika terlihat dari laut, cahaya oranye dan matahari bulat perlahan menenggelamkan dirinya.

“Are you happy?” Tanya Yoongi

Kini kedua tangan mereka betautan erat seperti tidak akan pernah siap untuk kehilangan satu sama lain.

“Happy, happy, sooo happy kalo sama kamu selalu seneng hehe.” Jawab Jimin

“Saya senang mendengar nya.”

“Lagi kamu aneh kenapa harus tanya aku seneng atau enggak, udah pasti jawaban nya seneng.” Jimin mengoceh melepaskan tautan tangan mereka.

Ia mengambil ponselnya untuk memotret matahari yang benar-benar hampir tenggelam.

Yoongi hanya tersenyum, Jimin-nya yang bawel akan selalu menjadi booster energi untuknya.

“Let me take a pict of you little one.” Yoongi mundur beberapa langkah

“Oke, maskernya enggak usah di buka ya biar keliatan misterius gitu.”

Keduanya kemudian tertawa, lucu pikirnya Jimin selalu menjadi alasan untuk Yoongi selalu tertawa dalam hal apapun.

“One, two, three…” Suara jepretan kamera terdengar beberapa kali

“Mau liat…” Jimin berjalan ke arah Yoongi

“Bulat, lihat wajah mu tertutup topi dan masker hanya ada segaris mata yang terlihat.” Ledek Yoongi

Sore menjelang malam hari ini di penuhi tawa bahagia, berjalan dan berlarian di pinggir pantai mengambil beberapa memori untuk di kenang itu sudah cukup.

Untuk menjadi akhir liburan di kota ini.


“Janji untuk memeriksa makanan sebelum memakan nya, jangan terlalu stress.” Ucap Yoongi

Jimin menidurkan kepalanya du atas dada Yoongi, tempat dan suara detak jantung favorite untuk Jimin.

“Ok captain!” Jawabnya.

“Enjoy your time in tokyo little one.”

Yoongi memberi kecupan di atas dahi Jimin.

163. Beach & Next flight


Sudah beberapa hari berlalu, waktu berjalan sangat cepat bukan?

Hari-hari yang mereka habiskan di kota Hollywood ini menikmati setiap detik, menit dan jam dengan berdua di temani dengan pemandangan cantik dan semilir angin sejuk yang dapat menenangkan fikiran.

Siang hari yang mereka gunakan untuk mencari makanan di luar dari tempat mereka menginap.

Dan sore hari yang di lanjut, menyusuri bibir pantai.

Matahari tenggelam selalu cantik jika terlihat dari laut, cahaya oranye dan matahari bulat perlahan menenggelamkan dirinya.

“Are you happy?” Tanya Yoongi

Kini kedua tangan mereka betautan erat seperti tidak akan pernah siap untuk kehilangan satu sama lain.

“Happy, happy, sooo happy kalo sama kamu selalu seneng hehe.” Jawab Jimin

“Saya senang mendengar nya.”

“Lagi kamu aneh kenapa harus tanya aku seneng atau enggak, udah pasti jawaban nya seneng.” Jimin mengoceh melepaskan tautan tangan mereka.

Ia mengambil ponselnya untuk memotret matahari yang benar-benar hampir tenggelam.

Yoongi hanya tersenyum, Jimin-nya yang bawel akan selalu menjadi booster energi untuknya.

“Let me take a pict of you little one.” Yoongi mundur beberapa langkah

“Oke, maskernya enggak usah di buka ya biar keliatan misterius gitu.”

Keduanya kemudian tertawa, lucu pikirnya Jimin selalu menjadi alasan untuk Yoongi selalu tertawa dalam hal apapun.

“One, two, three…” Suara jepretan kamera terdengar beberapa kali

“Mau liat…” Jimin berjalan ke arah Yoongi

“Bulat, lihat wajah mu tertutup topi dan masker hanya ada segaris mata yang terlihat.” Ledek Yoongi

Sore menjelang malam hari ini di penuhi tawa bahagia, berjalan dan berlarian di pinggir pantai mengambil beberapa memori untuk di kenang itu sudah cukup.

Untuk menjadi akhir liburan di kota ini.

138. Cuddle


“Sayang…” Ucap Yoongi yang semula berada di sofa kamar itu kini menaiki kasur dimana Jimin memunggungi nya.

“Sebel, jangan deket-deket aku.” Jimin mengehempas tangan Yoongi

Sementara Yoongi hanya terkekeh melihat Jimin yang merajuk, di bawah selimut tebal yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Suara ombak, redup cahaya rembulan dan pohon-pohon yang terlihat bergoyang karena tiupan angin laut.

Benar-benar sempurna, jika mereka menikah nanti. Jimin akan meminta tempat ini sebagai hadiah untuk pernikahan nya kepada Yoongi.

“Sedang memikirkan apa?” Yoongi berbicara setelah keheningan beberapa menit itu.

Sial, Yoongi nya selalu sangat tahu bahkan detail tentang dirinya.

Jimin membalikkan tubuh nya kemudian menghadap ke arah Yoongi, kini mereka saling berhadapan.

Jimin mengecup bibir lelaki itu dengan cepat, Yoongi hanya tersenyum.

“Kalo kita nikah, aku mau ini jadi hadiah buat aku boleh enggak?”

Ekspresi dan nada bicara yang selalu Jimin gunakan untuk merayu Yoongi, biasa nya itu selalu berhasil.

“Too expensive.” Jawab Yoongi

“Uang kamu banyak, jangan pelit.”

“Kemarin saya baru membeli property di vegas, kamu yakin ingin membeli tempat ini?”

Yoongi benar-benar membuat Jimin bingung.

“Aku kan belum liat property kamu yang di vegas, jadi aku mau yang ini aja.”

Kini pelukan nya semakin erat pada tubuh Yoongi, guna meluluhkan hatinya agar mendapatkan tempat megah ini yang berada di pinggir laut.

“Oke, Apapun untuk kamu little one.” Jawab Yoong

“Thank You darling.”

Oh ingat perjanjian malam ini hanya sebuah pelukan sampai pagi.

Tapi Jimin benar-benar memancing Yoongi, ia mengecup bibir tipis itu berkali-kali.

Kini Yoongi telah mengukung tubuh kecilnya, salahkan siapa yang memulai ini.

Mereka benar-benar larut dalam ciuman itu, hisapan satu sama lain bahkan lengan yang sudah mengalung apik di perpotongan leher Yoongi.

“Let’s sleep little one, atau kita bermain sampai kamu memohon untuk berhenti karena kelelahan.” Bisik Yoongi tepat di telinga nya.

“Aku mau tidur, good night”

.

123. Let’s talk about the trurth


Jantung nya berdetak dua kali lebih cepat.

Yoongi menarik nafas.

Sudah sekitar tiga menit ia berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuanya.

Sebisa mungkin Yoongi harus tetap terlihat tenang di hadapan mereka nanti.

Ketukan pelan pada pintu itu, kemudian sang ibu membukakan pintu untuknya.

“Ma…” Ucap Yoongi pelan

“Masuk Yoongi.”

Sang ibu hanya membukakan pintu lalu kembali duduk di sofa, di sebelah ayah nya.

“Duduk.”

Déjà vu

Tepat seperti kejadian beberapa tahun lalu. Dimana seperti Seokjin ketahuan mempunyai pacar laki-laki oleh sang ibu.

Saat itu yang masih berusia sembilan belas tahun. Seokjin di berikan pilihan ; mengambil sekolah kedokteran dan pergi keluar negeri atau tetap di korea lalu putuskan lelaki itu dan tinggal bersama nenek.


“Apa yang tadi mama liat di kamar Jimin, itu tidak benar kan Yoongi? Mama salah lihat kan?” Ucap ibunya.

Ayahnya yang sedari tadi terdiam hanya menghela nafas, menggengam tangan ibu nya agar lebih tenang.

“Itu semua benar, Jimin kekasih saya.” Jawab Yoongi

Ia tahu ini akan menyakiti perasaan kedua orang tua nya, tapi Yoongi juga tidak bisa melepaskan Jimin.

“Plak!” Satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Yoongi.

Terlambat, Seokjin terlambat menahan sang ayah agar tidak memakai kekerasan kepada adiknya.

“Lagi pa, tampar saya sampai kalian puas.” Yoongi menatap sang ayah.

“Melawan saya kamu Yoongi?”

Tangan itu sudah melayang di udara dan siap menampar Yoongi kembali.

“Pah cukup!” Sela Seokjin lalu berjalan ke arah Yoongi.

Semua menegok kepada seokjin.

“Bisa tidak berbicara dengab kepala dingin? jangan apa-apa pakai emosi.” Seokjin duduk di tepi kasur.

“Boleh tidak saya minta kalian duduk, dan kita berbicara dengan tenang?”

Tidak ada jawaban dan juga penolakan, tetapi mereka mengikuti kemauan Seokjin.

“Tidak apa-apa, saya pantas menerima tamparan itu.” Ucap Yoongi

Sang ibu hanya berharap bahwa yoongi tidak benar-benar menjalin hubungan dengan lelaki itu.

“First of all, ini kejadian yang sama beberapa tahun lalu. Dimana mama dan papa menentang saya dulu.” Ucap Seokjin.

Semua nya terdiam.

“Saya sudah mengalah dan mengikuti kemauan papa dan mama dulu. Jadi tolong untuk sekarang biarkan Yoongi dengan pilihan nya sen—”

“Tidak”

“Tapi kak”

Kedua orang tua nya menentang jelas tentang ini.

“At least let me chose my lovers. Mam dad.” Sela Yoongi.

“Yoongi please….” Ibu nya memohon agar Yoongi memikirkan kembali semua ini.

“Maaf, saya tidak memutuskan dan melepaskan Jimin sampai kapanpun.” Yoongi menahan diri nya agar tidak menangis.

“Kalian ingin memberikan Yoongi pilihan apa kali ini? memutuskan Jimin lalu pindah ke luar negeri atau mengancam Yoongi di putuskan dari hubungan keluarga?”

Seokjin yang sudah benar-benar emosi, ia seperti melihat dirinya dulu saat di berikan pilihan bodoh dan melepaskan seseorang yang ia cintai.

“Putuskan lelaki itu Yoongi.” Ucap sang ayah mengambil bungkus rokoknya di atas nakas, lalu membuka jendela kamar itu.

“I won’t, ma i’m sorry for breaking your heart. But i’m so happy with him, saya tidak bisa berpisah dengan Jimin.”

Yoongi keluar ruangan meninggalkan ibu dan ayahnya dan kemudian di susul oleh Seokjin.

“It’s ok Yoongi.” Ucap Seokjin

“Wanna drink with me? haha” Yoongi tertawa kecil.

Mereka pun menuju bar yang tersedia di resort ini.

119. I don’t care, i just missed you


“Udah selesai mandi nya?”

Itu suara Yoongi yang kini berada tepi kasur milik Jimin, dengan sebotol lotion di tangan nya.

“Kaget loh aku, gimana kalo kena heart attack

Jimin menghampiri Yoongi dan duduk di sebelah nya.

Yoongi hanya tertawa, memperhatikan kekasihnya itu sebenarnya apa yang Jimin sembunyikan dari dirinya.

“Are you having fun today?”

Kini Yoongi mengoleskan lotion itu di kedua tangan Jimin, agar efek terbakar dari sinar matahari tadi segera mereda.

“Seneng, makasih udaha ajak aku liburan bareng keluarga kamu.”

Bohong, jimin tidak sepenuhnya menikmati liburan ini Yoongi tau itu.

“Sudah sini tinggal kaki nya”

Yoongi menaikan kedua kaki Jimin di atas paha nya, dan kembali mengoleskan lotion itu dengan lembut.

“Kaki nya enggak merah, kan aku pake celana panjang.”

“Ya sama saja, memang kamu pikir matahari tidak menembus kain pakaian?”

Oke, Jimin akan kalah jika berdebat dengan Yoongi. Maka itu dia memutuskan untuk diam.


“Peluk saya”

Yoongi menyandarkan kepalanya di dada Jimin.

“Kenapa hari ini kok manja banget?” Tidak menolak Jimin menarik Yoongi agar ia bisa peluk lebih erat.

“Saya tidur disini” Yoongi bergumam dalam pelukan Jimin.

“Iya, boleh”

Bolehkah mereka tetap seperti ini? Jimin tidak ingin yang lain.

Jimin hanya ingin Yoongi.


“Duduk sini” Yoongi menepuk-nepuk kedua paha nya agar Jimin segera duduk disana.

Tidak ingin menolak, tolong untuk malam ini saja Jimin merindukan Yoongi-nya.

Jimin menuruti perkataan Yoongi untuk duduk diatas pahanya.

“Kiss me, you can kiss me tonight little one.” Yoongi berbisik tepat di telinga nya.

Jimin tanpa ragu mempertemukan kedua bibir mereka, menangkup wajah Yoongi dengan kedua tangan kecil nya.

Membuka mulutnya, membiarkan Yoongi memimpin ciuman kali ini.

Jimin selalu suka cara bagaimana Yoongi selalu memperlakukan nya dengan lembut, padahal nafsu nya yang sudah berada di ujung kepala.

Ciuman ini perlahan tapi berhasil membuat Jimin merasa kegerahan.

Yoongi-nya tau cara membuat agar segera memohon untuk di berikan lebih.

Kecupan-kecupan kecil yang Yoongi berikan di lehernya.

Membuat ia merasa tergelitik, merasa begitu banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.

“Yoongi…”

“Oke”

Yoongi kembali mencium bibir Jimin yang selalu menjadi salah satu favorit nya.

Melumat, menghisap, bahkan bertukar saliva. Selalu menjadi hal favorit untuk mereka.

Jimin akui Yoongi itu pencium handal, ia selalu tau bagaimana cara membuat Jimin pusing hanya kerena berciuman saja.

Jimin bersumpah, jika Yoongi menelanjangi nya malam ini. Ia tidak akan menolak.

Jari-jarinya yang terus meremas rambut belakang Yoongi, bahkan desahan kecil yang tidak sadar ia keluarkan beberapa kali.

Yoongi terus menurun-naikan kedua tangan nya di punggung Jimin.

Tanpa berfikir itu akan terus merangsang Jimin. Yang kini hormon nya hampir menguasai dirinya.

Terdengar suara pecahan kaca dari luar kamar itu berhasil menghentikan keduanya dari aktivitas ciuman panas mereka.

“Shit” Gumam Yoongi

“Kamu lupa kunci pintu? itu pintu nya kebuka sedikit Yoongi.” Rengek Jimin ia segera menggulung dirinya dalam selimut.

Bagaimana jika seokjin memergoki mereka lagi kali ini?

Jimin harus merasa malu seperti apalagi kali ini?

Setelah menutup dan mengunci pintu.

Yoongi mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Seokjin.

They didn’t know anyone had been watching them…

119. I don’t care, i just missed you


“Udah selesai mandi nya?”

Itu suara Yoongi yang kini berada tepi kasur milik Jimin, dengan sebotol lotion di tangan nya.

“Kaget loh aku, gimana kalo kena heart attack

Jimin menghampiri Yoongi dan duduk di sebelah nya.

Yoongi hanya tertawa, memperhatikan kekasihnya itu sebenarnya apa yang Jimin sembunyikan dari dirinya.

“Are you having fun today?”

Kini Yoongi mengoleskan lotion itu di kedua tangan Jimin, agar efek terbakar dari sinar matahari tadi segera mereda.

“Seneng, makasih udaha ajak aku liburan bareng keluarga kamu.”

Bohong, jimin tidak sepenuhnya menikmati liburan ini Yoongi tau itu.

“Sudah sini tinggal kaki nya”

Yoongi menaikan kedua kaki Jimin di atas paha nya, dan kembali mengoleskan lotion itu dengan lembut.

“Kaki nya enggak merah, kan aku pake celana panjang.”

“Ya sama saja, memang kamu pikir matahari tidak menembus kain pakaian?”

Oke, Jimin akan kalah jika berdebat dengan Yoongi. Maka itu dia memutuskan untuk diam.


“Peluk saya”

Yoongi menyandarkan kepalanya di dada Jimin.

“Kenapa hari ini kok manja banget?” Tidak menolak Jimin menarik Yoongi agar ia bisa peluk lebih erat.

“Saya tidur disini” Yoongi bergumam dalam pelukan Jimin.

“Iya, boleh”

Bolehkah mereka tetap seperti ini? Jimin tidak ingin yang lain.

Jimin hanya ingin Yoongi.


“Duduk sini” Yoongi menepuk-nepuk kedua paha nya agar Jimin segera duduk disana.

Tidak ingin menolak, tolong untuk malam ini saja Jimin merindukan Yoongi-nya.

Jimin menuruti perkataan Yoongi untuk duduk diatas pahanya.

“Kiss me, you can kiss me tonight little one.” Yoongi berbisik tepat di telinga nya.

Jimin tanpa ragu mempertemukan kedua bibir mereka, menangkup wajah Yoongi dengan kedua tangan kecil nya.

Membuka mulutnya, membiarkan Yoongi memimpin ciuman kali ini.

Jimin selalu suka cara bagaimana Yoongi selalu memperlakukan nya dengan lembut, padahal nafsu nya yang sudah berada di ujung kepala.

Ciuman ini perlahan tapi berhasil membuat Jimin merasa kegerahan.

Yoongi-nya tau cara membuat agar segera memohon untuk di berikan lebih.

Kecupan-kecupan kecil yang Yoongi berikan di lehernya.

Membuat ia merasa tergelitik, merasa begitu banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.

“Yoongi…”

“Oke”

Yoongi kembali mencium bibir Jimin yang selalu menjadi salah satu favorit nya.

Melumat, menghisap, bahkan bertukar saliva. Selalu menjadi hal favorit untuk mereka.

Jimin akui Yoongi itu pencium handal, ia selalu tau bagaimana cara membuat Jimin pusing hanya kerena berciuman saja.

Jimin bersumpah, jika Yoongi menelanjangi nya malam ini. Ia tidak akan menolak.

Jari-jarinya yang terus meremas rambut belakang Yoongi, bahkan desahan kecil yang tidak sadar ia keluarkan beberapa kali.

Yoongi terus menurun-naikan kedua tangan nya di punggung Jimin.

Tanpa berfikir itu akan terus merangsang Jimin. Yang kini hormon nya hampir menguasai dirinya.

Terdengar suara pecahan kaca dari luar kamar itu berhasil menghentikan keduanya dari aktivitas ciuman panas mereka.

“Shit” Gumam Yoongi

“Kamu lupa kunci pintu? itu pintu nya kebuka sedikit Yoongi.” Rengek Jimin ia segera menggulung dirinya dalam selimut.

Bagaimana jika seokjin memergoki mereka lagi kali ini?

Jimin harus merasa malu seperti apalagi kali ini?

Setelah menutup dan mengunci pintu.

Yoongi mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Seokjin.

They didn’t know anyone had been watching them