How to unlove?
Ansel telah selesai mandi dan berganti pakaian kemudian berjalan menuju tempat tidurnya mendapati Eric yang sedang tertidur pulas di atas kasur masih dengan ponsel menyala berlatar game online yang sedang ia mainkan.
“Eric ayo bangun”
“Hehe aku ketiduran, ayo sekarang?”
-
“Tante Luna om belum pulang?” Tanya Eric melihat wanita itu menuruni tangga
“Belum mas Eric, mau kemana nih kalian? Ansel mandi parfum kamu? baunya sampe bikin mama pusing” Luna mengibaskan udara dengan tangan kosong di wajahnya
“Kok pusing? ini wangi parfum nya enak tau ma, aku beli mahal loh itu” Protes Ansel
Eric hanya tersenyum bahkan Ansel dan Ibu nya tidak pernah berubah, mereka selalu berdebat tentang hal kecil tapi itu sangat lucu bagi Eric. Karena Ansel yang sangat tidak suka di ganggu sedangkan Ibunya sangat suka menggodanya.
“Tante luna, Asel nginep di tempat Eric boleh?” Eric bertanya dengan hati-hati
“Boleh mas Eric di bawa aja si Ansel, dirumah juga ga kemana-mana dia di kamar terus gapunya temen”
“Aku gak pulang jangan di telponin terus ya, ma”
-
“Mau ice cream atau soda?” Tanya Eric kemudian menunjukan kedua tangan nya
“Dua-duanya” Ansel mengambil ice cream dan soda yang berada di tangan Eric saat itu
“Kan aku suruh pilih satu aja”
“Pelit” Ucap Ansel kemudian mendorong trolley menjauh dari Eric
“Haha bukan pelit Asel tapi nanti siapa yang mau makan? Kan aku gak suka ice cream apalagi itu rasa greentea”
Ansel menatap Eric “Kamu jalan sama kak Erza kok mau-mau aja ice cream greentea?”
“Asal kamu tau ice cream nya jatuh terus aku gak jadi makan” Jawab Eric kemudian tertawa sedikit keras hingga orang-orang yang berada di dekat mereka menengok kebingungan.
“Aku tidur di sofa depan ya sel, kalo butuh sesuatu panggil aja” Eric berjalan keluar menuju pintu kamar
“Eric” Panggil Ansel “Disini aja aku mau ngobrol sebentar” Pintanya
Eric menghampiri Ansel bergabung dengan nya di tepi kasur.
“Aku udah pikirin ini semaleman sampe gak bisa tidur. Eric bukannya kalo kita mau dapetin satu hal harus ada sesuatu yang di korbanin kan?”
“Iya Asel, karena kita gaboleh serakah jadi manusia” Eric mentap Ansel dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya
“Eric… kalo aku jadi egois sekali lagi boleh gak?”
“Egois dalam hal apa dulu”
Senyum itu, senyum milik Eric sangat menenangkan belum lagi dengan tangan nya yang menggengam tangan Ansel, Ansel selalu menyukai nya saat Eric memberi afeksi kecil untuk dirinya.
“Aku mau kamu”
“I’m yours”
“Ayo ikut aku ke New York aku gamau disini i hate this city”
“Asel”
“Eric aku bisa tinggalin dunia modeling aku bisa putusin kontrak sama agensi, aku bisa di rumah aja asal sama kamu terus”
“Hei no kamu gaboleh tinggalin dunia modeling, kamu gaboleh putus kontrak sama agensi kamu. Asel walaupun kemarin aku gak ada buat kamu disaat kamu berjuang buat wujudin mimpi kamu, jangan lepas ini semua demi aku ya” Eric menggengam tangan Ansel semakin erat
“Tapi eric—”
“Gaada tapi-tapian, Ayo pindah dari sini and we can live together in New York. Dan aku gaakan ngelarang kamu buat tetap jadi model malah aku bakalan terus dukung apapun yang mau kamu lakuin sekarang dan kedepannya nanti”
Ansel menangis di pelukan Eric, kemudian mengeluarkan kotak kecil berisi cinci itu dan memberikan nya kepada Eric
“Pakein cincin nya”
“KAMU TERIMA?”
“Pakein aja dulu, Eric”
Eric dengan senyum merekah di wajahnya memasangkan cincin pada jari manis Ansel.
“Cincin nya aku terima tapi tunangan nya bisa nanti aja kan? Aku belum lulus”