#incident
warning hars word. m/m pair sunaosa.
jam setengah sebelas malam. miya osamu bahkan belum pulang. motor ditendang kesal olehnya akibat ban motor yang mendadak bocor. “bangsat.” apes sekali. dan sialan sekali karena bengkel gak ada yang buka disekitar sana. double apes.
beralih berjongkok dan mainkan ponsel miliknya, mengirim pesan pada grup chat juga kembarannya untuk meminta tolong. namun nihil, gak ada yang bisa bantu.
obsidiannya sapu area sekitar. sepi dan gelap, hanya ada beberapa ruko dan satu indomaret yang masih buka. osamu rasanya mau nangis. wajahnya ia tenggelamkan dalam lipatan tangan, namun notifikasi pesan buat atensinya teralihkan.
Line!
sunarin
kaya anak ilang.
depan ruko itu lo, kan? baju merah, motor mio?
“lah anjing?”
pesan gak dibalas, osamu sibuk toleh kesana kemari mencari eksistensi suna. nihil, yang dicari gak ada.
Line!
sunarin
wkwkw, jangan tengok samping. coba lihat depan, gue di indomaret.
reflek menoleh ke arah indomaret yang persis di seberang jalan. dan osamu dapat lihat suna rintarou yang kini sedang di pinggir jalan: tunggu jalan lumayan sepi sebelum setengah lari hampiri dirinya.
ini gak aman.
gak aman buat hati.
⚕⚕⚕
“hoi, ngapain disini? nunggu bencong?” suna terkekeh. dan sumpah demi tuhan itu semakin buat anomali jantungnya makin gak karuan. sialan.
“ya kali. enggak lah.”
“nah terus?” tanya suna. tangan ia senderkan ke spidomotor sambil sedot teh gelas miliknya. “hoi, malah diem.”
“hah? apa?” samu kerjapkan matanya.
“gue nanya, ngapain disini? miya osamu?”
“oh, ban gue bocor.” jawab osamu tanpa menoleh ke arah suna sedikitpun. melihat itu suna terkekeh singkat.
buang botol teh gelasnya yang sudah habis kemudian jemarinya raih dagu osamu pelan supaya hadap ke arahnya. “ngomong tuh hadap orangnya, sam. liatin jalanan gak bakal bisa nyahut.”
percaya, osamu dibuat tahan nafas karena itu. setan.
⚕⚕⚕
“lo gak mau pulang, sam?”
“ya mau pulang gimana. dikata ban gue bocor.”
“nunggu temen gue bentar mau gak?”
samu mengernyit. “ngapain?”
suna matikan ponselnya kemudian dimasukkan ke dalam saku celana. “mau ke sini, ambil motor lo.”
“yang bener aja anjing,” samu pandang suna curiga. “ih anjir, lo diem-diem maling, ya, rin? parah.”
“bukan woi, haha. gila yang bener aja maling se cakep gue.”
“najis. pede gila.”
suna dibuat ketawa mendengarnya. pemandangan itu gak luput dari mata osamu yang tatap pemuda itu penuh puja. ganteng.
eh?
“gak. gak. temen gue ada yang punya bengkel, yaudah minta tolong aja sama dia buat benerin.”
“oh, gitu. sorry” cicit osamu.
“no need. santai.”
lalu hening. keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. osamu tatap jalanan untuk alihkan pandangannya biar gak ke arah suna. sedangkan suna sendiri masih betah pandangi osamu dari samping.
“itu bibir kenapa monyong?” tanya suna.
osamu mencebik. “gue marah sama lo.”
“lah?”
osamu lirik suna sinis. “ya ngapain gak dari tadi coba lo chat temen lo itu?”
“biar bisa lama-lama berduaan sama lo.”
kampret. keceplosan. batin suna.
“apa deh,” osamu jawab lirih sekali. lantas memalingkan muka ke samping guna sembunyikan senyumnya yang mengembang juga pipi yang total memerah.
sinting.
⚕⚕⚕
berakhir dengan osamu yang membonceng suna setelah teman suna sampai di tempat tadi. sempat gak percaya titipkan motor ke orang lain, terlebih orang yang gak dikenal sama sekali. namun dengar jaminan yang dilontarkan oleh suna buat dirinya mantap untuk titipkan motor ke teman pemuda itu.
di jalan keduanya hening, gak ada yang berniat untuk buka obrolan hingga sampai di kediaman miya.
“makasih. sorry ngerepotin,” ucap samu seraya lepas jaket denim milik suna yang dipakainya tadi. lalu arahkan ke pemuda di depannya “nih.”
suna ambil jaket itu lalu dipakai ke badannya. “sans.”
“itu motor gue gimana? aman kan? awas lo bohong.”
“aman, beneran,” suna mengangkat jarinya membentuk piece. “kan gue udah bilang jaminannya tadi. motor lo ilang, temen gue, gue bogem sampe mampus.”
“terus gue ngambilnya kapan?”
“besok juga bisa. gue chat dah kalo udah bener.”
osamu mengangguk paham. “yaudah sana pulang.”
“ngusir nih?”
“iya.”
suna tersenyum, motornya ia hidupkan lalu memasang kembali helmnya. “di hati-hati-in, dong sam.”
“ngapain anjir?”
“belom pernah tau, gue dicuapin hati-hati sama orang cakep kaya lo?” goda suna, kemudian tersenyum lebar begitu lihat telinga osamu memerah. “telinga lo merah tuh.”
“berisik.”
“malu ya, sam?”
samu tatap sebal suna. bibirnya mengerucut, kedua alisnya menukik dengan wajah yang merah padam. dan itu sukses buat suna menahan dirinya untuk gak gigit pemuda di depannya.
“bacot anjing. gue lempar sandal gue ke wajah lo, nih, lama-lama.”
“haha bercanda. yaudah gue pulang, ya? selamat malam......
sayang.” lalu motornya dilaju tepat sebelum osamu lemparkan sandalnya.
“udah sih anjir, jangan senyum-senyum terus.” osamu menepuk bibirnya sendiri. “gila, jantung gue anjirrr. suna monyet.”
dan untuk suna sendiri, mungkin pada detik ini menggoda seorang miya osamu akan masuk ke dalam salah satu daftar hobinya.
please don't take copyright of my writing.