hiirei

thingsyousaidprompt

[#takanoo, angst, pov kedua takaki, #thingsyousaidprompt, bahasa indonesia.]

“Kau yakin?”

Walau bertanya begitu, justru suaramu yang terdengar ragu. Jemarimu masih bertautan dengannya. Rasanya, tidak ada di antara kalian yang ingin melepaskan.

Jarinya panjang. Lebih lentik. Jauh berbeda darimu yang sedikit kasar dengan kuku yang terlihat pendek. Secara ukuran, tanganmu lebih besar darinya yang ramping. Namun pas untuk kalian mengisi kekosongan dalam sela jemari masing-masing.

“Aku yakin,” jawabnya kemudian, pandangannya tertuju pada jemari kalian. Perlahan, dia memisahkan jemarinya. Melepaskan posisinya satu per satu pada sela-sela jemarimu, mengembalikan kekosongan yang selalu ada di sana. “Karena tidak adil untukmu kalau aku tetap di sini. Apapun yang terjadi, nyatanya aku akan selalu kembali kepadanya.”

“Tidak adil pun tidak apa-apa,” ujarmu cepat, lebih terdengar sebagai gumam yang tidak menyampai telinganya. Tidak sampai pada siapapun kecuali pikiranmu di masa mendatang dengan penyesalan.

Kali ini dia menatapmu, berdiri di depan pintu dengan senyum perpisahan. Kau tidak ingin merelakannya, tapi langkahnya mendahului segala niatan yang ada dalam pikiranmu.

Dia pergi. Kau tidak punya keberanian untuk mengejarnya.

[#yabunoo, pov kedua yabu, ((kayaknya)) angst, cheating theme, #thingsyousaidprompt, bahasa indonesia.]

“Puas?”

Kau melihatnya tersentak, jelas tidak mengharapkan kau masih bangun dan mendapatinya pulang dari entah mana. Kau punya dugaanmu. Punya juga bukti keberadaannya dari laporan teman-temanmu yang melihatnya dengan orang lain. Namun kau tidak ingin percaya.

Tidak ingin percaya, tapi saat ini kau jelas dapat mencium parfum asing serta alkohol yang jelas tidak berasal dari kulkas rumah kalian. Perlahan, dia menolehkan wajahnya. Dalam cahaya yang minim, kau tetap dapat melihat ekspresi bersalahnya.

Dia tidak menjawab. Kau juga tidak yakin kau butuh jawaban. Dalam situasi normal, mungkin kau tidak tahan dengan kesunyian, ingin mengisinya dengan ujaran fakta tidak penting yang dia tidak mau dengar. Tapi kali ini kau lelah, bukan hanya karena kau belum tidur sama sekali.

Kau menghela napas, menjadi pemecah keheningan yang ada. Waktu sudah larut. Kau tidak ingin menghadapi hal ini sekarang juga.

Jadi kau membalikkan badanmu, tidak lagi ingin melihat wajah bersalahnya. Menunda segalanya sampai pagi datang.