♡ ; the night i never imagined
Hari ini adalah hari dimana mereka harus pergi makan malam bersama, entah Jimin merasa kurang karena papa nya yang harus bekerja dan tidak bisa bergabung dengan mereka bertiga sekarang.
Jungkook dan Jimin sedang bersiap di lantai atas, sementara sang ibu sudah selesai merias diri dengan balutan gaun berwarna coklat muda terlihat begitu senada dengan warna kulitnya.
Ketukan pintu terdengar begitu berisik beriringan dengan suara Jungkook yang meneriaki namanya dari luar pintu bahkan Jimin sudah tidak heran lagi dengan itu
“Lama banget udah kaya orang mau lamaran aja lo” Ucap Jungkook dengan satu bungkus cemilan di tangan nya
“Lamaran palalo pacar gue aja lagi kerja, mau dong tapi suapin gue males cuci tangan” Jimin masih sibuk memasang anting-anting di telinganya
Entah mengapa dia hanya ingin terlihat lebih mencolok malam ini, bahkan ini hanya makan malam biasa bersama ibunya, dan Jungkook.
Mereka sudah sampai di sebuah restoran mewah dengan cahaya lampu kuning hangat, furniture antik sederhana tetapi terlihat mahal. Sampai pelayan menghampiri mereka dan mengantarkan nya kesebuah meja yang sudah di pesan sebelumnya
Meja ini bukan hanya untuk tiga orang pikir Jimin, bahkan ada beberapa piring dan gelas wine yang sudah di tata rapih diatas meja tetapi Jimin tidak ingin memikirkan hal lain mungkin saja ibunya akan bertemu dengan rekan bisnisnya.
Sekitar 15 Menit kedua orang tua Yoongi menghampiri mereka bersamaan dengan pelayan membawakan makanan mereka.
Mereka menyapa dan berpelukan, di lanjut dengan obrolan ringan
“Ma” Suara familiar itu terdengar oleh Jimin iya itu adalah ayahnya seperti biasa terlihat tampan dan gagah dengan setelan jas coklat tua membalut tubuh nya, terlihat sangat serasi dengan sang ibu
“Pa, lebih cepet sampe nya enggak macet di jalan?” Tanya Sang ibu
“Mi, hi” Itu suara Yoongi yang sekarang berada di belakangnya
“Hei” Jimin memeluk Yoongi dan mengajak Yoongi duduk di sebelah nya “Kamu kok udah pulang, bukannya harusnya kalian pulang besok?” Tanya Jimin
“Iya kerjaan nya beres lebih cepet” Jawab Yoongi sementara kedua tangan mereka terus bergandengan bahkan sesekali Yoongi menciumi punggung tangan Jimin.
Suara dentingan garpu dan pisau mengiris sebuah steak, merah gelap dari warna anggur yang mereka pesan, suara musik jazz mengalun menemani makan malam mereka.
Kini kedua pasangan itu berada di balkon restoran tersebut, menikmati hembusan angin malam menyapu lembut kulit mereka dengan lengan Yoongi yang melingkar di pinggang ramping Jimin
“I miss you, mana hadiah aku?” Seru Jimin ia menatap Yoongi dan kedua tangan menyilang di atas dadanya
“Hehe bentar” Yoongi mengambil sesuatu dari dalam saku jas nya
Itu kotak beludru berwarna biru gelap dengan sepasang cincin di dalam nya.
“When i say i want you to be a part of my future, aku serius mi” Yoongi mengambil satu cincin itu lalu memakaikan di jari mungil milik Jimin.
Jimin masih terdiam ia sedang memproses semua ini apakah ia sedang bermimpi, berhayal atau tidak? Jawaban nya tidak sampai Yoongi tersenyum lembut dan menunggu jawaban darinya.
“Oh god” Ucap Jimin
Yoongi menyerahkan kotak itu agar Jimin dapat memasangkan kepada jarinya juga.
Cincin itu sudah terpasang di jarinya masing-masing mereka tertawa, mungkin bagi kalian ini terlalu cepat tapi tidak bagi mereka berdua. Yoongi yang selalu bekerja keras agar Jimin bisa hidup bahagia bersama ia nantinya dan Jimin yang tidak pernah mengabaikan pendidikannya agar mereka sama-sama merasa pantas untuk saling di miliki satu sama lain.
Mereka kembali ke lantai bawah, tetapi orang-orang sudah tidak ada bahkan meja pun sudah bersih kembali seperti semula.
Jimin menelepon Jungkook ternyata mereka semua sudah pulang
“i’mengaged, and you’re all already going to home?”
Sementara jawaban Jungkook adalah “Iya udah tau, kata mama lo balik ke apart kak Yoongi aja” Kemudian menutup teleponnya
Kini Jimin dan Yoongi sudah berganti pakaian mereka mengenakan piyama satin berwarna abu-abu gelap. Jimin menghampiri Yoongi yang tengah bersandar di atas tempat tidur sibuk dengan ponselnya.
“Aku mau ambil hadiahku, di peluk kamu sampe pagi” Kata Jimin
Yoongi meletakan ponselnya di atas nakas, kemudian duduk tegap menghadap Jimin mengelus sayang rambut-rambut Jimin dan tersenyum.
Wajah mereka kini berhadapan bahkan bisa saling merasakan nafas hangat satu sama lain, Yoongi mengikis jarak diantara mereka sementara Jimin memejamkan matanya secara perlahan sampai bibir mereka bertemu dan saling bersentuhan.
Lembut, itu yang Yoongi rasakan pertama kali. Yoongi membelai lembut bibirnya kemudian menatapnya dan akhirnya mereka mempertemukan kedua bibir itu kembali Yoongi menghisap bibirnya perlahan kemudian Jimin membuka mulutnya memberikan akses lebih mudah untuk Yoongi memperdalam ciumannya.
“Hehe maaf ya kelepasan, pelukan nya jadi atau enggak?” Yoong merebahkan tubuhnya diatas kasur merentangkan sebelah tangannya untuk bantalan kepala Jimin
Jimin tersipu wajahnya memerah dan terasa panas
“Nanti tangan kamu pegel kalo aku tidurannya kaya gini”
“Gapapa, kamu kecil jadi gaakan pegel”
“Thank you”
“Buat apa?”
“Masukin aku dalam bagian masa depan kamu”
“Makasih juga, udah mau jadi bagian dari masa depan aku. Mi i even can’t explain so lucky to have you”
Ucapan Yoongi di akhiri dengan satu kecupan lembut penuh kasih sayang di atas kening Jimin.