ymkissed

I love you, a lot.


Berajalan menyusuri jalanan kota paris sore itu mereka hanya habiskan dengan obrolan-obrolan ringan.

Mendatangi cafe-cafe cantik di paris.

Mencicipi setiap potongan roti baguette di kota itu.

Tidak lupa ice coffee jadi teman mereka sore itu.

Tentu saja makan malam yang tidak mereka lewatkan.

Memutuskan untuk kembali ke hotel, karena sudah terlalu lama berada di luar begitu juga rasa lelah yang mereka rasakan.

Yoongi merayu agar Jimin mau pindah di satu kamar yang sama dengannya.

Dan Jimin pun akhirnya menyetujui itu, karena tidak ingin membohongi dirinya bahwa ia juga merindukan Yoongi.

“Cape…” Keluhnya saat selesai memindahkan dua koper miliknya ke kamar yang Yoongi tempati

“Mandi dulu sayang.” Ucap Yoongi sambil melepaskan jam tangannya

Sayaaaaang

Sekarang panggilan itu akan menjadi favorit Jimin, setiap kali Yoongi mengucapkannya dengan pelan Jimin merasa begitu di sayangi.

“Aku mau cuci rambut, tapi kalo mau ke salon harus keluar lagi males.” Gumamnya

Yoongi menghampiri Jimin dan duduk di sisi sofa tersebut kemudian meletakan kepala Jimin diatas pahanya.

Jemarinya menyisir lembut kepala lelaki kecil itu, sementara Jimin menatapnya dari bawah.

“Apa!” Ucap Jimin

“Cantik, sayangku cantik.” Ibu jarinya mengelus-elus pelan pipi bulat Jimin.

“Hehe sayang.” Ucap Jimin pelan

Pujian-pujian yang Yoongi ucapkan mengingatkan Jimin pada malam itu.

Malam yang menjadi awal kesalahpahaman ini.

“Saya yang cuci rambut kamu.” Ucap Yoongi

“Gamau, kamu pasti aneh-aneh.” Jawab Jimin kesal

“Ngga, saya cuma bantu kamu cuci rambut aja janji.”

“Kamu bisa santai di bathup, nanti rambutnya saya yang cuci. I will never touch you if you don’t want and feel uncomfort with that.” Ucap Yoongi

“Janji?” Jimin menatapnya

“Janji sayangku.”

“Yaudah.”

Seketika Yoongi membawa tubuh kecil Jimin ke kamar mandi, selagi Jimin membuka seluruh bajunya dan air sudah siap ia dengan segera memasuki bathup.

Tidak ada rasa ingin menyentuh Jimin karena Yoongi tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman.

“Yoongi emang saya cantik?” Tanya Jimin

“You’re the prettiest.” Jawabnya dengan perlahan pijatan-pijatan di kulit kepala Jimin membuatnya mengantuk.

“Yoongi i love you.” Ucap Jimin

“I love you, a lot.” Jawabnya

“I swear i will never hurt you again Jimin.”

“Yoongi?” Panggilnya

Jimin menatap Yoongi dari bawah dan kedua tangannya menangkup wajah lelaki itu kemudian menariknya sedikit menjadi lebih rendah.

Dan kembali mempertemukan bibir keduanya, dengan posisi Jimin yang masih berada du bathup dan Yoongi yang mencuci rambutnya dari belakang.

Sesi mencuci rambut itu kini berubah menjadi sesi berciuman, menumpahkan rasa rindu satu sama lain.

Jimin.

Jiminnya tidak akan pernah ia lepaskan, dan tidak akan ada pengganti Jimin.

Sudah cukup Yoongi kehingan orang tersayangnya dua tahun lalu tapi tidak dengan Jimin.

Ini mungkin terdengar klise.

Jimin harus tetap bersamanya, selamanya.

“Jadi mau punya anak berapa?” Ucap Yoongi

Wajah Jimin memerah, Yoongi-nya yang menyebalkan telah kembali.

“Mau bikin paris, italy, seoul atau dubai?” Goda Yoongi kemudian tertawa

“YOOONGI JELEK DIEM GAK KAMU!” Teriak Jimin

Be “Happy” I hope it'll last a long time for both of you.

Who the fuck are you?


Cahaya hangat matahari pagi itu menembus masuk kedalam kamarnya.

Ini masih pukul tujuh pagi, sungguh kepalanya terasa sangat sakit dan berputar-putar karena efek alkohol tadi malam.

Merasa sesuatu melingkari perutnya di bawah selimut, membuatnya sedikit susah bergerak dan saat ia ingin mengubah posisinya tapi pelukan itu semakin erat.

Erat hingga tubuhnya semakin menempel.

Tapi Jimin terus berusaha untuk mengubah posisi tubuhnya dan berhasil.

Min Yoongi

Ternyata yang memeluknya itu adalah Yoongi, lelaki itu terlelap dan nampak lelah dari wajahnya.

Ia menatap wajah Yoongi dalam beberapa detik, memperhatikan bagaimana hembusan nafas yang beraturan.

Jari-jari mungilnya perlahan menyusuri sekitar tulang pipi milik Yoongi dan mengelusnya dengan sayang.

“Dasar bajingan, bisa-bisanya kamu peluk-peluk saya sekarang.” Gumam Jimin.

Ia kemudian bangun dan pergi keluar untuk ke kamarnya.


Yoongi ternyata terbangun tepat pada jam makan siang, tubuhnya benar-benar lelah karena selama satu minggu kebelakang ia harus pulang pergi ke hotel dan rumah sakit.

Terbangun dengan tidak ada Jimin disisinya membuatnya sedikit terkejut, oh tidak mungkin bukan Jimin meninggalkannya?

Tidak mungkin bahwa semalam hanya mimpi?

Yoongi segera membilas wajahnya dan mengganti baju kemudian keluar untuk menghampiri kamar Jimin yang berada di sebelah kamarnya.

Lima menit mengetuk pinta tak kunjung ada jawaban, begitu juga dengan panggilan dari telepon yang tidak di jawab oleh Jimin.

“Jimin, saya tau kamu di dalem.”

“Di buka dulu sebentar pintunya boleh?” Ucapnya dengan hati-hati.

“Sayangku.”

“Jimin…”

Tidak lama suara pintu terbuka dari dalam, menampilkan wajah datar Jimin yang menatapnya.

“Masih mau peluk, kenapa pindah?” Rengek Yoongi kemudian masuk ke kamar tersebut

“Siapa yang bolehin kamu peluk-peluk saya?” Ucap Jimin acuh

Yoongi hanya diam, ia siap untuk menerima apapun yang akan Jimij ucapkan kepadanya.

“Iya maaf.” Ucap Yoongi

“Duduk, jelasin semuanya ke saya.” Jimin dengan acuh sibuk menghabiskan croissant dan kopinya tanpa melirik Yoongi.

Ini bukan Yoongi yang biasanya menurut dengan orang lain bahkan termasuk pada ibu dan ayahnya jika tidak diancam dengan sesuatu.

“Iya, malam itu kamu marah dari Jw seharusnya saya ada meeting dengan dua group untu kerjaan sama Ellie, tapi saya pilih langsung susulin kamu ke butik.” Ucapnya

“Terus itu salah saya?” Potong Jimin

“Saya belum selesai ngomong.” Yoongi yang sedikit kesal karena Jimin terus mencecarnya.

“Jadi Ellie saya suruh buat meeting sendiri sampe malam, and we’re in be—”

“In bed, and you leave me haha.”

Jimin kembali memotong setiap kalimat-kalimat Yoongi.

“Okay, i’m sorry.” Ucap Yoongi

“Kenapa kamu malah tinggalin saya? at least pamit Yoongi, saya gaakan ngerasa kaya sampah kalo gitu caranya.” Ucap Jimin kembali dengan mata yang berkaca-kaca tapi ia memalingkan wajahnya.

Yoongi dengan cepat berdiri menghampiri Jimin kemudian menggenggam tangan lelaki itu.

“Kamu bukan sampah Jimin, bukan.”

“Liat aja Yoongi kamu lebih pilih Ellie daripada temenin saya tidur.” Gumam Jimin dengan bibir cemberut

“Ellie kecelakaan parah, saya orang terakhir yang di hubungi Ellie soal pekerjaan. Dan kalo saya pamit malam itu belum tentu kamu kasih izin pergi kan?” Yoongi berbicara dengan pelan agar Jimin tidak merasa bahwa ia membela dirinya.

“Siapa bilang saya gaakan kasih kamu izin? so tau.”

“Emang kamu bakalan kasih saya izin kalo saya bilang malam itu?”

“Enggak akan.”

Yoongi perlahan meletakan lengannya pada pinggang Jimin.

Lelaki itu tidak memberontak sepertinya ia sudah mulai luluh kembali.

“Kamu nikah aja sana sama Ellie.” Sarkas Jimin

“Gaada yang mau nikah sama Ellie, gausah kamu dengerin apa kata Jungkook.”

“Buat apa saya susulin kamu ke paris dan tinggalin kerjaan saya kalo ga sayang sama kamu? mending aja saya nikah sama Ellie.” Ucap Yoongi sedikit kesal.

Jimin memutar tubuhnya menghadap Yoongi dan menyentil dahi lelaki tersebut.

“Kalo ngomong jangan sembarangan” Marah Jimin

“Yaudah sana keluar, saya gamau deket-deket kamu dulu.” Jimin melepaskan tangan Yoongi yang berada di pinggangnya itu.

“Kamu emang ga kangen sama saya?” Goda Yoongi

“Enggak, saya juga gamau tidur sama kamu lagi.”

“Yah yaudah.” Ucap Yoongi kemudian kembali duduk di sofa itu

“Padahal cantik banget kalo lagi…”

Jimin memerah kala Yoongi terus menggodanya

“Yaudah saya gaakan sentuh kamu lagi, dari pada di cerain.”

Jimin dengan cepat duduk di pangkuan Yoongi, tidak perduli pada posisinya yang duduk tepat diatas milik suaminya itu.

“Shh babe.”

“Saya mau punya anak.” Bisik Jimin

Seketika tubuh Yoongi menegang, otaknya seketika berhenti memproses semuanya.

Jimin ingin memiliki anak, dan Yoongi tidak pernah membayangkan itu.

“Haha bercanda.” Godanya kemudian beranjak pergi ke kamar mandi lalu meninggalkan Yoongi yang masih terdiam di sofa.

Sorry, and let fix.


Jimin terus menari di tengah kerumunan orang, bernyanyi dengan sangat keras. Dan juga meminum alkoholnya tanpa henti.

Tentu saja malam ini ia akan mabuk dan tidak sadarkan diri, tapi Jimin tidak perduli itu.

Stefan adalah teman satu-satunya Jimin setelah Jef, dulu mereka bertiga selalu bersama kemana pun itu.

Sampai Jef menghancurkan hubungan baik mereka bertiga.

Jimin menghampiri Stefan dengan jalan yang terbilang kehilangan keseimbangannya.

Tertawa dengan segelas tequila di tangannya.

Jimin benar-benar memaksa dirinya meminum alkohol selama empat hari berturut-turut.

Lelaki itu kini menangis dan merancu tidak jelas di pundak stefan.

Kedua kalinya stefan melihat Jimin seperti ini.

“Jimin, wake up.” Ucapnya

“Jimin.”

“Ah shit, i should call his husband.” Gumam stefan

Ia menghubungi Yoongi menggunakan ponsel Jimin, suara antusias itu terdengar kecil dari ponsel.

“Min yoongi? can you pick him up?”

“Again, he drank too much and cry he call your fucking name.”

“Ok, on my way.”


Yoongi memasuki club itu setelah perjalanan dengan taxi selama dua puluh menit.

Gemerlapnya malam, aroma alkohol, nikotin, dan seruan semua orang yang berada disana.

Setelah mencari keberadaan Jimin nampaknya Stefan mengenalinya.

Lelaki itu melambaikan tangannya kearah Yoongi

Melihat Jimin dalam pengaruh alkohol dan berada di pelukan Stefan membuatnya sedikit kesal, tapi tidak saatnya.

Bukankah seharusnya ia berterima kasih pada Stefan karena Jimin aman berada dengannya?

“Hei.” Sapa stefan

“Hai, i will take him back to the hotel. Thank you stefan!” Ucap Yoongi mengambil alih Jimin.

Ia menggendong tubuh kecil itu dan mengalungkan kedua tangan Jimin di lehernya.

Berhasil keluar dan menaiki kembali taksi yang ia pesan tadi lalu kembali lagi ke hotel.

Seberapa banyak alkohol yang Jimin minum?

Apakah dia mencium orang lain hari ini?

Apakah jimin benar-benar sudah membencinya sekarang?

Yoongi rindu wajah mungil itu yang hampir tertutup dengan kedua tangannya.

Yoongi rindu dengan ekspresi kesal Jimin saat ia goda.

Yoongi rindu saat Jimin tiba-tiba menciumnya saat mabuk.

“Min yoongi bajingan…” Rengek Jimin dengan mata terpejam.

Yoongi hanya tersenyum, kemudian memeluknya erat dan memberikan ciuman di kening Jimin.

Sosok yang ia rindukan selama satu minggu kini kembali berada dalam pelukannya.


Taxi itu mengantarkan Yoongi kembali ke hotel, dan ia membawa tubuh itu dalam gendongannya menuju kamarnya.

Dan kemudian ia menidurkan Jimin dengan penuh hati-hati.

Melepaskan jaket yang Jimin kenakan, begitu juga dengan sepatunya agar Jimin bisa tertidur dengan lebih nyaman.

Memutuskan untuk mandi lebih dulu karena ia baru tiba di Paris hari ini bahkan belum sempat membongkar kopernya dan berganti pakaian.

Bayangkan saja penerbangan selama empat belas jam dan dia belum istirahat sama sekali.

Air hangat yang menguap dan mengalir, membasahi tubuhnya yang lelah dan membuat rileks semua otot-ototnya yang tegang.

Setidaknya ia harus membuat Jimin nyaman dalam pelukannya malam ini dan beristirahat dengan tenang.

Baru saja selesai memakai handuk pada tubuhnya suara ketukan pintu yang terdengar sangat keras dari luar kamar mandi.

Yoongi dengan cepat membukanya dan ternyata itu Jimin, ia menutup mulutnya dan berlari menuju closet.

Dengan sedikit panik Yoongi mengikutinya karena khawatir Jimin akan terpleset dan terjatuh dalam keadaan yang masih di bawah pengaruh alkohol.

“Jimin pelan-pelan.” Ucapnya

Jimin hanya memuntahkan semua isi perutnya ke dalam closet, rasa mual tidak tertahan karena alkohol yang baru saja ia minum tadi dalam keadaan perut kosong.

Yoongi membantu memijat tengkuk lelaki itu dengan pelan.

Menarik beberapa tisu kemudian membantu Jimin membersihkan sekitar mulutnya.

Setelah Merasa lebih lega karena mengeluarkan semuanya, Jimin kemudian menatap wajah Yoongi.

Lelaki yang hanya menggunakan handuk itu tengah berlutut di hadapannya.

“Kan udah saya bilang, saya gamau ketemu kamu dulu yoongi…” Rengeknya

Jimin benar-benar terlihat seperti anak kecil kali ini, anak kecil yang menangis karena kehilangan sesuatu.

“Shhh udah.” Ucap Yoongi kemudian menghapus air mata Jimin dengan jarinya.

Lelaki cantik itu hanya terisak pelan.

“Saya benci kamu, saya benci ellie, tapi saya lebih benci kamu.” Gumamnya dengan tatapan yang jatuh ke lantai.

Yoongi hanya diam dan membiarkan Jimin menangis.

Perlahan ia menggenggam jari-jari mungil itu, dan ia berikan kecupan berkali-kali

Oh Yoongi benar-benar jatuh cinta, dia ternyata jatuh lebih dalam daripada Jimin.

“Udah nangisnya?” Tanya Yoongi pelan

“Kita udahan aja ya Yoongi.”

“Saya gamau di tinggalin lagi, biar saya aja yang tinggalin kamu.” Ucapnya

Sungguh Jimin yang dalam keadaan setengah mabuk ini sangat menggemaskan.

“Saya gaakan ninggalin kamu begitu juga kamu gaakan ninggalin saya, Jimin.” Ucapnya

“Yoongi…”

“Kenapa ya jatuh cinta bikin kita jadi bodoh?”

“Saya pinter tapi kenapa pas jatuh cinta sama kamu jadi bodoh.”

Jimin terus merancu dengan omongan yang sedikit tidak masuk akal.

Yoongi menekan tombol flush pada closet itu.

“Saya minta maaf ya? iya saya salah banget malem itu sama kamu.”

“Seharusnya saya pamit, dan seminggu ini kita tetep baik-baik aja.”

“When i say i love you, i really loves you. Saya bener-bener bukan cuma incer tubuh kamu Jimin.” Ucap Yoongi

“You can call me bastard, tapi sa—”

“Stop defending yourself Min Yoongi.” Potong Jimin

Yoongi diam.

“Masa saya harus cerai dua kali…” Lelaki itu kembali menangis tapi kali ini tangisannya lebih kencang

Dengan cepat Yoongi memeluknya, wajah Jimin yang benar-benar langsung menempel dengan dada telanjang Yoongi bahkan bisa membuatnya mendengarkan detak jantung lelaki itu.

“Haha, let me be your last okay?”

“Sekarang masih mau kirim surat cerai buat saya?” Tanya Yoongi

Jimin menarik nafasnya pelan

“Honestly, gamau…” Gumamnya

“Makanya lain kali kalo lagi emosi jangan sembarangan ambil keputusan, apalagi pas kamu marah.”

“It will be the worst decisions for you.” Ucap Yoongi kemudian ia menciumi pucuk kepala Jimin dengan pelan.

Kemudian Jimin memundurkan tubuhnya menatap marah pada Yoongi.

“Saya masih marah sama kamu yoongi jelek!” Ucapnya dan kemudian berusaha berdiri berjalan dengan tidak seimbang menopang tubuhnya.

Yoongi hanya tertawa dan mengikuti Jimin dari belakang.

Ternyata lelaki itu kembali menunu tempat tidurnya dan memejamkan matanya.

Tentu saja Yoongi segera bergabung dan memeluk tubuh Jimin dari belakang.

“Jangan peluk-peluk!” Marahnya

Tapi bukan Yoongi jika tidak menjahilinya dan pelukan itu semakin erat.

“Pake baju dulu Yoongi JELEEEEEK.” Teriak Jimin

Akankah keduanya berhasil menjadi penyembuh satu sama lain?

Entah, yang terpenting malam ini Jimin berada di pelukannya dan amarahnya yang sudah mereda.

It’s hurts me, Yoongi.


Musik yang menulikan seluruh ruangan, cahaya lampu berwarna keunguan itu dan alkohol dimana-mana.

“Dance floor?” Tanya Stefan pada Jimin

Jimin yang telah selesai berkirim pesan pada Yoongi kemudian mengiyakan ajakan stefan untuk menati di lanta dansa.

Menari, dan meminum alkohol hendaknya melupakan lelaki yang slelau menggangu pikirannya malam ini Jimin hanya akan bersenang-senang.

Begitu juga Designer Jung Hoseok yang sedang menari dengan teman-temannya.

Dua jam berlalu, sekarang Jimin sudah kembali hotelnya dan memutuskan untuk mandi.

Malam ini sudah banyak alkohol yang ia minum tapi Jimin berhasil mengontrol dirinya sendiri untuk tidak mencium orang asing.

Karena jika Yoongi tahu, ia akan marah.

Ketika memasuki kamar mandi, membuka seluruh pakaiannya dan membiarkan tetesan air itu membasahi tubuhnya.

Sial, Jimin kembali teringat pada Yoongi dan menangis.

“Apakah benar yang ia lakukan sekarang?”

“Tidak apa-apakah jika ia memutuskan untuk berpisah?”

“Benarkah Yoongi akan meninggalkannya?”

Jika mereka berpisah apa Yoongi akan bahagia bersama Ellie sementara dirinya harus menahan rasa sakit sendirian?

Pertanyaan-pertanyaan itu seakan hampir membunuhnya.

Jimin tidak mau perpisahan menjadi akhir hubungannya untuk yang kedua kali.

Menjadi orang yang jatuh lebih dulu ternyata terlalu menyakitkan.

Jimin jatuh terlalu dalam.

Sementara ia masih belum mengetahui bagaimana perasaan Yoongi terhadapnya.


Sementara Yoongi sudah berada di airport menunggu keberangkatannya dalam beberapa jam lagi.

Ia berjanji akan membawa Jimin pulang kembali ke seoul.

Bukannya ia membuang-buang waktu untuk tetap diam dan mengabaikan Jimin di Paris.

Iya ia harus bertanggung jawab atas apa yag terjadi pada Ellie, bahwa ia menyuruh Ellie untuk menghandle meeting malam itu.

Dan terutama ancaman Jimin jika Yoongi benar-benar menyusulnya ke Paris ia akan menceraikannya.

Tapi tidak perduli sekarang Jimin akan mengirim surat cerai itu atau tidak, Yoongi hanya akan menyusulnya.

Mempertahankan semua ini, tidak perlu satu tahun untuk membuat keputusan tetap tinggal atau pergi.

Yoongi memutuskan untuk tetap tinggal dan Jimin tidak boleh pergi.

Empat belas jam penerbangan kali ini yang benar-benar akan tersa sangat panjang.

Ia hanya berharap saat sampai nanti ia masih bisa memeluk erat tubuh kecil itu.

You should pay this.


Yoongi mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit tempat dimana Ellie di rawat.

Ia sudah mempersiapkan dirinya dan tentu saja uang yang mungkin saja di butuhkan nantinya.

Iya Yoongi akan bertanggung jawab apapun yang di minta kedua orang tua Ellie

Memasuki ruangan vip tersebut, dimana Ellie sedang duduk dan bersandar pada ranjang rumah sakit.

Ia sedang menghabiskan makan siangnya dengan di bantu oleh sang ibu.

Tatapan marah itu seakan menusuknya tajam.

Dan tamparan tak terduga dari lelaki yang lebih tua darinya, itu adalah ayah Ellie.

“Kamu, bos macam apa suruh karyawannya overwork sampai tengah malam? Ellie kecelakaan karena dia nyetir sendirian dan seharusnya kamu pergi sama kamu!” Teriaknya

Yoongi hanya diam.

Suasana ruangan itu benar-benar tegang, seakan semuanya tidak bisa berkutik.

“Pah, udah aku gapapa.” Ucap Ellie.

“Udah apanya Ellie? kalo kamu lumpuh siapa yang mau Ellie?” Ucapnya

Diam, semua orang terdiam.

Ellie hanya bisa menangis di dalam pelukan sang ibu.

“Tanggung jawab Chef Min, oh Ceo Min Yoongi kamu harus nikahin Ellie anak saya.” Ucapnya dengan tatapan kesal.

“Om, tante, saya pasti tanggung jawab dan biayain Ellie sampai sembuh walaupun harus ke luar negeri.” Ucap Yoongi mentap lelaki itu.

“Tapi, tidak untuk menikahi Ellie.”

Ada kekecewaan di mata Ellie, dan tentu saja kemarahan yang semakin memuncak pada lelaki tua itu.

“Ellie, hubungi saya nanti kita beli mobil apapun yang kamu mau. Tapi saya gabisa nikahin kamu.”

“Saya sudah menikah, i have someone who loves me than his life.” Ucapnya kemudian tersenyum.

Yoongi pergi begitu saja dari ruangan itu.

Tidak, ia sudah benar-benar jatuh cinta dengan Jimin.

Dia tidak akan melepaskan lelaki itu.

Tidak perduli Jimin akan marah padanya nanti, Yoongi hanya akan terbang ke Paris secepatnya.


Sementara itu Jimin tengah asik menghadiri pesta setelah acara fashion week tersebut.

Menari, berdansa, alkohol, dan orang asing.

Masa bodo, ia hanya ingin melupakan Yoongi untuk malam ini.

Bahwa jika ia hanya diam di kamar hotel, bayangan Yoongi akan selalu memenuhi kepalanya.

Jimin rindu pelukan Yoongi

Jimin rindu ciuman Yoongi

Jimin rindu bagaimana cara Yoongi menggodanya.

Jimin rindu Yoonginya.

Tapi biarkan malam ini ia melupakan Yoongi untuk sementara, sebelum memutuskan untuk memaafkan lelaki itu.

Ponselnya terus berdering, itu Jungkook memanggilnya.

“Jangan telepon disini berisik.” Ucap Jimin

“Baca chat gue goblok!”

Jimin menyudahi panggilan itu dan membaca pesan dari Jungkook.

Kakinya seakan kehilangan kekuatan untuk berdiri.

Dia ingin kembali ke kamar hotel sekarang, hanya untuk menangis.

Jimin.


Yoongi berjalan dengan cepat ke ruang instalasi gawat darurat, menghampiri Ellie yang sedang di tangani oleh beberapa dokter.

Ia benci bau rumah sakit, ia benci karena membuatnya teringat dengan kejadian dua tahun lalu.

Yang ia lihat ada beberapa noda darah yang tertinggal di baju Ellie.

Setelah beberapa saat perempuan itu pun di pindahkan ke ruang rawat inap, hanya ada Yoongi disana yang menjaganya.

Ellie tertabrak saat ia akan pulang, Yoongi sempat melihat betapa hancurnya mobil yang Ellie gunakan malam itu.

Keadaannya bisa di bilang buruk, bahkan ia belum sadarkan diri sampai sekarang.

Jika saja Yoongi tidak lalai, jika saja Yoongi memerintah Ellie untuk pulang dan melanjutkan meeting besok semua ini tidak akan terjadi.


Ia meraba sakunya guna mencari dimana ia menyimpan ponselnya, di saku celana tidak ada oh mungkin tertinggal di mobil.

Yoongi segera berlari ke mobilnya dengan mencari ponselnya hingga ke pijakan kakinya tapi tidak ada.

“Shit, jangan bilang ketinggalan?” Yoongi mengepalkan tangannya dan memukul kursi mobil tersebut.

“Pulang Yoongi.” Gumamnya pada diri sendiri.

Yoongi kembali ke resepsionis menitip pesan pada perawat agar segera menghubunginya jika Ellie sudah siuman.

“Jimin, jimin…”

Yoongi harap Jimin masih tertidur sampai saat ia tiba di apartmentnya nanti

Yoongi harap Jimin masih di dalam gulungan selimut hangat yang pakaikan tadi

Sungguh bukan bermaksud untuk meninggalkan Jimin pada saat seperti itu, tapi Ellie di bawah tanggung jawab JW Marriott yang mengalami kecelakaan pada saat bekerja.

Menyetir dengan cepat, jalanan pagi ini begitu lenggang hingga Yoongi bisa menaikan kecepatan mengendaranya.

Dengan tergesa membuka pintu unit apartmentya, berharap macam-macam pikiran buruknya itu salah.

Perlahan membuka pintu kamarnya dan jam sudah menunjukkan pukul empat pagi.

Yoongi menghela nafasnya lega saat ia melihat tumpukan selimut itu masih dalam posisi seperti saat ia tinggalkan tadi malam.

Mendekat dan ingin memastikan bahwa itu adalah Jimin pada saat ia ingin naik dan menarik selimut itu ternyata hanya tumpukan bantal yang di buat menyerupai Jimin.

“Jimin, sayang?” Ucapnya

Yoongi berlari ke kamar mandi tapi Jimin tidak ada disana.

Yoongi menyingkirkan bantal-bantal itu dan ternyata ponselnya berada disana.

Saat ia membukanya dan langsung menampilkan catatan panggilan masuk dari Ellie.

Tidak, Jimin tidak mungkin memeriksa ponselnya dan pergi begitu saja.

“Jimin, ngga mungkin.” Gumam Yoongi kemudian menghampiri lemari milik Jimin.

Kosong.

Hanya tersisa beberapa baju saja, bahkan besarnya pun tidak ada.

“You’re so stupid Min Yoongi.” Gumamnya

Satu hal yang harus ia lakukan sekarang adalah, menghubungi Jimin.

Mencari tahu kemana lelaki kecil itu pergi dengan kesalahpahamanya.

Tidak, kali ini Yoongi benar-benar tidak akan membiarkan Jimin pergi darinya.

Bukan karena ia akhirnya berhubungan dengan Jimin, tapi ia menyadari bahwa ternyata dia benar-benar jatuh cinta pada Jimin.


Sementara lain Jimin sudah berada di airport sejak satu jam lalu.

Andai saja Yoongi pulang satu jam lebih awal mungkin mereka akan bertemu.

Tapi takdir berkata lain.

Jimin mengambil penerbangan pertama menuju paris pagi ini.

Dengan bekal kecewa dan sakit hati, ia akhirnya kembali ke kota cantik penuh kesedihan itu.

Kedua kalinya Jimin di tinggalkan.

Tapi kali ini Jimin memutuskan untuk meninggalkan daripada harus menjadi yang di tinggalkan.

“Seoul, see you until i see you.” Ucapnya dengan mata yang perlahan terpejam tapi tangisan yang tidak bisa ia tahan.

Mine.


Yoongi dengan cepat memasuki butik milik Jimin, rupanya orang tersebut sudah berganti pakaian menjadi lebih rapih sekarang.

Untungnya Yoongi juga mengenakan setelan rapih dari hotel.

“Saya bisa pergi sendiri Yoongi.” Ucapnya kemudian berjalan melewati Yoongi begitu saja.

“Saya anter kamu.” Ucapnya

Jimin terkejut saat Yoongi tiba-tiba menggandeng tangannya, membukakan pintu mobil hingga saat ia masuk pun dengan sigap tangannya menjaga agar kepala Jimin tidak terbentur dengan pintu.

Ini salah, tidak seharusnya Jimin menaruh perasaan untuk Yoongi.

Tidak seharusnya Jimin jatuh cinta secepat ini.

Selama perjalanan menuju tempat yang Jimin bilang itu di dalam mobil hanya hening.

Tidak ada salah satu dari keduanya memulai pembicaraan, entah Jimin yang terlalu sensitif hari ini atau Yoongi yang takut salah lagi jika berbicara.


Ini adalah acara makan malam dengan teman-teman Jimin di sebuah restoran mewah, Yoongi memutuskan untuk merokok di luar restoran.

Entah ia hanya tidak ingin mengganggu Jimin dengan teman-temannya.

“Jimin, Yoongi kenapa di luar ajak gabung aja kesini.” Ucap Hoseok

“Udah diajak, tapi dia gamau.” Jawab Jimin acuh

Menghabiskan waktu setengah jam untuk bergabung dengan teman-temannya tapi isi kepala Jimin hanya di penuhi dengan Yoongi.

Bukankah jika ada masalah seharusnya di bicarakan dan di selesaikan?

Bukan malah saling mendiamkan satu sama lain seperti ini.

Yoongi memperhatikan Jimin sedari tadi, banyak pasang mata memperhatikan lelaki kecilnya itu dengan tatapan penuh minat.

Sampai ada satu laki-laki bertubuh tinggi mendekati Jimin.

Yoongi masih memperhatikannya dari luar, hingga tangan lelaki itu melingkari pinggal kecil Jimin.

Oh seseorang tidak bisa sembarangan menyentuh Jimin, ia yang sekarang sudah menjadi suaminya pun belum berhasil menyentuh miliknya.

Ia memasuki restoran itu dengan langkah yang santai, hingga berdiri di samping Jimin.

Menepis lengan lelaki itu dari punggung miliknya.

“Excuse me, he is mine. Jangan di sentuh.” Ucap Yoongi kemudiaj tersenyum

Jimin itu miliknya.

Terkejut dengan perilaku Yoongi yang menjadi posesif, ia menarik pinggul Jimin hingga menempel dengan dirinya.

“Yoongi…” Gumam Jimin pelan.

“Let’s go home pretty one.”

Dengan tangan yang masih melingkari pinggul Jimin, Yoongi segera mengajak lelaki itu untuk keluar dan kembali ke mobilnya.

Jantungnya terus berdegup, ia senang setidaknya Yoongi mengakui dirinya di depan orang yang akan mengganggunya tadi.

“Yoongi kamu kenap— mhh”

Belum selesai dengan kalimatnya Yoongi melumat cepat dengan ciuman untuk membungkam Jimin.

Ciuman yang sedikit terburu-buru, itu menyebalkan.

“You’re mine, Designer Park You’re mine and no one can touch you. Only me.” Bisiknya kemudian kecupan terakhir di bibir Jimin.

Bathrobe almost on the floor.


Jimin mandi dengan air yang sudah disiapkan oleh Yoongi, dan merendam dirinya untuk beberapa saat.

Lelah di tubuhnya sedikit mereda dan ia memutuskan untuk menyelesaikan mandinya.

Yoongi rupanya lupa menyiapkan piyama untuk Jimin hingga membuat lelaki bertubuh kecil itu memasuki kamar hanya dengan menggunakan bathrobe.

Begitu juga dengan Yoongi yang belum mengganti pakaiannya, masih dengan bathrobe berwarna putihnya.

Sibuk di depan laptop.

Jimin sempat mematung untuk beberapa detik saat melihat Yoongi hanya mengenakan bathrobe tersebut, di tambah dengan kacamata yang ia bayangkan bagaimana jika Yoongi yang berada diatasnya menggunakan kacamata sialan itu.

“Jimin fokus.” Gumamnya

Ia memberanikan diri untuk mendekat pada Yoongi dan menanyakan dimana baju yang akan ia pakai nanti.

“Yoongi, bajunya?” Ucap Jimin

“Oh iya saya lupa, sebentar.” Yoongi berjalan menuju lemarinya di ruangan lain.

Rambut hitam yang masih basah itu membuatnya semakin terlihat seksi.

Jimin benci pikiran kotornya.


Suara pengering rambut itu memenuhi ruangan tersebut, setelah selesai Jimin mengambil gelas wine milik Yoongi di meja.

Guna untuk membuatnya cepat tertidur, mungkin satu atau dua teguk itu akan cukup dan ia berharap tidak akan membuat kekacauan malam ini.

Entah ini sebuah kode yang Yoongi berikan atau ia hanya memang menyukai lagu ini, entah Jimin tidak mengerti.

“Versace on the floor.”

Tanpa sadar Jimin ikut terlarut dengan musik itu, Yoongi menghampirinya lalu membuka balkon yang berada di kamarnya.

Udara dinginnya malam, angin yang berhembus begitu kencang menemani heningnya suasana itu.

Bolehkah Jimin menaruh perasaannya pada Yoongi?

Bisakah Yoongi di percaya untuk ia berikan hatinya?

“Yoongi, saya takut.” Ucapnya pelan

Yoongi hanya meliriknya bersiap untuk mendengarkan setiap keluh kesah dari lelaki kecilnya.

“Saya takut, if i try to falling in love again. Saya takut hancur lagi.”

“Saya takut…”

Suaranya hampir terisak.

“Jimin…”

“Dia bajingan, i give him all my heart maybe if i can i will give him my soul.” Tangisnya pecah saat itu juga.

Yoongi segera memeluknya dengan erat, membiarkan Jimin menangis dalam pelukannya.

Benar apa yang Jungkook katakan.

Dia rapuh, dia mudah hancur.

“Jangan nangis okay?” Ucapnya saat Jimin menegakkan wajahnya dan menatap sedih pada Yoongi.

Jimin takut jatuh cinta lagi, ini bahkan belum satu bulan ia menikah dengan Yoongi.

Wine yang masih tersisa di gelas itu ia habiskan dalam satu tegukan.

Bertatapan dalam beberapa detik, tubuh Jimin yang sedikit lebih pendek darinya membuat Yoongi dengan mudah mencium keningnya.

Kecupan di keningnya begitu pelan dan hati-hati.

“Jangan nangis lagi okay? let’s try heal each other Jimin.” Bisik Yoongi sebelum ia mencium bibir Jimin.

Entah ini ciuman yang entah keberapa kali mereka lakukan, tapi rasanya masih tetap sama.

Jimin yang mudah tersipu, Yoongi yang selalu mendominasi.

Dengan cepat ia mengangkat tubuh Jimin dalam gendongannya.

Berusaha membawa tubuh itu masuk dan menempatkannya diatas kasur dengan ciuman yang tidak terlepas.

Tangan satunya menyisir pelan rambut Yoongi, menyalurkan gairahnya dalam beberapa sentuhan itu.

Sementara tangan satunya lagi masih menggengam gelas wine tersebut.

Ikatan bathrobe Jimin yang secara tiba-tiba terbuka dan tidak ia sadari, tapi sepertinya mereka berdua masih menikmati posisi itu berciuman dalam gendongan Yoongi.

Sampai yang ia kenakan hampir terbuka setengahnya.

Siap tidak siap, sepertinya Yoongi berhasil membawa Jimin dalam suasana ini hingga lelaki itu tidak memberontak.

Ciuman itu semakin menjadi, kala Jimin memaksa untuk melepaskan ciumannya tapi Yoongi tidak membiarkannya.

Alunan musik itu terus menemani kegiatan keduanya.

Sampai Jimin ikut menyanyikan bagian lirik lagu tersebut di telinga Yoongi.

“Let’s just kiss till we’re naked, baby.”

Yoongi hanya tersenyum dan kembali mencium bibir Jimin, kedua mulut itu terbuka membiarkan satu sama lain merasakan kepuasanya masing-masing.

Dan Yoongi menidurkan tubuh Jimin dengan perlahan diatas kasurnya.

Ciumannya menuruni leher itu, di beri kecupan pada liontin yang menggantung pada leher Jimin.

Membuat lelaki itu terkekeh geli.

Jimin yang mulai berani menangkup wajah Yoongi, oh lihat kacamata itu apa yang Jimin bayangkan siang tadi akan kah terjadi malam ini?

Keduanya kembali berciuman saat Yoongi hampir melepaskan bathrobenya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

Itu Jungkook dan Seokjin.

“What the fuck!” Teriak Jungkook

“Jimin?????? Chef Min??!?”

Keempat orang itu sama-sama terkejut sampai akhirnya Seokjin menarik Jungkook keluar dari kamar itu.

“Sumpah, gue gatau kalo lo ternyata balik lagi ke JW yoongi sorry silahkan lanjut. Tolong jangan pecat kita.” Seokjin menarik Jungkook kemudian pergi menutup pintu.

“Jimin, Yoongi we need to talk!” Teriak Jungkook dari luar pintu.

Jimin yang sudah kepalang malu memilih menggulung dirinya kedalam selimut dan memunggungi Yoongi.

“Jimin?” Ucap Yoongi

“Jangan panggil, saya udah gapunya muka lagi gatau deh yatuhan saya malu.” Gumamnya

Yoongi hanya tertawa dan memakai kembali bathrobenya.

“Yaudah, mau lanjut atau mau tidur aja?” Tanyanya

“Saya mau tidur.” Jawab Jimin

Tanpa aba-aba lengan besar itu memeluknya erat dari belakang hingga Jimin kesulitan untuk bergerak.

“Have a good sleep, pretty one.” Bisiknya

Good luck!


“Oh so pretty…” Gumam Yoongi begitu ia melihat Jimin dengan sebuah kemeja dan dua kancingnya yang tidak dipasangkan.

Kalung cantik itu berkilauan diantara kulit tulang selangka Jimin.

Yoongi ingat bagaimana ia menciumi leher jenjang itu tadi malam.

“Yoongi?” Jimin menggerakan telapak tangannya di hadapan lelaki itu.

“Oh- Iya, need something designer park?” Tanyanya

“Kamu bengong mulu, ayo makan katanya mau anterin saya?” Ucap Jimin

Mereka berdua menghabiskan sarapan dengan tenang, sesekali Yoongi melirik Jimin di depannya.

Saat kalimat “manusia itu tidak ada yang sempurna” bagi Yoongi kalimat itu tidak berlaku untuk Jimin.

Dia sempurna, semua yang ada pada dirinya sempurna. Seperti dia di ciptakan dengan penuh ketelitian.


Lelaki itu terus mengarahkan cermin di dalam mobil tersebut pada kalung yang ia pakai.

“How do i look?” Jari kecilnya mengitari liontin yang menggantung diantara collarbonenya.

“Cantik.” Ucap Yoongi

Oh akhir-akhir ini Jimin sangat mudah tersipu karena Yoongi.

“Kalungnya cantik, saya suka pilihan kamu Yoongi.” Gumam Jimin malu-malu

“Lebih cantik kamu.” Ucapnya

Min Yoongi, he gave so many butterflies.

Jimin hanya bisa terdiam.

“Udah sampe, saya usahain balik lagi kesini sebelum acaranya selesai ya.” Yoongi melepaskan seatbeltnya dan keluar dari mobil itu

Jimin masih terus terdiam, berusaha memproses apa yang baru saja terjadi.

“Kamu kenapa diem aja? ini udah sampe.”

Bahkan pintunya di bukakan oleh Yoongi ia tidak menyadari itu.

“Yaudah, saya mau masuk dulu ya Yoongi.” Ucap Jimin

“Wait.”

Yoongi menahan tangan Jimin untuk berhenti berjalan, kemudian membenarkan beberapa helai rambut yang menghalangi mata cantik Jimin.

Kemudian ia peluk, pelukan erat dan tepukan pelan di punggung lelaki itu dan tak lupa ia membisikan sesuatu untuk menyemangati suami kecilnya itu.

“Goodluck Designer Park, do whatever you want i will try to always with you.”

“I will always support you.” Bisiknya

“Yoongi, saya mau nangis boleh gak?” Gumam Jimin dalam pelukan Yoongi

“Jangan nangis, nanti jelek.” Ledek lelaki itu dan keduanya pun tertawa.

“Hati-hati Yoongi.” Ucapnya sebelum lelaki itu pergi dari depan butiknya.

Seseorang yang pernah berucap untuk tidak akan pernah jatuh cinta lagi.

Seseorang yang pernah begitu tertutup, sepertinya akan segera terbuka kembali.

“I fall, i hope it will never hurt me.” Gumamnya.

Do you like it Designer Park?


“Kamu pulang kemana?” Tanya Jimin sedikit penasaran.

Ia berharap Yoongi akan pulang ke apartment malam ini, ia benci merasa bergantung tapi Jimin tidak ingin sendirian malam ini.

“Ke JW, kenapa?” Jawab lelaki itu sambil mengendarai mobilnya.

Oh tidak, pupus sudah harapannya.

“Gapapa, nanti drop saya di lobby aja kamu gausah masuk.” Jawabnya singkat.

Yoongi hanya diam sedari tadi, Jimin kesal.

Kesal akan perasaanya yang mulai ingin bergantung dengan Yoongi.

Ia memaki dirinya sendiri.


“Gausah masuk basement Yoongi ke lobby aja.” Gumamnya

“Saya mau tidur di apartment aja, kalo ke JW udah kemaleman.” Ucapnya yang masih sibuk memarkirkan mobil tersebut.

Jimin ingin sekali berteriak, tentu saja ia sangat senang karena Yoongi akan menginap malam ini.

Yoongi berjalan lebih dulu dengan dua tas belanja milik Jimin yang berada di tangannya, berisikan tas dan kalung yang mereka beli tadi.

Menghentikan langkahnya lalu menunggu Jimin untuk segera menghampirinya.

“Lama banget kamu jalannnya, saya gendong mau?” Ucapnya

“Lagian mau ngapain si cepet-cepet.” Marah Jimin

Kemudian langkah kaki itu mendahului Yoongi hingga sampai di depan pintu unit mereka bedua.

“Kamar kamu udah saya bersihin, nanti kalo mau mandi terus ganti baju. Saya ada piyama baru juga pake aja.” Ucap Jimin kemudian mengambil paperbag itu di tangan Yoongi

“Jimin, wine for tonight?”

Lelaki itu menatapnya kemudian melemparkan jasnya ke sofa, kemeja putih tersebut di gulung hingga sampai ke atas lengan.

Entah setiap bagian tubuh Yoongi yang di lihatnya selalu membuat Jimin memerah saat itu juga.

“Hm boleh, tapi saya mau mandi dulu sebentar i smell like a pork belly.”

Keduanya tertawa karena kalimat itu.

“Oke, saya tunggu disini.” Ucapnya dan di iyakan oleh Jimin.

Sementara Yoongi menyiapkan cemilan untuk teman minum mereka malam ini, Jimin membersihkan diri lalu kemudian tidak lupa memilih lotion dan parfum dengan aroma lembut untuk di pakai malam ini.

Tidak, Jimin berdadan untuk dirinya sendiri bukan untuk Yoongi.

Tentu saja tidak lupa dengan lipbalm yang ia aplikasikan pada bibir merah mudanya.

Menuruni tangga, ia menenakan piyama satin berwarna hitam dengan gaya kimono yang tentu saja memperlihatkan lekuk pinggulnya yang begitu kecil.

Jimin itu cantik, tidak hanya wajahnya tapi juga tubuhnya.

Semua yang ada pada diri Jimin itu indah.

“Oh, so pretty.” Gumam Yoongi tanpa sadar.

Lelaki itu membuka kaca besar yang membatasi balkonnya langsung, membiarkan seluruh udara dinginnya malam itu masuk.

Sofa yang mengadap langsung ke balkon, lampu redup dengan terangnya cahaya bulan malam itu.

Dengan hiasan lilin diatas meja, dua botol wine, ada beberapa potong buah apel, melon, anggur, kacang-kacangan dan juga coklat untuk menemani mereka minum malam ini.

“Come here, Designer Park.” Ucap Yoongi kemudian menepuk sofa kosong di sebelahnya.

“Just call me Jimin, Chef Min.” Jimin menghampiri lelaki itu kemudian duduk di sebelahnya.

“Babe sound suits.” Goda Yoongi kemudian tertawa

Jimin menghentakkan kakinya marah, bukan marah ia hanya malu.

“Stop, panggil saya Jimin or i will ki—”

“Kiss?” Potong Yoongi

“Kill you Min Yoongi!”

Yoongi benar-benar kembali ke sifat menyebalkannya, menjengkelkan dan selalu menjahili Jimin.

Obrolan demi obrolan, bertukar cerita tentang hari ini, wine yang kian menyusut habis.

Yoongi kemudian mengeluarkan rokok elektriknya, aroma caramel dari liquid tersebut sungguh teramat manis.

Ini seperti aroma peremen caramel yang selalu Jimin beli pada saat ia masih kecil.

Sudah dalam keadaan setengah mabuk, lelaki kecil itu mentap Yoongi dengan penuh binar menghirup dalam-dalam aroma tersebut.

“Apaaa?” Tanya Yoongi dengan nada pelan dan lembut.

“Mau…” Gumam Jimin

“Mau apa?

“Mau itu…” Suaranya semakin pelan lalu kemudian jari-jari kecil itu menunjuk pada bibirnya.

Yoongi tertawa, oh Jimin rupanya ingin berciuman. Itu adalah apa yang Yoongi tangkap dari maksud Jimin lalu dengan perlahan ia mengecup bibir lelaki itu dalam beberapa detik.

Sampai Jimin mundur dan tidak merespon, kemudian menatapnya kesal.

“Saya mau rokoknya bodoh, kenapa kamu cium saya terus Yoongi jelek.” Jimin merebut rokok elektrik tersebut dari tangan Yoongi kemudian menghisapnya.

“Oh sorry…” Ucap Yoongi kemudian tertawa kecil.

Tangannya berupaya menarik pinggul Jimin agar menjadi lebih dekat padanya, tanpa memberontak lelaki itu hanya menurut saja saat Yoongi melingkarkan lengannya di belakang tubuhnya.

Memberikan gerakan mengelus lembut lelaki itu, sementara Jimin hanya menikmati nyamannya berada di pelukan Yoongi.


Jimin mengarahkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Yoongi.

Meniupkan asap rokok itu pada Yoongi, jari-jari kecilnya mengelus perlahan wajah Yoongi.

“Thank You for those gift, thank you for being nice to me. Husband” Ucap Jimin kemudian tersenyum.

Yoongi merasa buruk bahwa sejak awal ia selalu bersikap buruk pada Jimin.

Bahkan bisa di bilang ia menyakiti Jimin hanya dengan kata-katanya.

“You’re a good boy, i will try to loving you. Pelan-pelan ya Jimin.” Ucapnya.

Jimin yang sudah sepenuhnya mabuk malam itu, mengalungkan kedua tanganya pada leher Yoongi.

Lagi dan lagi malam itu keduanya kembali menyapa satu sama lain.

Kecupan-kecupan ringan, hingga hisapan perlahan pada bibir satu sama lain.

Kedua lidah yang bertautan, lengan besar itu berada di tekuk leher milik Jimin.

Seakan kehausan satu sama lain, ciuman malam ini lebih panas.

Yoongi perlahan menidurkan Jimin di sofa yang mereka duduki sedari tadi.

Dengan kedua lengan itu masih mengalung sempurna, dan posisi sekarang Yoongi mengukungnya.

Berada diatasnya.

Tidak hanya mengincar bibir lelaki itu, tapi ia juga mulai berani memberikan kecupan-kecupan kecil di leher Jimin.

Seakan semakin terbawa suasana Jimin mendongakan lehernya agar Yoongi lebih mudah menciuminya kembali.

“Yoongi…” Gumamnya

“Hngh— yoon” Gumam Jimin semakin gelisah saat ibu jari milik Yoongi terus memutari putingnya yang masih terbalut kimono satin tersebut.

“Do youlike it Designer Park?” Goda Yoongi dan semakin mempercepat putaran itu.

Ia bukan hanya senang menjahili Jimin dalam pesan singkat, tapi Yoongi tahu kelemahan baru Jimin sekarang. Tubuhnya benar-benar sesensitif itu jika di sentuh.

“Saya h— benci kamu yoo—” Suaranya terbata-bata

Jemari kaki itu menekuk menahan perasaan yang sangat asing bagi Jimin.

Ia terus menggesekkan kedua kakinya, Min Yoongi benar-benar membiarkannya menderita seperti itu.

Tapi ia ingin lebih, bolehkah ia mencoba? untuk pertama kalinya meski dalam keadaan tidak sadar karena di bawah pengaruh alkohol.

Yoongi perlahan menuruni sofa tersebut, kemudian mengangkat tubuh Jimin untuk di bawa ke kamarnya.

“Istirahat ya, i can’t do more besok opening butik kamu.”

Setelah menidurkan tubuh Jimin, dan kecupan terakhir di keningnya.

“Dimana piyamanya? saya mau mandi.” Ucap Yoongi setelah membenarkan selimut pada tubuh Jimin.

“Gausah mandi…” Rengek Jimin

“Yakali?”

“Disini ajaaaa ah Yoongi…”

Jimin terus merengek hingga akhirnya Yoongi mengalah dan berbaring di sampingnya, Jimin segera mendekatkan tubuhnya pada Yoongi dan memeluknya.

“Diem kamu jangan gerak-gerak terus Yoongi jelek.”

Yoongi hanya tertawa dan kemudian membiarkan Jimin bersembunyi di dadanya.

“Iya ini udah di peluk ya, kamunya tidur biar saya bisa mandi.” Bisik Yoongi.

Oh, it’s started. Who will broked first?