CrescentMoon95_

The Night.”

Saguru.

Kaki jenjangnya melangkah cepat melewati barisan mobil yang terparkir di luar Pusat Laboratorium Penelitian Hakuba yang dulunya milik pamannya, dan saat ini dia kelola bersama para anggota staffnya. Ketika matanya menemukan mobil sport kesayangannya yang tengah dia cari, dirinya bergegas menuju arah mobil sport bermodel AC Cobra keluaran tahun 1965. Dan dengan segera, dirinya memasuki mobil lalu menghidupkan mesin kendaraan tersebut.

Dirinya kelelahan dan ingin cepat-cepat pulang menuju ke apartemen yang dia sewa bersama kekasihnya lalu bermanja-manja dengan kekasihnya sekedar untuk mengisi kembali energinya yang telah habis dia pakai untuk bekerja keras selama seharian ini.

Mobil yang dia kendarai melaju melewati jalanan yang sedikit lenggang karena waktu menunjukkan hampir tengah malam, bersamaan dengan harapan dia bisa mendapatkan pelukan dari kekasihnya saat dia tiba di apartemen mereka nanti.

Akako.

Kamar tempat biasa mereka tidur bersama kini dipenuhi oleh hiasan dekorasi ulang tahun, tidak ketinggalan kue ulang tahun hasil buatannya sendiri yang dia letakkan di atas nakas sebelah tempat tidur berukuran king size. Kini wanita berparas cantik tersebut merapikan penampilannya di depan cermin berukuran besar yang berada di kamar mereka, memastikan penampilan cukup sempurna untuk malam spesial ini, dia menambahkan jaket pada tubuhnya, menutupi bagian tubuhnya yang terekspos karena pakaian minim yang dia kenakan saat ini.

Dirinya baru bisa bernapas lega saat selesai mempersiapkan kejutan ulang tahun untuk kekasihnya yang beberapa menit lagi akan tiba, matanya melirik jam yang saat ini menunjukkan waktu pukul 23:47. Dirinya tahu kalau kekasihnya sedang lembur dan akan tiba sesuai waktu yang diperkirakan, karena beberapa jam lalu kekasihnya sempat menghubunginya.

Dipikir kekasihnya sebentar lagi akan tiba, dia memutuskan untuk mematikan lampu apartemen mereka dan menunggu kedatangan kekasihnya, dia sungguh tidak sabar melihat bagaimana ekspresi wajah kekasihnya saat mendapatkan kejutan yang dia berikan.

Saguru.

Tangannya langsung memasukkan password pintu apartemen lalu membuka pintu tersebut setibanya di depan pintu apartemen mereka, laki-laki itu mendapati apartemen mereka dalam keadaan gelap gulita begitu memasukinya.

“Akako udah tidur kayaknya.” Gumam Saguru sambil berjalan menuju ruangan tempat kamar mereka berdua berada, waktu menunjukkan pukul 00:04 tengah malam, ketika dirinya melihat jam lewat ponsel digenggamannya. Saat memasuki kamar mereka, dengan kondisi gelap dia dikejutkan dengan pelukan yang dia ketahui berasal dari kekasihnya.

“Sempet kaget kirain kamu udah tidur, tahu aja aku lagi butuh pelukan.” Saguru membalas pelukan Akako, lalu mencium pucuk kepala wanita tersebut yang mengeluarkan wangi semerbak bunga.

Akako.

“Hehe, aku nungguin kamu.” Akako melepaskan pelukan mereka berdua, berjalan mendekati letak di mana sakelar lampu berada, sedangkan Saguru masih berdiri di tempatnya.

Begitu lampu dinyalakan, Saguru merasa terkejut atas pemandangan di hadapannya, kini kamar mereka berdua penuh akan dekorasi ulang tahun, tertulis kalimat ulang tahun untuknya pada balon-balon yang tergantung di dinding kamar. Pikirannya tersadarkan begitu Akako menghapirinya dengan membawa Kue ulang tahun berhias mahkota buatan yang terlihat elegan sambil menyanyikan lagu ulang tahun untuk dirinya.

“Happy birthday sayang, semoga impian kamu bisa terwujud di umurmu yang sekarang, serta diberikan kelancaran atas usaha-usahamu, dan yang terpenting kamu selalu dilimpahkan kebahagiaan dan kesehatan.”

“Akako…”

“Jangan bilang kamu nggak inget kalo sekarang hari ulang tahunmu? Mangkanya jangan terlalu gila kerja dong, sekarang tiup lilinnya.” Akako menyerahkan kue yang dia bawa ke kekasihnya yang masih terkejut dengan kejutan yang dia berikan.

Bersamaan dengan harapan yang laki-laki itu panjatkan, Saguru meniup lilin yang tertancap di atas kue yang kemudian dicabut oleh kekasihnya, lalu memotong sebagian kecil kue untuk mereka makan bersama.

Saat mereka selesai mencicipi kue, Saguru tidak kuasa menahan kesabaran untuk tidak memeluk kekasihnya. Saguru langsung menarik Akako dan mendaratkan tubuh kekasihnya ke pelukannya.

Saguru.

“Ohh Dear, thank you so much. Aku nggak ngira kalo bakal dapet kejutan malem ini, padahal aku lagi ngelembur. Buat pertanyaan kamu tadi, aku emang nggak sadar kalo sekarang udah hari ulang tahunku hahaha.” Saguru mengeratkan pelukannya sambil mencium setiap bagian wajah Akako dan berakhir mendaratkan ciuman penuh kelembutan pada bibir ranum milik kekasihnya. Tautan pada bibir mereka terlepas, ketika pasokan oksigen pada paru-paru mereka mulai menipis.

“Nggak biasanya kamu pake jaket di dalem kamar, apalagi sekarang musim panas.” Celetuk Saguru ketika menyadari bahwa penampilan Akako malam ini sedikit berbeda dari biasanya, ketika merenggangkan pelukan mereka berdua.

“Ehh, umm, i-itu a-aku lagi agak kedinginan aja sih, tapi aku nggapapa kok ohohoho.”

Bukannya yakin dengan jawaban yang diberikan oleh kekasihnya, Saguru justru merasa aneh dengan tingkah gugup wanita cantik dihadapannya, kekasihnya itu seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

“Bener? Tapi ruangan ini nggak kerasa begitu dingin tuh, nyala AC nya juga di suhu kayak biasanya, lagipula kalau kamu emang kedinginan kenapa kamu nggak pake celana panjang? Bahkan aku nggak yakin kalau kamu pake celana pendek di balik jaketmu.”

Sekakmat. Akako sudah tidak bisa menghindar lagi, dia bodoh jika berpikir dapat menyembunyikan sesuatu dari kekasihnya yang jenius itu. Dia juga merasa heran terhadap dirinya, ini tidak tampak seperti dirinya sendiri, sebelum laki-laki itu pulang ke apartemen mereka, dia tampak percaya diri, tapi setelah laki-laki itu berada tepat di hadapannya, dia menjadi gugup, padahal mereka sudah biasa melakukan hal itu.

Akako.

Wanita itu berusaha menghilangkan kegugupannya, dengan cepat dia melepaskan jaket yang dia pakai. Wajahnya memerah ketika jaketnya terlepas dari tubuhnya, memperlihatkan setelan minim berupa piyama sutra merah yang melekat cantik di tubuhnya, dan membuat laki-laki di hadapannya terbelalak mendapati pemandangan di depannya.

Saguru tidak bisa melepaskan tatapannya, lidahnya kelu, dirinya begitu terpana melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya. Sebelum dirinya sadar dari keterpanaannya, Akako menerjang tubuh laki-laki itu sehingga membuat tubuh mereka berdua jatuh di atas kasur, dengan tubuh Akako berada di atas tubuh kekasihnya.

Hey Darling, would you like to open your birthday present, hmm?” Bisiknya seduktif tepat pada telinga kekasihnya, membuat tubuh laki-laki itu meremang. Setelah berhasil menguasai kesadarannya, Saguru membalikkan posisi mereka berdua, sehingga kini dia berada di atas, mengungkung tubuh kekasihnya.

I'd be happy to open it.” Saguru semakin mempersempit jarak antara mereka, bibir mereka kembali bertemu, berawal dari kecupan-kecupan lembut, yang seiring dengan waktu berganti menjadi lumatan penuh gairah.

Saguru sudah tidak bisa menahannya lagi, melihat kekasihnya terlihat menggairahkan, dia menjadi cukup terangsang malam ini. Lelah yang dirasakannya seolah hilang tergantikan oleh nafsu yang menguasainya, yang ada dalam pikirannya kini hanyalah hasrat yang ingin dia penuhi.

Saguru.

Pakaian yang tadinya mereka berdua gunakan telah berserakan di lantai, kini tubuh keduanya tampak polos tanpa tertutup sehelai benang pun, dan seiring berjalannya waktu, sentuhan-sentuhan yang dilakukannya pun semakin intens.

Bibirnya mengecapi seluruh bagian tubuh kekasihnya, serta tidak ketinggalan tangannya yang asik bermain dengan tubuh kekasihnya.

I love you Dear and I want to be with you, please stay with me forever.

I love you too Darling. Thank you for all the love you give me, I will never leave you and I want to grow old with you.

Keadaan mereka berdua semakin intim, suara desahan serta erangan keduanya saling bersahutan. Mereka berdua menghabiskan malam panas mereka dengan penuh gairah dan berakhir dengan pelukan erat keduanya.

Fin.


“Kenapa tiba-tiba meminta menginap di rumahku sekarang sih, Aku belum bersiap menyambut kedatanganmu loh padahal. Kalau Kau bilang menginap besok, Aku kan bisa bersiap-siap dulu sekarang”.

Dia terus menggerutu setibanya Kami di rumahnya, rumahnya cukup besar dengan nuansa klasik. Tidak ada orang lain di rumahnya selain Dirinya dan satu pelayan laki-laki keluarganya yang terlihat berumur sekitar setengah abad.

Saat ini Kami tengah berada di kamar miliknya. Aku merebahkan tubuhku di kasurnya, setelah mengganti seragam sekolahku dengan pakaian lama milik ayahnya yang masih tersimpan di lemari orang tuanya.

“Di mana orang tuamu? Kau tinggal sendiri dengan satu pelayan keluargamu?”. Tanyaku penasaran.

“Yaa, Aku memang tinggal sendiri di rumah ini bersama pelayanku, Mereka menetap di luar negeri saat ini karena urusan pekerjaan Mereka”. Jawabnya sambil merapikan meja belajar miliknya. Aku menatap punggungnya lamat-lamat, dan Aku bangkit dari kasurnya kemudian berjalan menghampirinya. Aku peluk gadis di depanku dengan erat. Aku merasakan tubuhnya menegang di pelukanku yang terasa tiba-tiba, beruntung Dia tidak melawan dan membuatku mempererat pelukanku.

“Biarkan seperti ini sebentar”. Mendengar permintaanku, Dia semakin rileks dalam pelukanku. Aku rindu memeluknya seperti ini. Aku rindu aroma tubunya yang baunya tercium seperti mawar, setiap kali Aku berada sangat dekat dengannya. Tapi, tiba-tiba Aku teringat akan suatu hal, Aku membalikkan tubuhnya sehingga Kami berhadapan.

“Hei, Kau belum memberianku kado untuk ulang tahunku kan?”. Tanyaku dengan posisi masih memeluk Dirinya.

“Ehh, uhm yaa, Aku tidak tahu kalau Kau berulang tahun hari ini, jadi Aku belum sempat memberikanmu kado ulang tahun”. Raut wajahnya berubah menyesal ketika mendengar pertanyaanku barusan. Aku hanya menyeringai puas akan ide yang terlintas di otakku.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kadonya Aku terus memelukmu sampai pagi. Tidak boleh lepas! Aku juga ingin tidur dengan terus memelukmu, jadi Kau tidak perlu repot mencarikanku kado ulang tahun. Bagaimana, setuju?!”.

“A-APAA?!?!”.

“Baiklah, Aku anggap itu persetujuan dari Dirimu”.

“HEI!”

Aku kembali mempererat pelukanku, dan kali ini tidak akan aku lepaskan. Aku tidak peduli jika Diriku terkesan seenakya saja bagi Dirinya, yang penting Aku bisa kembali memeluknya seperti dulu lagi.

Akako POV.


Aku melangkahkan kakiku di sepanjang koridor menuju ruang kelas yang aku tempati, rasanya suasana sekolah terutama para murid hari ini sedikit lebih ramai dari hari-hari biasanya, mungkin karena rumor yang katanya hari ini kedatangan murid baru tebakku. Walaupun Aku tahu beberapa dari mereka melirik ke arahku saat sedang berjalan menuju ruang kelas, namun Aku mencoba untuk tidak peduli, Aku sudah terbiasa dengan tatapan mereka kepadaku.

“Akako selamat pagi”. Itu Aoko yang menyapaku dengan senyumannya yang ceria seperti biasanya saat Aku masuk ke dalam kelasku, bisa dibilang Dia satu-satunya gadis yang paling akrab denganku. Aku balik menyapanya dengan seramah mungkin.

“Pagi Aoko”.

Gadis itu berjalan mengikutiku menuju tempat dukukku. Sepertinya ada sesuatu yang ingin Dia bicarakan denganku.

“Hei Akako, soal rumor murid pindahan yang akan datang hari ini bagaimana menurutmu”.

“Entahlah, banyak murid yang menduga dan berharap kalau murid pindahan tersebut seorang Detektif asal London yang baru tiba di Jepang kemarin”.

“Hei, Apa kau tidak ingin berharap juga jika murid pindahan itu memang detektif Hakuba seperti yang lain Akako?”. Pertanyaan Aoko membuatku terdiam, bohong kalau Aku tidak mengharapkannya, apalagi laki-laki itu adalah orang yang sangat ingin kutemui dan aku cari-cari selama ini.

“Yeah, Aku memang mengharapkannya sejak aku mendengar rumor itu dan Aku juga berharap Dia akan ditempatkan di kelas ini jika rumor itu memang benar adanya”.

“Setuju, kelas kita akan jadi lebih ramai jika kedatangan anggota baru lagi”. Ucapnya menyetujui apa yang Aku katakan. Aku hanya tersenyum membalas ucapannya.

Tidak lama kemudian bell tanda waktu kegiatan belajar terdengar, semua murid kelasku langsung bersiap di tempat duduk Mereka masing-masing. Dan beberapa saat kemudian, datang guru yang menjadi wali kelasku.

“Halo semuanya, selamat Pagi, Hari ini Kita kedatangan murid baru loh”.

Mendengar apa yang baru saja di katakan oleh guru di depan kelas, membuat seisi kelas menjadi gaduh, Aku sendiri juga sama kagetnya dengan yang lain, harapanku agar rumor itu benar adanya semakin besar.

“Ehhh jadi murid baru itu benar di tempatkan di kelas ini?”.

“Waaa”.

Mataku terbelalak saat melihat wajah yang begitu familiar seseorang yang sedang memasuki kelas, kemudian berhenti di depan kelas sekadar untuk memperkenalkan dirinya.

“Namaku Hakuba Saguru, Aku baru saja pindah dari London Bridge School, tinggiku 180 cm dengan berat badan 65 kg, lahir 29 Agustus, ber-zodiac Virgo dan memiliki golongan darah A, salam kenal semuanya”.

“Wow benar-benar seorang detektif terkenal dari London”.

“Tampan sekaliii”.

“Keren”.

Aku hanya terdiam mendengarnya memperkenalkan diri, suara baritonnya yang khas tidak berubah sama sekali, masih seperti suaranya yang dulu. Aku segera menundukkan wajahku ketika sadar bahwa sedari tadi Dia juga memperhatikanku sambil memperkenalkan dirinya. Bodohnya Aku, bisa-bisanya membuat malu diri sendiri di pertemuan pertama kami. Tapi yang membuatku bertanya-tanya saat ini, kenapa Dia memperhatikanku begitu dalam? Dan sorot matanya, Aku tahu itu adalah sorot kerinduan. Apa Dia juga mengingatku? Pikiran-pikiran itu membuatku sedkit frustrasi, sampai ucapan salah satu murid di kelas menyadarkanku kembali.

“Waah, ternyata Hari ini ulang tahunmu Hakuba, selamat ulang tahun kalau begitu”.

“Selamat ulang tahun”.

“Hakuba, selamat ulang tahun”.

“Ahahaha, terima kasih semuanya”. Dia hanya tertawa kecil mendengar beberapa ucapan ulang tahun dari para teman kelas, namun Aku tahu Dia cukup bahagia mendengarnya, ekspresinya begitu mudah dibaca untuk saat ini.uca

“Baiklah jika sudah selesai dengan perkenalannya, Hakuba duduklah di tempat duduk kosong di sebelah Koizumi Akako di sana. Koizumi Akako angkat tanganmu”. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana gugupnya Diriku saat ini, tanpa sadar tanganku sedikit gemetar saat mengangkat tangan ditambah wajahnya yang sedikit tersenyum melihatku membuatku semakin malu, sebisa mungkin Aku menghindari wajahku dari Dirinya agar tidak ketahuan kalau wajahku saat ini sudah seperti kepiting rebus yang menjadi semakin merah saat Dia berjalan mendekat menuju tempat duduk di sebelahku.

“Apa Kau baik-baik saja, Koizumi Akako? Wajahmu memerah tuh”. Nada khasnya yang manis tapi juga menjengkelkan, terdengar di telingaku ketika Dia memanggilku dari tempatnya yang berada di sebelahku. Aku mengigit bibirku untuk mengontrol semua perasaan yang memenuhi diriku. Saat ini Aku masih begitu gugup dan malu untuk bertatapan dengannya.

“A-aku baik-baik saja kok”. Jawabku sengaja ketus tanpa menoleh kearah dirinya.

“Padahal Aku jauh-jauh pindah dari London ke sini untuk mencari Dirimu, tapi sepertinya Aku justru malah diabaikan seperti ini”. mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya, membuatku menoleh ke arahnya. Bayangan wajah murungnya di kepalaku sebelum menoleh ke arahnya seketika sirna, yang kulihat bukanlah wajah murung laki-laki yang sedang kutatap, justru senyuman yang meneduhkan yang terpasang begitu indah di wajahnya.

I miss You so much princess”.

Mataku terbelalak mendengar apa yang baru saja Dia katakan, saat ini Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya, bilang bahwa Aku juga sangat merindukan laki-laki ini. Aku menundukkan wajahku berusaha menahan perasaan yang saat ini membuncah di dadaku.

“Nanti saat pulang sekolah ikut Aku, Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat”. Ucapku dengan lirih, tapi Aku yakin Dia masih bisa mendengarnya.

…• ͽ΅🏫῭ͼ •…

Saat ini jam menunjukkan pukul empat sore, kegiatan sekolah hari ini telah berakhir dari beberapa saat yang lalu, Aku dan Saguru saat ini tengah menuju tempat yang ingin kutuju dengan berjalan kaki, Aku memang sudah terbiasa pergi atau pulang sekolah dengan berjalan kaki, tapi kali ini Aku tidak sendirian ada Saguru yang menemaniku, jadi hitung-hitung juga sambil memperlihatkan pemandangan di sekitar sini.

“Jadi, sebenarnya mau kemana Kita sekarang?”.

“Diam saja deh, Sebentar lagi juga sampai kok”.

Tidak lama kemudian Aku menarik tangan Saguru dan mengajaknya berlari saat sebuah tanah lapang yang banyak beragam jenis bunga, dan pepohonan di pinggir tanah lapang, terlihat di depan mata. Protesan dari Saguru terdengar ketika Diriku dengan seenaknya menggeret Dirinya begitu saja, Aku hiraukan protesannya dan mengajaknya duduk di bangku panjang yang berada di pinggiran tanah lapang.

“Aku sering ke tempat ini sebelumnya, untuk mencari udara segar atau sekadar menikmati pemandangannya”.

“Yaaa Aku akui, pemandangan di sini memang cukup indah”.

Aku melirik ke arahnya yang justru membuatku ingin mengabadikan wajahnya yang kini bermandikan cahaya matahari yang sedang terbenam, matanya yang jernih terus menatap matahari yang sedang terbenam, apa Dia tidak menyadari Diriku yang sedari-tadi melirik ke arahnya? Dan juga Aku ingin tahu apa yang ada di pikirannya saat ini.

“Aku sangat bahagia saat ini, bisa bertemu denganmu lagi adalah anugrah di hidupku saat ini, apalagi saat mengetahui bahwa Kita berdua sama-sama diberi memori kehidupan dulu”. Dirinya menoleh ke arahku dengan senyuman teduhnya

“Hei, Saguru…”.

“Hmm?”.

Happy birthday… maaf tidak bisa memberimu kado tepat waktu untuk ulang tahunmu. Kau juga harus tahu jika Aku begitu bahagia saat ini, Kita akhirnya bisa bertemu lagi setelah sekian lama terpisah, I miss You too Prince”.

Matanya terbelalak ketika Dia mendengar ucapanku, tak ketinggalan juga semburat merah menghiasi pipinya, Dia benar-benar terlihat manggemaskan sekarang.

Tubuhku tiba-tiba ditarik olehnya, tangannya yang besar menyentuh pipiku, membuat Diriku saling bertatapan dengannya. Dengan jarak yang begitu dekat, Aku bisa melihat binar matanya yang sarat akan kerinduan sekaligus kebahagiaan. Dia semakin mendekatkan wajahku, mengeliminasi jarak diantara kita, dan mataku terpejam menikmati ciuman manis yang diberikannya dengan latar matahari yang perlahan semakin terbenam membuat suasana di sekitar Kami semakin indah.

“Rumahmu dekat dari sini kan? Kalau begitu ayo ke rumahmu, Aku ingin menginap di rumahmu”.

“EHH!”.

"À L'éternité"
— To Eternity.

.

.

.

Tap, tap, tap, tap. Suara heels yg bersautan mengiringi langkah kaki seorang putri yang tengah mengendap-endap berjalan melewati Halaman belakang Istana.

“Putri Akako! ”.

“Cepat cari tuan putri lagi sampai ketemu! ”.

Teriakan para maid terdengar tak jauh dari posisi putri Akako yang sekarang tengah bersembunyi di antara semak-semak dan pilar Halaman belakang Istana. Para maid terlihat begitu panik mencari Putri Mahkota Kerajaan semata wayang Mereka yang suatu saat nanti akan dinobatkan menjadi seorang Ratu Kerajaan Sorcelleria.

“Ckk, para maid itu masih saja mengejarku, hah, hah, hah, hah”.

Umpat Putri Akako dengan napas tersenggal sambil tetap terus memantau para maid yang tengah kebingungan mencari Dirinya. Dikira para maid yang sedang mencarinya hilang dari arah pandangannya ia bergegas menuju pintu rahasia yang biasanya Dia gunakan saat keluar secara sembunyi-sembunyi dari Istana. Setibanya di depan pintu Dia sesegera mungkin membukanya agar tidak ketahuan oleh para maid yang sedang mencarinya ataupun penghuni Istana lainya.

“Huft, akhirnya bisa keluar juga”.

Helaan napas keluar begitu putri Akako berhasil keluar dari Istananya, namun tiba-tiba terdengar suara baritone yang khas milik seorang laki-laki di belakangnya yang sontak membuatnya tersentak kaget dan berbalik arah.

“Syukurlah Kau akhirnya kau bisa keluar dari istana ini, Putri”.

“P-pangeran! ”.

“Maaf, maaf, apa Aku mengagetkanmu tuan Putri? ”.

Putri Akako hanya terdiam mendengar perkataan yang keluar dari mulut Pangeran bersurai coklat-pirang yang berjalan mendekat ke arahnya sekarang.

“Tidak apa, dari pada itu apa Anda telah menunggu di sini cukup lama Pangeran, maaf telah membuatmu menunggu? ”.

“Tidak juga, lagipula Aku baru sampai sekitar sepuluh menit yang lalu, jangan terlalu dipikirkan”. Ucap si Pangeran sambil menyentil dahi perempuan di hadapannya, sehingga membuatnya mencecih kesakitan akibat sentilan yang dilakukannya.

“Ouch, sakit tahu! ”. Keluhnya dengan raut muka kesal serta bibir yang memayun.

Putri Akako berniat mengelus dahinya yang terkena sentilan Pangeran di hadapannya namun sebelum tangannya sempat mengelus dahinya, sebuah tangan yang lebih besar telah lebih dulu mengelus dahinya serta tak ketinggalan mendaratkan sebuah kecupan di dahi oleh sang Pangeran di hadapannya, menjadikan wajahnya memerah seperti kepiting rebus, membuat kekehan keluar dari Pangeran dari Kerajaan Niveus.

Tiba-tiba suara ringikan yang bisa dipastikan dari seekor kuda membuat Putri Akako mengalihkan perhatiannya kepada sosok Pangeran di hadapannya. Mata merah sang Putri berbinar-binar melihat apa yang ada di depannya.

“JHON! ”.

Teriakan gembira yang juga diseilingi tawa keluar dari mulut sang Putri, Dia langsung berlari mendekat ke arah kuda putih milik sang Pangeran, dan tak lupa mengangkat gaun merah yang Dia pakai agar mempermudahkan Dirinya untuk berlari mendekati kuda yang bersurai putih indah dan gagah milik Pangeran.

Pangeran Saguru memandang dengan tatapan teduh, Putri Akako yang sedang mengelus surai lembut kuda putih tersebut, membuat kuda bersurai putih milik Pangeran bereaksi senang sambil menjilat wajah cantik sang Putri menbuat tawa indah keluar dari mulut Putri.

“How grateful I am, being able to see the most beautiful sight, princess Akako with Her happy smile It's the most beautiful sight I've ever seen in this world”.

Pangeran Saguru berjalan mendekat ke arah sang Putri yang tengah asik bermain dengan kudanya, langkahnya yang mendekat ke arah Putri Akako membuat Putri cantik itu mengalihkan perhatiannya dari kuda milik Pangeran.

“Huft, Kau tahu Putri, dulu saat Aku pertama kali bertemu Jhon sikapnya berbeda jauh saat kuda ini pertama kali bertemu denganmu, hahaha Aku sempat khawatir waktu itu, Aku kira Kau akan ditendang oleh Jhon karena Kau tiba-tiba memeluknya saat pertama kali melihatnya, tapi ternyata dugaanku salah, justru Kalian berdua terlihat begitu akrab, berbeda sekali denganku yang sering kali terkena tendangannya waktu Kami sedang berlatih bersama, bahkan sampai saat ini Dia masih suka menendangku”. Cerita dari sang Pangeran selain membuat kekehan keluar dari sang Putri, juga membuat ringikan serta dengusan keluar dari kuda yang menjadi pembicaraan seolah tidak terima akan apa yang pemiliknya baru saja katakan tentangnya.

“Anda cukup lucu ternyata Pangeran”.

“Terimakasih Putri”.

Pujian yang diberikan Putri Akako kepada Pangeran Saguru membuat pipi Pangeran tampan tersebut merona malu, Dirinya berdeham agar dapat menghilangkan rasa malunya lalu menepuk pundak Putri Akako tanpa melepaskan tangannya dari pundak sang Putri, justru malah menariknya dan membuat tubuh Putri tersebut mendekat kepadanya, lalu menyandarkan tubuh sang Putri di pundak miliknya. Putri Akako yang diperlakukan hangat seperti itu oleh Pangeran yang begitu dicintainya, mulai menyamankan Dirinya, menikmati waktu di mana Dia bisa bersandar di bahu tegap yang memberikan rasa hangat pada Dirinya, sambil berharap semoga waktu bisa berhenti untuk saat-saat seperti ini.

“Aku bersyukur bisa mengenal Dirimu lebih dalam dari yang lain putri, dan Aku bersyukur Kita bisa saling mencintai seperti ini. Terkadang Aku takut akan beberapa hal, tapi Aku tepis segala kekhawatiranku, Aku yakin kalau selagi Kita terus bersama Kita akan bisa terus melewati semua ini”.

“Pangeran … ”. Putri Akako yang berada di sandaran bahu Pangeran tertegun mendengar pengakukan yang di lontarkan sang Pangeran, seiring dengan kata-kata yang keluar debaran di jantungnya begitu cepat, serta pipinya yang merah merona membuat wajah sang Putri semakin kelihatan imut dimata Pangeran Saguru.

“Janji Kita akan selalu bersama walaupun maut memisahkan Kita kan Putri Akako?! ”.

Jantung Mereka berdetak saling bersautan seakan menjadi harmoni yang seirama di antara Mereka berdua, Pangeran Saguru membalik tubuh Putri Akako membuat Mereka saling berhadapan, tatapan mata Mereka berdua saling mengunci satu sama lain, berusaha menyelam ke dalam diri Mereka satu sama lain. Putri Akako yang ditanya seperti itu tidak tahu harus bereaksi bagaimana, lidahnya medadak kelu, otaknya masih berusaha memproses kata demi kata yang dilontarkan oleh Pangeran di hadapannya.

Sejenak Putri Akako memfokuskan Dirinya, lalu menjawab pertanyaan atau mungkin lebih tepatnya sebuah janji untuk Mereka berdua ke depannya nanti, dengan bersungguh-sungguh, walaupun juga disertai kekhawatiran yang membuatnya sedikit cemas, namun Dia akhirnya membulatkan tekad akan keputusannya.

“Of course I’ll always be with You, and We’ll always be together spending all the time in this world”.

Putri Akako tersenyum selagi mengatakan janji itu, kedua tanganya Dia gerakan untuk memegang kedua pipi wajah tampan Pangeran Saguru, membuat jarak Mereka semakin menipis. Di mata Pangeran Saguru, kali ini putri Akako terlihat 1000 kali lebih cantik dari biasanya, bahkan Dia berani bertaruh jika bidadari pun akan kalah cantik dengan wanita di hadapannya. Dirinya tidak tahan lagi, Dia akhirnya mempertemukan kedua labium itu dan membawa sang Putri ke dalam dekapannya. Sedangkan belakang Istana Kerajaan Sorcelleria dan seisinya, menjadi saksi buta tempat Mereka mengikat janji.

…• ͽ΅🏰῭ͼ •…

Tatapan seorang Putri menerawang ke masa saat ia memegang sebuah foto, yang mana menjadi satu-satunya benda peninggalan yang Dia bawa walaupun harus dengan sembunyi-sembunyi, yang berisikan Dirinya bersama seorang Pangeran bersurai coklat-pirang yang tampak begitu gagah. Jari-jari lentiknya mengusap foto yang Dia pegang, seolah sedang berusaha mengelus sosok selain Dirinya yang berada di dalam foto tersebut.

“Sudah sepuluh tahun berlalu ya Pangeran …”.

Senyum pedih tampak di wajah sang Putri, walaupun dalam pencahayaan yang temaram sebuah ruangan di balik jeruji besi yang tampak seperti ruang pengasingan di sebuah Menara. Dia berbicara pada sosok Pangeran yang berada di foto yang Dirinya pegang seolah sosok Pangeran yang ada di dalam foto tersebut dapat mendengarkannya.

“Kalau Aku tidak salah ingat, hari ini adalah saat di mana Kita membuat janji untuk selalu bersama bukan, Pangeran”.

“Anda lihat, Aku sampai sekarang masih memegang janji Kita … ”.

“Tapi, kenapa Anda justru meninggalkanku lebih dulu? ”.

“Jika saja perang waktu itu tidak terjadi, sampai saat ini mungkin Kita masih selalu bersama, menikah dan mempersatukan Kerajaan Kita, kemudian menjadi sepasang Raja dan Ratu sekaligus orang tua bagi putra-putri Kita nanti”.

“Seharusnya waktu itu Anda tidak perlu melindungiku, Aku kuat, Aku mampu bertahan serta melawan balik dari serangan Mereka, jika saja waktu itu Anda tidak perlu repot-repot membantuku untuk melawan Mereka, Anda pasti tetap hidup sampai saat ini”.

“Maafkan Aku, jika saja dulu Aku punya kekuatan lebih, Aku mungkin bisa menghalangi Mereka agar tidak membuat kekacauan hingga seperti ini, maaf … ”.

Tubuhnya bergertar, isakan yang sedari tadi Dia tahan, Dia keluarkan bersamaan dengan setiap keluhan yang Dia ucapkan yang kini tumpah, sang Putri tidak bisa menahannya lagi, ia tumpahkan semua rasa rindu yang kembali menghampirinya, terhadap sosok Pangeran yang memberikan cahayanya di hatinya yang kosong.

“Aku merindukanmu, hati dan raga ini tidak akan pernah berganti pemilikya selain Anda Pangeran, biarkan Aku seperti ini sebentar saja untuk terakhir kalinya”.

Sesuai janji Kita yang akan selalu tetap bersama, Kita akan segera bersama lagi, bahkan kali ini tidak ada yang akan memisahkan Kita, jadi tunggu Aku Pangeran! ”.

Derap langkah sepatu terdengar di luar ruangan sang Putri, Dia sesegera mungkin menghapus bekas tangisannya dan menyembunyikan foto yang Dia genggam, sebelum penjaga menara merampas satu-satunya benda berharga miliknya.

“Putri Akako”. Panggil penjaga menara pada sang Putri yang berada di balik jeruji besi.

“Ya”.

“Bersiap-siaplah untuk besok Putri”.

“ … ”. Putri Akako hanya diam tak membalas apa yang diucapkan sang penjaga.

“Kalau begitu Saya permisi”. Dan sang penjaga pergi meninggalkan sang Putri dalam kesendirian lagi.

Yang dikatakan penjaga Menara memang benar adanya, yang berada di dalam ruangan di belik jeruji besi tersebut memang Putri Akako, Dirinya terpaksa ikut menanggung dosa, dikarenakan banyak anggota Kerajaannya yang berkhianat pada perjanjian antar Kerajaan Sorcelleria dengan Kerajaan Niveus sehingga menyebabkan perang, yang ironisnya para pengkhianat itu dipimpin oleh sang Ratu alias ibunya sendiri yang telah mati dalam perang. Dan besok Dia akan dieksekusi mati massal, bersama para anggota Kerajaan dan juga para pengkhianat dari Kerajaannya yang masih hidup usai perang, yang juga menjadi tahanan kerajaan Niveus bersama Dirinya.

“Aku menerimanya, Aku beserta para pengkhianat itu memang pantas mendapat hukuman ini, ini hukumanku karena membuat Anda harus rela mengorbankan nyawa, Pangeran, lagipula hingga saat Kerajaanku runtuh, Aku belum dinobatkan menjadi seorang Ratu, jadi Aku bisa apa? Semuanya sudah berakhir, dan tidak bisa kembali ke sedia-kala”.

“Tunggu Aku sebentar lagi Pangeran, Aku akan menyusul Anda di sana, dan setelah itu Kita bisa kembali bersama lagi tanpa ada yang memisahkan Kita. Jadi, Aku mohon, tunggu Aku sebentar lagi, hingga semuanya selesai dan Kita bisa bersama lagi di tempat sana, ayo buktikan kalau Anda masih memegang janji yang telah Kita buat untuk tetap bersama walaupun maut memisahkan Kita! ”.

…• ͽ΅🏰῭ͼ •…

Kala itu, di waktu perang sedang dalam keadaan sekacau-kacaunya …

Suara pedang yang saling beradu, teriakan serta seruan-seruan perang dari masing-masing pihak membuat keadaan begitu ricuh. Ditengah kericuhan perang, Pangeran Saguru tengah panik mencari keberadaan Putri Akako yang sialnya saat ini menjadi salah-satu musuh Kerajaannya, tapi di sisi lain, Ia harus tetap fokus melindungi dirinya serta menjatuhkan lawan. Matanya terkadang menelusuri tiap bagian di medan perang, selagi Dirinya terus melawan para musuh menggunakan pedang yang dibawanya.

“Pangeran Kau harus tetap fokus pada musuhmu, jika Kau tidak mau Dirimu mati dalam perang ini, tapi akan menjadi suatu kehormatan bagiku jika bisa mengalahkanmu atau bahkan bisa membunuhmu Pangeran hahahaha”. Cemooh salah satu prajurit dari lawan yang sedang berhadapan dengan Pangeran Saguru yang semakin memfokuskan dirinya terhadap lawan di hadapannya. Pangeran Saguru tidak menghiraukan apa yang dikatakan musuh di depannya, pikirannya terus fokus pada musuh di depannya, menunggu musuhnya lengah agar langsung dapat Dia jatuhkan dalam sekali serang.

Dirasa musuhnya tengah lengah akibat debu yang berterbangan di sekitar mereka, Pangeran Saguru langsung menghunuskan pedangnya pada musuhnya tepat di bagian perutnya. Dirinya langsung bergegas kembali mencari keberadaan Putri Akako setelah berhasil menjatuhkan lawannya.

Tepat di arah jam sembilan, akhirnya Pangeran Saguru berhasil menemukan keberadaan sang Putri. Namun, pada saat itu juga matanya seketika membelalak melihat keadaan Putri Akako yang tengah dikepung oleh beberapa prajurit Kerajaannya. Tanpa pikir panjang Pangeran Saguru berlari menuju area tempat Putri Akako berada, pedangnya Dia siapkan untuk menghunus siapapun yang menghalanginya, saat ini pikirannya serta kekhawatitan terhadap sosok cantik tersebut memenuhi Dirinya.

“PUTRI AKAKO, AWAS DI BELAKANGMU! ”. Teriak Pangeran Saguru saat melihat pedang dari prajuritnya yang akan menghunus Putri Akako dari belakang.

“Huh!? ”.

Bersyukur teriakan dari Pangeran yang tengah berlari menuju ke arah Putri Akako dapat terdengar oleh sang Putri, sehingga Putri Akako dapat menangkis dan membalikkan serangan lawan, yang berakhir dengan jatuhnya pedang milik lawan beserta empunya yang kini sudah tidak berdaya lagi. Napas Putri Akako terengah-engah sehabis mengalahkan beberapa lawan yang tadi dihadapinya seorang diri.

“Putri, Kau baik-baik saja? ”. Tanya Pangeran Saguru setibanya di hadapan Putri Akako, sambil tangannya menyeka keringat, dan membersihkan noda debu serta kotoran, di wajah cantik Putri.

“P-pangeran, kenapa Anda di sini? ”. Putri Akako tidak langsung menjawab pertanyaan dari Pangeran, tapi justru bertanya balik pada Pangeran di hadapannya dengan raut wajah sendu.

“Dasar bodoh! Tentu saja Aku mengkhawatirkanmu! ”. Sentak Pangeran Saguru yang tangannya kini memegang kedua lengan milik Putri Akako. Memastikan bahwa Putri di hadapannya baik-baik saja, yang membuat Putri Akako tidak bisa berkata-kata dan hanya menundukkan kepalanya.

“A-aku baik-baik saja, tapi kenapa Anda menolongku? Aku musuhmu sekarang … ”. Saat ini Dia tidak berani menatap Pangeran di hadapannya, Dia takut jika Dirinya akan goyah jika Dia menatap mata Pangeran yang selalu memancarkan kehangatan pada Dirinya.

“MASA BODOH! AKU TIDAK PEDULI, AKU TAHU KAU TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN MEREKA! ”. Mendengar apa yang diucapkan oleh putri Akako, Pangeran Saguru langsung membantahnya dan mengeratkan pegangannya di kedua lengan milik putri Akako. Membuat putri Akako mendongak menatap wajah sang Pangeran.

“Tenang saja, Aku pasti akan melindungimu”. Senyum lembut Pangeran Saguru terukir saat mengatakan hal itu, dan tangannya yang satu berpindah mengelus pipi milik putri, membuat mata Putri Akako berkaca-kaca saat mendengarnya dan membuat perasaannya menghangat. Sayangnya Mereka tidak bisa menikmati moment Mereka berlama-lama, tiba-tiba Panglima Perang dari Kerajaan sang Pangeran datang menginterupsi Mereka berdua.

“Pangeran, Saya mohon pangeran undur dari sini, Saya tidak ingin melukai Anda saat Saya mengalahkan Putri ini, Pangeran”. Ucap Panglima Perang tersebut dengan pedang di tangannya yang telah siap untuk menyerang kapan saja.

“Jika Aku bilang, Aku tidak akan mengizinkan siapapun menyentuhnya bagaimana? Panglima Perang Lynford! ”.

“Tch, sadarlah Pangeran, wanita itu musuhmu! Anda tahu sendiri bukan, jika Anda menlindungi musuh Kerajaan, Anda berarti juga menjadi pengkhianat! ”.

“Aku tidak peduli Panglima Perang Lynford”.

“PANGERAN! ”. Teriak sang Putri saat mendengar apa yang telah dikatakan oleh Pangeran Saguru.

“Huuh, baik jika itu keputusan Anda, kalau begitu bersiaplah kalian berdua. Dan pangeran, Anda tahu bila Saya tidak akan pernah segan terhadap siapapun yang menjadi lawan Saya bukan! ”.

“Iya. Aku tahu itu”.

“Bersiaplah Putri, Panglima Perang Lynford bukan lawan yang mudah untuk ditakluki”.

“T-tapi, Pangeran … ”.

“Jangan khawatir, Aku akan melidungimu, Aku janji itu! ”. Ucap Pangeran Saguru mencoba menenangkan sang Putri, tak ketinggalan kedipan lucu di matanya yang sama sekali tidak mempan bagi Putri Akako karena kekhawatiran Dia terhadap Pangeran yang berdiri di depannya yang begitu besar.

“Dasar bodoh, apa Anda tidak tahu jika Aku justru sangat mencemaskan dirimu pangeran”.

Ketiga pedang Mereka terus saling beradu, walaupun secara jumlah lebih unggul Pangeran Saguru yang dibantu Putri Akako, namun Panglima Perang Lynford tak kalah kuat dari Mereka berdua, bahkan kekuatannya hampir setara dengan gabungan kekuatan dari Pangeran Saguru serta Putri Akako. Mereka terus bertarung hingga sampai pada saat di mana Pangeran Saguru menyadari sebuah anak panah melesat dari arah lain menuju ke arah Putri Akako bersamaan dengan Dirinya yang mendorong Panglima perang Lynford hingga terjatuh, dan langsung bergegas meninggalkan posisi bertarungnya, kemudian berlari menuju ke arah Putri Akako untuk menyelamatkannya, tanpa memperdulikan keselamatan Dirinya sendiri.

Putri Akako memang berhasil diselamatkan, hanya saja anak panah tersebut justru menancap tepat di jantung Pangeran Saguru, sebelum Dia menyelamatkan Dirinya sendiri. Putri Akako terbelalak melihat apa yang baru saja terjadi, Dia dengan cepat menangkap tubuh Pangeran Saguru sebelum tubuhnya jatuh ke tanah, dan tanpa sadar air mata keluar membasahi wajahnya.

“P-pangeran kumohon bertahanlah! ”. Pinta putri Akako yang begitu panik melihat kondisi Pangeran Saguru yang begitu mengkhawatirkan di tompangannya.

Pangeran Saguru tidak menanggapi ucapan sang Putri, Dirinya justru membawa tangannya ke pipi sang Putri sekedar untuk menghapus air mata yang membanjiri wajah Putri Akako, yang malah membuat wajahnya terkena darah dari tangan Pangeran.

“M-maaf, padahal Aku ingin mengapus air matamu, tapi Aku malah mengotorinya dengan darahku”. Putri Akako hanya memberikan sebuah gelengan sebagai jawaban, kemudian menggenggam tangan milik Pangeran yang masih berada di pipinya.

“K-kumohon, cabut anak panah ini Putri, Kau bisa kan? ”. Gelengan semakin keras diberikan Putri Akako, disertai air mata yang semakin deras mengalir di wajahnya bercampur dengan darah milik Pangeran.

“P-putri tenanglah, Aku akan tetap selalu bersamamu. Di sini, tepat di lubuk hatimu. Seperti janji Kita untuk tetap bersama, dan Aku akan menunggumu sampai waktumu tiba. J-jadi tolong cabut anak panah ini dariku”. Putri Akako tidak bisa lagi menahan suara tangisannya, dengan berat hati ia memenuhi permintaan terakhir dari kekasihnya, mau tidak mau dirinya harus merelakan kekasihnya untuk pergi dari sisinya.

“T-tidak … t-tidak mungkin … ”.

“PANGERAAAAAN! ”.

Teriakan histeris beserta tangisan sang Putri memenuhi area perang. Sang Pangeran akhirnya menutup mata dengan senyuman yang terukir di wajah tampannya, di pelukan kekasih tercintanya. Tak lama kemudian perang akhirnya telah berakhir, dimenangkan oleh Kerajaan sang Pangeran yang telah menutup matanya untuk terakhir kalinya. Sang Putri tidak memperdulikannya lagi, sejak kekasihnya telah pergi dari sisinya, Dirinya telah mengalami kekalahan dan kehancuran terbesarnya.

…• ͽ΅🏰῭ͼ •…

Pelaksanaan eksekusi mati masal yang dilakukan pada siang ini membuat keramaian terlihat di Istana Kerajaan Niveus, yang disaksikan sejumlah anggota Kerajaan beserta para penduduk. Dan salah satu dari Mereka, Putri Akako, Dirinya sudah siap atas apa yang akan menantinya setelah ini, harapan satu-satunya yang Dia miliki adalah semoga semuanya berjalan dengan cepat, dengan begitu Dirinya bisa segera bertemu dengan Pangeran yang begitu dirindukannya, setelah hidupnya di dunia ini berakhir. Dan seperti yang diharapkan oleh putri Akako, pelaksanaan tersebut berlangsung tidak memakan waktu begitu lama, eksekusi telah berakhir dan saat ini tinggal sisa-sisa pembakaran mayat, para penduduk juga telah meninggalkan lokasi. Semuanya sudah selesai tidak ada beban lagi yang harus dibawa oleh sang Putri.

…• ͽ΅🏰῭ͼ •…

Wanita cantik dengan iris delima tengah mengerjap dan kemudian mengedarkan pandangan ke sekitarnya, sebuah padang bunga yang begitu luas menyapa penglihatannya, tempat ini begitu asing baginya.

“Di mana Aku? ”.

“Tempat ini indah sekali, apakah ini surga? Seingatku pun Aku memang sudah mati”.

“Ini bukan surga Princess, ini hanya tempat penghubung menuju surga di sana”.

Air mata jatuh seketika saat Dia mendengar suara yang begitu familiar dan sangat dirindukannya, wanita yang dipanggilnya Putri tersebut langsung menoleh ke belakang, mencari asal pemilik suara yang dirindukannya. Ia melihatnya, laki-laki yang dilihatnya masih sama seperti dulu, bahkan bisa dibilang saat ini laki-laki tersebut tampak sepuluh kali lebih indah, yang terpenting senyumnya masih sama dan tidak pernah berubah, membuat air matanya keluar semakin deras.

“P-pangeran! ”.

“Aku menunggumu loh, akhirnya Kita bertemu kembali Putri Akako”.

Yang disebut langsung berlari menuju pangeran bersurai coklat-emas yang begitu dirindukannya dengan isak tangis harunya, lalu dibawanya Putri tersebut ke dalam pelukannya yang begitu erat seakan tidak ingin terpisah lagi dengan kekasihnya.

“Aku sungguh merindukan Anda Pangeran, hiks … ”. Ucap Putri Akako bersamaan dengan tangisannya.

“Aku tahu itu Putri”. Pangeran Saguru mengangkat wajah cantik sang Putri, membuat mata mereka saling menyelami satu sama lain, sambil tanganya mengusap air mata yang mengalir di pipi Putri yang tengah didekapnya.

“Kali ini Kita akan selalu bersama, tanpa ada yang akan berusaha memisahkan kita”. Setelah mengucapkan hal itu dengan senyumannya yang begitu menenangkan, langsung saja Pangeran Saguru membawa keduanya ke dalam ciuman manis yang penuh akan kerinduan bagi Mereka berdua.

“finally We are reunited and will never be separated again”.

“I will never lose you anymore My dear Prince. We will be forever in this wonderful place”.

.

.

.

… END …