ymkissed

I can’t unlove you, Sel.


Di perjalanan menuju tempat tinggal mereka, Ansel tidak henti-hentinya menggoda Eric bahwasanya terlihat aneh karena jarang sekali Eric bersikap romantis seperti hari ini. Satu bouquet bunga mawar di dalam mobil.

“Oke, so kita 3 bulan cuma mau staycation di pantai aja?” Tanya Eric

“Ya enggak lah? kita harus pindah tempat juga. Jangan bilang kamu mikirin kerjaan lagi” Jawab Ansel kemudian memalingkan wajah nya ke sisi jendela

“Hehe enggak sayang, untungnya kerjaan aku tuh bisa di bawa kemana aja dan kebetulan aku belum terima kerjaan yang harus turun ke lapangan kaya kemarin” Ucap Eric lalu sebelah tangannya mengelus pelan rambut Ansel


Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk pergi pada malam harinya, menuju pantai terdekat dari tempat tinggalnya

“Let’s go” Ansel terlihat sangat bersemangat memasuki mobil

Eric hanya tersenyum menatapnya kemudian menyusul Ansel berjalan di belakang

“Aku gaakan bobo, aku udah minum kopi jadi kamu nyetirnya gaakan ngantuk”

“Halah kamu belum setengah jalan juga udah tidur pasti” Ejek Eric

Dua jam berlalu, sebelumnya alunan musik dan suara nyanyian Ansel bergema di dalam mobil dan sekarang hening, Eric menurunkan volume musik kemudian menatap Ansel yang tengah tertidur pulas ia merendahkan sandaran kursi Ansel agar tertidur lebih nyaman.

Tidak memerlukan waktu lama untuk sampai di hotel tempat mereka menginap, kini keduanya telah berada di dalam kamar hotel tersebut dengan interior mewah kaca besar menghadap tepi pantai bahkan bisa membayangkan jika matahari terbit atau terbenam cahaya nya akan masuk kedalam kamar itu.

“Eric sepatunya di lepas dulu coba” Ucap Ansel kemudian mengambil dua cangkir kosong untuk di isi air hangat

“Aku ngantuk, tadi katanya mau temenin ngobrol di jalan kamunya malah tidur” Gumam Eric dengan posisi satu bantal menutupi wajahnya

“Hehe lagu terakhir yang aku denger tuh melow banget jadi ngantuk”

Ansel telah selesai mencuci muka memakai beberapa skincare-nya dan mengganti pakaiannya. Begitupun Eric telah mengganti pakaian dan kini tengah sibuk memainkan ponsel di atas kasur

“Sayang sini deh” Eric menepuk kasur di sebelahnya

“Apa?”

“Mau re-charge peluk sama cium yang banyak” Rengek Eric kemudian merentangkan kedua tangannya. Oh tuhan lihat dia bersikap seperti bayi lagi malam ini

Ansel menarik Eric kedalam pelukannya, membelai rambut milik lelakinya itu. Pelukan Ansel tidak berubah masih tetap sama hangat seperti dulu dia harum dan lembut.

Eric tertidur pulas di dalam pelukan Ansel. Entahlah keduanya merasa lelah bukan hanya fisik saja banyak sekali masalah yang datang belakangan ini.

Suara deburan ombak dan pelukan hangat milik Ansel di jam 2 pagi membuat Eric merasa lebih nyaman. Langit gelap menuju pagi dan pelukan erat dari Eric membuatnya bersyukur.

Bersyukur ada Eric yang akan melakukan apapun untuk melindunginya, dan bersyukur Eric masih berada di pelukan nya sampai detik ini karena ia berhasil menurunkan egonya agar mau mendengarkan semua penjelasan Eric di masalalu.

“Mau liat laut”

“Eric i love you”

“Eric, i’m glad to have you”

“Eric you’ll always be my fav human”

“Eric, what if i call you daddy?” Bisik Ansel tepat di telinga Eric

Eric mengerjap, menatap Ansel heran “Aku tidur dulu sebentar, and i’ll fuck you tomorrow” Eric mencium kening Ansel lalu mengecup bibir ranum itu.

“Ericcccc aku nya sesek jangan di peluk gini” Protes Ansel

How to unlove?

Aroma khas dari sebuah cafe dimana aroma coffee dan cake yang baru di keluarkan dari oven menguar begitu harum, Ansel sedang asik melihat video kucing di ponselnya di temani dengan satu cup coffee latte dan sepotong red velvet cake yang terlihat begitu menggiurkan bagi siapapun yang melihat nya di cuaca sore hari ini yang terbilang lumayan panas.

Tanpa ia duga ada seseorang menghampiri mejanya dan memanggilnya pelan. “Ansel, hi” Ucapnya

Ansel terdiam kala tatapan mata mereka bertemu, lebih tepatnya tubuhnya terasa mematung. Itu Erza mereka bertemu kembali di sebuah kedai kopi untuk kedua kalinya.

“Aku boleh gabung? hm ada sesuatu juga yang mau aku omongin sama kamu” Tanya Erza

“Boleh kak, ayo duduk”

Canggung, suasana kali ini lebih canggung daripada saat Ansel dan Nathan berbicara setelah beberapa bulan.

“Ansel”

Ansel menatap Erza, ia bingung reaksi apa yang harus ia tunjukan di saat seperti ini

“Iya kak, apa yang mau di omongin ya?” Tanya Ansel

Sebelum Erza memulai pembicaraan, Eric lebih dulu menghampiri keberadaan mereka sama halnya Ansel dan Nathan. Erza dan Eric juga terhitung sudah lama tidak bertemu

“Eric” Gumam Erza

Eric segera menduduki sofa tepat di sebelah Ansel, ia menggenggam tangan Ansel yang terasa dingin dan sedikit gemetar “It’s ok” bisiknya pelan.

“Udah lama ya za, apa kabar?” Tanya Eric

“Kabar baik” Jawabnya dengan senyum mengukir di wajahnya “So i think it’s the time, Eric Ansel gue minta maaf ya? gue egois, gue terlalu obsessed sama Eric. Sampe akhirnya hubungan kalian harus putus gara-gara gue— gue” Erza mulai menangis

“Kak” Ansel mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Erza agar merasa sedikit lebih tenang

“Ansel i’m sorry” Tangis nya pecah saat itu

“Gapapa ya? yang lalu biarin berlalu. Aku sama Eric juga sekarang baik-baik aja, kak semua orang berhak jatuh cinta aku gak masalah sama itu aku ngerti banget rasanya.” Ansel melepas genggaman Eric dan kedua tangannya mengepal tangan Erza.

Eric diam, memperhatikan bagaimana cara Ansel yang sekarang sudah bisa mengendalikan emosinya oh Ansel mulai dewasa sekarang ia tidak menggunakan amarah lagi untuk menghadapi masalah. Ansel dia benar-benar dan tulus pikir Eric

“Haha kok jadi pada nangis gini sih?” Eric berbicara saat keduanya sibuk menangis

“Gue gak enak sama kalian berdua”

“Yaudah daripada nangis mending pesen minum atau cemilan gitu. Lupain yang udah kejadian sekarang kita have fun” Ucap Eric kemudian pergi untuk memesan minuman dan beberapa makanan ringan.

“Kak Erza, are you happy?” Tanya Ansel kemudian menatapnya

Yatuhan mata itu, bulat sempurna terlihat begitu tulus Erza merasa bersalah dengan perilakunya kepada Ansel di masalalu.

“Sekarang? i’m so happy Asel. hehe aku mau ikutan Eric panggil kamu Asel soalnya lucu” Erza mencubit pipi Ansel dengan gemas

Kini mereka bertiga tengah bertukar cerita, tertawa bersama dan tangan Ansel yang tidak lepas menggenggam Erza.

How to unlove?

Kini semua orang tengah berkumpul di apartment milik Ansel, tidak besar namun tidak kecil juga dengan cat dominan berwarna putih beberapa tanaman seperti kaktus besar berada di setiap sudut dekat dengan kaca besar yaitu akses menuju keluar balkon.

“Oke ciri-ciri, nama, rekening, dan alamat udah jelas ya sel. Tinggal kita proses aja dan tunggu beberapa hari.” Ucap alexi ia melepaskan kacamata dan menutup laptopnya

Sementara Eric dan Keenan menatap Ansel dengan tajam. Seolah mengapa Ansel begitu menyepelekan keberadaan mereka terutama Eric yang terbipang setiap hari bersama bahkan tidak mengetahui apa yang dialami oleh Ansel beberapa bulan lalu.

“Eric, Keenan maaf” Gumam Ansel dengan tatapan takut dan mata yang terlihat berair hampir menangis.

Eric mendekat, menarik tubuh kecil itu agar bisa ia peluk. Eric merasa sangat bersalah atas semua kejadian ini merasa tidak bisa menjaga Ansel untuk kedua kalinya.

“Aku yang harus nya minta maaf, asel sedikit lagi aja aku hampir gagal jagain kamu” Gumam Eric

Keenan bergabung dengan pelukan Ansel dan Eric, ia menangis juga merasa hampir gagal menjaga Ansel. Entah apa yang akan terjadi kemudian jika mereka terlambat mengetahui ini semua.

“Asel oon, lo mending judi online aja deh dari pada kaya gitu. Gapapa gue ikhlas seenggaknya lo have fun bukan tertekan” Keenan menepuk pelan punggung Ansel

“Lo yang oon, masa gue di tuduh judi online gila kali lo!” Protes Ansel

Eric, Alexi, dan Gavin bahkan sudah tidak heran lagi melihat pemandangan seperti ini. Saat Ansel dan Keenan selalu beradu mulut dalam situasi apapun itu.

Terdengar bunyi bell dan ketukan pintu beberapa kali, sampai akhirnya Eric membukakan pintu dan sosok yang beberapa bulan itu menghilang tanpa kabar. Kini kembali dengan senyum lebih cerah di wajah nya.


Keenan tengah sibuk memakan pizza yang Nathan bawa tadi. Kini semuanya sedang mengobrol santai di temani dengan obrolan seputar pekerjaan masing-masing.

Nathan memberanikan diri untuk berbicara saat itu “Sel bisa ngobrol bentar gak?” Tanya nya dengan pelan

Ansel melirik Eric, kemudian di iya-kan oleh Eric dengan senyum di wajahnya.

“Jangan takut, semuanya bakalan baik-baik aja sel.” Nathan menatap jauh keluar balkon itu “Lo punya Eric, Alexi, Gavin, dan Keenan juga yang akan lakuin apapun buat lindungi lo”

“Lo?” Tanya Ansel

“Gue?”

“Iya lo, kok malah tanya balik”

“Gue? Gimana kalo gue izin lindungin Keenan aja? dia galak gue tau dia bisa jaga diri haha i think i’m fallin in love with him”

Ansel terkejut bukan karena ia kecewa melaikan ia merasa senang karena akhirnya Nathan menemukan bahagianya, yaitu Keenan.

“You can Nathan, Keenan emang galak tapi itu pesonanya haha”


Semua masalah perlahan-lahan terurai dan menemukan jalan keluarnya sendiri.

Suasana hati Ansel sekarang terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Eric sedang sedang menunggu air mendidih untuk membuat kopi kemudian ia mengeluarkan ponsel dari sakunya memeriksa pesan dan email dari beberapa client. Ansel memeluknya dari belakang menempelkan wajah nya di punggung besar milik Eric.

“Kamu kenapa kok hari ini clingy banget?” Tanya Eric ia masih sibuk memainkan ponselnya

“Emang gak boleh?”

Ansel menciumi punggung Eric yang tertutup kaos berwarna hitam itu, kemudian terus naik keatas leher Eric.

Eric memutar tubuhnya, kemudian merengkuh pinggang Ansel dan tersenyum. Ia tidak mengatakan apa-apa sampai Eric menarik tekut leher Ansel dengan lembut menyatukan kedua bibir itu. Ansel membuka mulutnya dan agar Eric dapat leluasa bermain dengan bibirnya.

Eric mengangkat tubuh Ansel lalu mendudukannya di atas meja makan, mereka sibuk dan semakin terhanyut dengan sebuah ciuman yang mereka lakukan. Tangan Eric mengelus lembut paha putih Ansel membuat nya sedikit melenguh dalam ciuman itu.

Ansel berusaha menghentikan Eric dan menjauh secara tiba-tiba. Membuat Eric tersentak bingung

“Panci nya! Eric pancinya gosong” Ansel turun dari atas meja makan itu kemudian mematikan api yang masih terus menyala. Air di dalam panci itu telah habis menguap sampai kering dan menyisakan panci hitam terlihat gosong.

“Hehe” Eric tertawa pelan

“Ganti panci baru, gamau tau” Ucap Ansel ketus

“Pabrik nya bisa aku beli kalo kamu mau, jadi yuk lanjut tang tadi di kamar aja” Eric dengan ekspresi menyebalkan nya.

How to unlove?

Ansel tengah bersiap untuk pergi kencan sesuai rencana mereka tadi pagi, double date dengan Alexi dan Gavin katanya.

Tetapi wajahnya terlihat tidak bersemangat semenjak kejadian tadi siang ia sempat bertemu Erza dan itu membuat pikirannya sedikit terganggu, bahkan tidak fokus melakukan apapun

“Sayang kalo kamu gak mood atau gamau pergi, kita batalin aja ya dinner nya?” Eric mengusulkan itu tetapi Ansel menolak nya

“Harus jadi, kalo gajadi aku malah kepikiran” Jawab Ansel kini sedang mengancingkan kemejanya

Ponsel Ansel terdengar berdering beberapa kali, menampilkan dua panggilan tak terjawab dan pesan menyebutkan nama “Ansel”.

Memang benar sudah beberapa hari lalu ia selalu mendapat pesan seperti itu, Ansel hanya mengabaikannya

“Hp kamu bunyi terus, coba di angkat dulu kali aja penting” Eric memberikan ponsel itu kepada Ansel

“Gak penting, ayo pergi”


Setelah sampai di tempat yang mereka tuju, segera Ansel, Eric, Alexi dan Gavin lalu pelayan menghampiri dan mengantar mereka ke meja yang sudah di pesan.

Obrolan ringan, canda dan tawa malam itu nampak nya berhasil mengubah suasana hati Ansel sampai Gavin berbicara

“Ric tadi Erza on twitter”

Alexi menepuk kencang paha Gavin, mengisyaratkam agar tidak membicarakan hal itu di depan Ansel. Gavin lupa ia menatap Ansel dengan rasa tidak enak dan sementara Eric terdiam bingung untuk bereaksi apa

“It’s ok kak, wkwk tadi aku juga ketemu di mall” Sambung Ansel kemudian meneguk gelas bir di depannya.

Suasana berubah menjadi canggung, Eric mencoba mengalihkan nya dengan beberapa lelucon konyol rupanya.


Pria itu terlihat mungkin sekitar 60 puluh tahun, bertubuh tinggi dan besar lengkap dengan setelan berwarna coklat gelap dan dasi apik yang melingkari lehernya

“Loh Pak Eric” Sapanya

“Pak Riyadi?” Eric berdiri berdiri dan menjabat tangan lelaki itu “Bapak dengan siapa kesini? Tanya Eric

“Dengan Anak saya, oh Pak Eric sedang ada acara makan malam juga disini? ada Pak Gavin juga” Jawabnya kemudian menjabat tangan Gavin

“Kebetulan sekali kita bertemu disini, dan oh ya perkenalkan Ini Alexi teman saya. Dan ini Ansel tunangan saya” Jawaban Eric hampir membuat Ansel tersedak udara pada saat itu

Tanpa sadar ada seseorang yang tengah berdiri di belakangnya, mendengarkan obrolan mereka sedari tadi.

“Malam Pak Riyadi? Saya Ansel tunangan Eric” Ansel tersenyum ia juga mengajak pria itu untuk bergabung di mejanya

“Pah, mejanya disana”

Suara itu seperti tidak asing di telinga Ansel, kemudian ia menegok kebelakang benar saja suara itu milik nathan. Nathan yang sudah beberapa minggu ia tidak temui dan akhirnya bertemu disini

“Oh perkenalkan, ini anak saya Nathan, mulai sekarang mungkin Pak Eric dan Pak Gavin akan sering bertemu dengannya. Nathan juga memotret loh” Pria itu mengenalkan sosok Nathan dengan banyak sekali pujian kepada Eric dan yang lain

“Nathan” Gumam Ansel canggung

“Sel hehe have fun, gue sama bokap ke sana dulu ya” Jawab Nathan kemudian berpamitan dengan mereka


“Sayang, seharusnya tadi gak kaya gitu ya?” Gumam Eric dengan tangan yang terus mengelus kepala Ansel

“Gapapa, mungkin udah waktu dan caranya aja yang kaya gitu” Ansel memeluk Eric lebih erat dari sebelumnya

How to unlove?

Eric membuka pintu dengan pelan, memasuki kamar dengan lampu yang di padamkan hanya di temani dengan cahaya langit malam melalui kaca besar di ruangan itu.

Ansel tertidur pulas, tubuh itu terlihat begitu kecil meringkuk di tepi kasur bahkan ia hanya menggunakan celana pendek tanpa menyelimuti dirinya.

Eric mendekat kemudian mengamati wajah Ansel, tidak masalah bagi Eric jika Ansel hanya ingin bermalas-malasan sepanjang hari sebab sudah hampir satu minggu ia disibukan dengan pemotretan dan syuting iklan, belum lagi dengan tugas kampus yang membuatnya tertidur hanya 4 jam sehari.

“Eric” Ansel terbangun, Eric tersenyum kemudian mengecup kening Ansel dengan lembut

“Iya, aku baru pulang sayang. Ngantuk ya? tidur lagi aja aku mau mandi dulu sebentar” Eric berdiri lalu melepaskan mantel yang ia gunakan

“Jangan lama mandinya, dingin” Gumam Ansel

“Kan mandinya pake air hangat, jadi gak dingin” Eric tertawa

“Akunya yang dingin” Protes Ansel

Eric kembali mendekat, meraih selimut kemudian menutup seluruh tubuh Ansel “Biar gak dingin, lagian kenapa pake celana pendek banget kaya gitu”

Ansel menendang-nendang selimut itu sampai terjatuh dari kasurnya, ia kesal karena Eric tidak mengerti apa yang di maksud. Ansel hanya ingin tertidur sampai pagi di dalam pelukan Eric itu saja.

Sedangkan Eric malah berjalan menuju bathroom Oh Tuhan, Ansel Ananta mengapa begitu menggemaskan? Eric tau maksud Ansel tapi ia sengaja menjahilinya malam ini. Dan juga ia pergi mandi agar Ansel merasa nyaman pada saat nanti di dalam pelukan Eric.

“Kalo mandinya lama, aku tidur di sofa terus kamarnya aku kunci dari luar biar kamu gabisa pergi” Teriak Ansel

“Oh yaudah gapapa, kan tidur di sofa lebih dingin HAHAHA” Jawab Eric

“JELEEEEEEEEK ERIC JELEK” Ansel melempar satu bantal pada Eric, sedangkan lelaki itu hanya tertawa gemas melihat Ansel merasa kesal.

— Who are you?


“Mampus lo” Gumam Mingyu yang kini memimpin di depan, ia terus menengok ke arah Yoongi dan Taehyung yang masih jauh tertinggal di belakang.

Satu putaran yang begitu lancar membuat sedikitnya Mingyu besar kepala dan berfikir ia akan bisa jadi pemenang malam ini.

“Sekarang” Yoongi memberi aba-aba kepada Taehyung untuk mengecoh dua motor di depan mereka iya itu adalah anggota geng Mingyu

Yoongi menaikan kecepatan motornya dan menyusul Mingyu di depan, merasa bahwa dirinya akan segera tersusul oleh Yoongi membuatnya sedikit panik dan tidak fokus, sampai akhirnya menghantam batu kecil di sekitar jalan.

Mengapa ada batu kecil sialan disana? Itu adalah jebakan yang di buat oleh geng Mingyu untuk mencurangi Yoongi atau Taehyung. Tetapi ia sendiri yang menjadi korban.

Motor Mingyu kehilangan keseimbangan menghadang batu-batu itu dengan motornya masih dalam kecepatan tinggi ia terjatuh tepat dengan sisi kaki kanan tertimpa badan motor punggung kanan pun menghadang keras trotoar. Dan itu memberi kesempatan untuk Yoongi mendahuluinya mencapai garis finish yang sudah beberapa meter di depan mata. Kemudian pertarungan malam itu di menangkan oleh Yoongi yang di susul oleh Taehyung.


“Goblok! lo sengaja jebak gue apa gimana hah?!” Maki Mingyu kepada dua temannya itu

Sementara Yoongi Taehyung dan banyak penonton disana bersorak ramai, merayakan kemenangan. Lalu Jeongguk dan Namjoon ikut menghampiri keduanya pelukan dan sorakan gembira keempat pria itu malam ini menjadi saksi bahwa setiap kecurangan akan mendapatan balasan yang setimpal, bahkan mereka tidak perlu repot-repot berbalas dendam.

Yoongi tau sejak ia datang tadi ada seseorang yang memperhatikannya, bahkan sekarang menatap nya dengan senyuman yang terlihat lebih seperti menggoda.

Dia sudah pergi, bahkan Yoongi belum sempat menghampirinya


“Haha gue liat tadi si Mingyu marah banget ke anak gengnya” Ucap Jeongguk kemudian meneguk gelas whiskey di tangannya

“Trick nya dia tuh gampang ketebak, akhirnya jadi senjata makan tuan” Sambung Namjoon

“Ya maksud gue, kalo tadi dia gak jatoh karena jebakannya sendiri. Mau gue tendang aja pas track.” Yoongi memantik satu batang rokok yang kini berada diantar bibirnya sampai akhir asap itu mengepul keluar dan meneguk gelas whiskey yang ada di tangan kanannya.

“Terus gimana ceritanya taehyung tiba-tiba mau ikut turun?” Tanya seokjin

“Gue hm kalo kak Yoongi gagal tendang si Mingyu, tadinya mau gue aja yang tendang gitu” Taehyung tertawa merasa puas dengan kejadian malam ini.

“Guys sumpah gue gatau harus terima kasih ke kalian gimana lagi, so i’ll pay the bill tonight and let’s drunk till morning!” Seru Jeongguk kemudian menyalakan music yang sedikit memengakkan rungu.

Bar ini yang mereka ketahui adalah milik Seokjin, dan memiliki beberapa privat room terbilang sangat mewah dan masuk pada jajaran bar ternama di seoul.

— 05.

“Mampus lo” Gumam Mingyu yang kini memimpin di depan, ia terus menengok ke arah Yoongi dan Taehyung yang masih jauh tertinggal di belakang.

Satu putaran yang begitu lancar membuat sedikitnya Mingyu besar kepala dan berfikir ia akan bisa jadi pemenang malam ini.

“Sekarang” Yoongi memberi aba-aba kepada Taehyung untuk mengecoh dua motor di depan mereka iya itu adalah anggota geng Mingyu

Yoongi menaikan kecepatan motornya dan menyusul Mingyu di depan, merasa bahwa dirinya akan segera tersusul oleh Yoongi membuatnya sedikit panik dan tidak fokus, sampai akhirnya menghantam batu kecil di sekitar jalan.

Mengapa ada batu kecil sialan disana? Itu adalah jebakan yang di buat oleh geng Mingyu untuk mencurangi Yoongi atau Taehyung. Tetapi ia sendiri yang menjadi korban.

Motor Mingyu sedikit oleng dan itu memberi kesempatan untuk Yoongi mendahuluinya. Dan pertarungan malam itu di menangkan oleh Yoongi yang di susul oleh Taehyung.


“Goblok! lo sengaja jebak gue apa gimana hah?!” Maki Mingyu kepada dua temannya itu

Sementara Yoongi Taehyung dan banyak penonton disana bersorak ramai, merayakan kemenangan.

Yoongi tau sejak ia datang tadi ada seseorang yang memperhatikannya, bahkan sekarang menatap nya dengan senyuman yang terlihat lebih seperti menggoda.

Dia sudah pergi, bahkan Yoongi belum sempat menghampirinya


“Haha gue liat tadi si Mingyu marah banget ke anak gengnya” Ucap Jeongguk kemudian meneguk gelas whiskey di tangannya

“Trick nya dia tuh gampang ketebak, akhirnya jadi senjata makan tuan” Sambung Namjoon

“Btw boneka yang lo omongin tadi maksudnya apa?” Tanya Yoongi yang kini sedang memantik sayu batang rokok di bibirnya

“Mingyu tuh suka minum disini, kebetulan malem itu gue lagi jadi bartender. Dia tipsy yaudah gue ajak ngobrol haha i think that’s a boy intinya dia gak berani confess karena takut di jauhin and the funny things he call him a pretty doll” Seokjin menjelaskan dengan tawa lebih seperti mengejek

“Lo emang dia gak tau lo sama kita gimana?” Tanya Jeongguk

“Dia gabakal tau, lo pada kalo ngumpul kan di private room udah kaya orang penting aja” Jawab Seokjin

How to unlove?

“Eric aku masuk ya?” Ansel memasuki ruang kerja Eric yang tepat berada di sebelah kamar mereka. Dengan satu box sushi di dalam paper bag berwarna coklat

“Sayang udah pulang? jam berapa deh sekarang?” Tanya Eric dengan Ansel di atas pangkuannya

“Jam 7 malem, kamu pasti belum makan ya? ini aku bawain sushi tadi”

Ansel turun dari pangkuan Eric dan duduk diatas meja kerja, terlihat beberapa sketsa stadium yang Eric selesai gambar berserakan.

“Suapin boleh? aku mau selesain ini sedikit lagi biar kita bisa bobo sambil pelukan” Pinta Eric

“Aaaa— enak?”

“Enak, tadi aku liat tweet kamu tempatnya juga bagus”

“Ayo nanti ngedate kesana” Gumam Ansel dengan antusias


“Sini” Eric merentangkan tangan nya agar Ansel bisa masuk kedalam pelukannya

“Kangen banget? di tinggal seharian jadi manja gini” Ledek Ansel

“Gimana tadi meeting nya? have fun kan tadi sushi date nya? Tanya Eric

“Meeting nya lancar, tadi hangout nya juga seru kita banyak ngobrol ini itu hehe, cuma aku belum sempet ceritain tentang kamu ke nathan” Ucap Ansel dengan wajah murung

“It’s ok, enggak harus sekarang sayang”

Eric hanya tidak ingin memaksa Ansel, karena ia pikir kepercayaan dan komunikasi adalah kunci dari hubungan ini sebisa mungkin untuk sekarang Eric mencoba untuk mengatasi sesuatu dengan kepala dingin. Bukan dengan emosi

“Aku ada project besar, pembangunan stadium baru disini mungkin mulai beberapa hari kedepan aku gak wfh karena harus liat lokasi, gavin juga rencana minggu depan mau kesini”

“Whoa you’re so cool, pacarku keren”

Ansel terlihat begitu bersemangat dengan kabar ini selain itu juga mendengar bahwa gavin akan datang ia pikir lexi juga mungkin ikut

“Kak lexi ikut kan? iya kan?”

“Gatau sayang, gavin belum bilang”


“Good morning, aku ada pemotretan hari ini mungkin pulang nya sebelum jam makan malam. Aku bikinin pancake jangan lupa di makan I love you Eric Jelekkkk”

Pagi ini diawali dengan membaca tulisan diatas sticky notes berwarna kuning lengkap dengan pesan manis, dari Ansel Ananta.

How to unlove?

Ansel dan Eric keduanya terlelap dengan sangat pulas, mungkin ini karena perjalanan mereka yang hampir memakan waktu satu hari penuh di dalam pesawat

Sinar matahari pagi menyorot masuk kedalam kamar mereka, melalui kaca yang tertutup gorden tipis. Sepertinya itu membangunkan Ansel lebih dulu

Ansel menatap wajah Eric beberapa detik membelai wajah itu dengan pelan, sampai Eric terbangun dan kedua mata mereka bertatapan beberapa detik dengan terpaut jarak yang begitu dekat

“Good morning” Eric mencium kening Ansel dengan lembut

Sedangkan Ansel hanya tersenyum dengan pipi memerah, Oh bahkan ini tidak pernah terbayangkan oleh ia sama sekali.


Ansel hampir selesai menyiapkan roti panggang, beberapa slice smoke beef dan dua telur mata sapi. Untuk keduanya sarapan karena semalam Eric bilang ia harus mulai bekerja kembali dan mungkin akan berada di ruang kerja dalam beberapa jam kedepan.

Suara musik dari earphone membuat Ansel sibuk dengan dirinya sendiri, sampai ia tidak menyadari bahwa Keenan sedang membuka pintunya

Ya memang Ansel memberi kode akses masuk apartment nya kepada Keenan, kalau-kalau ia tidak bisa di bangunkan melalui panggilan telepon Keenan akan langsung masuk dan membangunkan nya.

“AAAAAAAAAAAAAA”

Keenan yang berdiri di depan pintu dan Eric yang masih mengenakan bathrobe sampai teriakan kedua lelaki itu terdengar di telinga Ansel dan sontak melepaskan earphone nya

“FUCK WHO ARE YOU!!” Seru Keenan menujuk Eric dengan garpu di tangannya

“Ansel ini siapa?! jangan bilang lo sewa om-om buat nemenin lo tidur ya”

“Lo yang siapa masuk ke tempat orang sembarangan terus bilang gue om-om sewaan?!” Protes Eric

Keduanya terus berdebat, sementara Ansel sedang menggoreng satu telur lagi untuk Keenan

“Sini duduk dulu” Ansel meletakan satu piring lagi diatas meja makan

“Dia pacar gue namanya Eric, ini Keenan dia manager aku”

“Pacar?” Respon Keenan

“Iya gue pacarnya Asel” Eric mengulurkan tangannya tetapi Keenan menepisnya

“……. jadi gitu ceritanya” Jelas Ansel kepada Keenan

“Eric sorry udah bilang lo om-om sewaan, ya lo juga kalo jadi gue pasti kaget liat orang turun tangga cuma pake bathrobe kaya gitu” Keenan mengambil gelas berisi jus jeruk itu kemudian meminumnya

“It’s okay Keenan haha, yaudah gue tinggal ke atas ya? ada deadline yang harus di beresin” Ucap Eric

“Kamu udah selesai sarapannya?” Tanya Ansel

“Udah sayang, kamu sama Keenan kayaknya mau ngomongin kerjaan juga. Enjoy ya” Eric berdiri kemudian mencium pipi kiri Ansel dan pergi ke lantai atas

Keenan hanya tercengang melihat perlakuan Eric yang begitu tiba-tiba.


“Gue mau ke agensi, kayaknya mau omongin schedule lo si ini” Seru Keenan dengan roti panggang di tangan kanan nya.

“Oh okay, gue harus ikut gak?”

“Gausah, kayaknya cuma sebentar mending lo istirahat aja”

How to unlove?

“Udah?” Tanya Eric

“Udah, ayo jalan sekarang” Ansel mengenggam tangan Eric dan menuntun nya untuk segera berjalan

-

“Kalo kamu gak di izinin pergi” Ansel menarik panjang nafas nya “Gapapa kok, kita bisa ldran lagi”

Ansel dengan sifat pesimis nya tidak pernah hilang, bahkan ia selalu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.

Kemudian Eric terkekeh “Sayang, aku udah gede mama gaakan ngelarang aku pergi kemanapun. Sekarang varo suka jarang pulang juga mama gak marah bukan berarti dia gak perduli tapi mama percaya sama kita, kalo kita bisa jaga diri dan gak aneh-aneh di luar” Eric kemudian tersenyum dan kembali fokus pada kemudinya.

“Aku tuh ngerasa gak sopan aja, bertahun-tahun gak nanya kabar tante reta terus pulang ke jakarta eh anak nya malah aku ajak pindah. Kan kurang ajar” Ansel menunduk sambil memainkan jarinya

“Udah sampe, tuh liat orang nya lagi siramin bunga” Eric tertawa kemudian memarkirkan mobilnya di garasi dan di sambut oleh sang ibu.

-

“Asel sini sayang jangan disitu aja panas”

“Iya tante” Ansel menghampirinya

“Udah jam segini tapi masih panas aja, jakarta tuh ya haduh”

“Iya tan di jalan juga tadi jam segini macet”

Ansel menghampiri Alvaro sedang berbaring di sofa dengan beberapa bungkus cemilan berserakan di bawah lantai

“Varoooooooo” Teriak Ansel tepat di telinganya

“Anjir” Varo menutup kedua telinganya dan menatap kesal pada Ansel “Mulut lo masih aja kaya toa Sel”

“Jorok itu sampahnya di kumpulin terus di buang”

Varo mendudukan dirinya kemudian menatap Ansel dari kaki hingga kepala

“Pantes aja Eric gamon, lo nya makin cakep gini”

Ansel hanya tertawa dan mengambil alih satu bungkus cemilan keripik kentang milik Varo

“Eric mana? katanya mau bagi gue uang” Varo melihat sekitar karena Eric belum terlihat sejak tadi

“Tadi di luar”

-

Kini semuanya tengah berkumpul di taman belakang di ruang keluarga di temani dengan beberapa makanan ringan dan minuman dingin, mengobrol dan tertawa seperti awal dahulu Eric pertama kali berpacaran dengan Ansel

“Loh ini Ansel?” Tanya pria itu kemudian menatapnya

“Om! Apa kabar? hehe iya ini aku Ansel” Ansel menghampiri pria itu kemudian memeluknya

“Om hampir gak kenal rambutmu warna pirang, kabar Om baik kamu gimana?

Memang betul Ansel dan Ayahnya Eric sangat akrab dan belum bertemu kembali semenjak Ansel melanjutkan pendidikan nya di luar negeri.

Obrolan dan candaan yang mereka keluarkan membuat waktu berjalan begitu cepat dan hari sudah hampir malam.

“Hm ma… itu” Eric membuat suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa canggung

“Apa? kalo ngomong tuh To the Point coba bang, jangan bikin orang penasaran” Jawab sang ibu

“Aku mau ke New York ya? tinggal disana sama Asel”

Entah sejak kapan tangan Ansel memegang tangan Eric, entahlah bahkan ia pasrah jika Eric tidak di izinkan pergi oleh orang tuanya

“Ya boleh-boleh aja toh kamu juga udah dewasa, udah bisa cari uang sendiri. Jaga diri? udah pasti bisa”

Mendengar jawaban itu membuat Eric semakin lega, ya walaupun ia tau orang tuanya pasti akan mengizinkannya

“Gapapa selagi bisa manage waktu lakuin apa yang kamu mau, Kamu udah dewasa semua keputusan ya ada di kamu dan tugas kami sebagai orang tua mendukung kalian” Sambung sang Ayah