ymkissed

Amour.


Hari ke delapan di italia membuat mereka merasa seperti sudah lama tinggal disini.

Suasana kota yang hangat, aroma pasta di setiap restoran yang ia lewati.

Oh tentu saja pasta adalah ciri khas dari negara tersebut, dan sudah tidak aneh lagi penduduknya lebih sering mengkonsumsi pasta sebagai makanan pokok di bandingan roti, nasi, atau jenis karbohidrat lainnya.

Ini adalah tempat impian jimin.

Dimana ia bisa menikmati secangkir coffee latte hangat dan croissant di pagi hari.

Berkendara malam hari berdua bersama Yoongi tanpa harus memikirkan pekerjaan di esok hari.

Entahlah mungkin jika mereka berdua tidak memiliki tanggung jawab di seoul, mereka akan memutuskan untuk tinggal di italia.


Memasuki bar yang berada di pusat kota membuat Jimin takjub bahwa setiap orang yang berada disini sangat menghormati privasi dan tidak ingin tahu tentang urusan orang lain.

Bahkan bisa di bilang mereka berdua adalah pengungjung di tempat ini, yang mereka temui hanya ada tatapan dan senyuman ramah seakan kedatangannya di sambut disini.

Milan akan menjadi kota yang ingin mereka datangi lagi kelak.

Milan akan menjadi saksi untuk sesuatu hal yang tidak pernah kalian pikirkan.

“Here’s your drink.” Ucap seorang bartender yang selesai meracik minuman yang Jimin pesan

Dengan antusias ia mengambil gelas tersebut, meminumnya dengan perlahan guna menikmati setiap rasa dalam satu tegukan itu.

“Enak.” Ucap Jimin

Di tengah samarnya cahaya ruangan itu, Jimin tetap terlihat cantik di mata Yoongi.

Wajahnya yang mungil, kedua matanya yang berbinar, pipi cantik yang merona. Bahkan padangannya tidak bisa teralihkan dari lelaki kecil itu.

“Kenapa liatin saya terus Yoongi jelek.” Gumam Jimin

“I don’t know, how can you make me fall in love with you every day designer Park?” Ucapnya

Jimin hanya tersenyum menyadari betapa Yoongi mencintainya.

Berkali-kali ia menangkap tatapan itu, tatapan yang penuh ketulusan yang bahkan tidak bisa Jimin ragukan.

“Yoongi, you fell harder i mean too harder. Saya cuma takut ini bakalan nyakitin kamu nanti.” Ucapnya

Yoongi segera menggenggam kedua tangan itu untuk ia kecup.

“Kalau pun harus sakit, i don’t mind if it with you.” Ucap Yoongi

“Ah oke, kita kesini buat have fun bukan buat sedih-sedihan.” Yoongi menangkup wajah Jimin dengan kedua tangannya dan mencium lelaki itu dengan perlahan.

“Ih cium-cium terus! tuh di liatin orang.” Protes Jimin

Yoongi hanya tertawa melihat Jimin yang masih saja salah tingkah seperti pada saat pertama kali mereka berciuman saat itu.


Melihat Yoongi meneguk minumannya hanya dengan satu kali tarikan nafas

Membuat Jimin tidak mengedipkan matanya saat itu. Yoongi terlihat sangat seksi dengan kemeja putih yang di gulung hingga ke atas lengannya.

Dan tangan satunya terus berada diatas paha Jimin dengan posesif.

“Bisa gak minumnya biasa aja?!” Ucap Jimin

“Biasa aja? ya ini biasa aja kan saya minumnya sambil duduk bukan sambil tiduran.” Jawab Yoongi dengan ekspresi kebingungannya

“So ganteng.” Gumam Jimin

Yoongi tertawa kemudian menarik pinggul ramping Jimin dengan lengan kirinya, membuat lelaki itu duduk diatas pangkuannya.

“I’m yours designer Park.” Bisiknya kemudian satu kecupan di pipi Jimin

“O-okay…” Jawabnya

“Mau pulang ke seoul lusa? Ellie kemungkinan flight kesini besok.” Ucap Yoongi kemudian menghisap satu batang rokok yang berada di tangan kanannya.

“WHAT THE FUCK?!” Ucap Jimin tanpa sadar menaikan suaranya dan reflek berdiri dari pangkuan Yoongi

“Calm down babe.”

“Kita pulang besok aja Yoongi.” Ucapnya dengan sedikit marah dan Jimin kembali duduk diatas pangkuan lelaki itu.

Sekarang Yoongi paham bahwa emosi Jimin yang suka meledak itu hanya luapan dari rasa takut kehilangannya, Yoongi perlahan belajar untuk mengimbangi lelaki itu sekarang.

“Oke, first class for my pretty one.” Bisiknya

“Grazie, amore mio.” Bisik Jimin kemudian mengecup pipi Yoongi

Milan, italy. What happiness will you gave to them? oh i can’t wait to see it…

That Marked.


Tidak seperti semalam Jimin meneriaki Yoongi karena lelaki itu masuk tanpa permisi kedalam toilet saat ia sedang membersihkan diri.

Tapi malah kebalikannya kali ini ia malah mengajak Yoongi untuk mandi bersama

Menunggu lelaki itu di dalam bathup yang sudah di penuhi dengan busa nan harum menenangkan.

Yoongi bergabung dengan Jimin ke dalam bathup besar itu kemudian merendam butuhnya bersama

“Hei.” Ucapnya kemudian mengecup kening Jimin

“Yoongi jelek lama banget.” Gumamnya

“Iya maaf ya sayangku.”

Jimin hanya meliriknya malas

“Kita kan disini mau quality time, gimana hari ini kita jalan-jalan explore Milan?” Bujuknya

Tatapan itu seketika berubah menjadi tatapan antusias, jari-jarinya mengerat di sisi lengan sabg lebih tua.

“Mau!” Ucapnya

“I need inspirations for my new design hehe.”

Yoongi menatapnya dengan dalam, ia benar-benar jatuh di dalam tatapan itu

Bagaimana bisa mereka bersepakat untuk berpisah dahulu?

Ia benci bagaimana ia hampir kehilangan Jimin pada saat itu.

Rambut panjangnya, beberapa helai menutupi mata itu, bibir cantik yang selalu terlihat merona. Dan tidak lupa kulit putih nan cantik terbekas tanda merah yang ia buat tadi malam.

“I would never fall in love again i found you.”

“I found you, Designer Park.” Ucap Yoongi

“Hahahahahah gombal.” Ledek Jimin tetapi lihatlah malah dia yang tersipu.

“Kamu tuh ya, saya jadi gagal romantis kap gitu caranya.” Gumam Yoongi


Yoongi membantu Jimin untuk menggosok punggungnya dengan lembut, seakan Jimin adalah sesuatu yang mudah hancur.

“Cantik, sayangku cantik.” Yoongi terus memujinya tanpa henti

Dan pada saat ia berbalik menggosok pada bagian tulang selangka dan sekitar lehernya yang begitu banyak kissmark tertinggal disana.

“Your skin look so pretty with that marked.” Ucap Yoongi

“Look at this asshole!” Jimin menunjukan di sekitar dadanya yang memerah karena bekas gigitan dan pinggungnya yang sedikit memerah karena cengkraman tangannya tadi malam.

Yoongi hanya tertawa saat Jimin tiba-tiba berdiri di hadapannya

“Okay sorry babe.” Kemudian ia mencium sekitar pinggul Jimin

“Nanti sembuh kan udah di cium.” Ucapnya tapi sialnya Yoongi malah mencium kembali tepat di bagian bawah perut Jimin dan tentu saja membuat lelaki itu terkejut.

“YOONGI ORANG GILA!” Teriaknya

“Why? oh babe you’re so dirty.” Godanya

Dan Jimin kembali duduk di dalam bathup kemudian menggenggam kedua tangan Yoongi.

“Yoongi walaupun saya suka bilang kamu jelek, tapi kamu harus tau ini.” Jimin menjeda ucapannya

“Kamu harus tau kalo saya sayang banget sama kamu, sayang yang sampe mau nangis kalo saya bangun kamu gaada di samping saya. Sayang yang sampe gabisa di jelasin sama kata-kata.” Ucapnya kemudian netranya berkaca-kaca

“Sayang… sayang banget.”

Lihatlah hidungnya memerah, matanya berkaca-kaca. Jimin terlihat sangat menggemaskan ia seperti bayi.

Yoongi dengan cepat memeluk lelaki itu, membiarkannya merasa aman di dalam dekapannya.

“Saya lebih sayang kamu Jimin. When i say i would rather die than let you go. Saya beneran it’s not just a words Jimin.” Gumamnya

Let them heal each other, found their happiness, reach their goals, and living their best life. I’m begging

Italy, storm, hope and happiness.


Sudah mencoba semua cara untuk dapat tertidur tapi tetap saja tidak bisa.

Ia berdiri di depan jendela kaca dengan satu cangkir coklat panas yang ia buat setelah berkirim pesan dengan jungkook

Okay tidak seharusnya Jimin terpancing dengan hal yang terbilang remeh ini, bukankah itu adalah hak Yoongi untuk berbicara atau tidak.

Ia menarik nafasnya panjang, memutuskan untuk mengalahkan egonya kemudian meletakan cangkir coklat panasnya di meja dan menuju lantai atas untuk menghampiri Yoongi.

Membuka pintu itu secara perlahan, saat ia melihat Yoongi sedang tertidur pulas bahkan terlihat sangat lelah dan perasaan bersalahnya datang begitu saja.

Ia merangkak naik keatas tempat tidur, kemudian menarik selimut keatas tubuh Yoongi dan dirinya

Jimin memasukan satu tangannya pada dada Yoongi dengan posisi memeluknya dari belakang, memposisikan dagunya diatas bahu Yoongi dan kemudian berusaha tertidur.

“I love you Yoongi.” Bisiknya

Yoongi kemudian memutar tubuhnya untuk menghap Jimin dan memeluknya, menjadikan lelaki kecil itu dalam dekapannya.

“Kalo gabisa tidur sendirian, gausah gaya pake ngambek.” Ucap Yoongi dengan suara beratnya

Jimin hanya menyembunyikan wajahnya di dada Yoongi dan mencari posisinya nyamannya agar bisa cepat tertidur.


“Bisa gak kalo baju kotor nya langsung lempar aja ke keranjang!” Teriak Jimin saat melihat kekacauan yang Yoongi tinggalkan di kamar mereka

Piyama yang ia pakai semalam berserakan di lantai kamar, belum lagi baju-baju berantakan sisa packing untuk pergi hari ini.

“Gausah ngomel, baju-bajunya di tinggal aja ayo pergi sekarang.” Yoongi mencium pipi kiri Jimin kemudian menarik kopernya keluar untuk di masukan kedalam mobil


“Loh kok kamu yang anter? aku telepon kak namjoon semalem padahal.” Ucap Jimin terkejut bahwa Jiyeon yang mengantarnya ke bandara hari ini

“Kak Namjoon gabisa, tiba-tiba papi call ada meeting.” Jawabnya

“Jiyeon di belakang ada makanan, biar saya aja yang nyetir.” Ucap Yoongi setelah selesai meletakan koper kedalam bagasi mobilnya.

“Oke.” Jawab Jiyeon


Penerbangan akan mereka tempuh selama dua belas jam, Jimin yang hanya mengganggu Yoongi meneyelesaikan pekerjaannya dengan cara terus menekan-nekan keyboard laptop milik Yoongi.

“Babe bentar.” Ucapnya

“Gamauuuuuu.” Jimin terus menggangunya

Yoongi pun menyerah lau menutup laptop itu, lalu merentangan tangan kirinya untuk Jimin masuk kedalam pelukannya.

“Kenapa si gamau diem?” Tanyanya pelan

Jimin hanya menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu dengan nyaman.

“Mau di temenin nonton, kamu sibuk kerja terusss.” Gumamnya

“Iya ini di temenin sayang.”

Keduanya tertawa kecil menyaksikan film bergenre komedi romantis itu, dengan Jimin di pelukannya membuat penerbangan kali ini tidak terasa membosankan.

“What the first thing will we do in Milan babe?” Tanya Yoongi

“Jet ski!” Jawab Jimin dengan antusias

“Haha masa jet ski? kan kita mau bikin bayi kembar.” Goda Yoongi dengan tawa yang sedikit tertahan

“Oh shit here we go again.” Gumam Jimin

Welcome to Milan Italy, i hope you’ll have a beautiful memories in here. After the storm another hope and happiness may soon come true

The last roses, and new chapter.


Yoongi meletakan satu bucket mawar putih itu tepat diatas makam Jesslyn.

Tapi sore itu terlihat sangat cerah, beberapa burung merpati putih pun berterbangan dengan bebas.

Angin sejuk yang menyapu rambutnya terasa sangat menenangkan.

Hari ini Yoongi memutuskan untuk berpamitan dengan Jesslyn, perempuan cantik itu adalah mantan pacar Yoongi yang meninggal dua tahun lalu karena sakit.

Sudah berusaha dan berupaya apapun untul membantunya sembuh tapi semua hasilnya adalah tidak berhasil.

Mereka bertemu di paris pada saat Yoongi belajar memasak disana, bisa di bilang perempuan itu yang berhasil membuat Yoongi terbiasa dengan sosok seseorang yang selalu ada disisinya.

Jesslyn selalu menemani Yoongi yang berjuang dari awal, dan ia juga tau bagaimana perjuangan Yoongi untuk berada sampai sini.

Itu tidak mudah, memulai semuanya dari nol itu sangat sulit. Tapi Jesslyn selalu menyemangatinya.

Dan puncaknya saat itu Yoongi benar-benar hancur di tinggalkan oleh Jesslyn pergi untuk selama-lamanya.

Semua orang bahkan tidak berani membahas hal ini pada Yoongi karena tahu betapa terpukulnya lelaki itu saat di tinggalkan oleh Jesslyn.

Kecuali Seokjin yang selama dua tahun selalu menjadi tempat berkeluh kesah untuk Yoongi, mungkin jika ditanya ia akan hafal setiap detail cerita cinta Yoongi dengan Jesslyn.


“Jesslyn, saya disini.”

“Udah tiga bulan ya kamu ga saya tengok.”

“Saya malu, saya takut, saya juga merasa bersalah.”

“Jess…”

“Jesslyn, saya jatuh cinta lagi sama orang baru.”

“Rasanya… lebih bikin saya deg-degan. Lebih dari setiap kita tatap-tatapan.”

“Saya jahat ya?”

Yoongi terus bergumam dan menjatuhkan tatapanya kebawah.

“Jess, he make me feel safe, he can make me fallin in love again. Jess he is so kind.”

“Can i live happily with him?”

Entah ini air mata yang keberapa kembali menetes, dua tahun terberat berhasil ia lewati sampai akhirnya ia bisa jatuh cinta kembali.

Jatuh pada Jimin.

“Namanya Jimin, lucu ya? dari J lagi haha.” Yoongi tertawa

“Dia designer, dia sedikit lebih rewel dari kamu dan manjanya ngalahin kamu kali lagi sakit Jess.”

Tangisan berubah menjadi tawa, Yoongi mengeluarkan semua isi hatinya. Keluh kesahnya pada Jesslyn.

Hari yang sudah mulai semakin sore, ia memutuskan untuk langsung kembali ke apartmentnya.

Dan benar kata Seokjin

Sekarang ada Jimin yang akan memeluknya kapanpun itu.

Ada Jimin yang akan mencintainya

Ada Jimin yang akan menyayanginya

Jimin adalah rumah baginya sekarang.

“Jesslyn, saya pulang ya? ini mungkin mawar putih terakhir yang saya bawa buat kamu.” Gumamnya sebelum meninggalkan pemakaman itu.


Jimin tengah berada di ruang tengah, menonton kartun di sela-sela menyelesaikan pekerjaannya.

Laptop yang berada diatas pangkuannya segera Yoongi singkirkan dan di gantikan oleh kepalanya.

Ia menidurkan kepalanya diatas paha Jimin dan memejamkan matanya.

“Yoongi awas, saya lagi kerja.” Protesnya

Yoongi hanya diam

“Yoongi awas gak.”

“Saya pusing, mau kaya gini dulu sebentar.” Ucapnya dan menatap Jimin dari bawah.

Kedua mata memerah dan sedikit sembab, Jimin membiarkan Yoongi untuk tetap seperti itu.

Jari-jarinya menyisir lembut rambut suaminya itu

“Saya gatau apa yang bikin kamu kaya sampe kaya gini, tapi Yoongi saya berusaha jadi tempat ternyaman buat kamu pulang.” Ucap Jimin kemudian mengecup kening Yoongi dengan sayang.

“Pretty one. I love you.” Ucap Yoongi

Love can heal, if you find the right person.

He’s my husband.


Pagi ini dimulai dengan kerusuhan dari Yoongi yang telat bangun karena terlalu nyaman tidur dalam dekapan Jimin.

Ia lupa ada janji meeting pagi ini dengan semua karyawan di JW Marriott, tapi jam sudah menujukan pukul delapan.

Meski ia tidur di JW malam ini tapi tentu saja ia butuh bersiap-siap.

Jimin hanya menggerakan tubuhnya mencari posisi lebih nyaman dan menarik selimut tebal itu kembali.

Yoongi yang telah selesai bersiap-siap, dan kini memasangkan jam tangan di pergelangan tangannya lalu kemudian menghampiri Jimin.

Ia tinggalkan satu kecupan di dahi lelaki itu dan kemudian kembali bersiap.

“Babe, saya kayaknya udah telat buat turun ke bawah kamu kalo mau sarapan langsung ke resto aja ya.” Ucap Yoongi kemudian menutup pintu kamarnya.

“Hmm.” Lelaki itu hanya bergumam di bawah gulungan selimut tebalnya.


Jimin lupa bahwa hari ini ia harus kembali mengecek bajunya yang sedang dalam tahap pembuatan, baju itu akan di gunakan dalam peragaan busana dalam dua bulan.

Ia memutuskan untuk segera bangun dan mandi.

Entah kenapa semua yang berhubungan dengan Yoongi Jimin selalu menyukai itu, bahkan dari aroma sabunnya saja bisa membuat ia merasa benar-benar dalam pelukan lelaki itu.

Setelah kembali dari kamar mandi, Jimin memasuki tempat dimana baju-baju Yoongi disimpan.

Bebeberapa kemejanya tergantung dengan rapih di ruangan itu, ada juga sepatu dan jam tangan yang tertata disana.

Mengambil kemeja besar berwarna putih milik Yoongi dan kemudian memakainya, baju Yoongi selalu nyaman untuknya.

Ponselnya terus berdering saat ia sedang merapihkan beberapa barang-barangnya, itu adalah panggilan telepon dari Yoongi.

“Apaaa saya bar—”

“Babe, bisa turun ke lantai 8? tolong anterin laptop saya kesini ya di ruangan Jade.”

Ucap Yoongi dengan cepat dan terdengar sedikit samar-sama beberapa orang sedang berbicara.

“Tapi Yoongi saya gamau.” Gumam Jimin

“Hai chef Min”

“Ellie, udah sembuh? duduk sini samping gue.”

“Sora hai, ini di sebelah chef Min kosong kan?”

Jimin mendengar percakapan itu, Sora, Ellie dan riuh percakapan lainnya.

“Babe, hallo? gabisa ya kamu yaudah saya aja yang keatas kalo gitu.”_ Ucap Yoongi

Membayangkan Ellie yang terus-terusan menempeli Yoongi di bawah sedikitnya membuat emosi Jimin tersulut.

“Saya kebawah sekarang, kamu butu apalagi selain laptop?” Ucap Jimin

“Itu aja, nanti kamu ketuk aja pintunya ya. Thank you i love you babe.”

Jimin bagai bermandikan parfume saat itu, ia mengenakan kemeja putih dengan dua kancing yang tidak di pasangkam, celana hitam ketat dan chelsea boots nya yang mengkilap.

Rambut tertata rapih, tidak lupa olesan tipis lipgloss di bibirnya.


Setibanya di lantai delapan walau dengan degup jantung yang ia rasakan dua kali lebih cepat Jimin harus tetap menegakan bahunya dan juga dagunya.

Tidak, ia tidak bisa bersembunyi terus menerus seperti ini.

Benar kata Yoongi, semua orang harus tahu bahwa mereka sudah saling memiliki.

Menarik nafasnya panjang saat ia mengetuk pintu ruang meeting tersebut, dan kemudian suara yang ia kenali terdengar dari ruangan itu untuk mempersilahkan ia masuk.

“Masuk.” Ucapnya

Jimin mendorong pintu tersebut kemudian berjalan dengan tatapan yang terfokus pada Yoongi.

Laptop di lengan kanannya, dan tentu saja saat ia berjalan aroma parfum itu menguar begitu saja.

Dan ya semua orang yang berada di ruangan itu menoleh dan menatapnya.

Apa-apaan ini? Chef Min mengadakan technical meeting tapi mengundang seorang designer?

Jungkook, dan Seokjin tantu saja dengan ekspresi biasanya bahwa mereka menebak moment seperti ini pasti akan terjadi.

Begitu pula dengan Ellie yang baru duduk di sebelah Yoongi, menatapnya dengan sedikit sinis.

“Come here, babe.” Ucap Yoongi kemudian mengarahkan tangannya pada Jimin

Jimin segera menghampiri Yoongi yang sedang duduk di kursinya, dan tentu saja tangannya langsung di genggam erat oleh Yoongi.

“Ini laptopnya.” Ucap Jimin kemudian meletakan laptop itu diatas meja.

“Thank You babe.” Ucap Yoongi

“Designer Park Jimin?! Babe?!” Ucap Sora dengan wajah terkejutnya

Ya tentu saja semua orang di ruangan itu terkejut.

“Babe, haha he is my husband. Kenalin ini designer Park Jimin.”

Yoongi dengan sengaja mengeraskan sedikit suaranya, Jimin tersipu malu saat Yoongi memperkenalkan ia pada hampir seluruh inti dari karyawan yang bekerja di JW Marriott Hotel.

Yoongi benar-benar mengumumkan itu di depan semua orang dan kemudian mengecup punggung tangan Jimin.

Ellie yang sedang meminum tehnya tentu saja tersedak saat mendengar itu.

“Pelan-pelan minum tuh Ellie, yatuhan cantik-cantik tapi minum aja berantakan.” Gumam sora

“Ini ibu hamil sensian mulu deh sama Ellie, awas bu Sora anak ibu mirip sama Ellie.” Sambung Abel dan semua orang tertawa.

Sementara itu Ellie merasa benar-benar kesal, Min Yoongi membuatnya marah dan malu di depan banyak orang seperti ini.

Melihat Jimin duduk di sebelah Sora dan mengobrol layaknya orang yang sudah mengenal lama.

Begitu juga Seokjin dan Jungkook, Ellie merasa emosinya sedikit terpancing.

“… Chef Min bener-bener ya mash nikah diem-diem gitu.” Ucap Sora

Yoongi dan Jimin hanya tertawa sementara kedua tangan itu terus bertautan di bawah meja.

“Hubungan gak harus di publish, kecuali emang ada sesuatu yang coba buat masuk ke hubungan tersebut. Iya ga chef?” Sambung Mingyu.

“Iya, tumben otak kamu kerja.” Jawab Yoongi jahil

Jimin hanya tertawa, ia suka bagaimana cara semua orang menatapnya dan mengajaknya berbicara. Kecuali Ellie.

“Jimin, saya mau di elus perutnya boleh gak? aduh kamu lucu banget biar anak saya mirip kamu aja.” Rengek sora kemudian menunjukan bump kecilnya yang belum terlalu terlihat.

Ia melirik Yoongi saakan meminta izin untuk melakukan hal tersebut, dan Yoongi hanya menganggukan kepalanya.

Jimin mengarahkan telapak tangannya dengan hati-hati kepada perut Sora.

Ia mengelusnya dengan pelan

“Hallo…”

“Saya gatau kamu perempuan atau laki-laki, tapi mami kamu bilang kamu harus jadi anak lucu yaaa. Gak cuma lucu tapi harus jadi anak baik juga hehe sehat-sehat kamu disana sampe lahir.” Gumam Jimin pelan.

Haru, semua orang terharu dengan kalimat yang baru saja Jimin ucapkan.

Bagaimana ia bisa setulus itu?

Bagaimana Jimin bisa selembut itu?

Jimin dengan reflek memegang perutnya sendiri, rasanya benar-benar lucu ada benjolan bayi di perut Sora.

“Ah thank you designer park.” Sora mengarahkan kedua tangannya untuk memeluk Jimin.

Ya sesi meeting kali ini terasa lebih seru karena adanya Jimin bergabung dengan mereka.

Ellie yang hanya diam-diam menatapnya, setelah meeting itu selesai ia segera pergi tanpa pamit.

“The world needs to know who owns it. Designer Park is the owner.”

Let’s go babe!


Berjalan mengitara beberapa mobil yang ada di showroom tersebut, Yoongi tak lepas menggenggam tangan Jiminnya.

Tangan kecil itu tentu saja tenggelam dalam genggaman tangan besarnya.

“Yoongi ih kamu tuh malu saya di liatin terus.” Bisik Jimin

“Malu sama siapa kamu pake masker kaya gitu masih malu?” Goda Yoongi

“Maluuu ini tangan saya kenapa di pegangin terus.” Rengeknya

Sementara sales dari merk mobil tersebut terus berbicara tentang keunggulan mobil tersebut.

Yoongi mendengarkan penjelasanya dengan tangan Jimin di genggamannya, sekarang tidak hanya ia genggam tapi ida berikan kecupan berkali-kali pada tangan mungil itu.

Jika Jimin tidak menggunakan masker tentu saja pasti akan terlihat wajah meronanya karena ulah Yoongi.

“Babe, yang mana?” Tanya Yoongi kemudian melirik Jimin

Netranya memindai setiap mobil di ruangan itu, dan akhirnya mendapatkan satu buah mobil yang dapat mencuri perhatiannya.

“Sini.” Jimin menarik Yoongi dalam genggamannya menuju mobil tersebut.

“Ini, warna putih bagus body nya juga keliatan kokoh. Beli sekalian yang mahal dan bagus aja Yoongi.” Ucapnya.

Dan di iyakan oleh Yoongi, oh Yoongi bahkan bisa membeli sepuluh mobil sekaligus dalam hari ini jika di bandingkan dengan kekayaan yang ia miliki.

Semua surat dan adminitrasi di selesaikan dengan cepat, karena tempat ini adalah tempat biasa keluarga Yoongi membeli mobil.

Bisa terbilang Yoongi adalah tamu naratama disini, dan tentu saja di layani pertama.

“Baik Pak Yoongi, mobilnya mau diantar oleh pihak kami atau mau langsung di bawa saja sekarang? barang kali mau di pakai test drive.” Ucap seorang karyawan di showroom tersebut.

Yoongi dan Jimin hanya bertatapan, melirik satu sama lain.

“Saya mau nyetir mobil kamu.” Bisik Jimin yang mendekat pada Yoongi

“Oke, saya bawa mobil Ellie kamu bawa mobil saya.” Ucap Yoongi

Jimin benar-benar merasa bersemangat mengendarai mobil milik Yoongi kali ini.

“Langsung anterin ke tempat Ellie aja mobilnya Yoongi, nanti saya tunggu di mobil.” Jimin mengambil kuncil mobil Yoongi dari saku celana.

Sial rasanya seperti di gelitik, ketika tangan itu memasuki kantung celananya.


Mobil Mercedes-AMG G63 Berwarna hitam itu ternyata sangat cocok di kendarai oleh Jimin, bagaimana outfitnya hari ini yang menggunakan sebuah jaket, topi dan masker membuatnya terlihat sangat keren.

Yoongi mengawalnya dari belakang, membiarkan suami kecilnya itu mengendarai mobil kesayangannya.

Setibanya di kawasan apartment milik Ellie, Yoongi menyamakan posisinya dengan mobil yang di kendarai Jimin.

“Ikutin saya.” Kemudian mobil yang di kendarai Yoongi berbelok ke sebelah kanan.

Mereka tiba tepat di sebuah kawasan apartment mewah, ya tidak heran Ellie bisa tinggal di tempat seperti ini karena Jimin yakin bahwa bekerja di JW Marriott sebagai sales manager yang selalu membawa banyak tamu untuk hotel tersebut.

Dan sudah pasti Ellie mendapat bayaran yang sepadan.

Tapi tidak perduli dengan itu, Jimin bahkan memiliki Yoongi yang sudah jelas lelaki itu adalah pemilik hotel tersebut.

Setelah memarkirkan mobil untuk Ellie, Yoongi menghampiri Jimin dan menyuruh lelaki itu menurunkan kaca jendela mobilnya.

Lihat, wajah mungil dan cantiknya terlihat saat topi dan masker tersebut di lepas.

“Saya telepon Ellie dulu.” Ucap Yoongi

Tidak perduli, Jimin hanya memperhatikan setiap detail mobil milik Yoongi.

Sepertinya ia benar-benar jatuh cinta dengan mobil ini.

Yang ia dengar adalah Yoongi berbicara dengan Ellie di telepon bahwa ia sudah sampai di basement apartmentnya.

“Udah?” Tanya Jimin

“Udah sayang, dia lagi turun kesini.” Ucap Yoongi dengan licik mencuri satu ciuman di bibir Jimin.

“What the fuck Min Yoongi! ini di tempat umum dari tadi kamu cium-cium saya terus.” Marahnya

Semakin marah, Jimin justru semakin terlihat sangat menggemaskan.

Delapan menit berlalu, Sosok wanita menggunakan mini skirt dengan tongkat untuk membantunya berjalan keluar dari lift.

“Itu Ellie, haha dia kayaknya sengaja pake baju kaya gitu biar di liat kamu. Bye Yoongi saya mau tutup lagi kacanya.” Ucap Jimin dengan nada sedikit sarkas.

“Sebentar.” Yoongi menahan kaca tersebut kemudian ia mengecup kening Jimin.

“Saya kasihin mobilnya dulu ya, nanti kita langsung ke JW.”

Lagi-lagi Jimin memerah, ia salah tingkah oleh perlakuan Yoongi.

“Jangan peluk-peluk Ellie.” Rengeknya

“Iya ngga sayang, saya mending pelukin kamu lah.” Jawabnya

“Bisa aja kamu Yoongi jelek, cepetan ngobrolnya.”


Yoongi menghampiri Ellie dimana Jimin memperhatikan mereka berdua dari dalam mobil.

“Aduh Ellie cantik-cantik gitu, obsess banget sama Yoongi pake cari kesempatan pegang-pegang tangan Yoongi.” Gumam Jimin

Entah apa yang mereka bicarakan dalam sepuluh menit dan Yoongi memasuki kursi sebelah Jimin.

“Sini tangan kamu.” Jimin menariknya kemudian memberikan beberapa semprotan anti septik pada tangan Yoongi.

Yoongi hanya tertawa dan kemudian mengelapnya kembali dengan tisu basah yang ada di dalam mobilnya.

“Haha, udah bersih sayang.”

“Males banget pake pegang-pegang gitu.” Gumam Jimin

“Haha gausah marah, ayo ke JW kamu aja yang bawa mobilnya.”

Jimin melebarkan matanya, bahwa ini adalah pertama kalinya ia menyetir untuk Yoongi.

Sedikit gugup, tapi ia akan senang melakukan itu bahwa Yoongi percaya padanya.

“Udah boleh pegang tangannya?” Tanya Yoongi

“Hehe udah…”

Lagi-lagi kecupan-kecupan itu ia tinggalkan di punggung tangan Jimin, dan ya kalian semua tahu bahwa Yoongi akan selalu menciumi Jiminnya setiap hari.

Ia tidak bisa menahan itu.

“Let’s go babe!”

“Let’s go!”

Happiness looks perfect for both of them.

I’m Yours.


Setibanya di cafe tersebut Yoongi hanya menelepon Jimin untuk segera menghampirinya ke mobil.

Dan tidak lama lelaki itu muncul dengan dua gelas ice coffee di tangannya dan satu tas berisi barang-barang dan laptopnya

Tidak tega melihat Jimin kesusahan membuka pintu mobil walau sedikit kesal Yoongi tetap turun dan membukakan pintu untuk Jimin.

“Kita mau pulang kemana?” Tanya Jimin kemudian memberikan satu gelas kopi tersebut pada Yoongi

“Terserah maunya kemana.” Jawab Yoongi acuh

Bahkan lelaki itu sedari tadi belum menatap Jimin.

Yoongi tentu saja cemburu melihat Jimin yang merangkul Taehyung dengan cara seperti itu.

“Kalo saya gamau pulang gimana?” Ucap Jimin kemudian kembali melepaskan seatbeltnya.

“Yaudah maunya kemana.”

Jimin kemudian merangkak naik kepangkuan Yoongi, lelaki itu reflek menjauhkan gelas kopinya agar tidak tumpah.

“Kamu ngapain.” Ucap Yoongi dengan wajah yang begitu dekat dengan Jimin

“Mau duduk aja disini.” Ucapnya

“Ini masih sore, keliatan banyak orang dari kaca depan Jimin.” Kesal Yoongi

“Emang saya mau ngapain Yoongi? pikiran kamu aja yang kotor.”

Jimin menyapu rambut yang menutupi sekitar mata lelakinya, memperhatikan fitur tegas yang terukir pada wajah itu.

Wajah putih dan dingin yang sekarang bisa ia tatap sedekat itu tanpa perasaan takut lagi.

“Kamu kesel ya saya foto kaya gitu sama Taehyung?” Gumam Jimin

“Iya, kenapa harus kaya gitu?” Jawab Yoongi kemudian kedua tangannya melingkar di pinggul Jimin.

Jimin’s waist his favorite.

“Reflek aja itu tadi, gausah marah ya?” Jimin terus menatapnya

Tidak, wajah Jimin benar-benar terlihat sangat kecil di depannya seperti itu.

Dan tentu saja Yoongi tidak akan bisa marah padanya.

Iya menangkup wajah Jimin dengan kedua tangannya, kemudian mencium kening lelaki itu dengan lama.

“Ga marah, tapi lain kali jangan kaya gitu lagi ya?” Ucap Yoongi

Jimin mengangguk dan memeluk Yoongi dengan erat, menghirup dalam-dalam aroma parfum Yoongi yang selalu bisa membuatnya merasa lebih tenang.

Tentu saja afeksi-afeksi kecil dari Yoongi berupa elusan di punggungnya semakin membuatnya merasa nyaman.

“I love you, i love you Yoongi.” Bisik Jimin

“Hahaha kenapa manja banget kamu?” Goda Yoongi

Jimin semakin mengeratkan pelukannya, jujur terkadang Ellie selalu mengganggu pikirannya.

Ia takut bahwa Yoongi akan berhasil di rebut oleh wanita itu.

“Yoongi ayo ke italy.” Gumam Jimin

“Iya ayo, kita atur schedule dulu ya tapi sekarang kamu turun dulu saya mau nyetir ga keliatan.” Ucap Yoongi

“Boleh gak gini terus sampe apart.”

“Ya gak boleh sayangku.”

Yoongi memindahkan tubuh Jimin kembali ke kursi sebelahnya.

“Hehe Yoongi.”

“Iya sayangku.”

“Saya mau punya anak dua.” Ucap Jimin dengan polos

Yoongi yang sedang meminum kopinya tersedak karena mendengar ucapan Jimin.

Dan Jimin hanya tertawa puas melihat Yoongi terbatuk di sebelahnya.

Can we have a happy little family? please i’m begging.

Touched


Jimin kesal, Yoongi benar-benar sibuk dengan laptopnya menyusun beberapa menu yang akan ia perbaharui nantinya dan tentu saja mengabaikannya.

“You said want to cuddle but now you ignored me like this?” Gumam Jimin menatap kesal kearah lelaki itu.

“Iya sebentar sayang, dikit lagi selesai.” Yoongi mengambil tangan Jimin untuk ia genggam dan cium tanpa meliriknya sedikitpun.

Tapi Jimin menarik tangannya dengan cepat, dan memunggungi Yoongi.

Dan yang membuat Jimin lebih kesal kali ini Yoongi bahkan tidak berusaha menyimpan laptop itu atau sekedar membujuknya.

Lima menit berlalu, Jimin terus menarik selimut itu agar hanya menutupi dirinya.

Tidak perduli dengan Yoongi, ia hanya akan tidur malam ini dan jujur saja ia merasa sedikit lelah karena benar-benar beraktifitas di luar ruangan seharian penuh.

Tapi ia tidak menyesalinya karena Yoongi memperkenalkannya dengan Scout, seekor kuda jantan berwarna coklat yang begitu manja pada Yoongi.

“Babe.” Ucap Yoongi terdengar samar di telinga Jimin

Tidak perduli, Jimin ingin tidur.


Ia menyimpan laptop dan ponselnya ternyata ini sudah menunjukan pukul sebelas malam, tapi Yoongi tahu Jimin tidak tertidur

Lelaki itu sedang bermain ponsel di bawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya

Menggeserkan posisinya, Yoongi menarik selimut itu dan bergabung dengan Jimin.

Kemudian melingkarkan lengannya pada pinggul Jimin.

Merasa tersentak dan ia pun berusaha menjauhkan tangan Yoongi darinya

“Awas gak.” Ucap Jimin

“Gamau.” Jawabnya dan kemudian mendekap erat lelaki itu.

“Yoongi awas, saya mau tidur.” Jimin menghela nafasnya kasar kemudian meletakan ponselnya diatas meja dekat tempat tidurnya

“Sebentar, saya mau ngomong dulu.” Yoongi memposisikan dagunya berada diatas bahu Jimin.

Nafasnya, nafas itu membuatnya sedikit bergidik geli tapi Jimin berusaha mengalihkan pikiran kotornya.

“Let’s go to italy babe, event di JW bulan ini lumayan slow jadi kita bisa pergi honeymoon.” Bisik Yoongi

Honeymoon.

Membayangkannya saja Jimin kembali teringat malam itu, ia takut akan kembali terbangun dari tidurnya sendirian.

Tapi tubuhnya justru meresponnya berbeda.

“Hehe h-oneymoon…” Gumam Jimin pelan

“Iya honeymoon sayangku, atau sekalian kita cari rumah disana.” Ucapnya dan terus menciumi pipi gembul Jimin

Tubuhnya semakin menegang kala Yoongi memindahkan tangannya menjadi diatas paha Jimin.

Tangan itu terus bergerak turun naik, mengelusnya tapi lebih mengarah sensual.

Semakin naik, tangan besar itu terus mengarah pada area privasinya tapi dengan cepat Jimin segera merapatkan kedua kakinya.

“Babe.” Bisik Yoongi

“Yoongi”

“Sayang buka kakinya.”

Entah kenapa suara dominan milik Yoongi selalu membuat Jimin kalah, membuat Jimin selalu menunduk pada setiap perintah Yoongi.

Ia perlahan menurunkan kedua kakinya, dengan Yoongi terus mengelus-elus pahanya.

“Yoongi nghh— st”

“Apa sayang?”

“Jangan di sentuh jang—ah.” Desahan pelan itu berhasil lolos dan Jimin segera menutup mulutnya.

Dan Yoongi berhasil memasukan satu tangannya kedalam celana pendek milik Jimin

Menyentuh milik lelaki kecilnya itu dengan perlahan

“Oh babe, you’re so wet haha isn’t it a precum? Goda Yoongi

Tangannya terus bermain dibawah sana, Jimin tidak bisa menahan erangannya lihat ia bahkan tengah menggigit selimutnya sekarang.

Tangannya berhasil menahan tangan Yoongi yang terus menggodanya di bawah sana

“Udaaaah yaaa Yoongi, hu gaenak sama mama papa kamu.”

Tidak perduli Yoongi terus melanjutkan aktivitasnya dan Jimin meremas lengan besar itu dengan kencang.

“Moan, Jimin.”

“Moan my name pretty one, it’s okay.” Ucapnya

Jimin segera membalik tubuhnya dan menarik tengkuk leher Yoongi lalu mencium lelaki itu dengan sedikit teburu-buru guna menahan suara desahannya.

“Yoongi jus—t ah! one cum oo—khay.” Ucap Jimin terengah-engah.

Yoongi mencium Jimin dengan sama cepatnya, sementara tangannya sibuk memanjakan milik Jimin di bawah sana.

Oh shit, he cum just with hands?

“Ahh—h” Jimin menghela nafasnya lega

Dan Yoongi hanya tertawa melihatnya

“Yah celananya kotor, saya gaada baju lagi Yoongi sumpah kamu nyebelin banget masa saya tidur pake bathrobe lagi.” Gumam Jimin dengan masih terengah-engah

“Haha celananya di buka aja, gausah pake celana gapapa kan bajunya juga sampe paha.” Ucap Yoongi santai

Saat lelaki itu berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci tangannya Jimin melemparkan bantal pada Yoongi dengan kesal

“Haha sebentar nanti saya bantu bersihin.” Yoongi kembali berajalan kearah Jimin untuk memberikan satu kecupan di kening lelaki itu.

He trust you, he gave a whole his heart, please please please don’t break it.

Isn’t this a destiny?.


Jimin menuruni anak tangga itu untuk menuju ke lantai bawah, rupanya ia sudah mandi setelah sampai dari bandara tadi.

Lihat betapa menggemaskannya lelaki kecil itu, memakai celana pendek dan kaus kebesaran milik Yoongi dan membuatnya terlihat semakin kecil.

“Yeee makan!” Serunya kemudian menghampiri Yoongi lalu memeluk tubuh itu dari belakang.

Menghirup aroma parfum Yoongi itu menjadi hal favoritnya sekarang.

“Duduk, mau di suapin atau nggak?” Tanya Yoongi

Agaknya menjadi susah bergerak karena Jimin yang terus menempel di belakangnya, Yoongi menariknya menjadikan Jimin berada di pelukannya.

“Hehe mauuu, nanti saya suapin kamu gantian.” Gumam Jimin kemudian ia malah berjalan menuju ruang televisi dan duduk disana.

“Mau makan disini boleh gak Yoongi?” Tatapan itu, tatapan penuh binar tentu saja Yoongi akan luluh


“Enak.” Gumamnya saat menguyah makanan itu “Kenapa masakan kamu enak terus?”

“Ya buat apa saya sekolah masak bertahun-tahun kalo masakannya gaenak?” Jawabnya sambil tertawa

Jimin menatapnya dengan penuh kasih sayang, begitu juga Yoongi sungguh ketulusan benar-benar terlihat di mata bulat Jimin.

“Oh iya ya hehe, Yoongi mau denger cerita kamu sekolah masak di paris boleh?” Tanyanya lagi-lagi dengan mata yang penuh binar.

Jimin benar-benar terlihat seperti anak kecil yang sedang merayu untuk di dongengkan sebelum tidur.

“Boleh, tapi sebentar saya cuci piringnya dulu ya.”

Yoongi yang hampir berdiri tapi di tahan oleh Jimin itu akhirnya kembali duduk.

“Biar saya aja yang cuci piringnya, i will bring you a glasses of beer.” Ucap Jimin.

Setelah sekitar sepuluh menit Jimin kembali dengan dua gelas bir di tangannya dan kemudian Yoongi membantu untuk meletakannya di atas meja.

“Sini.” Ucap Yoongi kemudian menepuk pahanya agar Jimin menidurkan kepalanya disana.

Lelaki itu pun segera mencari posisi nyaman untuk mendengarkan semua cerita diatas pangkuan Yoongi-nya.

“Saya sekolah di paris ambil jurusan culinary selama empat tahun, i learned so many things during those four years.” Ucapnya

“Empat tahun?” Tanya Jimin antusias

“Iya empat tahun, saya ambil banyak part time disana mulai dari steward alias cuci piring, cook helper di salah satu hotel bintang lima, apply daily worker, jadi commis and ya i got so many things.”

Jimin hanya dia mendengarkan semua cerita masalalu suaminya itu.

“Semua uang hasil kerja selalu saya tabungin, sampe akhirnya papa percayain saya buat ambil posisi executive chef di Jw Marriot.” Ucapnya

Jimin mengarahkan jari-jari kecilnya pada pipi Yoongi dan mengelusnya dengan sayang.

“You did well, Executive Chef Min.” Ucapnya.

Yoongi tersenyum dan mengelus tangan Jimin yang masih berada diatas pipinya.

“Saya dateng ke paris tiga tahun lalu, waktu itu buat belajar modeling tapi saya lebih suka jadi designer ternyata.”

Afeksi itu, Jimin yang selalu luluh dengan setiap sentuhan-sentuhan yang Yoongi berikan padanya. Dan ya seperti sekarang ia mengelus pelan punggung Jimin.

“Terus, di paris itu lumayan banyak pencuri kan.” Ucap Jimin

“Iya, mereka tuh selalu incer orang yang baru aja dateng kesana.” Jawab Yoongi tertawa keras.

“Terus saya baru aja landing abis ambil koper dan mau beli kopi di airport, kamu tau? dompet saya hampir aja di curi.” Jimin terus bergumam kesal jika mengingat hal itu.

“HAHAHAHAHA KAMU?” Yoongi yang tidak bisa menahan tawanya membuat Jimin semakin kesal dan mencubitnya

“Aw! iya-iya maaf hahaha.” Ucapnya

“Tapi untungnya ada yang tolonhin saya waktu itu, cowok pake leather jaket sama topi and he wore a white mask.”

“… hm and his skin just like you.” Gumam Jimin.

“Wait, in december?” Tanya Yoongi

“Iya, kok kamu tau haha.”

“I thought it was me, kamu pake mantel hijau tua sama beret hat bukan?” Ucap Yoongi dengan sedikit tidak yakin

Jimin yang terkejut segera bangun dari pangkuan Yoongi dan menatapnya.

“Itu kamu?!”

“Iya, saya yang bantuin kamu kejar pencurinya dan akhirnya dompet kamu balik kan?”

“Damn…”

“Isn’t this a destiny?” Yoongi menatapnya kemudian menyelipkan rambut-rambut yang menghalangi wajah Jimin.

Kedua netra itu bertemu, debaran jantung yang sama cepatnya perlahan jarak itu mulai menyempit.

Yoongi kembali meletakan tangannya di pinggul Jimin, menarik lelaki mungil itu untuk duduk di pangkuannya.

Dengan perlahan ia menangkup wajah kecil itu, di kecupnya bibir merah nan cantik dengan lembut.

Tersenyum di kala menggoda satu sama lain, Yoongi rindu pada Jimin.

Hal yang benar-benar tidak pernah ia bayangkan, akan mencintai Jimin dengan sebegitu cepatnya.

Mencitai Jimin dengan sepenuh hatinya.

Dan takut akan kehilangan Jimin, lebih dari saat ia takut kehilangan kekasihnya dua tahun lalu.

Keduanya berciuman di tengah sunyinya malam tersebut.

Berciuman di tengah redupnya cahaya malam

Mereka akan menghabiskan malam ini dengan berciuman dan kemudian berpelukan sampai matahari menyapanya besok pagi.

Could that “heal each other” will work for them? i don’t know we just need wait for it.

Good morning, Husband.


Pagi itu Jimin bangun lebih dulu sementara Yoongi masih tertidur di pelukannya.

Lelaki itu benar-benar menempelinya sejak mereka berdua telah berbaikan

Membuka ponselnya dan memeriksa beberapa email pekerjaannya, setelah selesai ia kembali memeluk Yoongi dengan erat.

Tapi ponsel suaminya itu terus berdering terdengar seperti beberapa pesan masuk.

Check it Jimin, it’s okay he’s your husband.

Jimin yang terus berperang dengan pikirannya sendiri itu akhirnya kalah dan memeriksa ponsel Yoongi

Ia kemudian melihat ponsel itu yang layarnya masih menyala, benar saja menampilkan pesan dari Ellie.

Pesan yang ia pikir tidak pantas di kirimkan kepada seorang atasan jika mereka tidak memiliki hubungan.

“I miss you, i miss you.” Gumamnya kemudian tertawa

“Ellie, kamu kangenin suami saya yang udah jelas-jelas lagi bobo nyenyak di pelukan saya.” Ocehnya

Jimin menciumi pucuk kepala Yoongi berkali-kali hingga lelaki itu terbangun.

“Bangun Yoongi jelek, kita flight siang loh.” Ucapnya

Yoongi hanya mengusalkan kembali wajahnya pada dada Jimin, mencari posisi nyamannya dan ingin melanjutkan tidur.

“Yoongi ih geli.” Jimin berusaha memundurkan tubuhnya tapi berhasil di tahan oleh Yoongi

“Sebentar lagi…” Rengeknya

Jimin dengan cepat memeriksa suhu tubuh Yoongi apakah lelaki itu sakit atau tidak, sebab Yoongi benar-benar menjadi manja pagi ini.

Tapi tidak, suhu tubuhnya normal. Oh tentu saja dia hanya mengambil kesempatan pagi ini untuk berlama-lama berada di atas tempat tidur yang sama dengan Jiminnya.

Ia kembali kecupi dahi lelaki itu tapi kali ini berkali-kali dan cepat, hingga berhasil mengganggu Yoongi yang sedang tertidur dan akhirnya melepaskan pelukan itu.

Yoongi akhirnya terbangun kemudian mengubah posisinya menjadi duduk lalu di ikuti oleh Jimin.

“Good morning Mon bébé, my pretty husband.” Ucap Yoongi kemudian mengecup bibir Jimin dengan pelan.

Oh ayolah? ini masih sangat pagi berani-beraninya kedua insan itu bercumbu pada saat bangun tidur?

“Hehe Good morning, husband” Balas Jimin

They’re fallin in love.

Remember this “Love can be a heal, but love can be a poison too”