hyuckren

Raihan akui ini adalah pengalaman pertamanya menonton konser. Sudah dua puluh tahun ia menginjakkan kaki di bumi, tapi baru hari ini ia bisa merasakan euforia menonton konser. Hari ini tentu akan menjadi hari yang mengesankan dan tidak akan terlupakan untuk Raihan.

Setelah harus mengantre cukup lama, akhirnya Raihan bersama yang lainnya berhasil memasuki venue. Begitu masuk, Raihan langsung dibuat takjub dengan suasana ramainya penonton konser dan panggung di depan sana. Raihan cukup bersyukur karena penerangannya yang minim. Karena sebenarnya, indera penglihatannya cukup sensitif dengan lampu yang terang dan menyilaukan.

Sampai akhirnya acara konser dimulai, seorang Baskara Putra kini tengah berdiri tegak sembari melantunkan lagu-lagunya yang tidak pernah mengecewakan para pendengarnya.

Sejak acara konsernya dimulai, fokus Raihan pecah dan terbagi. Raihan tidak bisa fokus menikmati penampilan Baskara jika ada Maha di sebelahnya. Raihan sudah berkali-kali melirik Maha hanya untuk mencuri pandang. Maha yang sedari tadi tidak bisa diam dan terus berseru histeris berhasil membuat jantung Raihan berdegup kencang.

Hingga di pertengahan acara, Raihan dikejutkan oleh sebuah tangan yang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya dan menariknya. Raihan refleks menoleh dan langsung terkejut begitu melihat siapa pelakunya. Raihan sempat memberontak namun sia-sia saja karena tenaganya kecil. Mau buka mulut pun rasanya enggan, karena percuma, suara bahkan teriakannya akan kalah dengan riuhnya konser ini.

“Maaf, gue bawa kesini soalnya di sebelah sana agak anarkis…” Bisiknya pada Raihan. Raihan menoleh ke tempat tadi dan benar saja, penonton di belakang Maha dan lainnya cukup anarkis.

“Gue kaget, Abim…” Raihan mulai membuka suaranya.

“Apa, Rai? Gak dengar!” Seru Abim sembari mendekatkan indera pendengarannya tepat di depan wajah Raihan.

Raihan mendengus pelan, “Gue tadi kaget,”

Abim meringis pelan sembari mencondongkan tubuhnya. Abim berbisik di telinga Raihan.

“Maaf ya.. Gue gak bermaksud bikin lo kaget, Rai. Gue cuma mau ngelindungin lo…” Lagi-lagi, Raihan bersyukur. Karena penerangannya yang minim, membuat semburat merah di sekitar pipi Raihan tersamarkan atau bahkan tidak terlihat sama sekali.

“Rai!” Abim berseru kembali.

“Ya?” Sahut Raihan seadanya.

“Gue izin buat rangkul pundak lo sampai konser selesai ya? Demi Tuhan, ini bukan akal-akalan gue buat modus. Gue cuma gak mau lo kena senggol sama yang ada di sebelah lo itu! Lihat deh, itu orangnya gak bisa diem gitu. Takut kena lo. Boleh?” Tanpa Abim sadari, Raihan meremas ujung bajunya sebelum akhirnya mengiyakan dan membiarkan Abim untuk merangkulnya hingga satu jam ke depan.

Written by Arash ( @hyuckrenism )

Raihan akui ini adalah pengalaman pertamanya menonton konser. Sudah dua puluh tahun ia menginjakkan kaki di bumi, tapi baru hari ini ia bisa merasakan euforia menonton konser. Hari ini tentu akan menjadi hari yang mengesankan dan tidak akan terlupakan untuk Raihan.

Setelah harus mengantre cukup lama, akhirnya Raihan bersama yang lainnya berhasil memasuki venue. Begitu masuk, Raihan langsung dibuat takjub dengan suasana ramainya penonton konser dan panggung di depan sana. Raihan cukup bersyukur karena penerangannya yang minim. Karena sebenarnya, indera penglihatannya cukup sensitif dengan lampu yang terang dan menyilaukan.

Sampai akhirnya acara konser dimulai, seorang Baskara Putra kini tengah berdiri tegak sembari melantunkan lagu-lagunya yang tidak pernah mengecewakan para pendengarnya.

Sejak acara konsernya dimulai, fokus Raihan pecah dan terbagi. Raihan tidak bisa fokus menikmati penampilan Baskara jika ada Maha di sebelahnya. Raihan sudah berkali-kali melirik Maha hanya untuk mencuri pandang. Maha yang sedari tadi tidak bisa diam dan terus berseru histeris berhasil membuat jantung Raihan berdegup kencang.

Hingga di pertengahan acara, Raihan dikejutkan oleh sebuah tangan yang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya dan menariknya. Raihan refleks menoleh dan langsung terkejut begitu melihat siapa pelakunya. Raihan sempat memberontak namun sia-sia saja karena tenaganya kecil. Mau buka mulut pun rasanya enggan, karena percuma, suara bahkan teriakannya akan kalah dengan riuhnya konser ini.

“Maaf, gue bawa kesini soalnya di sebelah sana agak anarkis…” Bisiknya pada Raihan. Raihan menoleh ke tempat tadi dan benar saja, penonton di belakang Maha dan lainnya cukup anarkis.

“Gue kaget, Abim…” Raihan mulai membuka suaranya.

“Apa, Rai? Gak dengar!” Seru Abim sembari mendekatkan indera pendengarannya tepat di depan wajah Raihan.

Raihan mendengus pelan, “Gue tadi kaget,”

Abim meringis pelan sembari mencondongkan tubuhnya. Abim berbisik di telinga Raihan.

“Maaf ya.. Gue gak bermaksud bikin lo kaget, Rai. Gue cuma mau ngelindungin lo…” Lagi-lagi, Raihan bersyukur. Karena penerangannya yang minim, membuat semburat merah di sekitar pipi Raihan tersamarkan atau bahkan tidak terlihat sama sekali.

“Rai!” Abim berseru kembali.

“Ya?” Sahut Raihan seadanya.

“Gue izin buat rangkul pundak lo sampai konser selesai ya? Demi Tuhan, ini bukan akal-akalan gue buat modus. Gue cuma gak mau lo kena senggol sama yang ada di sebelah lo itu! Lihat deh, itu orangnya gak bisa diem gitu. Takut kena lo. Boleh?” Tanpa Abim sadari, Raihan meremas ujung bajunya sebelum akhirnya mengiyakan dan membiarkan Abim untuk merangkulnya hingga satu jam ke depan.

Written by Arash ( @hyuckrenism )

Bubur Ayam.

Rama selalu suka bubur ayam depan kompleksnya.

Tapi itu dulu.

Sebelum kedatangan tetangganya yang menurutnya sangat menyebalkan. Haikal, namanya. Lelaki berperawakan tinggi, serta hidung mancung dan jakun yang begitu terlihat di lehernya selalu menjadi pusat perhatian lawan bicaranya.

Ketika orang lain begitu memuja dan mendamba Haikal, Rama kebalikannya. Rama sangat muak dan akan selalu muak dengan lelaki yang memiliki senyum penuh hangat itu. Rama akan selalu mendengus ketika tak sengaja berpapasan dengan Haikal. Entah mengapa, rasanya dunianya akan berubah 180 derajat ketika bertemu dengan Haikal.

“Hayo, kok diem-diem aja!!!” Rama tersentak ketika seseorang baru saja mengejutkannya. Rama memutar kedua bola matanya malas begitu tahu siapa biang keroknya.

“Apaan sih, Kal!” Sungut Rama dengan bibir yang maju sesenti. Bukannya terlihat seram justru kadar kegemasannya menjadi berlipat-lipat. Lelaki dengan kaos hitam tersebut tertawa kemudian ikut duduk di samping Rama.

“Lo kenapa masih sensi aja sama gue sih, Ram?” Tanya lelaki tersebut ketika melihat Rama bersungut-sungut disampingnya.

Rama terdiam. Rasanya bibirnya terlalu malas untuk menjawab pertanyaan tak penting dari Haikal, tetangga menyebalkannya itu.

“Lo masih marah gara-gara dulu gue pacaran sama Acel?” Tanya Haikal.

Haikal mengembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi ia tak mendapatkan respon dari Rama. Sebuah laptop berhasil mencuri atensi Rama.

“Ram, serius deh gue dulu gak tau kalo yang lo suka tuh si Acel!” Haikal sedikit meninggikkan suaranya. Membuat jakunnya naik turun.

Rama mendelik. “Mending lo pulang deh!” Begitu katanya.

Haikal ikut mendelik. “Lah ini ‘kan tempat umum. Masa gue gak boleh duduk disini?”

“Iya, gak boleh!” Kata Rama dengan mata yang melotot.

Haikal mengernyitkan keningnya. “Siapa yang gak bolehin? Emang ada aturan yang bilang kalo ‘Haikal dilarang duduk di gazebo kompleks’ gitu?” Balas Haikal tak mau kalah.

“Gue! Gue yang gak bolehin. Perihal aturan belom ada sih. Nanti deh gue usulin ke Pak RT!” Jawab Rama dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya.

“Ram, gue kan juga udah minta maaf sama lo waktu itu! Lagian gue sama Acel udah putus lama kali,” Balas Haikal. Sedangkan lawan bicaranya tak menggubrisnya sama sekali. Jari-jemarinya sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard laptopnya yang Haikal sendiri tidak tahu menahu tentang itu. Mungkin laporan, pikir Haikal.

“Lo udah makan belum?” Tanya Haikal yang langsung dibalas gelengan oleh Rama.

“Makan bubur di depan yok!” Lagi-lagi hanya sebuah gelengan kepala yang didapatkan Haikal.

“Kenapa sih? Bukannya lo pernah bilang lo paling suka sama bubur ayam depan kompleks?”

“Itu dulu,”

“Lah apa bedanya? Perasaan rasanya sama aj—“

“Sebelum lihat lo makan bubur sama Acel disitu,”

Hati Haikal mencelos begitu mendengarnya. Lagi-lagi ia menarik nafas panjangnya.

“Ram, entah ini permintaan maaf gue yang keberapa. Yang jelas, gue minta maaf banget. Gue benar-benar gak tau kalo lo naksir Acel waktu itu. Sekarang kan gue udah putus sama Acel. Please, jangan jadi kaya emak gue yang selalu ngungkit yang lalu-lalu, ya? Sekarang lo bisa deketin Acel, mumpung dia masih jomblo tuh!”

Rama menutup laptopnya dengan keras hingga membuat Haikal tersentak. Lantas Rama bangkit dari duduknya kemudian beranjak pergi menjauhi Haikal yang tengah kebingungan. Setelah melangkah jauh, Rama membalikkan badannya dan menatap geram pada Haikal yang masih duduk di gazebo. Kedua manik mereka saling bertabrakan.

“GUE TUH GAK NAKSIR ACEL! TAPI NAKSIR SAMA LO!” Teriaknya kemudian kembali berlari meninggalkan Haikal yang tengah menarik kedua sudut bibirnya.

Bubur Ayam.

Rama selalu suka bubur ayam depan kompleksnya.

Tapi itu dulu.

Sebelum kedatangan tetangganya yang menurutnya sangat menyebalkan. Haikal, namanya. Lelaki berperawakan tinggi, serta hidung mancung dan jakun yang begitu terlihat di lehernya selalu menjadi pusat perhatian lawan bicaranya.

Ketika orang lain begitu memuja dan mendamba Haikal, Rama kebalikannya. Rama sangat muak dan akan selalu muak dengan lelaki yang memiliki senyum penuh hangat itu. Rama akan selalu mendengus ketika tak sengaja berpapasan dengan Haikal. Entah mengapa, rasanya dunianya akan berubah 180 derajat ketika bertemu dengan Haikal.

“Hayo, kok diem-diem aja!!!” Rama tersentak ketika seseorang baru saja mengejutkannya. Rama memutar kedua bola matanya malas begitu tahu siapa biang keroknya.

“Apaan sih, Kal!” Sungut Rama dengan bibir yang maju sesenti. Bukannya terlihat seram justru kadar kegemasannya menjadi berlipat-lipat. Lelaki dengan kaos hitam tersebut tertawa kemudian ikut duduk di samping Rama.

“Lo kenapa masih sensi aja sama gue sih, Ram?” Tanya lelaki tersebut ketika melihat Rama bersungut-sungut disampingnya.

Rama terdiam. Rasanya bibirnya terlalu malas untuk menjawab pertanyaan tak penting dari Haikal, tetangga menyebalkannya itu.

“Lo masih marah gara-gara dulu gue pacaran sama Acel?” Tanya Haikal.

Haikal mengembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi ia tak mendapatkan respon dari Rama. Sebuah laptop berhasil mencuri atensi Rama.

“Ram, serius deh gue dulu gak tau kalo yang lo suka tuh si Acel!” Haikal sedikit meninggikkan suaranya. Membuat jakunnya naik turun.

Rama mendelik. “Mending lo pulang deh!” Begitu katanya.

Haikal ikut mendelik. “Lah ini ‘kan tempat umum. Masa gue gak boleh duduk disini?”

“Iya, gak boleh!” Kata Rama dengan mata yang melotot.

Haikal mengernyitkan keningnya. “Siapa yang gak bolehin? Emang ada aturan yang bilang kalo ‘Haikal dilarang duduk di gazebo kompleks’ gitu?” Balas Haikal tak mau kalah.

“Gue! Gue yang gak bolehin. Perihal aturan belom ada sih. Nanti deh gue usulin ke Pak RT!” Jawab Rama dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya.

“Ram, gue kan juga udah minta maaf sama lo waktu itu! Lagian gue sama Acel udah putus lama kali,” Balas Haikal. Sedangkan lawan bicaranya tak menggubrisnya sama sekali. Jari-jemarinya sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard laptopnya yang Haikal sendiri tidak tahu menahu tentang itu. Mungkin laporan, pikir Haikal.

“Lo udah makan belum?” Tanya Haikal yang langsung dibalas gelengan oleh Rama.

“Makan bubur di depan yok!” Lagi-lagi hanya sebuah gelengan kepala yang didapatkan Haikal.

“Kenapa sih? Bukannya lo pernah bilang lo paling suka sama bubur ayam depan kompleks?”

“Itu dulu,”

“Lah apa bedanya? Perasaan rasanya sama aj—“

“Sebelum lihat lo makan bubur sama Acel disitu,”

Hati Haikal mencelos begitu mendengarnya. Lagi-lagi ia menarik nafas panjangnya.

“Ram, entah ini permintaan maaf gue yang keberapa. Yang jelas, gue minta maaf banget. Gue benar-benar gak tau kalo lo naksir Acel waktu itu. Sekarang kan gue udah putus sama Acel. Please, jangan jadi kaya emak gue yang selalu ngungkit yang lalu-lalu, ya? Sekarang lo bisa deketin Acel, mumpung dia masih jomblo tuh!”

Rama menutup laptopnya dengan keras hingga membuat Haikal tersentak. Lantas Rama bangkit dari duduknya kemudian beranjak pergi menjauhi Haikal yang tengah kebingungan. Setelah melangkah jauh, Rama membalikkan badannya dan menatap geram pada Haikal yang masih duduk di gazebo. Kedua manik mereka saling bertabrakan.

“GUE TUH GAK NAKSIR ACEL! TAPI NAKSIR SAMA LO!” Teriaknya kemudian kembali berlari meninggalkan Haikal yang tengah menarik ujung bibirnya.

Bubur Ayam.

Rama selalu suka bubur ayam depan kompleksnya.

Tapi itu dulu.

Sebelum kedatangan tetangganya yang menurutnya sangat menyebalkan. Haikal, namanya. Lelaki berperawakan tinggi, serta hidung mancung dan jakun yang begitu terlihat di lehernya selalu menjadi pusat perhatian lawan bicaranya.

Ketika orang lain begitu memuja dan mendamba Haikal, Rama kebalikannya. Rama sangat muak dan akan selalu muak dengan lelaki yang memiliki senyum penuh hangat itu. Rama akan selalu mendengus ketika tak sengaja berpapasan dengan Haikal. Entah mengapa, rasanya dunianya akan berubah 180 derajat ketika bertemu dengan Haikal.

“Hayo, kok diem-diem aja!!!” Rama tersentak ketika seseorang baru saja mengejutkannya. Rama memutar kedua bola matanya malas begitu tahu siapa biang keroknya.

“Apaan sih, Kal!” Sungut Rama dengan bibir yang maju sesenti. Bukannya terlihat seram justru kadar kegemasannya menjadi berlipat-lipat. Lelaki dengan kaos hitam tersebut tertawa kemudian ikut duduk di samping Rama.

“Lo kenapa masih sensi aja sama gue sih, Ram?” Tanya lelaki tersebut ketika melihat Rama bersungut-sungut disampingnya.

Rama terdiam. Rasanya bibirnya terlalu malas untuk menjawab pertanyaan tak penting dari Haikal, tetangga menyebalkannya itu.

“Lo masih marah gara-gara dulu gue pacaran sama Acel?” Tanya Haikal.

Haikal mengembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi ia tak mendapatkan respon dari Rama. Sebuah laptop berhasil mencuri atensi Rama.

“Ram, serius deh gue dulu gak tau kalo yang lo suka tuh si Acel!” Haikal sedikit meninggikkan suaranya. Membuat jakunnya naik turun.

Rama mendelik. “Mending lo pulang deh!” Begitu katanya.

Haikal ikut mendelik. “Lah ini ‘kan tempat umum. Masa gue gak boleh duduk disini?”

“Iya, gak boleh!” Kata Rama dengan mata yang melotot.

Haikal mengernyitkan keningnya. “Siapa yang gak bolehin? Emang ada aturan yang bilang kalo ‘Haikal dilarang duduk di gazebo kompleks’ gitu?” Balas Haikal tak mau kalah.

“Gue! Gue yang gak bolehin. Perihal aturan belom ada sih. Nanti deh gue usulin ke Pak RT!” Jawab Rama dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya.

“Ram, gue kan juga udah minta maaf sama lo waktu itu! Lagian gue sama Acel udah putus lama kali,” Balas Haikal. Sedangkan lawan bicaranya tak menggubrisnya sama sekali. Jari-jemarinya sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard laptopnya yang Haikal sendiri tidak tahu menahu tentang itu. Mungkin laporan, pikir Haikal.

“Lo udah makan belum?” Tanya Haikal yang langsung dibalas gelengan oleh Rama.

“Makan bubur di depan yok!” Lagi-lagi hanya sebuah gelengan kepala yang didapatkan Haikal.

“Kenapa sih? Bukannya lo pernah bilang lo paling suka sama bubur ayam depan kompleks?”

“Itu dulu,”

“Lah apa bedanya? Perasaan rasanya sama aj—“

“Sebelum lihat lo makan bubur sama Acel disitu,”

Hati Haikal mencelos begitu mendengarnya. Lagi-lagi ia menarik nafas panjangnya.

“Ram, entah ini permintaan maaf gue yang keberapa. Yang jelas, gue minta maaf banget. Gue benar-benar gak tau kalo lo naksir Acel waktu itu. Sekarang kan gue udah putus sama Acel. Please, jangan jadi kaya emak gue yang selalu ngungkit yang lalu-lalu, ya? Sekarang lo bisa deketin Acel, mumpung dia masih jomblo tuh!”

Rama menutup laptopnya dengan keras hingga membuat Haikal tersentak. Lantas Rama bangkit dari duduknya kemudian beranjak pergi menjauhi Haikal yang tengah kebingungan. Setelah melangkah jauh, Rama membalikkan badannya dan menatap geram pada Haikal yang masih duduk di gazebo. Kedua manik mereka saling bertabrakan.

“GUE TUH GAK NAKSIR ACEL! TAPI NAKSIR SAMA LO!” Teriaknya kemudian kembali berlari meninggalkan Haikal yang tengah menarik ujung bibirnya.

Written by Arash

Hope yall enjoy it! <333

“Chan gantian lu nih…” Ucap Jaemin sembari menyerahkan mikrofon yang langsung diterima oleh Haechan.

Haechan melangkah maju ke depan seraya menarik nafas yang panjang. Tatapannya menerawang jauh pada ribuan fans yang tersebar bagaikan laut di depannya. Sampai akhirnya, salah seorang lelaki dengan t-shirt hitam menarik perhatiannya. Lelaki tersebut berdiri bersamaan fans yang lain di venue paling depan sebelah kiri. Lantas kedua pandangan mereka bertemu. Membuat jantung Haechan semakin berdetak cepat.

Untuk kesekian kalinya, Haechan menarik nafas panjangnya sembari mengangkat mikrofon yang sedari tadi sudah digenggamnya ke depan mulutnya.

“Ekhem… Ekhem…” Haechan berdeham sesaat membuat seisi venue terdiam. Semuanya terfokus pada seseorang yang tengah berdiri tegak dengan senyum yang merekah di wajahnya. Senyum hangat itu menjadi tameng untuk menyembunyikan kegugupan yang sebenarnya sudah menggerogoti tubuhnya tatkala ribuan pasang mata menatapnya.

“Halo semuanya. Selamat malam?”Sapaan Haechan berhasil menghebohkan seisi venue. Ada sebuah rasa lega yang membuncah dalam hatinya saat seisi venue berseru serta meneriakkan namanya.

Lupa dengan kegugupannya, kini, Haechan justru tersenyum lebar sembari bertukar pandang dengan fans-nya yang terhambur bagai pasir di padang pasir.

“Pertama-tama gua mau ngenalin diri dulu, deh. Kenalin, gua Lee Haechan, drummer-nya Arunika yang semalam sempat bikin seisi twitter heboh. Gak cuma itu, grup chat Arunika aja heboh. Manager gua juga sampai nge-spam chat. Bahkan, pacar gua sendiri kaget begitu sadar isi twitter lagi ngomongin doi,” Para fans kembali heboh saat kata ‘pacar’ terlontar dari bibir Haechan.

“Iya, jadi, gua emang gak ada rundingan sama sekali sama manager, anak Arunika even sama pacar gua sendiri. Pacar gua aja semalam sampai nelfon gua. Doi takut karir gua kenapa-napa karena gua publish hubungan gua sama doi. Cuma bagi gua, He deserves it. Orang yang selama ini ada buat gua, yang selalu berdiri di belakang gua, yang selama ini udah ngorbanin waktu dan tenaganya buat gua, gak layak buat disembunyikan. Gua juga mau pamer kali ke semesta, pamer kalau selama ini gak ada dia, gua juga kayaknya gak akan sekuat ini, pamer ke semesta kalau gua punya pacar sesempurna dia,” Tidak ada kehebohan dan sorak sorai di venue. Suara Haechan berhasil membuat mereka semua bungkam begitu saja.

“Di sini, gua juga mau menegaskan bahwa pacar gua gak ada sangkut pautnya sama Lilly. Gak ada kata ‘perebut’ di sini. Karena sebenarnya gua kenal Renjun lebih lama sebelum kenal Lilly. Gua juga udah jadian sama Renjun sekitar seminggu lebih sebelum Lilly ngaku-ngaku kalau Gua pacaran sama dia. Itu aja, selebihnya kalian bisa nilai sendiri, ya. Jadi, tolong, ya, jangan bahas Lilly lagi di akun gua. Oh ya, gua boleh minta tolong gak?”

“Boleeeeeeh,” Sahut para fans yang kehebohannya berhasil menggetarkan venue.

Haechan tersenyum mendengarnya,“Can we sing birthday song together?”

Yesss.”

Ok, one two three go… Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday… Happy birthday… Happy birthday to you…”

“Makasih semuanya. Jadi alasan gua minta kita nyanyi birthday song bareng-bareng hari ini because today is his birthday. Sayang, happy birthday ya?” Haechan kembali menghebohkan seisi venue. Bahkan Jaemin, Jeno, dan Chenle juga nampak heboh sendiri di belakang sana.

Seisi venue kembali senyap tatkala Haechan menjauhkan mikrofon dari mulutnya dan menoleh ke belakang, “Boleh gua ajak naik?”

Haechan tersenyum lebar begitu dihadiahi sebuah anggukkan penuh antusias saat dirinya meminta persetujuan kepada para anggota Arunika. Sesaat kemudian, Haechan membalikkan tubuhnya menghadap ribuan fans-nya. Dengan segenap keyakinan yang ia punya, Haechan berjalan tegak dengan langkah yang besar menuju venue sebelah kiri.

Haechan berjongkok di atas stage tepat di depan laki-laki yang tadi berhasil memacu degupan jantungnya, Renjun.

“Ayo naik!” Pinta Haechan santai yang sontak membuat mata Renjun melotot dan bibirnya menganga.

“Hah?”

Written by Arash

Hope yall enjoy it! <333

“Chan gantian lu nih…” Ucap Jaemin sembari menyerahkan mikrofon yang langsung diterima oleh Haechan.

Haechan melangkah maju ke depan seraya menarik nafas yang panjang. Tatapannya menerawang jauh pada ribuan fans yang tersebar bagaikan laut di depannya. Sampai akhirnya, salah seorang lelaki dengan t-shirt hitam menarik perhatiannya. Lelaki tersebut berdiri bersamaan fans yang lain di venue paling depan sebelah kiri. Lantas kedua pandangan mereka bertemu. Membuat jantung Haechan semakin berdetak cepat.

Untuk kesekian kalinya, Haechan menarik nafas panjangnya sembari mengangkat mikrofon yang sedari tadi sudah digenggamnya ke depan mulutnya.

“Ekhem… Ekhem…” Haechan berdeham sesaat membuat seisi venue terdiam. Semuanya terfokus pada seseorang yang tengah berdiri tegak dengan senyum yang merekah di wajahnya. Senyum hangat itu menjadi tameng untuk menyembunyikan kegugupan yang sebenarnya sudah menggerogoti tubuhnya tatkala ribuan pasang mata menatapnya.

“Halo semuanya. Selamat malam?” Sapaan Haechan berhasil menghebohkan seisi venue. Ada sebuah rasa lega yang membuncah dalam hatinya saat seisi venue berseru serta meneriakkan namanya.

Lupa dengan kegugupannya, kini, Haechan justru tersenyum lebar sembari bertukar pandang dengan fans-nya yang terhambur bagai pasir di padang pasir.

“Pertama-tama gua mau ngenalin diri dulu, deh. Kenalin, gua Lee Haechan, drummer-nya Arunika yang semalam sempat bikin seisi twitter heboh. Gak cuma itu, grup chat Arunika aja heboh. Manager gua juga sampai nge-spam chat. Bahkan, pacar gua sendiri kaget begitu sadar isi twitter lagi ngomongin doi,” Para fans kembali heboh saat kata ‘pacar’ terlontar dari bibir Haechan.

“Iya, jadi, gua emang gak ada rundingan sama sekali sama manager, anak Arunika even sama pacar gua sendiri. Pacar gua aja semalam sampai nelfon gua. Doi takut karir gua kenapa-napa karena gua publish hubungan gua sama doi. Cuma bagi gua, He deserves it. Orang yang selama ini ada buat gua, yang selalu berdiri di belakang gua, yang selama ini udah ngorbanin waktu dan tenaganya buat gua, gak layak buat disembunyikan. Gua juga mau pamer kali ke semesta, pamer kalau selama ini gak ada dia, gua juga kayaknya gak akan sekuat ini, pamer ke semesta kalau gua punya pacar sesempurna dia,” Tidak ada kehebohan dan sorak sorai di venue. Suara Haechan berhasil membuat mereka semua bungkam begitu saja.

“Di sini, gua juga mau menegaskan bahwa pacar gua gak ada sangkut pautnya sama Lilly. Gak ada kata ‘perebut’ di sini. Karena sebenarnya gua kenal Renjun lebih lama sebelum kenal Lilly. Gua juga udah jadian sama Renjun sekitar seminggu lebih sebelum Lilly ngaku-ngaku kalau Gua pacaran sama dia. Itu aja, selebihnya kalian bisa nilai sendiri, ya. Jadi, tolong, ya, jangan bahas Lilly lagi di akun gua. Oh ya, gua boleh minta tolong gak?”

“Boleeeeeeh,” Sahut para fans yang kehebohannya berhasil menggetarkan venue.

Haechan tersenyum mendengarnya, Can we sing birthday song together?”

Yesss.”

Ok, one two three go… Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday… Happy birthday… Happy birthday to you…”

“Makasih semuanya. Jadi alasan gua minta kita nyanyi birthday song bareng-bareng hari ini because today is his birthday. Sayang, happy birthday ya?” Haechan kembali menghebohkan seisi venue. Bahkan Jaemin, Jeno, dan Chenle juga nampak heboh sendiri di belakang sana.

Seisi venue kembali senyap tatkala Haechan menjauhkan mikrofon dari mulutnya dan menoleh ke belakang, “Boleh gua ajak naik?”

Haechan tersenyum lebar begitu dihadiahi sebuah anggukkan penuh antusias saat dirinya meminta persetujuan kepada para anggota Arunika. Sesaat kemudian, Haechan membalikkan tubuhnya menghadap ribuan fans-nya. Dengan segenap keyakinan yang ia punya, Haechan berjalan tegak dengan langkah yang besar menuju venue sebelah kiri.

Haechan berjongkok di atas stage tepat di depan laki-laki yang tadi berhasil memacu degupan jantungnya, Renjun.

“Ayo naik!” Pinta Haechan santai yang sontak membuat mata Renjun melotot dan bibirnya menganga.

“Hah?”

Written by Arash

Hope yall enjoy it! <333

“Chan gantian lu nih…” Ucap Jaemin sembari menyerahkan mikrofon yang langsung diterima oleh Haechan.

Haechan melangkah maju ke depan seraya menarik nafas yang panjang. Tatapannya menerawang jauh pada ribuan fans yang tersebar bagaikan laut di depannya. Sampai akhirnya, salah seorang lelaki dengan t-shirt hitam menarik perhatiannya. Lelaki tersebut berdiri bersamaan fans yang lain di venue paling depan sebelah kiri. Lantas kedua pandangan mereka bertemu. Membuat jantung Haechan semakin berdetak cepat.

Untuk kesekian kalinya, Haechan menarik nafas panjangnya sembari mengangkat mikrofon yang sedari tadi sudah digenggamnya ke depan mulutnya.

“Ekhem… Ekhem…” Haechan berdeham sesaat membuat seisi venue terdiam. Semuanya terfokus pada seseorang yang tengah berdiri tegak dengan senyum yang merekah di wajahnya. Senyum hangat itu menjadi tameng untuk menyembunyikan kegugupan yang sebenarnya sudah menggerogoti tubuhnya tatkala ribuan pasang mata menatapnya.

“Halo semuanya. Selamat malam?” Sapaan Haechan berhasil menghebohkan seisi venue. Ada sebuah rasa lega yang membuncah dalam hatinya saat seisi venue berseru serta meneriakkan namanya.

Lupa dengan kegugupannya, kini, Haechan justru tersenyum lebar sembari bertukar pandang dengan fans-nya yang terhambur bagai pasir di padang pasir.

“Pertama-tama gua mau ngenalin diri dulu, deh. Kenalin, gua Lee Haechan, drummer-nya Arunika yang semalam sempat bikin seisi twitter heboh. Gak cuma itu, grup chat Arunika aja heboh. Manager gua juga sampai nge-spam chat. Bahkan, pacar gua sendiri kaget begitu sadar isi twitter lagi ngomongin doi,” Para fans kembali heboh saat kata ‘pacar’ terlontar dari bibir Haechan.

“Iya, jadi, gua emang gak ada rundingan sama sekali sama manager, anak Arunika even sama pacar gua sendiri. Pacar gua aja semalam sampai nelfon gua. Doi takut karir gua kenapa-napa karena gua publish hubungan gua sama doi. Cuma bagi gua, He deserves it. Orang yang selama ini ada buat gua, yang selalu berdiri di belakang gua, yang selama ini udah ngorbanin waktu dan tenaganya buat gua, gak layak buat disembunyikan. Gua juga mau pamer kali ke semesta, pamer kalau selama ini gak ada dia, gua juga kayaknya gak akan sekuat ini, pamer ke semesta kalau gua punya pacar sesempurna dia,” Tidak ada kehebohan dan sorak sorai di venue. Suara Haechan berhasil membuat mereka semua bungkam begitu saja.

“Di sini, gua juga mau menegaskan bahwa pacar gua gak ada sangkut pautnya sama Lilly. Gak ada kata ‘perebut’ di sini. Karena sebenarnya gua kenal Renjun lebih lama sebelum kenal Lilly. Gua juga udah jadian sama Renjun sekitar seminggu lebih sebelum Lilly ngaku-ngaku kalau Gua pacaran sama dia. Itu aja, selebihnya kalian bisa nilai sendiri, ya. Jadi, tolong, ya, jangan bahas Lilly lagi di akun gua. Oh ya, gua boleh minta tolong gak?”

“Boleeeeeeh,” Sahut para fans yang kehebohannya berhasil menggetarkan venue.

Haechan tersenyum mendengarnya, Can we sing birthday song together?”

Yesss.”

Ok, one two three go… Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday… Happy birthday… Happy birthday to you…”

“Makasih semuanya. Jadi alasan gua minta kita nyanyi birthday song bareng-bareng hari ini ibecause today is his birthday*. Sayang, happy birthday ya?” Haechan kembali menghebohkan seisi venue. Bahkan Jaemin, Jeno, dan Chenle juga nampak heboh sendiri di belakang sana.

Seisi venue kembali senyap tatkala Haechan menjauhkan mikrofon dari mulutnya dan menoleh ke belakang, “Boleh gua ajak naik?”

Haechan tersenyum lebar begitu dihadiahi sebuah anggukkan penuh antusias saat dirinya meminta persetujuan kepada para anggota Arunika. Sesaat kemudian, Haechan membalikkan tubuhnya menghadap ribuan fans-nya. Dengan segenap keyakinan yang ia punya, Haechan berjalan tegak dengan langkah yang besar menuju venue sebelah kiri.

Haechan berjongkok di atas stage tepat di depan laki-laki yang tadi berhasil memacu degupan jantungnya, Renjun.

“Ayo naik!” Pinta Haechan santai yang sontak membuat mata Renjun melotot dan bibirnya menganga.

“Hah?”

Written by Arash

Hope yall enjoy it! <333

“Chan gantian lu nih…” Ucap Jaemin sembari menyerahkan mikrofon yang langsung diterima oleh Haechan.

Haechan melangkah maju ke depan seraya menarik nafas yang panjang. Tatapannya menerawang jauh pada ribuan fans yang tersebar bagaikan laut di depannya. Sampai akhirnya, salah seorang lelaki dengan t-shirt hitam menarik perhatiannya. Lelaki tersebut berdiri bersamaan fans yang lain di venue paling depan sebelah kiri. Lantas kedua pandangan mereka bertemu. Membuat jantung Haechan semakin berdetak cepat.

Untuk kesekian kalinya, Haechan menarik nafas panjangnya sembari mengangkat mikrofon yang sedari tadi sudah digenggamnya ke depan mulutnya.

“Ekhem… Ekhem…” Haechan berdeham sesaat membuat seisi venue terdiam. Semuanya terfokus pada seseorang yang tengah berdiri tegak dengan senyum yang merekah di wajahnya. Senyum hangat itu menjadi tameng untuk menyembunyikan kegugupan yang sebenarnya sudah menggerogoti tubuhnya tatkala ribuan pasang mata menatapnya.

“Halo semuanya. Selamat malam?” Sapaan Haechan berhasil menghebohkan seisi venue. Ada sebuah rasa lega yang membuncah dalam hatinya saat seisi venue berseru serta meneriakkan namanya.

Lupa dengan kegugupannya, kini, Haechan justru tersenyum lebar sembari bertukar pandang dengan fans-nya yang terhambur bagai pasir di padang pasir.

**“Pertama-tama gua mau ngenalin diri dulu, deh. Kenalin, gua Lee Haechan, drummer-nya Arunika yang semalam sempat bikin seisi twitter heboh. Gak cuma itu, grup chat Arunika aja heboh. Manager gua juga sampai nge-spam chat. Bahkan, pacar gua sendiri kaget begitu sadar isi twitter lagi ngomongin doi,” Para fans kembali heboh saat kata ‘pacar’ terlontar dari bibir Haechan.

“Iya, jadi, gua emang gak ada rundingan sama sekali sama manager, anak Arunika even sama pacar gua sendiri. Pacar gua aja semalam sampai nelfon gua. Doi takut karir gua kenapa-napa karena gua publish hubungan gua sama doi. Cuma bagi gua, He deserves it. Orang yang selama ini ada buat gua, yang selalu berdiri di belakang gua, yang selama ini udah ngorbanin waktu dan tenaganya buat gua, gak layak buat disembunyikan. Gua juga mau pamer kali ke semesta, pamer kalau selama ini gak ada dia, gua juga kayaknya gak akan sekuat ini, pamer ke semesta kalau gua punya pacar sesempurna dia,” Tidak ada kehebohan dan sorak sorai di venue. Suara Haechan berhasil membuat mereka semua bungkam begitu saja.

“Di sini, gua juga mau menegaskan bahwa pacar gua gak ada sangkut pautnya sama Lilly. Gak ada kata ‘perebut’ di sini. Karena sebenarnya gua kenal Renjun lebih lama sebelum kenal Lilly. Gua juga udah jadian sama Renjun sekitar seminggu lebih sebelum Lilly ngaku-ngaku kalau Gua pacaran sama dia. Itu aja, selebihnya kalian bisa nilai sendiri, ya. Jadi, tolong, ya, jangan bahas Lilly lagi di akun gua. Oh ya, gua boleh minta tolong gak?”

“Boleeeeeeh,” Sahut para fans yang kehebohannya berhasil menggetarkan venue.

Haechan tersenyum mendengarnya, Can we sing birthday song together?”

Yesss.”

Ok, one two three go… Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday to you…”

Happy birthday… Happy birthday… Happy birthday to you…”

**“Makasih semuanya. Jadi alasan gua minta kita nyanyi birthday song bareng-bareng hari ini ibecause today is his birthday*. Sayang, happy birthday ya?” Haechan kembali menghebohkan seisi venue. Bahkan Jaemin, Jeno, dan Chenle juga nampak heboh sendiri di belakang sana.

Seisi venue kembali senyap tatkala Haechan menjauhkan mikrofon dari mulutnya dan menoleh ke belakang, “Boleh gua ajak naik?”

Haechan tersenyum lebar begitu dihadiahi sebuah anggukkan penuh antusias saat dirinya meminta persetujuan kepada para anggota Arunika. Sesaat kemudian, Haechan membalikkan tubuhnya menghadap ribuan fans-nya. Dengan segenap keyakinan yang ia punya, Haechan berjalan tegak dengan langkah yang besar menuju venue sebelah kiri.

Haechan berjongkok di atas stage tepat di depan laki-laki yang tadi berhasil memacu degupan jantungnya, Renjun.

“Ayo naik!” Pinta Haechan santai yang sontak membuat mata Renjun melotot dan bibirnya menganga.

“Hah?”