Prima

Personal Journal

Manusia tidak ada yang sempurna sekalipun mereka merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Selalu ada hal-hal yang kita bisa lakukan dan tidak bisa lakukan sendiri.

Karenanya kita perlu orang lain untuk membantu kita, terutama dalam mengerjakan apa yang kita tak bisa lakukan sendiri.

Walaupun demikian, perlu kita sadari bahwa orang lain, sama halnya dengan kita, memiliki masalah dan keruwetan mereka sendiri.

Sebenarnya kita nggak perlu pintar-pintar amat untuk bisa melihat dan memahami orang lain. Yang dibutuhkan hanyalah kepekaan sosial.

Iya sih, kita perlu dan bisa jadi seharusnya mendapat bantuan orang lain.

Namun, alangkah bijaknya bila sebelum kita meminta bantuan, kita juga peka dengan situasi dan kondisi orang tersebut. Bukannya tiba-tiba datang dan dengan membabi buta meminta mereka melakukan ini-itu, tanpa mempedulikan keruwetan yang sedang mereka hadapi, lalu melenggang dengan santai.

Selain itu, sebelum meminta bantuan orang lain, pastikan orang itu bisa membantu kita.

Caranya, pahami kapasitas dan kemampuan orang itu. Kemudian persiapkan tugas atau aktivitas yang perlu mereka lakukan dengan jelas. Terakhir, pastikan mereka memahami apa yang harus mereka lakukan dan hasil yang kamu harapkan.

Dan...yes dear, memastikan orang yang kamu mintain bantuan bisa membantumu adalah tanggung jawabmu.

Jangan salahkan orang yang tidak membantumu kalau ternyata kamu sendiri yang mempersulit mereka membantumu.


Hidup dalam situasi yang serba tidak pasti, tak terduga dan cepat sekali berubah kerap kali membuat kita berada di posisi yang serba salah.

Mau diikutin itu masih serba nggak jelas, samar-samar cenderung buram. Tapi kalau nggak diikutin, tahu-tahu sudah disuruh gas pol perseneling 4.

Akhirnya semua serba tergesa-gesa, panik dan...pada akhirnya, selamat tinggal kewarasan.

Peluang dan resiko memang seringkali beda tipis.

Di satu sisi, situasi semacam ini merupakan peluang untuk mengupgrade diri agar bisa tetap kompetitif di tengah kecepatan perubahan yang sangat masif seperti sekarang. Namun, hal ini juga beresiko terhadap kesehatan (jiwa dan raga).

Ya benar, tekanan bisa memunculkan potensi tersembunyi seseorang. Namun tekanan juga mampu mengirim seseorang menjalani perawatan kesehatan atau lebih parah lagi, bisa-bisa sampai ke liang lahat lebih cepat, dari jadwal.

Kuncinya ada pada pengendalian diri.

Masa depan memang serba tak pasti, tapi bukan tidak terprediksi. Seberapa cakap kita untuk mengenali gejala-gejala yang muncul di sekitar kita, dan sejauh mana kita mau melakukan sesuatu terhadap pertanda-pertanda itu.

Maukah kita membuka diri dan menyadari potensi tsunami lalu mengambil langkah antisipasi?

Atau kita memilih bersikeras kalau tsunami tak akan terjadi karena itu yang dikatakan para ahli?

Hidupmu, tanggung jawabmu. Pada akhirnya, suka duka, senang sedih dan sakit, kamu juga yang akan merasakan.

Kenapa tidak mencoba untuk bijak terhadap diri sendiri?


Tapi, kalau pun harus (karena situasi dan kondisi tertentu) setidaknya beri tahu mereka dulu.

Bisnis dan pelanggan adalah satu paket yang tidak terpisahkan. Sebagus apapun bisnisnya, setenar apapun pemiliknya, tapi jika tak ada pelanggan yang dipunya, ya sama dengan zonk.

Karenanya bagi pemilik bisnis, kepuasan pelanggan merupakan yang utama. Sebuah cara pikir yang sayangnya, seringkali sulit untuk ditransfer ke karyawan mereka.

Pelanggan setia itu harus diciptakan, dirawat dan dikembangkan dengan sengaja. Memang ngoyo, tapi ya begitulah cara kerjanya.

Sejatinya bisnis adalah aktivitas menolong orang yang dibayar. Sedangkan pelanggan adalah seseorang yang butuh pertolongan dan bersedia membayar.

Ketika dua hal ini bertemu dan bersinergi, maka sukses hanya masalah waktu. Omset bagus, pelanggan puas, semua senang.

Jadi, bagaimana kamu memperlakukan pelangganmu menentukan sejauh mana pergerakan bisnismu.

***

Penting

Karyawan adalah pemilik bisnis dengan perusahaan, rekan kerja, atasan dan bawahan sebagai pelanggan mereka.


Demikian pula menjalani hidup yang penuh kejutan, kepanikan, dan kegopohan akibat banyak hal tak terduga muncul tiba-tiba dan bahkan...bersamaan.

Memang benar, ketidakpastian adalah satu-satunya hal yang pasti. Namun, mempersiapkan segala kemungkinan dan langkah antisipatif yang perlu diambil juga pasti diperlukan.

Manusia berencana, Tuhan menentukan.

Kamu sudah buat rencana?


Fitur apa sih yang harus ada di dalam sebuah aplikasi menulis, entah itu aplikasi ponsel maupun aplikasi komputer.

Apakah fitur penghitung kata? Pengaturan teks super lengkap dari menebali huruf hingga mengganti font dengan font yang atraktif dan menarik? Atau fitur sinkronisasi antar piranti? Kemampuan terhubung dengan penyimpan data cloud?

Atau, hanya layar putih dan papan ketik sudah lebih dari cukup?

Mungkin apa yang sebenarnya kita perlukan dari sebuah aplikasi menulis tidak sebanyak apa yang kita kira.

Sama halnya dengan barang-barang lain di rumah, kantor maupun ruang pribadi kita.

Tak jarang kita terlalu banyak maunya hingga melupakan esensi dari sebuah hal. Kita pikir menambah dan menimbun barang membuat kita merasa lebih baik, lebih aman dan lebih bahagia.

Nyatanya, lebih banyak dan lebih baik merupakan dua hal yang jauh berbeda.

Bagaimana jika seandainya mulai detik ini, alih-alih mencari apa yang kurang, apa yang bisa ditambah, yuk coba tanya ke diri masing-masing setiap kali hendak menambah sesuatu dua kata sederhana ini:

Apa perlu?

Mau mulai mencoba?