[#inoari dan #hikaru sebagai teman curhat, fluff semoga, bahasa indonesia nyantai.]
“Jadi,” Hikaru melirik Inoo dari ujung matanya, “kamu mau dia pindah?”
“Bukan gitu.”
Mengangguk pelan, Hikaru menaruh gelasnya di atas meja. Sebenarnya, kopi di gelasnya itu terlalu panas untuknya. Tapi tidak apa, dia suka lidah yang sedikit terbakar. Bukan karena dia tidak bisa bergerak dari tempatnya untuk menambah air untuk kopinya. Tentu bukan karena kepala Inoo yang bersandar pada bahunya.
“Jadi, kau mau bagaimana?”
Ketika mendapat panggilan tak terjawab dari Inoo dan pesan singkat yang menyuruhnya untuk datang, Hikaru kira ada masalah darurat yang terjadi. Suatu waktu, Inoo pernah melakukan hal yang sama. Masalahnya tidak darurat, hanya saja waktu itu Inoo habis mabuk dan kangen Hikaru, katanya.
Walau sudah tahu tidak ada situasi yang benar-benar darurat ketika berhadapan dengan Inoo, Hikaru tetap datang. Nantinya dia akan protes juga. Inoo pasti punya teman lain untuk dijahili atau disuruh-suruh. Dia pasti akan membawa-bawa nama Takaki ke dalam percakapan, mengingatkan bahwa hubungan Inoo dan Takaki lebih dekat dan lebih cocok untuk masalah seperti ini. Lalu Hikaru akan mengingatkan lagi bahwa Inoo sudah punya Daiki sebagai pasangan hidup yang dapat direcoki.
Namun tetap saja, Hikaru akan datang. Dia juga yang memilih untuk ikut tinggal di apartemen yang sama dengan Inoo. Tempatnya hanya berjarak tiga pintu. Dia tidak punya alasan lain untuk menolak panggilan Inoo, kecuali di hari-hari dia memang bekerja.
“Itu dia, gak tahu,” jawab Inoo, menghela napas panjang. “Dia ada di mana-mana. Pas aku bangun, aku mau tidur, aku pergi kerja, aku di rumah. Semuanya ada dia.”
“Sekarang dia gak ada,” timpal Hikaru sambil tersenyum miring, tapi cepat-cepat dia hapus karena Inoo sedang serius.
Belum lama ini, Daiki tinggal bersama Inoo di apartemen yang sama. Tidak benar-benar pindah sebab Daiki masih menyimpan mayoritas barangnya di apartemen miliknya sendiri. Barang Daiki banyak, begitu juga barang Inoo. Jadi mereka rasa memang perlu dua apartemen.
Sudah lama keduanya bersama. Kalau disuruh mengingat-ingat, rasanya Hikaru sebal sendiri karena mereka suka tebar afeksi. Tidak lebih menyebalkan ketika Inoo memamerkan kedekatannya dengan Takaki, sih, tapi tetap saja dia sebal.
Pada awal-awal Daiki mulai tinggal bersama Inoo, tidak ada masalah yang muncul. Kelihatannya, mereka baik-baik saja. Baik Takaki maupun Hikaru tidak menerima keluhan dari Inoo atau Daiki. Yamada juga bilang kalau Daiki justru lebih cerah semenjak tinggal bersama.
Namun semua itu buyar ketika hari ini Hikaru disuruh datang dan mendengarkan celotehan Inoo sepanjang dua jam penuh.
“Ini yang kamu mau, bukan?” Hikaru bertanya kembali, memecahkan keheningan karena rasanya dia mengantuk perlahan. Ditambah dengan helaian rambut Inoo yang sesekali mengusap pipinya, dia tidak yakin bisa terjaga.
Inoo tidak langsung menjawab. Hikaru tidak memaksanya untuk memberi jawaban. Lucu sebenarnya, karena dalam momen seperti ini, Inoo terlihat seperti anak kecil dari mata Hikaru. Bukan anak kecil yang jahil atau banyak canda, tapi anak kecil yang bingung dan bertanya pada orang dewasa untuk jawaban. Terlebih, mereka berdua lebih sering melempar ejekan pada satu sama lain. Rasanya aneh, tapi tidak berarti dia tidak suka.
“Iya,” Inoo akhirnya menjawab, “mungkin.”
“Aku tahu aku tidak selalu sepenuhnya mendukung kalian karena kalian suka menyebalkan,” Hikaru menyandarkan kepalanya pada kepala Inoo, “tapi, Inoo-chan, ini adalah bagian 'bahagia selamanya' yang ada di dongeng.”
“Hah?” Inoo menarik kepalanya dan menatap Hikaru dengan sedikit sebal. Tidak lucu sekali kalau Hikaru bercanda di saat dia sedang mode serius.
“Bagian 'bahagia selamanya', bagian kedua tokoh utama akhirnya bersama,” Hikaru merenggangkan lengannya sedikit, terasa pegal juga ternyata, “pada bagian itu, keduanya terus bersama. Pasangan mereka pasti selalu mengisi hari-hari mereka. Jadi, ya, tidak aneh Dai-chan selalu ada di setiap tempat.”
Tidak salah juga. Pada dongeng, hampir semuanya di akhiri dengan 'bahagia selamanya'. Namun apa yang terjadi setelahnya? Apa yang kedua pasangan itu lakukan ketika mereka sudah melewati semua rintangan dan dapat bersama?
Inoo tertawa pelan. Menatap Hikaru dengan senyum lebar.
Tidak salah dia memanggil Hikaru untuk datang.