ymkissed

Have a good sleep.


Tanpa membuka hadiah-hadiah tersebut Jimin langsung memasukannya kedalam bagasi mobil.

Pekerjaannya ternyata selesai hampir menjelang malam, dan pesannya pada Yoongi tak kunjung dibalas.

Sehingga ia berinisiatif untuk mengirim pesan pada Jungkook bertanya tentang bagaimana situasi di JW Marriott sekarang.

Tidak, ini bukan rindu. Ia hanya khawatir pada Yoongi yang dalam keadaan sakit masih harus bekerja.

Masa bodo, ia mengarahkan mobilnya ke Hotel untuk mengecek keadaan Yoongi.

Dan juga sedikitnya ia terganggu dengan pikirannya yang terus membayangkan Yoongi sedang berduaan dengan Ellie yang ia sebut sebagai seorang Sales Manager tersebut.


Saat tiba di lobby, kebetulan sekali ia berpapasan langsung dengan Kim Seokjin yaitu kepala Front Office di JW Marriott dan sekaligus teman terdekat Min Yoongi.

“Jimin hi!” Sapanya

“Halo, kak Seokjin…”

Seperti sudah berteman lama mereka mengobrol dengan santai di sofa yang tersedia di lobby tersebut.

“Kak, Yoongi dimana?” Bisik Jimin

“Yoongi tuh tadi abis urgent meeting sama teamnya, tapi kayaknya sekarang udah di kamarnya deh.” Jawab Seokjin

“Oh gitu, aku mau keatas boleh?” Tanyanya pelan

“Boleh, tunggu sebentar.” Seokjin pergi ke mejanya dan mengambil sebuah kartu.

“Ini pake lift yang khusus buat ke lounge ya, cuma itu yang bisa sampe ke lantai kamar Yoongi.” Ucap Seokjin

Jimin benar-benar merasa spesial, ia di perlakukan sebegitu baiknya oleh rekan Yoongi hingga di antar ke depan pintu lift.

“Oke thank you kak.”

“Bye!!”


Tentu saja kartu itu bisa membuka kunci pintu kamar Yoongi.

Karena sudah mengetuk pintu tapi tak kunjung ada jawaban ia memutuskan untuk langsung masuk saja.

“Yoongi?” Panggil Jimin pelan.

Ruangan ini begitu redup dan dingin, karena pendingin udara di nyalakan dengan suhu yang begitu rendah.

Ternyata Yoongi sudah kembali berganti baju dengan kaus yang ia kenakan dari apartment tadi siang.

Lelaki itu tertidur dengan pulas, ada beberapa sisa makanan dan bungkus obat yang sepertinya sudah ia minum.

“Jelek.” Jimin bergumam seraya telapak tangannya mengelus lembut kepala Yoongi

Sementara lelaki itu hanya mengerang.

“Jelek cepet sembuh yaaa…”

“Kamu kalo sakit terus manja jadi lucu…”

“Tapi kamu mending sehat aja terus jailin saya lagi gapapa yoongi.”

Jimin terus mengoceh sendirian, ia memang pengecut.

Berani mengatakan hal seperti ini hanya pada saat Yoongi tertidur.

“Kamu bobo disini aja ya, saya mau pulang.”

“Have a good sleep, jeleek get well soon.” Gumam Jimin dengan sedikit nada sedih yang terdengar dari suaranya.

Elusan terakhir yang ia berikan, dan tidak lupa membenarkan selimut untuk menutupi seluruh tubuh Yoongi sebelum ia pergi kembali ke aparmentnya.

Oh he’s fell first, i hope he will be okay.

Jangan marah ya?.


Ketika suara kunci pintu terbuka Yoongi seketika mengarahkan pandangannya pada Jimin.

Sementara lelaki itu hanya meliriknya dengan malas, seakaan tidak perduli padahal ia tidak tega melihat Yoongi dalam keadaan pucat pasi seperti itu.

“Jimin” Panggilnya

Tanpa menghiraukan itu ia segera melewati Yoongi yang masih berdiri di depannya.

“Saya mau pergi, minta Ellie hati-hati nyetirnya.” Ucapnya

Jimin menuruni tangga ke lantai bawah dan diikuti oleh Yoongi, sampai mereka berdua berada di dalam lift untuk menuju basement Yoongi masih mengikutinya.

“Mau ngapain ikutin saya?” Tanya Jimin

“Saya gajadi di jemput Ellie, sini kuncinya biar saya yang nyetir.” Yoongi meraih kunci mobil itu yang berada di tangan Jimin.

Helaan nafas kesal, sepenting apakah pekerjaan itu hingga ia mengabaikan keadaannya yang sedang sakit seperti sekarang.

“Egois.” Gumam Jimin

“Biar saya yang nyetir kamu aja, nanti kalo udah di jw saya bangunin kamu.” Jimin membuka pintu mobilnya dan membiarkan Yoongi duduk di kursi sebelahnya.

“Thank you, Designer Park.” Ucap Yoongi kemudian mengacak-acak rambut Jimin dengan lembut.

Jimin hanya diam membeku, Min Yoongi benar-benar tidak tahu Jimin itu lemah akan sentuhan.

Lemah akan afeksi kasih sayang, ia mudah tersentuh.


Selama perjalanan benar saja Yoongi hanya tertidur dan sesekali Jimin menyentuh kening lelaki itu memastikan apakah suhu tubuhnya masih tinggi atau tidak.

Menyebalkan, Yoongi malah menarik tangannya untuk di genggam.

Tangan Jimin yang hangat, Yoongi suka itu.

“Min Yoongi lepas, saya gabisa nyetir cuma pake satu tangan.” Ucap Jimin.

“Gamau, mau kaya gini aja sebentar.” Jawabnya

Jimin menarik tangannya yang masih di genggam oleh Yoongi dan kembali memegang stir.

Lelaki itu menatapnya kesal dengan wajah cemberut kemudian mengahadap ke jendela mobil.

Oh tidak, Min Yoongi kesal hanya karena Jimin menarik tangannya?

Sementara Jimin tertawa kecil melihat Yoongi yang benar-benar berubah dari sifat biasanya.

“Udah sampe, kalo kerjanya udah selesai langsung istirahat.” Jimin menghentikan mobilnya tepat di depan lobby Jw Marriot Hotel.

Yoongi yang masih mengenakan kaos dan celana tidur terlihat begitu berbeda saat ia mengenakan setelan ataupun baju masaknya.

Kaitan sabuk pengaman terlepas, Yoongi memutar tubuhnya kearah Jimin dan menangkup wajah kecil Jimin.

Meniggalkan satu kecupan di keningnya.

“Saya kerja dulu, gausah marah-marah lagi ya?”

Yoongi pergi dan memasuki lobby hotel tersebut dan tertawa melihat Jimin yang hanya bisa membeku.

Tubuhnya membeku, jantungnya seakan memberontak, pipinya memerah.

Oh Min Yoongi berpamitan dan mencium keningnya? Ini gila.

Sepertinya Jimin benar-benar gagal membuat lelaki itu jatuh cinta padanya.

Malah ia yang jatuh cinta lebih dulu pada Yoongi.

May i kissed you?


“Huh…. It’s okay cuma temenin sampe Yoongi tidur aja.” Gumamnya pada diri sendiri sebelum memasuki kamar Yoongi

“Jimin kesini.” Yoongi menepuk-nepuk sisi sebelah kasurnya

Jimin yang sudah mengenakan piyama itu kemudian menghampirinya.

“Udah tidur, saya duduk di sofa aja.” Ucap Jimin sibuk berpura-pura bermain ponselnya.

“Disini, tangan kamu anget saya mau pegang.” Rengeknya

Sungguh ini bukan Yoongi yang angkuh, menyebalkan dan menjengkelkan.

Ini seperti Yoongi yang berumur lima tahun dan terkena demam, lelaki itu benar-benar manja.

Bahkan seharian ini ia tidak keluar dari kamar.

Tidak tega mendengar dan melihatnya, Jimin pun menghampirinya dan duduk disisi kasur tersebut.

Jimin menumpu tubuhnya pada sandaran kasur tersebut, dengan kaki lurus jari-jari kecil itu terlihat begitu menggemaskan.

Yoongi yang terus merubah posisinya agar terasa nyaman tapi tidak kunjung mendapatkan posisi itu.

Sampai akhirnya dia menempatkan kepalanya tepat diatas paha milik Jimin.

Tubuhnya reflek sedikit bergerak saat Yoongi menarik tangannya dan meletakan tangan Jimin di dahinya.

Suhu panas itu masih belum turun juga, Jimin berhati-hati untuk mengelus kepala Yoongi hingga lelaki itu tertidur.


Tidak sadar ia tertidur dengan posisi yang duduk dan kepalanya memiring sudah pasti saat ia bangun nanti akan terasa sakit pada leher.

Yoongi yang terbangun melihat lelaki kecilnya tertidur sangat menggemaskan.

Berinisiatif untuk membenarkan posisi tidur Jimin ia kemudian bangun dan perlahan untuk menarik tubuh Jimin.

Ia memandangi wajah itu dalam beberapa detik, betapa cantik paras itu.

Betapa menggemaskannya lelaki itu walaupun Jimin terkadang bersikap menyebalkan.

Jari-jarinya membenarkan helaian rambut Jimin yang menutupi sekitar mata itu.

“You’re so pretty…”

“Designer park, i’ll try to loving you…” Gumamnya

Baru saja Yoongi menyelesaikan kalimatnya tapi Jimin rupanya sudah terbangun.

Dengan pandangan yang sebegitu dekatnya, debaran itu kembali.

Ia benci debaran jatuh cinta yang sudah pasti akan menyakitinya nanti.

Ia benci kenyataan bahwa ia mulai jatuh cinta pada Yoongi.

Ia benci jatuh cinta sendirian.

“May i kissed you, Designer Park?” Bisik Yoongi

Rasa panas yang menyerang kedua pipinya terasa terbakar dengan rasa malu dan mau.

“Kiss me, Chef Min.” Ucapnya

Tanpa menjawab Yoongi segera menciumnya, menangkup wajah kecil milik Jimin dengan kedua tangan besarnya.

Ini bukan hanya sekedar ciuman, bukan hanya Yoongi yang mendominasi.

Tapi Jimin ikut mengimbangi semua yang di lakukan oleh lelaki itu padanya.

Bagaimana bibir keduanya bertemu, bagaimana sebuah gigitan kecil yang Yoongi berikan untuk menggoda Jimin malam itu.

Bagaimana lidah keduanya saling bertautan.

Bagaimana telapak tangan itu berada di leher milik Jimin?

Dan bagaimana kini lengan satunya memeluk Jimin dengan posesif.

Entah ini perasaan yang sudah mulai Yoongi sadari atau hanya nafsu belaka?

Tidak perduli, malam ini keduanya hanya akan melupakan tentang kenyataan bahwa belum ada kejelasan tentang apa yang mereka rasakan.

Bukankah dua orang yang terbiasa sendiri, sekarang di paksakan harus bersama akan menjadi terbiasa nantinya?

Let me hug you.


Jimin dengan cepat memarkirkan mobilnya di basement, membawa dua tas yang berisi penuh bahan makanan dan tentu saja obat-obatan yang baru saja ia beli untuk Yoongi tadi.

Meletakan dengan asal tas belanjaannya di meja dapur segera mencuci tangan dan memutuskan untuk menghampiri Yoongi di kamarnya.

Tok! Tok!

“Yoongi…” Jimin membuka pintu itu dan kemudian mendekat.

Tidak ada jawaban, tubuh Yoongi benar-benar tergulung oleh selimut tebal itu.

“Yoongi, dingin banget?” Jimin memberanikan dirinya untuk menyentuh kening lelaki yang sudah menjadi suaminya itu sekarang.

Oh rupanya ia benar-benar terlelap dengan suhu tubuh yang lumayan tinggi, karena tidak ingin mengganggunya ia memutuskan untuk keluar dan segera membuatkan makanan untuk Yoongi.


Membuat soup tidak membutuhkan waktu lama, satu mangkuk kecil berisi sedikit nasi dan satu mangkuk lainnya berisi soup.

“Kamu mau makan dulu atau minum obat dulu?” Tanya Jimin dan kemudian duduk di sisi kasur milik Yoongi.

“Makan dulu aja.” Jawab Yoongi kemudian bangun dari posisi tidurnya.

“Masakan saya gaenak tapi kamu makan aja ya gapapa buat isi perutnya.” Jimin segera menyendokan makanan itu untuk disuapkan kepada Yoongi.

Lelaki itu membiarkan Jimin mengurusnya bahkan ia tidak berinisiatif untuk mengambil sendoknya dari Jimin.

“Enak.” Ucapnya

“Yaudah abisin ya? terus minum obatnya.”

Suapan hingga suapan itu akhirnya habis dan Yoongi meminum obat penurun panasnya.

“Udah bobo lagi aja, saya mau simpen piring kotornya.” Ucap Jimin dan segera berdiri

“Bobo? hahah” Yoongi tertawa mendengar penuturan Jimin yang menurutnya sangat menggemaskan.

“Apaaaaa.”

“Kamu lucu.”

“Nyebelin banget, udah kamu TIDUR aja sana!” Marah Jimin

“Iya iya maaaf, temenin saya bobo dulu mau ga? dingin banget….” Gumam Yoongi menarik-narik tangan Jimin.

“Ih gamau!” Tolaknya

“Mau.” Yoongi segera menarik tubuh itu untuk bergabung di atas kasurnya.

Memeluk tubuh kecil itu dari belakang, menjadikan penghantar rasa hangat dari tubuhnya yang terasa menggigil.

“Yoongi lepaaaaas, kamu jangan kurang ajar ya saya gaizinin kamu peluk-peluk kaya gini.” Jimin terus bergumam tapi Yoongi malah mengarahkan kepalanya terhadap leher miliknya.

“Saya mau tidur dulu sebentar.”

Sial, suara dan hembusan nafas itu tepat di belakang telinganya dan membuat Jimin menegang.

Min Yoongi benar-benar melewati batas, Jimin benci perasaan mendebarkan ini.

Hei, husband?


Jimin baru bisa memejamkan matanya pada pukul tiga pagi karena tidak bisa tidur.

Pikirannya terus mengelana, jantungnya terus berdegup kencang hingga ia harus meminum obat tidur untuk membantunya terlelap.

Pagi ini bangun dengan keadaan terkejut karena Jiyeon dan sang ibu mengetuk pintunya begitu keras.

“Iyaaaaaaa aku udah bangun.” Teriaknya dari ruangan itu

“Ini Designer Jung udah jemput, kamu cepetan mandi kak.” Teriak wanita itu dari luar pintu.

Jimin bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dengan cepat merasa tidak enak bahwa Hoseok telah menunggunya.

Bahkan ia mengabaikan pesan-pesan, dan panggilan telepon dari Yoongi.


“Designer jung hai.” Sapa Jimin yang masih mengenakan bathrobenya dan menuruni anak tangga.

“Hai, udah siap?” Tanya Hoseok

“Belum, ini masih pake bathrobe aku mau ganti baju dulu sebentar.” Ucapnya

“Gausah, udah kaya gitu aja nanti tinggal ganti baju disana.”

Hoseok menarik tubuh Jimin dan membawa lelaki itu untuk menuju mobilnya.

“Tante izin bawa Jimin ke venue duluan yaaa…” Teriak Hoseok

“Iya hati-hati nyetirnya ya, setengah jam lagi tante jalan kesana.” Balasnya


“Iya, kamu udah di jalan?” Tanya Jimin

“Udah, kamu sama mami?” Tanya Yoongi dalam panggilan tersebut

“Sama designer jung hehe.” Jawabnya

“Have you breakfast? kalo belum makan dulu takutnya nanti kamu pingsan hahaha soalnya saya ganteng banget hari ini hahahaha.” Ledek lelaki itu

Jimin segera mematikan panggilan telepon itu dan melanjutkan melahap satu potong sandwich di tangannya.

“Haha he’s so funny.” Sambung Hoseok

“Dia ngeselin bukannya lucu.”

“May i know his name?” Hoseok bertanya dengan hati-hati pada Jimin.

“Min Yoongi.”

“Min Yoongi?!” Hoseok menginjak pedal rem dengan tiba-tiba dan membuat mobilnya hampir berhenti.

“Designer jung!” Jimin hampir tersedak

“Sorry……”

“Anak owner dari JW Marriot Hotel Seoul?”

“Iyaaa hehe.”


Yoongi memasuki gedung dimana ia akan berganti baju sama dengan Jimin.

Tamu undangan yaitu kerabat dari kedua keluarga tersebut sudah datang.

“Dimana Gi?” Tanya Seokjin pada Yoongi yang mengikuti jalannya sedari tadi

“What the fuck designer Park Jimin?” Tentu saja itu keluar dari mulut Kim Seokjin.

Betapa terkejutnya dia saat mengetahui orang yang akan di nikahi sahabatnya ini adalah seorang Park Jimin.

Yang bahkan tidak ia sangka.

“Halo….” Jimin membungkukan tubuhnya untuk menyapa Seokjin.

Sementara Yoongi hanya diam, memperhatikan betapa indahnya manusia yang berada di hadapannya itu.

Mengenakan pakaian yang di design dengan sederhana tapi begitu cantik saat Jimin yang mengenakannya. Dia terlihat seperti malaikat.


Sesuai tema acara ini yang benar-benar terbilang sederhana tetapi terasa begitu sakral.

Setelah bertukar janji dan cincin keduanya pun sudah dalam hubungan yang resmi hari ini.

Berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain.

Berjanji untuk selalu ada satu sama lain.

Berjanji untuk tidak pernah mengkhianati satu sama lain.

Tapi kita tidak pernah tahu, siapa yang akan mengingkari janji itu lebih dulu.

Kini jarak keduanya terus menipis, kilatan dari bibir cantik milik Jimin seakan menghipnotisnya.

Dan sebelum ciuman itu Yoongi membisikin sesuatu di telinga Jimin dan membuatnya bersemu malu.

Ciuman kali ini berbeda, lebih lembut, tidak terburu-buru dan lebih mendebarkan.

Perlahan kedua orang itu kembali membuka netranya dengan beberapa suara tepukan riuh dari para tamu.

Oh tentu saja teriakan Jiyeon sangat mendominasi saat itu.

“Saya gatau bisa tepatin semua janji itu atau engga, but i will try my best to take care of you. Jimin.” Ucap Yoongi

Jimin hanya tersenyum, lagi-lagi ia akan termakan omongan manis lelaki untuk kedua kalinya.

“Hehe husband…” Gumam Jimin

“Your husband, Min Jimin…” Goda Yoongi.

Satu kecupan berhasil ia curi sebelum bergegas menghampiri kedua orang tuanya, sementara Jimin hanya bisa tersipu malu dan tatapan Jiyeon tentu saja siap untuk meledeknya sampai ia menangis.

He is mine.


Pagi hari semuanya sudah disibukan dengan aktivitasnya masing-masing.

Yoongi bangun pada pukul enam pagi, tubuhnya akhir-akhir ini sangat lelah tidur dalam beberapa jam tidak cukup untuk mengisi energinya kembali.

Ia hanya mengandalkan suplemen untuk daya tahan tubuhnya.

Memasuki dapur yang tentu saja sudah mulai sibuk memasak untuk acara wedding package hari ini.

“Appetizer, maincourse naikin sekarang aja Gyu.” Perintah Yoongi pada Yoongi yang baru saja selesai mencuci tangannya.

“Oke chef.”

Jungkook memasuki dapur untuk memanggil Yoongi naik keatas dan mengecek keadaan ballroom.

“Chef naik.” Ucap Jungkook kemudian mengambil satu potong kue dan memakannya.

Yoongi hanya meliriknya malas karena Jungkook selalu saja begitu.


Sekitar dua ratus tamu undangan sudah tiba dan menyaksikan betapa sakralnya pernikahan kedua orang ini.

Yoongi yang datang untuk mengecek buffet, beberapa stall makanan ringan dan kopi dingin.

Tentu saja tidak lupa satu botol wine disediakan di setiap meja.

Melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul sebelas siang, sementara janjinya dengan Jimin untuk melakukan test food setelah jam makan siang.

Sebisa mungkin Yoongi harus kabur dari sini, terutama dari Ellie yang terus menempelinya.

Tiba-tiba ada seseorang yang mendekati Yoongi dan berbisik bahwa ada yang mencarinya di resto.

“Chef, ada yang nungguin di resto.” Bisiknya pada Yoongi

“Siapa?”

“Gatau chef hehe lupa tanyain…”

“Gimana sih kamu, yang kaya gitu aja lupa apalagi saya suruh ngawasin resto sendirian.” Marah Yoongi

Entah emosinya sedikit terpancing.

“Ellie, bisa sedikit jauhan? gaenak dilihat banyak orang kamu nempelin saya terus.” Ucap Yoongi lalu menghempaskan jari-jari Ellie di lengannya.

Empat puluh lima menit berlalu, Jimin benar-benar bosan menunggu Yoongi di resto yang terbilang sepi ini karena para tamy berada di lantai atas.

Hanya ada beberapa pelayan yang sedang mengelap beberapa gelas-gelas dan piring di restoran hotel itu.

Yoongi berjalan menuju resto ia teringat bahwa ponselnya tertinggal di kitchen saat ia menyelesaikan pekerjaannya tadi.

Jimin melambaikan tangannya kearah Yoongi dan membuat lelaki itu seketika menghentikan langkahnya.

“Designer Park?” Gumam Yoongi kemudian menghampirinya ke meja tersebut.

“Hi.” Jimin meliriknya malas

“Kok disini? ada kerjaan? kenapa ga bilang atau telepon saya?”

Yoongi bertanya tanpa henti sementara Jimin segera berdiri tanpa menjawabnya.

“Saya laper banget, jadi test food gak? gila kamu saya di biarin nunggu empat puluh lima menit disini.”

Yoongi hanya terdiam, ia lupa bahwa ada seseorang yang menunggunya di restaurant.

“Saya udah teleponin kamu Yoongi, tapi malah gak di jawab liat ini udah jam berapa.” Marahnya

“Handphone saya ketinggalan di kitchen, iya maaf bikin kamu nunggu lama. Sekarang mau ikut ke office saya atau nunggu disini aja?” Tanya Yoongi dengan pandangan yang tidak bisa teralihkan dari Jimin.

Wajah kecil dan sedikit galak itu rupanya ia rindukan.

“Ikut.”

“Yaudah ayo.”

Mereka berdua berjalan menuju lift tapi Yoongi yang ceroboh melupakan ponselnya yang belum ia ambil jadi terpaksa harus ke dapur lebih dulu.

Saat ia kembali mengambil ponsel Jimin terus berjalan dan seperti biasa ia selalu fokus dengan ponselnya sendiri tanpa memperhatikan sesuatu di depannya.

Sebuah trolley membawa sisa makanan tiba-tiba mengenai tubuhnya, tentu saja baju itu terkena noda dan Yoongi segera menghampirinya.

“What the f—” Gumam Yoongi tapi Jimin segera menginjak sepatu lelaki itu agar tidak melanjutkan perkataannya.

“Maaf, saya minta maaaf bener-bener galiat di depan ada orang.” Ucap seorang pelayan itu terbata-bata dan belum lagi tatapan marah Yoongi kepadanya.

“It’s okay, nanti saya tinggal ganti baju aja.” Ucap Jimin


“Cepet, katanya mau ganti baju.”

“Bajunya gaada Yoongi… saya gabawa baju ganti terus gimana dong.”

“Kamu tuh ya.” Yoongi yang mulai emosi rasanya ingin sekali marah tapi ia tidak bisa saat Jimin memasang wajah sedih seperti itu.

“Pake kemeja saya.” Lelaki itu kemudian membuka lemari kecil di sebelahnya.

“Kegedean Yoongi saya gamau!”

“Terserah, lagian siapa suruh kamu tiba-tiba dateng kesini? terus jalan sambil main ponsel kaya tadi?” Marah Yoongi.

Sungguh Jimin yang tidak bisa di bentak sedikit pun merasa jengkel dengan Yoongi.

Bilang ia egois selalu melampiaskan amarahnya pada Yoongi tapi ia tidak bisa jika dimarahi.

“Kamu gasuka saya kesini? yaudah saya pulang aja Yoongi jelek marah-marah terus!” Jimin berdiri dan berjalan menuju pintu.

“No i’m sorry. Saya seneng kamu kesini jangan marah okay? gantu bajunya ya nanti kita telat perginya.” Yoongi menarik perlahan tubuh Jimin dan memberikan kembali kemeja itu.

“Gausah marah-marah, cuma saya yang boleh marahin kamu.” Gumam lelaki itu dan menatap tajam kearah Yoongi.

“Iya, maaf tadi saya kelepasan.”

“Mau ganti baju disini atau di kamar saya aja? diatas.”

Saat mendengar ia harus berganti baju disini dan Yoongi bisa saja melihat tubuhnya.

Tapi jika ia harus ke lantai atas akan memakan waktu lebih lama.

“Disini, kamu keluar.” Ucap Jimin

“Saya juga mau ganti baju.” Yoongi yang mulai membuka kancing baju masaknya membuat Jimin spontan memutarkan tubuhnya.

“MIN YOOOOOONGI FUCK!” Teriak Jimin

“Hahahahah cepet ganti bajunya saya gaakan liat.”

Jimin dengan cepat membuka kemejanya selagi Yoongi memunggunginya.

Tapi sungguh menyebalkan kancing-kancing kemeja milik Yoongi yang akan ia pakai sangat susah di lepaskan.

Yoongi yang sudah selesai mengganti bajunya tidak sengaja melihat punggung putih nan cantik milik Jimin dan juga ada beberapa tatto bulan yang tergambar memanjang sampai bawah.

“Shit.” Gumamnya

“Yoongi jangan intip atau kamu saya injek.” Teriak Jimin

“Mau dong di injek.” Ledeknya

“Sini kamu saya in—”

Tok! Tok! Tok suara ketukan pintu menghentikan kalimat Jimin saat itu.

“Chef….”

“Stop Ellie kamu jangan masuk, saya lagi ganti baju.” Yoongi dengan cepat menutupi tubuh Jimin saat knob pintu tersebut hampir terbuka.

“Saya udah selesai ganti bajunya, gapapa buka aja Yoongi.” Jimin menggeser tubuh lelaki itu dari depan pintu.

Tentu saja Ellie yang sedang berdiri di depan pintu itu kebingungan.

Apa yang dua orang ini lakukan di dalam office milik chef Min dengan dalih bergantu baju?

“Kamu kalo mau ngobrol jangan lama, saya tunggu di mobil aja.” Ucap Jimin kemudian pergi berjalan melewati Ellie begitu saja.

He’s mine, mine, mine, Ellie.

“Ellie saya ada urusan, kita ngobrol nanti aja ya.” Yoongi segera mengejar Jimin dengan kemeja putih kebesaran miliknya di tubuh kecil itu.

Tiga hari tidak bertemu ini aneh, Yoongi benar-benar merindukan setiap omelan dari lelaki kecilnya itu.

“Lipbalm baru?” Tanya Yoongi saat mereka sudah berada di dalam mobil.

“Iya dong, warnanya bagus kan?” Ucap Jimin masih sibuk berkaca dan mengoleskan lipbalm tersebut.

“Mau coba?” Jimin dengan ide jahilnya melontarkan pertanyaan itu pada Yoongi.

“Can i?”

“Close your eyes.”

Yoongi menutup matanya membayangkan Jimin akan menciumnya saat itu juga.

Tapi ia salah ternyata sentilan di bibir yang ia dapatkan dari lelaki itu.

“Stop jadi mesum Yoongi jelek!”

Jealousy, is disease.


“Taehyung!” Seru Jimin sambil membenarkan kemejanya yang terus melorot dari bahunya.

“Iya Jimin, gue udah selesai ayo lunch?” Gumam Taehyung

“Kamu lunch duluan aja gimana? aku mau ketemu temen dulu sebentar gapapa ya? nanti langsung ke resto kok.” Ucap Jimin dengan hati-hati.

Setidaknya ia sudah janji akan makan bersama dengan Taehyung. Tapi Jimin harus bertemu dengan Yoongi lebih dulu.

“Oh okay, nanti langsung ke resto aja ya.” Ucap Taehyung.


Membuka pintu ballroom itu dengan hati-hati, memperhatikan kiri dan kanannya mencari keberadaan sosok Yoongi.

Ternyata lelaki itu tengah berdiri, menempelkan tubuhnya pada tembok dengan kedua tangan menyilang di dadanya.

“Ikut saya.” Yoongi berjalan lebih dulu di depannya.

Jimin mengikutinya, tubuh mungilnya hampir tertutup oleh bahu Yoongi.

Lorongnya begitu sepi, hanya ada alunan music yang terdengar kecil.

Tiba-tiba tubuh itu berhenti dan Jimin hampir menubruknya.

“Chef!” Panggil seorang lelaki dengan menggunakan seragam memasaknya.

“Iya?” Yoongi meliriknya dengan malas

“Dari agensi biasa tapi ini cuma buat dua orang aja, oh iya chef Min di cariin Ellie.” Gumamnya.

“Hm iya.” Yoongi sedikit gugup mendengar nama Ellie sementara Jimin di belakangnya.

Mereka memasuki lift, menekan tombol menuju lantai dua hotel tersebut.

Diam, Yoongi hanya diam setelah menatap tajam kearah Jimin.

Sampai di office milik Yoongi yang berada di lantai dua, lelaki itu membukan pintu untuk Jimin dan mempersilahkannya duduk di sofa.

Tapi Jimin dengan sikap keras kepalanya masih tetap berdiri di hadapan Yoongi.

“Cepetan mau ngomong apa? saya ada janji lunch sama rekan kerja.” Ia bergumam sedikit kesal

“Iya, bajunya di kancing AC di ballroom lumayan dingin.” Ucap Yoongi

Jimin tertawa remeh mendengar penuturannya.

“Pft… bilang aja kamu risih kan liat saya pake baju gini?” Ledek Jimin.

Yoongi hanya diam tanpa meresponnya, kemudian membuka jas dan kemejanya.

Sial, Jimin segera memalingkan wajahnya guna menghindari pemandangan itu.

Tapi yang ia lihat tadi, tubuh besar itu dengan kulit putih yang benar-benar mulus membuat wajahnya seperti terbakar. Oh tidak Jimin merona hanya karena punggung Min Yoongi.

Rupanya lelaki itu mengganti bajunya dengan pakaian memasaknya.

“Kenapa tutup mata? kamu bilang tadi mau gangguin saya kerja?” Ucap Yoongi

“Saya mau keluar Yoongi.”

“Disini aja.” Yoongi mendekat dan semakin dekat pada Jimin hingga menghimpit tubuh itu ke tembok.

“Yoongi stop— y” Jimin terbata-bata saat kedua tangannya berhasil menahan tubuh Yoongi

“Kenapa? let me try your lip balm Jimin.” Bisiknya

Suara itu membuat Jimin merinding seketika, dimana diri Yoongi yang benar-benar dominan itu menghimpit dirinya yang semakin kecil.

Semakin dekat, Jimin memejamkan matanya.

Tapi ketukan dari luar pintu terdengar.

“Chef Min! udah selesai ganti baju? tamunya udah nunggu di resto.” Teriak Ellie dan kemudian pintu tersebut di buka.

Yoongi dengan cepat memundurkan tubuhnya, melipat bajunya sampai lengan dan melirik Ellie.

Jimin sedikitnya lega karena Yoongi tidak jadi menciumnya.

Tapi sedikit kesal pada wanita itu, tiba-tiba menghampiri Yoongi dan menyentuh lengan Yoongi dengan perlahan.

“Oh chef Min lagi ada tamu.” Ucap Ellie kemudian melirik Jimin

“Designer Park Jimin? Oh my god…”

“Hallo.” Sapa Jimin dengan ramah

Sementara Yoongi terlihat merasa tidak enak bahwa Ellie tiba-tiba masuk kedalam ruangannya.

“Chef Min, saya permisi ya udah di tunggu di resto.” Ucap Jimin kemudian berpamitan.

“Sebentar, saya juga mau kesana bikin ala carte buat model V.” Ucap Yoongi kemudian berusaha melepaskan tangan Ellie di lengannya.

Jimin hanya meliriknya malas tanpa menjawab dan pergi begitu saja.

How about this, Designer Park?


Jujur, siapa yang tidak tertarik dengan sosok Jimin.

Siapapun yang melihatnya akan tertarik dengan dia.

Yoongi yakin ini hanya perasaan tertarik sesaat, dia tidak benar-benar menyukai Jimin atau lebih tepatnya belum?

Tapi tidak di pungkiri pada tadi malam ia benar-benar kesal dimana Jimin melenguhkan nama mantannya pada saat mereka sedang berciuman.

Jika tidak memiliki perasaan bukankah seharusnya ia biasa saja?


“Ma” Panggil Yoongi saat perempuan itu sedang menata rambut tamunya.

“Hei, dia di ruangan mama kamu ngobrol dulu aja.” Ucapnya

“Oke.”

Semua tamu-tamu yang berada di salon tersebut setidaknya melirik Yoongi dengan tatapan tertarik.

Ia pun segera berjalan untuk menuju ruangan sang ibu dimana Jimin sedang sibuk dengan laptopnya dan satu gelas kopi dingin di sisi meja.

Ketukan pelan dari luar pintu terdengar, pandangannya tertuju pada Yoongi yang berdiri di depan pintu tersebut.

T-shirt oversize berwarna hitam, sweat pants abu-abu, dan topi yang menutupi rambutnya.

Yoongi terlihat berbeda dari kemarin saat ia mengenakan setelan formal.

“Udah lama disini?” Tanya Yoongi kemudian duduk tepat di sebelah Jimin.

“Dua jam.” Jawabnya

“Oh.” Yoongi mengalihkan pandangannya pada laptop milik Jimin yang berisi gambar-gambar design milik lelaki itu.

“Katanya mau ngomong, saya gabisa lama-lama disini.”

Sontak lamunan Jimin terpecah.

“Itu iya, saya minta maaf ya Yoongi.” Gumam Jimin

“Minta maaf terus, emang kamu salah apa?”

Sungguh Jimin kesal, Yoongi tidak henti-hentinya bersikap konyol.

“Iya saya tau kamu bete, seharusnya saya gausah sebut-sebut nama itu tapi gimana namanya juga orang gak sadar? saya kan minum banyak alkohol harusnya kamu maklum aja jangan malah drama marah kaya gini.” Ucapnya dengan nada kesal

Yoongi diam hanya mendengarkan dan masih sibuk menatap laptop Jimin.

“Kamu tuh kalo saya ngomong di perhatiin, saya udah cape-cape malah di diemin gini.”

Yoongi beralih menatapnya, tatapan itu lurus pada kedua netra Jimin.

Dan membuatnya terdiam.

“Udah?” Gumam Yoongi

“Ya udah?” Jawabnya Jimin dengan ekspresinya yang sedikit kebingungan.

Lelaki itu kembali mengikis jarak diantara keduanya, pandangan gelap itu menatap kembali bibir Jimin yang merona.

Tanpa aba-aba dengan Jimin yang masih kebingungan, ia dengan cepat mengecup lelaki itu.

Kecupan itu perlahan menjadi lumatan pelan saat Jimin ikut memejamkn matanya.

Hingga tanpa sadar mengikuti permainan Yoongi dan membiarkannya melakukan apapun.

Sial, bisa-bisanya mereka berciuman di ruangan milik nyonya Min?

Bagaimana jika ada seseorang yang masuk?

Tapi tidak perduli, keduanya larut dalam suasana tersebut.

Lumatan lembut itu terlepas, netranya kembali terbuka dan bagaimana wajah tersebut berada tepat di depannya.

“How about this, Designer park?” Gumam Yoongi

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, tidak ini seperti akan keluar.

Apa-apaan ini Jimin tidak bisa berkutik sama sekali di hadapan Yoongi yanh begitu dominan hari ini, terlebih lagi aroma parfum yang Yoongi gunakan sekarang begitu harum.

“Shit, a good kisser.” Gumamnya kecil

Yoongi hanya tertawa kecil saat mendengar gumaman Jimin yang tidak berani menatapnya sekarang.

“Yoongi saya mau pulang, yatuhan kayaknya saya demam why my cheeks suddenly feel so warm and my chest hurt.” Ucapnya kemudian menutup laptop tersebut

“Saya anter kamu.” Yoongi berdiri dan membukakan pintu untuk Jimin.

How about this, yoongi?


“Tante, pamit ya…” Ucap Yoongi kemudian sedikit membungkukan tubuhnya.

“Iya hati-hati, oh iya Yoongi tante titip Jimin ya dia jangan di kasih minum kebanyakan.” Ucapnya kemudian melirik Jimin yang tengah berdiri di sampingnya.

“Iya tante.”

Tatapan meledek itu benar-benar mengganggu Jimin.

“Soalnya dia kemarin minum jam—”

“Mi, aku pergi.”

Belum selesai dengan kalimatnya tapi Jimin sudah memotong pembicaraan, ia tidak mau jika ibunya itu menceritakan bahwa Jimin merengek ingin muntah pada saat dia bangun tidur kemarin.

Terlebih lagi Yoongi yang terus-terusan meledeknya tentang drunk text yang sangat memalukn itu.


Sudah memasuki mobil tapi Jimin masih sibuk dengan ponselnya, Yoongi dengan inisiatif mencondongkan tubuhnya kearah Jimin dan memasangkan seatbelt pada tubuh lelaki kecil itu.

“At least wear your seatbelt, designer Park.”

Suara itu, suara yang hampir berbisik…

Dengan jarak sedekat itu berhasil membuat jantung Jimin berdetak dua kali lebih cepat, dan tentu saja pipinya pasti memerah sekarang.

Netranya melebar, tatapanya tepat pada wajah pria yang ia panggil Chef Min tersebut.

Jika salah satu dari mereka bergerak sedikit saja, mungkin ini akan menjadi ciuman pertama bagi mereka.

Tapi dengan cepat Jimin menekan tombol agar kursi yang ia duduki menjadi sedikit mundur.

“Yoon— chef Min, saya bisa pake sendiri.” Ucap Jimin sedikit gugup.

Sementara Yoongi kembali pada posisinya dengan terlihat tanpa terjadi apa-apa.

Diam, mereka berdua kembali terdiam selama perjalan menuju tempat pernikahannya nanti.

Jimin tidak berani memulai pembicaraan ia masih sibuk dengan pikirannya yang terus mengulang reka dimana wajah Yoongi benar-benar berada di depannya.


Setibanya disana mereka berdua langsung di sambut dengan beberapa crew dari WO yang menghubungi Yoongi tadi.

Sesuai permintaan Yoongi, ini adalah acara private yang tentu saja hanya orang terdekat yang mendapat undangan untuk hadir.

Ya, kedua pihak keluarga setuju untuk tidak memberitahu orang-orang tentang pernikahan ini.

Terlebih lagi Yoongi yang akan menjabat sebagai pemilik dari hotel yang terbilang besar di Seoul, dan Jimin seorang disigner yang sedang berada diatas.

Mereka tidak ingin karir yang di bangun dengan susah payah itu hancur begitu saja.

“Suka?” Tanya Yoongi

Jimin memperhatikan sekitarnya.

“Not bad…” Gumamnya

“Mungkin karena belum di tata aja kali ya, ini tuh keliatan kosong banget.”

“Can you put a some white roses?” Ucap Yoongi pada beberapa crew yang berdiri di dekatnya.

“Baik pak, kami akan menambahkam beberapa mawar putih disini nanti.”

Dan kini mereka berajalan menuju tempat penyimpanan wine yang akan disajikan pada hari pernikahan mereka nanti.

Sesuai denga permintaan Yoongi, itu adalah merk kesukaannya selama ia mengenal alkohol.

“Try it designer Park.” Yoongi memberikan satu gelas sampanye pada Jimin.

“Kamu?” Tanya Jimin kemudian mengambil gelas itu dari Yoongi.

“Saya menyetir.”

Satu tegukan, dan Jimin membiarkan rasa dari sampanye tersebut terasa di lidahnya.

Sungguh ini adalah sampanye dengan rasa terenak bagi Jimin, bukan satu tegukan lagi tapi setengah gelas itu habis ia minum sekarang.

“Hei, pelan-pelan.” Ucap lelaki itu

Jimin diam dalam beberapa detik.

“Chef min, how about drink with me tonight?” Gumamnya kemudian menatap Yoongi.

Sementara lelaki itu hanya mematung dalam beberapa detik.

“Haha oke, mau minum dimana?” Goda Yoongi seperti menantang Jimin yang mudah sekali mabuk hanya dengan beberapa gelas alkohol.

“Terserah.” Jawabnya

Tanpa menjawab Yoongi menarik lengan Jimin untuk menuju mobil, mereka akan menuju onyx bar dimana tempat biasa Yoongi dan Seokjin bertukar pikiran dan keluh kesahnya.

Tidak seperti biasanya, bar malam itu ramai sekali dan hanya tersisa tempat kosong di depan meja bartender.

Yoongi segera membawa Jimin kesana untuk memesan minuman.

“Your mommy said don’t drank too much, jadi pesen yang kadar alkoholnya rendah atau pesen mocktail aja ya?” Goda lelaki itu

Merasa seperti dispelekan Jimin tanpa menjawab ia segera memesan minuman yang tentu saja dengan kadar alkohol sangat tinggi.

Gelas pertama yang berisi whiskey tanpa campuran apapun. Ia meminumnya dalam sekali teguk.

“No one can stop me, termasuk kamu Yoongi.” Gumam Jimin

Sementara Yoongi hanya menumpu dagunya memperhatikan bagaimana Jimin menghabiskan alkohol.

“He’s look so pretty, brown hair, sweater crop, pink and glossy lips…” Gumam Yoongi.

Ia membiarkan Jimin terus minum malam ini, dia ingin melihat bagaimana tingkah lelaki itu saat mabuk.


Tidak terasa sudah dua jam berlalu, tanpa minum sedikit pun Yoongi hanya memperhatikan Jimin sampai mabuk seperti sekarang

Sementara jam sudah menunjukan pukul sebelas, ia harus segera mengantarkan Jimin pulang sekarang juga.

“Let’s go home, designer tiny Park.” Ucapnya pada Jimin

Tidak kunjung bangun Yoongi segera menggendongnya untuk dibawa ke mobil.

Memasangakan seatbelt pada Jimin, dan memastikan tubuhnya dalam posisi nyaman dan ia kembali ke kursi pengemudi.

“Yoongi.”

“Yoooongi…”

Jimin membuka matanya dan memanggil nama Yoongi.

“Iya?” Jawabnya

Jimin melepaskan sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya kemudian duduk dan menghadap Yoongi.

Sementara lelaki itu hanya menatap bingung.

Jimin mengarahkan kedua tangannya dan kemudian menangkup wajah Yoongi, kedua tangan itu terasa begitu hangat menyentuh pipinya yang dingin.

Jarak yang semakin terkikis, Jimin yang semakin mendekatkan wajahnya.

Wajah itu, kulit putih, pipi merona, bibir merah muda, kelopak mata yang perlahan terpejam.

Hembusan nafas yang semakin terasa menyapu wajahnya.

Sampai kedua bibir mereka bertemu, dalam sebuah kecupan dan perlahan Jimin mulai sedikit melumat bibir milik Yoongi.

Sementara Yoongi terkejut dengan Jimin yang tiba-tiba menciumnya seperti itu, merasakan bagaimana lembut dan rasa dari sisa-sisa alkohol yang tertinggal.

“How about this, Yoongi?” Gumam Jimin kemudian sedikit memundurkan tubuhnya.

“Your lips, feel so good.” Jawab Yoongi yang ini malah menangkup wajah Jimin dengan cepat.

Ia kembali mencium dan melumat bibir merah muda itu dengan sedikit terburu-buru.

“Hngh— Jef i can breathe” Lenguhan itu ketika mereka terus berciuman tanpa jeda.

“Haha sorry, let’s go home Jimin.” Gumamnya

Sementara Jimin kembali tertidur dalam perjalanan pulang, tapi Yoongi terus terganggu dengan satu kata yang diucapkan oleh Jimin.

“Jef haha, ciumannya sama gue lo malah sebut nama orang lain. Designer Park you’re the worst”

Stupid.


Jimin merutuki dirinya sendiri saat ia membaca semua pesan yang ia kirim kepada Yoongi.

“Percuma sekolah tinggi-tinggi, pas mabok malah merendah minta ciuman.” Gumamnya

Melihat sup yang masih beruap panas itu membuat Jimin kembali teringat pada Yoongi.

Sungguh, akan dikemanakan wajahnya saata mereka bertemu nanti.

“Katanya mual, cepetan di makan dulu nanti kamu telat.” Ucap sang ibu.

Wanita itu memang tidak pernah marah secara meledak kepada anak-anaknya, sosok ibu yang begitu diidamkan oleh semua anak.

“Iya mami.” Jawabnya

“Kenapa gak minta tolong Yoongi aja buat anter kamu? Jiyeon kayaknya baru tidur juga.”

Jimin hampir tersedak saat mendengar usulan dari sang ibu.

“Enggak mi, Yoongi juga baru tidur tadi pagi so please don’t bother him.” Ucap Jimin

Wanita itu hanya tersenyum mendengar jawaban dari Jimin, oh apakah ini pertanda bahwa masa pendekatan dalam dua bulan ini berhasil membuat mereka menjadi lebih dekat?

“Oke, sorry.” Ucap sang ibu

“Ah.” Jimin membenturkan dahinya diatas meja makan dan membuat ibunya sedikit terkejut.

“Gatau ah pusing.”

Tubuh kecil itu berjalan meninggalkan meja makan dengan soup yang baru saja ia makan dua sendok.

“Bye mom, thank you for the meal…”


Selesai membeli kain untuk Designer Jung, Jimin segera menuju butik milik Hoseok yang berasda di tengah pusat kota.

Sudah ada Taehyung, tentu saja itu adalah janji Hoseok kepada Jimin.

“Haiiiiii!” Ucap Taehyung pada Jimin.

“Hallooooo Taehyung!” Balas Jimin

“Designer Jung, it’s your fabric i found the same color with your design.” Ucap Jimin.

“Thank you so much designer park!” Seru Hoseok

Mereka menghabiskan waktu hingga gown itu hampir selesai, Jimin lupa dengan Yoongi yang masih ia blokir.

Dan ya ponselnya terus berdering, itu pasti Jiyeon yang mengganggunya siapa lagi jika bukan gadis jahil itu.

Tapi Jimin sesekali terpikirkan tentang hal bodoh yang ia lakukan semalam.

Sudah jatuh harga dirinya di mata Yoongi.