Do you like it Designer Park?
“Kamu pulang kemana?” Tanya Jimin sedikit penasaran.
Ia berharap Yoongi akan pulang ke apartment malam ini, ia benci merasa bergantung tapi Jimin tidak ingin sendirian malam ini.
“Ke JW, kenapa?” Jawab lelaki itu sambil mengendarai mobilnya.
Oh tidak, pupus sudah harapannya.
“Gapapa, nanti drop saya di lobby aja kamu gausah masuk.” Jawabnya singkat.
Yoongi hanya diam sedari tadi, Jimin kesal.
Kesal akan perasaanya yang mulai ingin bergantung dengan Yoongi.
Ia memaki dirinya sendiri.
“Gausah masuk basement Yoongi ke lobby aja.” Gumamnya
“Saya mau tidur di apartment aja, kalo ke JW udah kemaleman.” Ucapnya yang masih sibuk memarkirkan mobil tersebut.
Jimin ingin sekali berteriak, tentu saja ia sangat senang karena Yoongi akan menginap malam ini.
Yoongi berjalan lebih dulu dengan dua tas belanja milik Jimin yang berada di tangannya, berisikan tas dan kalung yang mereka beli tadi.
Menghentikan langkahnya lalu menunggu Jimin untuk segera menghampirinya.
“Lama banget kamu jalannnya, saya gendong mau?” Ucapnya
“Lagian mau ngapain si cepet-cepet.” Marah Jimin
Kemudian langkah kaki itu mendahului Yoongi hingga sampai di depan pintu unit mereka bedua.
“Kamar kamu udah saya bersihin, nanti kalo mau mandi terus ganti baju. Saya ada piyama baru juga pake aja.” Ucap Jimin kemudian mengambil paperbag itu di tangan Yoongi
“Jimin, wine for tonight?”
Lelaki itu menatapnya kemudian melemparkan jasnya ke sofa, kemeja putih tersebut di gulung hingga sampai ke atas lengan.
Entah setiap bagian tubuh Yoongi yang di lihatnya selalu membuat Jimin memerah saat itu juga.
“Hm boleh, tapi saya mau mandi dulu sebentar i smell like a pork belly.”
Keduanya tertawa karena kalimat itu.
“Oke, saya tunggu disini.” Ucapnya dan di iyakan oleh Jimin.
Sementara Yoongi menyiapkan cemilan untuk teman minum mereka malam ini, Jimin membersihkan diri lalu kemudian tidak lupa memilih lotion dan parfum dengan aroma lembut untuk di pakai malam ini.
Tidak, Jimin berdadan untuk dirinya sendiri bukan untuk Yoongi.
Tentu saja tidak lupa dengan lipbalm yang ia aplikasikan pada bibir merah mudanya.
Menuruni tangga, ia menenakan piyama satin berwarna hitam dengan gaya kimono yang tentu saja memperlihatkan lekuk pinggulnya yang begitu kecil.
Jimin itu cantik, tidak hanya wajahnya tapi juga tubuhnya.
Semua yang ada pada diri Jimin itu indah.
“Oh, so pretty.” Gumam Yoongi tanpa sadar.
Lelaki itu membuka kaca besar yang membatasi balkonnya langsung, membiarkan seluruh udara dinginnya malam itu masuk.
Sofa yang mengadap langsung ke balkon, lampu redup dengan terangnya cahaya bulan malam itu.
Dengan hiasan lilin diatas meja, dua botol wine, ada beberapa potong buah apel, melon, anggur, kacang-kacangan dan juga coklat untuk menemani mereka minum malam ini.
“Come here, Designer Park.” Ucap Yoongi kemudian menepuk sofa kosong di sebelahnya.
“Just call me Jimin, Chef Min.” Jimin menghampiri lelaki itu kemudian duduk di sebelahnya.
“Babe sound suits.” Goda Yoongi kemudian tertawa
Jimin menghentakkan kakinya marah, bukan marah ia hanya malu.
“Stop, panggil saya Jimin or i will ki—”
“Kiss?” Potong Yoongi
“Kill you Min Yoongi!”
Yoongi benar-benar kembali ke sifat menyebalkannya, menjengkelkan dan selalu menjahili Jimin.
Obrolan demi obrolan, bertukar cerita tentang hari ini, wine yang kian menyusut habis.
Yoongi kemudian mengeluarkan rokok elektriknya, aroma caramel dari liquid tersebut sungguh teramat manis.
Ini seperti aroma peremen caramel yang selalu Jimin beli pada saat ia masih kecil.
Sudah dalam keadaan setengah mabuk, lelaki kecil itu mentap Yoongi dengan penuh binar menghirup dalam-dalam aroma tersebut.
“Apaaa?” Tanya Yoongi dengan nada pelan dan lembut.
“Mau…” Gumam Jimin
“Mau apa?
“Mau itu…” Suaranya semakin pelan lalu kemudian jari-jari kecil itu menunjuk pada bibirnya.
Yoongi tertawa, oh Jimin rupanya ingin berciuman. Itu adalah apa yang Yoongi tangkap dari maksud Jimin lalu dengan perlahan ia mengecup bibir lelaki itu dalam beberapa detik.
Sampai Jimin mundur dan tidak merespon, kemudian menatapnya kesal.
“Saya mau rokoknya bodoh, kenapa kamu cium saya terus Yoongi jelek.” Jimin merebut rokok elektrik tersebut dari tangan Yoongi kemudian menghisapnya.
“Oh sorry…” Ucap Yoongi kemudian tertawa kecil.
Tangannya berupaya menarik pinggul Jimin agar menjadi lebih dekat padanya, tanpa memberontak lelaki itu hanya menurut saja saat Yoongi melingkarkan lengannya di belakang tubuhnya.
Memberikan gerakan mengelus lembut lelaki itu, sementara Jimin hanya menikmati nyamannya berada di pelukan Yoongi.
Jimin mengarahkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Yoongi.
Meniupkan asap rokok itu pada Yoongi, jari-jari kecilnya mengelus perlahan wajah Yoongi.
“Thank You for those gift, thank you for being nice to me. Husband” Ucap Jimin kemudian tersenyum.
Yoongi merasa buruk bahwa sejak awal ia selalu bersikap buruk pada Jimin.
Bahkan bisa di bilang ia menyakiti Jimin hanya dengan kata-katanya.
“You’re a good boy, i will try to loving you. Pelan-pelan ya Jimin.” Ucapnya.
Jimin yang sudah sepenuhnya mabuk malam itu, mengalungkan kedua tanganya pada leher Yoongi.
Lagi dan lagi malam itu keduanya kembali menyapa satu sama lain.
Kecupan-kecupan ringan, hingga hisapan perlahan pada bibir satu sama lain.
Kedua lidah yang bertautan, lengan besar itu berada di tekuk leher milik Jimin.
Seakan kehausan satu sama lain, ciuman malam ini lebih panas.
Yoongi perlahan menidurkan Jimin di sofa yang mereka duduki sedari tadi.
Dengan kedua lengan itu masih mengalung sempurna, dan posisi sekarang Yoongi mengukungnya.
Berada diatasnya.
Tidak hanya mengincar bibir lelaki itu, tapi ia juga mulai berani memberikan kecupan-kecupan kecil di leher Jimin.
Seakan semakin terbawa suasana Jimin mendongakan lehernya agar Yoongi lebih mudah menciuminya kembali.
“Yoongi…” Gumamnya
“Hngh— yoon” Gumam Jimin semakin gelisah saat ibu jari milik Yoongi terus memutari putingnya yang masih terbalut kimono satin tersebut.
“Do youlike it Designer Park?” Goda Yoongi dan semakin mempercepat putaran itu.
Ia bukan hanya senang menjahili Jimin dalam pesan singkat, tapi Yoongi tahu kelemahan baru Jimin sekarang. Tubuhnya benar-benar sesensitif itu jika di sentuh.
“Saya h— benci kamu yoo—” Suaranya terbata-bata
Jemari kaki itu menekuk menahan perasaan yang sangat asing bagi Jimin.
Ia terus menggesekkan kedua kakinya, Min Yoongi benar-benar membiarkannya menderita seperti itu.
Tapi ia ingin lebih, bolehkah ia mencoba? untuk pertama kalinya meski dalam keadaan tidak sadar karena di bawah pengaruh alkohol.
Yoongi perlahan menuruni sofa tersebut, kemudian mengangkat tubuh Jimin untuk di bawa ke kamarnya.
“Istirahat ya, i can’t do more besok opening butik kamu.”
Setelah menidurkan tubuh Jimin, dan kecupan terakhir di keningnya.
“Dimana piyamanya? saya mau mandi.” Ucap Yoongi setelah membenarkan selimut pada tubuh Jimin.
“Gausah mandi…” Rengek Jimin
“Yakali?”
“Disini ajaaaa ah Yoongi…”
Jimin terus merengek hingga akhirnya Yoongi mengalah dan berbaring di sampingnya, Jimin segera mendekatkan tubuhnya pada Yoongi dan memeluknya.
“Diem kamu jangan gerak-gerak terus Yoongi jelek.”
Yoongi hanya tertawa dan kemudian membiarkan Jimin bersembunyi di dadanya.
“Iya ini udah di peluk ya, kamunya tidur biar saya bisa mandi.” Bisik Yoongi.
Oh, it’s started. Who will broked first?