ymkissed

Everything will be okay (said lovingly)


Tatapannya masih sama, penuh dengan kehangatan, ketulusan dan banyak cinta yang ia rasakan disana.

Jimin benar-benar tidak banyak berbicara, ia menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh Yoongi dengan seadanya.

Dua teguk susu berhasil masuk kedalam perutnya yang sedari tadi menolak makanan dan yang ia rasakan hanyalah mual.

“Pinter sayangku.” Ucap Yoongi meletakan gelas diatas meja dengan tangannya mengelus pelan kepala Jimin

Jimin meraih jari-jari besar milik Yoongi untuk ia genggam.

Tangan hangat Yoongi mampu membuatnya merasa sedikit lebih baik.

“Halo!” Sapa sang ibu memasuki ruangan tersebut.

Itu adalah kedua orang tua Jimin yang baru saja tiba, dengan beberapa box makanan untuk Yoongi dan dirinya.

“Mi, pi…” Yoongi tersenyum dengan tangannya yang masih menggenggam Jimin.

“Yoongi” Lelaki itu menepuk punggung Yoongi dengan pelan

“Papi bawain piyama sama kemeja baru takut kamu ga sempet pulang.” Ucapnya

“Thank you pi, baju di koper saya juga kebetulan udah habis haha.” Jawabnya kemudian tertawa

“Aduh kakak manjanya gamau lepas itu pegangan tangannya, terus peluk mami gitu…” Goda sang ibu pada Jimin

Jimin kemudian tersenyum dan merengtangkan satu tangannya agar sang ibu dapat memeluknya.

Tidak perlu berbicara, sang ibu sangat memahami isi hati anaknya.

Dia tahu betapa terpukulnya Jimin, betapa hancurnya Jimin sekarang ini. Dan ia hanya butuh dukungan penuh dari orang-orang terdekatnya.


“Kamu makan dulu Yoongi jelek.” Ucap Jimin

“Ikut makan ya? kamu baru minum susu aja kalo masih gamau makan terus kapan kita bisa pulang.” Bujuk Yoongi

Jimin terdiam dan Yoongi terus menatapnya dengan penuh harap.

“Iya.” Jawabnya dengan pelan

Yoongi mengambil satu buah kotak makanan tersebut dan membukanya, dengan hati-hati menyuapkan makanan tersebut pada Jimin.

Aroma menyengat makanan itu masih membuat Jimin sedikit mual, tapi jika ia menolaknya semua orang yang berada disini akan kecewa dengannya.

Ia memaksakan dua sendok makanan itu masuk kedalam perutnya.

“Udah ya, takut nanti malah muntah…” Rengeknya dengan tatapan memohon pada Yoongi

“Iya sayang udah, anak pinter ini minum dulu.” Yoongi memberikan satu gelas air mineral pada Jimin.

“Kamu makan yang banyak, kamu gaboleh sakit.” Gumam Jimin pada Yoongi

Kedua orang tuanya hanya tersenyum, Jimin berada di pelukan orang yang tepat.

Orang yang benar-benar menyayanginya

Orang yang benar-benar perduli padanya.


“Sini.” Ucap Yoongi menepuk pahanya agar Jimin menidurkan kepalanya disana.

Tanpa banyak kata Jimin hanya menurutinya dan mencari posisi nyaman.

“You know designer Park how much i love you?” Jari-jari Yoongi menyisir lembut rambut Jimin

“I know, and mine bigger than you.” Jawab Jimin

Yoongi tertawa kecil

“Jangan pernah berpikir bahwa kamu akhirin hidup kamu semua masalah akan selesai.” Ucapnya

“Itu salah.”

“Pasti Jiyeon ngadu ke kamu.” Gumam Jimin pelan

“Bagusnya dia bilang, dan saya jadi tau apa yang harus saya lakuin.”

Jimin kemudian bangun dari posisi tidurnya, mentap Yoongi dengan mata berkaca-kaca.

“Yoongi, jangan pergi.” Ucapnya dengan lirih

“Kamu mau saya pergi emangnya?”

“Gamau, saya gabisa kehilangan kamu juga.”

Yoongi segera menarik lelaki itu kedalam pelukannya dan membiarkan Jimin menangis lagi.

“Kehilangan itu hal wajar, percaya deh nanti kita bakalan dapet gantinya yang lebih baik lagi.”

“Sekarang emang mungkin belum waktunya, babe cmon our lives haven’t stopped here. Masih banyak hal yang belum kita lakuin bareng-bareng.” Bisik Yoongi

“Everything will be okay.”

Jika ia menjadi Yoongi mungkin dirinya tidak akan bisa sekuat, sebaik, dan sesabar itu.

Jimin kini menyadari, masalah yang ia tinggalkan dengan sengaja itu akan membuatnya semakin sulit nantinya.

Masalah itu di hadapi bukan kabur.

Lelah itu istirahat bukan berhenti.

Sedih itu menangis bukan menyakiti diri.

Yoongi. Ia masih memiliki Yoongi disini yang sangat mencintainya.

Masih punya mami dan papi yang akan selalu menyayanginya.

Masih ada Jiyeon yang masih akan berteriak padanya.

I will try to letting you go, i hope we will can meet my golden hours.

Park, don’t worry i will never leave you alone.

And our cutie little bean, i love you.

Maybe i’m just need you.


Dengan perasaan bersalahnya Yoongi memberanikan diri membuka pintu ruangan tersebut, menampilkan tubuh Jimin dengan balutan baju rumah sakit dan terlihat begitu kecil.

Ia menghadap dan menatap kosong pada jendela ruangan tersebut, cahaya hangat mentari di sore hari begitu cantik.

Golden hour.

Yoongi perlahan menempatkan tubuhnya disisi kasur milik Jimin, menempatkan dagunya di perpotongan leher dan melingkarkan lengannya di perut Jimin.

Lelaki itu hanya terdiam tanpa reaksi dengan kehadiran Yoongi dibelakangnya.

Menghabiskan waktu sepeti itu dalam lima menit, tanpa bicara dan melakukan apa-apa. Hanya menatap keluar cahaya keemasan pada sore hari itu.


Helaan nafas panjang yang Jimin hembuskan lalu menumpa tangan kecilnya pada tangan Yoongi yang masih berada diatas perutnya.

“It’s okay… It’s okay… Everything will be okay sayangku.” Bisik Yoongi tepat di telinga Jimin

Terdengar kembali isakan tangis itu dari Jimin, dan tentu saja pelukan Yoongi semakin mengerat.

“Kamu pasti benci banget sama saya ya Yoongi?” Gumamnya

Yoongi hanya diam, jujur memang ia marah pada Jimin tapi ia lebih marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Jimin dan bayinya.

“No, i can’t even hate you.” Yoongi bergumam

“Mungkin semuanya gaakan kejadian kalo saya dengerin kamu.” Lelaki kecil itu semakin terisak

“Semuanya udah kejadian, mau kita nangis atau salahin diri masing-masing pun mereka gaakan kembali.”

Yoongi, ia juga sama hancurnya dengan Jimin sama patahnya dengan Jimin dan sama sakitnya dengan Jimin.

“Let them go to heaven…” Suaranya melirih

“Harusnya mereka masih disini, disini sama kita sampe mereka jadi dua bayi paling lucu.”

“Harusnya suara tangisan mereka ada di apartment kita.”

“Harusnya…”

Jimin memutar tubuhnya dan kini menghadap Yoongi, menangis dengan puas di pelukan lelaki itu.

Begitu pula elusan lembut, kecupan-kecupan di kening yang Yoongi berikan dapat membuat Jimin merasa lebih tenang.


Menangis di pelukan Yoongi ternyata membuatnya merasa lebih puas untuk meluapkan emosinya.

“Yoongi jelek.” gumam Jimin dengan matanya yang sembab

“Iya sayangku.” Jawabnya dengan lembut

Wajah itu terlihat begitu lelah, terlihat dari matanya Yoongi belum beristirahat bahkan tertidur sejak ia terbang dari singapore ke seoul.

“Kamu pasti panik banget ya? maafin saya.”

Bagaimanapun Jimin tidak perlu berkali-kali meminta maaf pada Yoongi.

“Jangan minta maaf terus.”

“Saya mau tidur sebentar ya? kamu jangan nangis lagi…”

“Kalo butuh sesuatu bangunin saya, atau mau makan sesuatu dulu? biar saya suapin kamu.”

Yoongi tidak berhenti berbica, Jimin hanya menatapnya dari bawah pelukannya.

Betapa beruntungnya ia mendapatkan Yoongi setelah dengan Jef ia disia-siakan.

“Saya mual kalo makan, kamu tidur dulu aja disini.” Ucapnya

Membiarkan Yoongi terlelap dalam dekapannya, setidaknya Jimin merasa bahwa ia tidak sendirian mengalami hal menyakitkan ini.


“Let them go to heaven.”

Heaven will keep them safe, please heal back yourself, and prepare yourself for another happiness to come.

You to deserve to be happy.

The storm took them from us, Our golden hours.


Ini sudah pagi setelah proses operasi berjalan dengan lancar, tapi Jimin masih belum juga terbangun dari tidurnya.

Wajahnya yang pucat pasi, jari-jari mungilnya yang dingin.

Bahkan sedari malam ia tidak melepaskan genggamannya pada tangan mungil itu

It’s okay, ini tidak sepenuhnya salah Jimin. Memang mereka belum di beri kesempatan sekarang

Ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya barang satu menit pun.

Sementara Jiyeon tertidur, Jungkook membeli sarapan di kantin rumah sakit tersebut.

Orang tua mereka benar-benar memiliki pekerjaan yang tidak bisa di tinggalakan.

Jiyeon menggerakan tubuhnya, sungguh benar-benar pegal menyerangnya karena tertidur di sofa yang kurang nyaman.

Menatap punggung Yoongi, ternyata lelaki itu masih terus menatap Jimin dengan sayang.

“Kak, belum tidur?” Tanya Jiyeon

“Gabisa tidur Jiyeon, Jimin belum sadar juga saya takut.” Jawabnya

Wajah lelah itu benar-benar terlihat menyedihkan, setelah kehilangan apa yang belum sempat ia miliki Jiyeon mengerti bagaimana rasanya.

“Oh iya, saya mau ambil barang di mobil titip Jimin sebentar boleh?” Ucap Yoongi kemudian berdiri

“Iya kak, sekalian beli makan ya kak atau tidur dulu sebentar di mobil kalo disini kurang nyaman.” Ucap Jiyeon


Yoongi keluar dari ruangan tersebut, berjalan dengan lemah entah semua pikirannya kosong.

Baru beberapa langkah dari ruangan dimana kamar Jimin berada.

Terlihat, beberapa team JW menuju kearahnya begitu juga dengan Jungkook.

“Chef min.” Ucap Sora kemudian menghampiri Yoongi

“Kalian disini?” Tanya Yoongi kebingungan

“Chef, designer park gapapa?” Tanya sora

“Jimin belum siuman, tapi operasinya lancar tadi malem.” Jawab Yoongi

Mereka berbincang di tengah ruangan itu tanpa sadar Ellie tengah menguping pembicaraan mereka.

Tanpa tahu malu perempuan itu datang bergabung dan menghampiri Yoongi.

“What? Park Jimin keguguran? oh my god.” Ucap Ellie dengan tiba-tiba membuat semua orang melihatnya dengan tajam

“Ellie.” Ucap Yoongi

“He deserved, sora soon.” Gumamnya dengan angkuh

“PLAK!”

Suara tamparan itu menggema, sora menampar Ellie dengan sangat kencang.

Oh ini kedua kalinya Ellie di tampar.

“Watch your mouth Ellie!” Ucap Sora dengan begitu emosi

Mingyu menahan tubuh Sora yang bersiap untuk menjambak Ellie saat itu juga.

“Udah Sora udah.” Ucap Mingyu

“Pergi Ellie, pergi saya muak sama kamu. Pergi atau saya panggil security.” Ucap Yoongi dengan marah lalu menepis tubuh Ellie.

Tiba-tiba ponselnya berdering itu adalah Jiyeon, mengabari bahwa Jimin sudah siuman.

Yoongi kembali dengan cepat ke kamar tersebut tanpa memikirkan beberapa orang yang sedang berada disana.

Jimin, Jimin, Jiminnya sudah sadar.

Yoongi segera memasuki ruangan tersebut, melihat Jimin yang masih terbaring dengan wajah lemahnya.

“Yoongi jelek…” Rengeknya

Yoongi hanya berjalan pelan menghampirinya, menarik nafas panjang lalu memeluknya dengan erat.

“Kok saya ada dirumah sakit, terus ini perutnya kenapa kok sakit banget…” Lagi-lagi ia merengek

Semua orang termasuk Jiyeon menunggu di luar.

“Yoongi, kamu kenapa nangis?” Ucapnya masih dengan kepolosannya

Yoongi melepaskan pelukannya, kemudian mengecup kening Jimin dengan lama.

Dia kemudian duduk disebelah Jimin dengan masih memeluknya, mengambil sesuatu dari saku jasnya dan memberikan itu pada Jimin.

Sebuah kertas dengan gambar foto hasil USG, ada dua buah titik kecil disana Jimin masih belum mengerti.

“There’s our babies twins Park Jimin.” Ucap Yoongi dengan datar yang tentu saja air matanya bahkan sudah habis.

Jimin hanya terdiam, ia benar-benar diam menatap kertas itu dan tanpa sadar meneteskan airmatanya.

“Yoongi…”

Yoongi, bahkan ia sudah tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa.

Dia menangis dan meraba perutnya

“Mereka masih disini kan? Yoongi jawab saya…” Lirih Jimin

“Jawab saya dulu, kenapa kamu ga nurut Jimin? kenapa ga dengerin saya…” Ucap Yoongi

“Saya gatau…”

“Jujur, kamu ke dokter atau ngga waktu di LA?” Yoongi menatapnya dengan tajam

Itu adalah tatapan yang belum pernah Jimin lihat sebelumnya, ia merasa kecil dan takut.

“Jujur Park Jimin.”

“Jangan panggil kaya gitu…”

“Bukan waktunya ngomongin hal ga penting kaya gitu.”

Yoongi benar-benar terlihat marah tapi ia menahannya ia tidak ingin meledak di depan Jimin sekarang juga.

“Engga.” Gumamnya

“How stupid you’re, dan kamu bahkan gatau itu? i mean untuk dateng ke dokter aja kamu gamau…” Ucap Yoongi akhirnya ia melepaskn emosinya tanpa sengaja berteriak kepada Jimin.

Jimin langsung menangis saat itu juga.

“We lost our baby.” Ucapnya

Jimin segera menaikan wajahnya menatap Yoongi dengan mata memerah penuh air mata.

“Jangan bercanda Yoongi.” Marahnya

“Babe… saya keliatan bercanda? buat apa saya bercandain hal kaya gitu.”

“Diet, main sama scout tiga hari berturut-turut, dan minum alkohol?” Emosinya semakin meledak ia bahkan tidak sadar ini mungkin akan lebih menyakiti Jimin

Tubuh kecilnya semakin kecil, memeluk dirinya sendiri diatas ranjang rumah sakit.

Jimin benci ketika Yoongi marah, Jimin benci dengan dirinya.

Jimin benci ia benar-benar ceroboh.

Bayi itu, bayi kembar yang bahkan belum sempat ia ketahui keberadaannya sudah harus pergi.

Yoongi benar, ini semua salahnya.

Jangankan menjaga Yoongi selamanya, untuk menjaga diri dan bayinya pun ia gagal.

Semua orang yang berada di luar ruangan itu memutuskan untuk pergi dan kembali lain kali.

Begitu juga dengan sora, hormonnya tidak bisa terkontrol saat ia mengetahui keadaan Jimin sekarang di tambah dengan ucapan tidak pantas yang diucapkan oleh Ellie tadi.

Namjoon yang sedari tadi hanya berdiri di dalam toilet ruangan Jimin akhirnya memutuskan untuk keluar.

Melerai, dan mencairkan suasana di ruangan tersebut.

“Bro i know… ini gak gampang buat kalian berdua, tapi Yoongi boleh ga kita ngobrol dulu sebentar diluar? Ucap Namjoon kemudian merangkul bahu Yoongi

Kemudian seokjin dan Jiyeon masuk kedalam ruangan tersebut langsung memeluk Jimin yang kini sedang menangis.

Yoongi tersadar kembali ia ingin memeluk Jimin tapi kemudian di tepis oleh lelaki itu.

“Babe i’m sorry, babe…” Lirihnya

“Can you leave me alone chef Min?” Gumamnya

Yoongi kemudian memundurkan tubuhnya dan di tarik oleh Namjoon untuk keluar dari ruangan tersebut.


I’m sorry…

I know it’s my fault, but can you stay? You’re my home…

Isn’t there a saying after a storm and rain there will be rainbows? it’s okay to be sad happiness will comes to you. I’m promise.

Oh we lost our heaven.


Yoongi dengan cepat berlari ke ruangan dimana Jimin sedang di rawat sekarang.

Langkahnya melemah saat ia hampir tiba di ruangan tersebut.

Ada Jiyeon yang berada di depan ruangan tengah menunggunya, lututnya melemah melihat wajah sembab itu habis menangis.

“Kak…”

“Jiyeon, is he okay…” Tanya Yoongi

Melihat Jimin yang tengah terbaring pucat di ranjang tempat tidur ruangannya.

“Kak, dia baru aja di kasih obat pereda nyeri sama dokter.” Ucapnya

Ia tidak menjawab, terus menggenggam jari-jari kecil itu dan menciuminya

“Kak, tadi dokter mau ngobrol aku gatau mau ngomong apa tapi ruangannya ada di lantai sembilan.”

“Tapi Jimin?” Lirihnya

“Aku yang jaga, tadi dokter bilang kak Yoongi udah disini harus secepatnya temuin mereka.” Jiyeon terus meyakinkan Yoongi untuk pergi secepatnya

“Oke.”

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui dokter dengan pikirannya yang kalut

Oh tidak, bagaimana jika Jimin dan bayinya tidak selamat?

Atau bagaimana jika ia harus mengorbankan salah satunya?

Ini seperti mimpi di siang bolong.


“Halo Pak Yoongi.” Sapa sang dokter dan mempersilahkan Yoongi untuk duduk

“Halo, can you explain what the mean he’s pregnant?” Ucap Yoongi

“Pak Yoongi beneran gatau kalo dia hamil?” Tanya dokter tersebut dengan heran

“Saya beneran gatau, dan baru mau rencana cek kerumah sakit besok.”

“Oke saya maklum, karena usianya bahkan belum sepuluh minggu. Tapi apa tidak ada tanda-tanda sama sekali?”

Dokter itu sibuk menatap layar pc-nya dan menampilkan sebuah gambar hasil USG

“Ada, awalnya dia demam dan mual saya pikir itu cuma efek kecapean.” Jawabnya

“Can you see these?” Dokter menunjukan dua titik kecil pada layar tersebut

Yoongi menatap layar tersebut ia masih tidak mengerti, oh apakah itu bayinya? dan kenapa ada dua titik disana.

“Twins.” Ucap sang dokter

Lagi dan lagi ia merasa bermimpi dan tersambar petir di siang bolong.

“Maksudnya dok…”

“Bayinya kembar pak Yoongi, tapi…”

“Tapi apa dok?!” Yoongi menyela ucapan dokter tersebut

“Keadaan Jimin yang tidak memungkinkan untuk membiarkan kedua bayi itu terus bertahan dan begitu pula keadaan sang bayi yang tidak mungkin kuat untuk bertahan untuk kedepannya.”

Tidak.

Ini sama apa yang seperti Yoongi pikirkan sebelumnya, ia tidak mau jika harus memilih siapa yang harus di selamatkan dan siapa yang harus di korbankan.

“Dok…”

“Iya pak Yoongi kita mengerti, tapi bapak harus cepat membuat keputusan dan menandatangani dokumen ini.” Sang dokter menyerahkan dokumen berisi persetujuan untuk menindak lanjuti prosedut yang akan dilakukan.

Yoongi membacanya dengan seksama dan teliti, haruskah ia menandatangani ini demi untuk menyelamatkan Jiminnya.

“Saya hanya memberi dia obat pereda nyeri dan obat itu tidak akan bertahan lama.” Lagi-lagi sang dokter mendesak Yoongi

Kepalanya penuh, kepalanya berisik, Yoongi ingin menangis.

Andai saja ia bisa pulang lebih cepat dan menjaga Jimin, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

“Tapi dok bisa jelasin kenapa ini bisa kejadian?” Tanya Yoongi

“Jimin, dalam masa diet yang ia lakukan hampir empat hari dan otomatis semua asupan nutrisi dari makanan tidak cukup.”

“Dia terlalu banyak beraktivitas, contohnya berkuda lalu kemudian melakukan sesuatu yang berat dan berlebihan.”

“Kalo boleh saya tahu, pak Yoongi memang tidak ada dirumah?”

“Saya di singapura dokter ada pekerjaan tiga hari kebelakang.” Jawabnya

“Oh pantas saja, dan yang lebih fatal dia minum alkohol dengan kadar tinggi terlalu banyak.”

“Karena efek alkohol itu panas, dia mengalami kram perut.”

Jelas sang dokter.


Jimin benar-benar tidak mendengarkan semua perkataan Yoongi.

Bahkan ia mengabaikannya.

Setelah Yoongi setuju untuk menandatangani surat tersebut dan dokter segera memutuskan untuk mengirimnya keruangan operasi.

Ia marah, ia kesal, ia bahkan ingin berteriak sekarang.

Yoongi benar-benar kecewa dengan Jimin, oh tapi bukankah ia tidak bisa menyalahkan itu sepenuhnya pada Jimin?

Ia membayangkan dua bayi kecil itu yang harus pergi bahkan pada saat mereka bisa melihat dunia ini.

Mereka harus pergi karena kelalaian kedua orang tuanya.

Mereka harus pergi karena keegoisan Jimin yang tidak ingin pergi ke dokter.

Dan mereka harus pergi karena keegoisan Yoongi yang harus meninggalkan Jimin dalam keadaan seperti itu.

Oh, they lost their heaven.

I hate you when you’re being selfish.

Yoongi i regret it i didn’t even know they were here… Please don’t leave me.

Babe, You’re so needy.


Karena Jimin terlalu lama Yoongi memutuskan untuk menyusulnya, ia juga merindukan Jimin kecilnya itu.

Satu minggu berlalu begitu sangat lambat tanpa sang pujaan hati.

Bandara yang nampaknya tidak pernah sepi dari lalu lalang orang-orang yang entah baru tiba atau akan pergi ke suatu tempat

Jimin sedang berada di toilet sekarang, sedikit pusing entah karena ia baru saja tiba dari penerbangan selama empat belas jam.

Memutuskan untuk mencuci mukanya dengan air yang begitu dingin, membuatnya merasa lebih segar.

“Babe.” Bisik Yoongi dengan kedua tangannya melingkar pada tubuh Jimin.

Ia yang baru memejamkan matanya terkejut bahwa Yoongi sudah memeluk tubuhnya dari belakang seperti itu.

Sedikit panik, gugup dan berdebar bahwa satu minggu mereka tidak berdekatan seperti ini. Dan bisa di bilang ini adalah tempat umum.

Yoongi terus menciumi bagian leher lelaki kecil itu dengan lembut.

Tidak menyangkal bahwa Jimin juga merasa terpancing, ia membiarkan Yoongi terus melakukan itu.

Hingga dengan cepat tubuhnya di putar untuk menghadap pada Yoongi.

Tubuhnya semakin mengikis jarak dan menghimpit wastafel toilet tersebut.

Jaraknya yang semakin habis, kedua netranya berbicara seakan lakukan lah apapun itu ia siap menerimanya.

Jimin dengan perlahan mengalungkan kedua tangannya diatas leher milik Yoongi dengan tatapan penuh arti itu yang tidak teralihkan.

Wajah keduanya semakin mendekat, mendekat hingga kedua bilah bibir tersebut kembali bersentuhan.

Kembali bersatu, merasakan betapa lembutnya bibir tebal itu menyapa miliknya.

Keduanya terus berciuman seakan mereka tiba bertemu dengan waktu yang sangat lama.

Lelaki kecil itu terus membuka mulutnya, membiarkan Yoongi terus menciumnya lebih dalam, lebih sensitif dan lebih intens.

Persetan dengan tempat umum, keduanya hanya merindukan satu sama lain.

Ketika ciuman itu terus berlanjut, Jimin yang terus berjinjit agar bisa mengimbangi Yoonginya.

Kemudian lelaki itu berinisiatif mengangkat tubuh kecil Jimin dalam gendongannya untuk di tempatkan diatas meja wastafel yang dingin itu.

Kini dengan leluasa kedua tangannya melingkar di pinggul milik Jimin.

Mengelus lembut telapak tangannya diantara pinggul dan bokong lelaki itu.

Yoongi tidak akan melepaskan Jimin, tidak akan berhenti mencium lelaki itu hingga ia kehabisan nafasnya.

Mereka terus berciuman dengan tangan Yoongi yang terus memancingnya.

Dengan Yoongi yang terus menggodanya.

Tidak bisakah mereka mendapatkan ruangan?

Untuk menyalurkan rasa rindunya masing-masing.


Jimin menyilangkan kedua kakinya pada tubuh Yoongi, dan kini tangan satunya meraba-raba dada lelaki itu.

Sial, Jimin kini mulai berani.

Entah sudah berapa lama mereka terus berciuman hingga saat Jimin hampir berhasil membuka dua kancing kemeja milik Yoongi, dan seseorang masuk kedalam toilet tersebut.

Mereka bertatapan dengan canggung, oh my god ini tempat umum bisa-bisanya mereka biasa saja.

“Get a room please.” Ucap orang tersebut kemudian kembali keluar dari toilet tersebut

Mereka berdua bertatapan lalu kemudian tertawa.

Jimin kemudian memeluk Yoongi dengan erat, menarik nafasnya dalam-dalam.

Hingga ia menghirup suatu aroma yang baru, tapi ia tidak menyukainya dan seketika rasa mual itu kembali.

Jimin benar-benar mual, ia ingin muntah

Dengan cepat ia turun dari wastafel tersebut, mengubah posisinya untuk mengeluarkan semua isi di dalam perutnya.

Nihil, tidak ada yang keluar sama sekali. Jimin benci rasa mual itu.

“Oh god, are you okay?” Tanya Yoongi kemudian dengan cepat memberikan satu botol air mineral

“Gapapa, aduh kayaknya saya harus bener-bener bedrest deh.” Ucap Jimin

“Ke dokter ya sekarang, atau besok?” Bujuk Yoongi

“Mau istirahat aja di apartment, gausah ke dokter di koper masih ada obat dari sana Yoongi jelek.” Gumamnya

Entah trauma apa uang ia punya bahkan hanya untuk mengecek kesehatannya pun Jimin benar-benar malas untuk datang kerumah sakit.

“Siapa tau obatnya beda, saya juga mau tau kamu sakit apa Jimin.” Ucap Yoongi

“Gamau, kalo kamu masih panggil saya kaya gitu saya mau pulang sendiri aja.” Ucapnya kemudian menarik koper miliknya keluar dari toilet tersebut.

“Babe, tunggu.”

“Babe, okay gausah ke dokter tapi tunggu.” Ucap Yoongi

Jimin menoleh

“Lepas kemejanya, ganti hoodie punya saya.” Jimin membuka kopernya di lantai toilet tersebut dan memberikan hoodie miliknya pada Yoongi.

Karena tidak ingin membuat keributan Yoongi hanya menurutinya.

“Okay.” Ia membuka kemeja tersebut di depan Jimin.

Dan memakai hoodie oversized milik Jimin.

“Puas?!” Ucap Yoongi kesal

Jimin kemudian berlali menghampirinya kemudian memeluk Yoongi dengan erat.

Oh, should we take designer park to the doctor for the answer we’re looking for, haha but please don’t expect too much.

He’s sick


Setibanya di Los Angeles Jimin memang di sibukan dengan aktivitas kerjanya, beberapa hari selalu makan di jam yang sudah terlewat jauh dari jam makannya.

Mengurus Yoongi yang sedang sakit saat itu membuatnya tidak tidur dengan tenang, lalu di lanjutkan ia harus terbang ke luar negeri.

Setelah semua pekerjaannya selesai lalu mengajak ibu dan adiknya berkeliling california, Jimin akhirnya kelelahan.

Ia terbaring di kamar hotel dengan kepalanya yang begitu pusing, suhu badannya lumayan tinggi.

Dan rasa mual di perutnya terus mengganggu.

Selagi menunggu Jiyeon datang kembali dari pergi membeli obat untuknya Jimin mencoba untuk memejamkan matanya.

“Kalo Yoongi tau gue sakit pasti dia ngomelnya lebih parah dari kemarin.”

“Dia pasti ngoceh kenapa gak dengerin dia aja buat istirahat.”

Gumam Jimin di dalam selimutnya.

Suhu tubuhnya panas tapi ia merasa kedinginan, sebetulnya ini bukan hal yang baru bagi Jimin.

Jika tubuhnya terlalu lelah maka ia akan mengalami demam seperti ini.

Ketika suara pintu terbuka, itu Jiyeon membawa satu tas kecil berisi obat-obatan yang telah ia beli.

“Bangun dulu, ini obatnya.” Jiyeon menarik selimut milik Jimin

“Aku baru mau tidur…” Rengeknya

“Minum dulu obatnya terus lo tidur.” Ucap Jiyeon kemudian memberikam beberapa butir obat dan satu gelas air untuk Jimin.

Dengan sedikit kesal ia mengambil beberapa pil obat tersebut.

Ketika Jimin memasukan obat itu kedalam mulutnya dengan air mineral yang sedang ia minum.

Oh tidak, ia bangun dan berjalan cepat menuju toilet untuk memuntahkan seluruh obat tersebut ke wastafelnya.

Diikuti oleh Jiyeon lalu kemudian perempuan itu memarahi Jimin bahwa sungguh lemah sudah terbilang dewasa masih tidak bisa menelan beberapa obat.

“Payah banget sumpah, ke dokter aja deh ayo biar lo di suntik.” Bujuk Jiyeon

“Gamau, aku takut di suntik.” Tolaknya

Ini ketiga kalinya Jimin ingin muntah dalam satu hari.

“Mami dimana dek?” Tanyanya kemudian menarik kembali selimut tebal itu.

“Mami tadi ketemu temen dentistnya yang lagi disini juga.” Jawab Jiyeon yang tengah sibuk memakan satu buah jeruk.

Warna orange dari jeruk itu benar-benar menarik perhatian Jimin.

Dalam bayangannya sungguh menyegarkan bila rasa masam jeruk itu melewati tenggorokannya.

Tapi dia lebih memilih tidur daripada mengambil satu buah jeruk dan memakannya.

Masa bodo dengan Yoongi yang mungkin akan mencarinya nanti, Jimin hanya ingin tidur hari ini.

Ia lelah, pusing dan mual.

Membayangkan betapa nyamannya berada di pelukan Yoongi saat sakit seperti ini.

Tapi Jimin tidak ingin memberitahunya, karena bisa saja Min Yoongi itu terbang ke Los Angeles sekarang juga jika mengetahui dirinya sedang sakit.

Oh i have no clue, everyone what’s going on?

Min clingy yoongi


Dua minggu berlalu sangat cepat keduanya di sibukan dengan pekerjaan masing-masing.

Memulai hari seperti template yang hanya berputar pada pekerjaan saja.

Jimin terbangun dengan Yoongi di pelukannya suhu tubuh lelaki itu begitu panas dengan cepat Jimin melepaskan pelukannya.

“Yoongi kamu demam.”

Yoongi hanya mengerang dan kemudian memeluk Jimin dengan erat.

“Kamu ke butik hari ini?” Gumamnya dengan suara yang sedikit parau

Jimin mengambil satu gelas air untuk Yoongi dan membantunya minum.

“Gimana saya tinggalin kamu kalo sakit kaya gini, Yoongi jelek.” Ucapnya

Ia segera mengambil ponselnya dan menelepon Jungkook untuk memberitahukam bahwa Yoongi tidak akan datang ke hotel hari ini.

“Saya mau bikinin kamu sup dulu.”

“Jangan lama.” Rengek Yoongi


Bermodalkan feeling yang ia punya, sang ibu dulu sering membuatkannya sup ayam dengan kaldu yang sangat kental.

Jimin mulai menyiapkan semua bahan-bahan yang ia perlukan dari dalam lemari pendingin.

Merebus semua bahan itu, membiarkan daging ayam tersebut melunak lalu kemudian ia memotongnya dengan ukuran kecil.

Menyaring semua kaldu dan memasukan kembali potongan ayam tersebut.

Hampir satu jam berlalu, kini jimin kembali kedalam kamar untuk menghampiri Yoongi.

“Yoongi, bangun gak ayo makan dulu.” Bujuknya

Suhu tubuhnya masih begitu tinggi, dan ketika uap sup itu menyerbak Yoongi bahkan hampir muntah.

Oh ayolah Jimin sudah bersusah payah untuk membuat sup ini tapi Yoongi malah ingin memuntahkannya?

“Saya udah cape bikinin ini tapi kamu malah kaya gitu.” Ucapnya marah kemudian meletakan mangkuk sup itu diatas meja.

“Bau supnya bikin mual babe.” Ucap Yoongi kini menggenggam jari-jari Jimin

“Aneh, Yoongi you’re a chef? bukan yang baru satu atau dua bulan. Dan bahkan sakit sebelumnya gak jadi pemilih makanan gini.” Jimin terus mengoceh sementara Yoongi menarik tubuhnya kembali dalam pelukannya.

“Jangan ngomel terus nanti cepet tua, saya mau pelukin kamu aja janji cuma peluk gaakan cium-cium takut kamu ketularan.” Gumamnya

Jimin memposisikan dirinya jadi menghadap Yoongi, membiarkan tubuhnya bersandar kemudian mengelus punggung Yoongi dengan pelan.

Sudah tidak aneh bahwa Yoongi saat sakit akan menjadi manja dua kali lipat dari biasanya.

“Kamu kecapean kayaknya ya?”

“Gimana saya mau tinggalin kamu ke LA kalo gini caranya?” Gumam Jimin

“Gapapa pergi aja, besok juga saya sembuh.” Jawab Yoongi

“Saya re-schedule aja gimana? sampe kamu sembuh.”

“Gausah, kamu berangkat aja besok ya sayang.”

Meski dalam keadaan sakit Yoongi tidak ingin membuat Jimin khawatir ia justru membuat Jimin yakin untuk tetap pergi.

Sungguh sakit yang benar-benar tidak pernah ia bayangkan

Hari ini Yoongi benar-benar tidak bisa memakan apapun selain meminum air mineral dan memeluk Jimin.

Bahkan mencium aroma makanan pun ia merasa ingin muntah.

Hanya pelukan hangat Jimin yang membuatnya merasa lebih baik hari ini.

“Beneran gapapa saya pergi besok?” Jimin masih bertanya ia tidak yakin untuk meninggalkan Yoongi dalam keadaan sakit.

“Gapapa sayang.” Jawabnya

Oh what’s going on?

Comforting


“Mau apa?” Tanya Jungkook seraya menemani Jimin berjalan melihat-lihat semua hidangan yang telah disajikan

“Lucu-lucu banget.” Jimin menunjuk beberapa jenis potongan kue yang di plating dan di tata cantik di restoran itu

“Lucu ya? ini bikinan Sora sama Abel.” Ucap Jungkook

“Oh iya sora katanya mau kete— mama?” Jimin menyapa wanita itu dan kemudian memeluknya erat.

“Jimin sayang.” Ucap perempuan itu

“Tante, mau makan apa tan?” Tanya Jungkook kemudian mengantar kedua orang itu menuju kursinya

“Jungkook kamu tuh ya tante baru dateng udah di tawarin makanan aja.” Ucapnya kemudian tertawa


“Mama cantik banget hari ini mau kemana aja?” Tanya Jimin tangan keduanya masih bertautan

“Hari ini sengaja mau ketemu kamu sama Yoongi aja, kangen.” Jawabnya

Tatapan, hingga afeksi kecil yang ia berikan benar-benar terasa hangat seperti Yoongi.

“Gimana honeymoonnya? how’s about italy?”

Jimin kembali mengingat bahwa italy dan milan benar-benar membuatnya merasa ingin tinggal disana.

Bagaimana italy dan milan membuatnya merasa begitu nyaman.

“Italy was so beautiful ma, karena ada Yoongi juga hehe.” Jawabnya

Perempuan itu mengelus lembut punggung Jimin.

“Glad to hear that sayang, whatever about your plans i hope that will be best for you both.” Ucapnya

Tidak lama suara langkah kaki yang mendekat, aroma parfum yang tidak asing berada diruangan itu.

Yoongi dengan setelan berwarna abunya benar-benar terlihat tampan, hingga Jimin bahkan tidak bisa memalingkan wajahnya.

“Ma, udah makan?” Yoongi memeluk ibunya kemudian duduk di sebelah Jimin dan merangkul pinggul lelaki kecil itu.

Sentuhan Yoongi kali ini benar-benar membuatnya berdebar.

“Makanannya lagi di siapin sama Jungkook.” Jawabnya

Tatapan penuh cinta dari sang ibu membuat keduanya merasa begitu nyaman.

Kemudian jungkook datang dengan beberapa piring dengan makanan yang memang siap disajikan untuk mereka bertiga.

“Here’s the maincourse, chef min lunchnya di kasih ala carte ya hari ini. Menu di buffet sisa lunch group meeting.” Ucap Jungkook

“Okay jungkook, thank you.”

“My pleasure, selamat makan.”

Mereka semua menikmati makanannya dengan obrolan-obrolan ringan.

Nyonya Min, dia ibu dari pemilik hotel ini bahkan terkenal dengan pesona dan kecantikannya.

Oh tentu saja perempuan itu terkenal sangat ramah dengan semua pekerja di hotel ini.


“Yoongi…” Gumam Jimin pelan

“Hm.” Yoongi hanya mengerang dalam tidurnya

“Mau di peluk.” Ucap Jimin dengan posisi memunggunginya

Dan Yoongi pun memposisikan dirinya untuk memeluk Jimin dari belakang

Memeluk tubuh kecil itu dengan tubuh besarnya, melingkarkan lengannya diantara perut Jimin.

Sungguh itu benar-benar terasa begitu nyaman.

Berada di dalam pelukan hangat Yoongi membuatnya mudah terlelap dengan nyaman.

Yoonginya yang selalu berusaha memahami kerumitan sifatnya.

Yoonginya yang selalu berusaha membuatnya merasa aman dan nyaman.

Yoonginya yang selalu siap memeluknya sampai kapanpun.

Yoongi.

Maybe he is not the first, but he’ll be the last.

Shouldn’t you lose something first before getting something better?

Good bye


Sudah seminggu sejak kepulangannya dari italia, Jimin benar-benar menempelinya sepanjang hari

Bahkan lelaki itu terus berkata bahwa ia rindu pada Yoongi, bukankah setiap hari mereka bertemu?

Entahlah ia juga bingung menghadapinya, tapi suatu hal yang tidak bisa Yoongi tahan bahwa Jimin sangat menggemaskan pada saat manja seperti itu.

“Babe?” Ucap Yoongi saat ia ingin memegang persneling mobilnya tetapi Jimin terus menggenggam tangannya itu.

“Apa Yoongi jelek.” Jawabnya

“Ini gimana caranya saya mau nyetir.” Ucap Yoongi

“Nyetir aja ribet.” Jawabnya

Yoongi hanya tertawa kemudian menempatkan telapak tangan Jimin diatas persneling mobilnya lalu menumpuk tangannya.

Setibanya di hotel dan memarkirkan mobilnya, Yoongi menautkan tangan Jimin di lengannya.

“Chef Min, liat tempat kali.” Gumam Jimin lalu meliriknya malas

“Ini kan tempat saya, buat apa harus mikirin pendapat orang lain?” Jawabnya acuh

Ya tidak ingin bertengkar Jimin hanya mengiyakan ucapan lelaki itu.


Lift menghantarkan keduanya ke ruangan office milik Yoongu yang berada di lantai lima.

Beberapa pekerja di JW Marriot mulai terbiasa menyapa Jimin sebagai pasangan dari Executive chef di hotel itu.

Oh lebih tepatnya Yoongi adalah pemilik JW Marriott tersebut.

“Duduk.” Ucap Yoongi kemudian mengarahkan Jimin di kursi kerjanya

“Kamu mau ngobrol sama Ellie dimana? kalo disini biar saya tunggu di luar atau di resto aja.” Ucap Jimin

“Disini, ngapain harus tunggu di luar?”

Yoongi berjalan kearahnya kemudian membuka jas yang ia kenakan dan menggantungnya.

“Ya saya kan pihak ketiga disini, maksudnya harus profesional lah saya gabisa ikut campur.” Jawabnya

Jari-jari mungil yang berada di genggamannya, Yoongi suka bagaimana cara tangan itu menggenggam miliknya.

Lelaki itu berlutut di hadapan Jimin, dengan tatapan penuh kasih sayang dan berusaha untuk meyakinkan dirinya.

“Disini aja ya? duduk aja disini dan bangkunya bisa di puter kebelakang terus kamu liat jendela.”

“Ini bukan masalah profesional atau ngga, Jimin kan udah saya bilang apa yang punya saya sekarang jadi punya kamu juga.” Ucapnya

Yoongi tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu, Jimin memiliki perasaan yang mudah tersentuh dan tentu saja ia bisa menangis kapan saja hanya dengan ucapan-ucapan manis Yoongi.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar.

Oh tentu saja itu adalah Ellie yang di panggil oleh Yoongi untuk membicarakan tentang hal pekerjaan.

“Tunggu.” Teriaknya

“Yoongi, saya gapapa disini?” Tanya Jimin sedikit ragu.

“Gapapa sayang.”

Yoongi membukakan pintu itu dan mempersilahkan Ellie masuk.

“Chef Min.” Rengeknya

Yoongi sungguh muak dengan rengekan itu, Ellie benar-benar menyedihkan bermental pengemis seperti itu.

Ia mengambil satu buah amplop coklat besar berisikin beberapa dokumen dengan sebagai bukti pernyataan untuk pemutusan kontrak dengan Ellie.

“Ini kamu baca dulu aja, udah saya tanggung semua biaya rumah sakit, mobil baru, asuransi kesehatan, dan tunjangan hari tua.” Ucap Yoongi

Oh itu kan nominal yang kecil, kalian bisa menghitungkan berapa banyak uang yang di keluarkan oleh Yoongi untuk membuat Ellie berhenti mengganggunya.

“Chef engga, gamau.” Ucapnya

“Ellie, kerja kamu bagus tapi saya gabisa toleransi dengan kelakuan kamu yang bahkan berani susulin saya pergi bulan madu dengan Jimin.”

“Saya bahkan bisa laporin kamu atas tuduhan penguntitan, dan melanggar privasi orang lain.” Ucap Yoongi

Ellie benar-benar bingung, tidak perjuangannya selama dua tahun mencoba mendapatkan Yoongi tidak boleh gagal.

Bagaimana cara ia masuk kedalam kehidupan Yoongi saat itu.

Bagaimana cara ia berhasil membuat Yoongi tidur bersamanya malam itu.

“Ngga, kalo chef tetep mau pecat aku. Aku juga bisa tuntut chef Min tentang kecelakaan kemarin.” Ancam Ellie

“Tuntut aja Ellie, saya ga takut. JW Marriot has a lot of lawyers.”

“Lagi pula saya udah tanggung jawab.”

Mendengar semua percakapan itu, Jimin yang sedang mengunyah apelnya hanya menahan tawa.

Mendengar bagaimana cara Ellie memohon dan mengancam Yoonginya seperti itu.

Bisa di bilang kelalaian pekerjaan, tapi Yoongi tidak lari dari tanggung jawab bahkan Jika mereka membeberkan semua permintaan keluarga Ellie mungkin perempuan itu akan di tertawakan oleh hakim.

Pertanggung jawaban untuk dinikahi.

Mendengar Ellie yang terus merengek seperti itu, membuat Jimin merasa jijik.

Menjijikan, bagaimana perempuan itu memohon pada suaminya.

“Just sign those document and leave this hotel, Ellie.” Ucap Yoongi

“Chef gamau, tolong.”

“Chef beneran mau pecat aku dari JW? bahkan enam puluh lima persen di JW itu eventnya itu dari aku, chef Min you’re gonna lose a lot of money.” Ucap Ellie

Yoongi tertawa keras.

“Ellie, uang bisa di cari tapi kalo rumah tangga saya hancur itu gaakan bisa di perbaikin lagi. I will lose the person i love AGAIN.” Ucapnya.

“Enough Yoongi.” Ucap Jimin kemudian menghampiri mereka berdua di sofa tersebut masih dengan satu buah apel di tangannya.

Tidak kalah menawan penampilan Jimin hari ini benar-benar terlihat elegan.

“Maaf bukan saya mau ikut campur, tapi kalo udah menyangkut hubungan saya dengan Yoongi saya gabisa diem aja Ellie.”

“Bahkan kamu kemarin ikutin kita ke italy, kita lagi bulan madu. Kamu berharap diajak join sama kita?” Ucap Jimin kemudian tertawa

Ellie yang merasa di rendahkan, ia berdiri dan bergumam sesuatu.

“Jalang.” Ucapnya

“Lo cuma jalang chef Min.” Ucap Ellie dengan marah

Yoongi berdiri hendak menyeret wanita itu keluar dari ruangan ini tapi Jimin menahannya.

Menghampiri Ellie, hinggabsatu tamparan itu berhasil mendara di pipi kanan Ellie.

Tidak perduli dia perempuan, jika ia berani kurang ajar Jimin akan tetap memberinya pelajaran.

Ellie mendesis marah saat tamparan itu meninggalkan rasa sakit dan bekas merah di wajahnya.

“Kamu yang jalang, kamu tidur sama setiap tamu yang mau di bawa ke JW. Ellie jangan kira kita semua gatau tentang itu.”

“Jalang, you look so pathetic when you’re begging to my husband.” Bisik Jimin

Ellie yang hampir menangis itu meninggalkan ruangan milik Yoongi tanpa pamit.

“Bye, i will send these document to your luxury apartment Ellie.” Ucap Jimin kemudian melambaikan tangannya kearah Ellie.

“Kamu bisikin dia apa?” Tanya Yoongi kemudian merangkul pinggul Jimin dengan posesif.

“Ada deh hahaha.” Ucapnya

Yoongi hanya tersenyum mentap kearah Jimin, setidaknya ia berhasil terbebas dari obsesi Ellie saat ini.

Oke sepertinya mereka berdua akan sibuk berciuman sampai beberapa waktu kedepan.

Let them be happy, let them heal each other, let them falling in love again.

Who the fuck are you?


Sudah menghabiskan satu gelas kopinya tapi Namjoon belum kunjung datang juga

Empat puluh lima menit saat ia memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar diatas kursi tempat ia menunggu, dengan tiba-tiba ponselnya berdering bahwa Namjoon sudah tiba disana.

Jimin dan Yoongi berjalan menghampiri mobil yang tengah terparkir di tempat penjemputan

Namjoon segera turun untuk membantu Yoongi memasukan koper itu kedalam bagasi mobilnya.

“Aduh yang baru pulang kok mukanya jelek banget.” Ucap Namjoon kemudian mengusak kepala Jimin dengan sengaja

“Chef Min, apa kabar?” Tanya Namjoon

“Baik, sorry banget jadi ngerepotin malem-malem gini minta jemput.” Ucap Yoongi

“Gapapa santai aja chef min, kebetulan saya juga lagi di luar.”

“Kak.”

“Mana pacar lo?” Teriak Jimin

“Di depan, malu katanya dia.” Jawab Namjoon

Jimin berinisiatif untuk membuka pintu mobil depan itu, benar saja ada sosok pria bertubug kecil dan tinggi sedang memainkan ponselnya.

Saat keduanya bertatapan dan betapa terkejutnya Jimin bahwa itu adalah orang yang ia kenal.

Dan ketika Yoongi menghampiri Jimin setelah memasukan kopernya, dan yang ia tangkap adalah seseorang yang sangat ia kenal.

“Si anjing.” Ucap Yoongi

Ketiga orang itu dengan terkejut menatap Yoongi bahwa baru kali ini mereka melihatnya mengumpat dengan kasar.

“Seokjin, ngapain lo disini?” Ucap Yoongi

Seokjin hanya memutar matanya malas

“Shit dunia sempit banget, Min Yoongi kenapa kita harus ketemu deh.” Gumam

Jimin hanya tertawa melihat semua ini, sementara Namjoon masih terlihat kebingungan menatap mereka.

“Kak, maksudnya pacar kamu kak Seokjin gitu?” Sambung Jimin

“Iya, terus ini kenapa chef Min sama Seokjin kaya musuhan. Jangan bilang kalian mantanan?”

Mereka bertiga tertawa bahwa kehidupan ini benar-benar penuh dengan hal-hal tidak terduga, contohnya seperti sekarang ini.


Setelah perjalanan sekitar satu jam dari airport menuju apartment mereka

Seokjin dan Namjoon segera kembali setelah mengantarkan mereka berdua, kini menyisakan Yoongi dan Jimin untuk kembali ke apartment tersebut.

“Ah capek banget, badan saya pegel-pegel semua.” Gumam Yoongi kemudian melemparkan tubuhnya keatas sofa

Diikuti dengan Jimin ia melemparkan tas dan jaketnya kemudian menidurkan tubuhnya diatas Yoongi.

“Yoongi, kenapa parfum kamu enak banget.” Bisik Jimin tepat belakang telinga Yoongi

“Saya belum mandi, jangan di cium-cium gitu.” Gumamnya

“Tapi wanginya enak.” Jimin terus menghirup bagian belakang leher Yoongi

Entah kenapa bahkan sebelumnya Jimin tidak pernah bertingkah seperti ini pada Jef, sepertinya Yoongi benar-benar bisa membuatnya kembali percaya akan apa namanya cinta.

Tentang apa namanya ketulusan.

Saat ia hampir tertidur dengan posisi seperti itu, tapi tidak jadi karena mendengar Yoongi menggumamkan sesuatu.

“Apa, gajelas saya ga denger.” Ucap Jimin

“Saya mau putus kontrak kerja sama Ellie.”

“Putus sama Ellie?!” Jimin kemudian terbangun dari posisinya kemudian menatap Yoongi dengan sedikit emosi

“Yoongi jelek kamu pacaran sama Ellie? Shit you’re such an asshole.” Ucapnya

Mendengar ocehan melantur dari Jimin Yoongi segera duduk dan merangkul tubuh lelaki itu.

“Putus kontrak kerja bukan putus hubungan, saya mau cari sales manager baru menurut kamu gimana?” Ucapnya dengan nada yang sangat lembut

Dan itu berhasil membuat Jimin melunak pada akhirnya.

“Oh….”

“Ya pecat aja, uang bisa di cari tapi hubungan kalo udah rusak susah buat di perbaikin Yoongi jelek.” Jawabnya kemudian kembali menidurkan kepalanya diatas paha Yoongi

“Oke, i will text and talk with her.” Jawab Yoongi

“That's a good decision, Chef Min.”

See, isn’t communication in every relationship are so important?

In relationship we can smile, we can laugh, we can argue, we can crying, we can hug then we can be a home for each other.