...
Hari ini bukan hari yang buruk. Setidaknya. Bahkan Soonyoung sangat terkesan dengan kemampuan Mingyu dalam dunia fotografi. Dia bisa mengambil gambar yang terlihat profesional bahkan saat sang model tidak terlalu percaya dengan dirinya.
Ya, itu Soonyoung sendiri.
Sejujurnya semua ini berjalan tanpa rencana. Yang direncanakan hanyalah apa yang menjadi konten gose hari ini. Selebihnya, mengalir seperti air. Tanpa rencana dan bagusnya, berjalan lancar.
Termasuk kepada apa yang ia kenakan saat ini.
“Udahan kan, ya? Gue ganti baju, ya.”
“Yaelah hyung, buru-buru banget. Mumpung Mingyu masih megang kamera, gamau foto-foto lagi? Lo keren pake baju kaya gitu, tau.”
Itu suara Minghao yang sukses membuat dirinya kembali merasa 'apa iya?' Meskipun semua member berkata bahwa dirinya sangat cocok dengan pakaian seperti ini, tapi rasanya sekarang bukan saatnya dia menunjukkan otot perutnya yang belum sempurna ini. Yang ada malah membuat malu.... Dan ya, sekarang Soonyoung agak kurang percaya diri dan ingin cepat-cepat menjadi dirinya yang biasa.
“Skip deh, gue duluan ya. Kalian kalo masih mau foto-foto ya silahkan.. Nanti gue nyusul pake baju biasa aja.. Gausa kuatir, gue tetep ganteng ✨.”
Sekiranya wajah Soonyoung bisa digambarkan dengan emoji itu. Bagaimanapun juga, Soonyoung tetap Soonyoung yang biasanya. Hoshi dengan bright vibenya.
...
Sekarang Soonyoung sudah berdiri mematut diri di hadapan cermin yang hampir setinggi badannya. Masih dengan stelan denim yang atasannya terlalu “ke atas” sehingga perutnya dapat terlihat dengan sempurna tanpa ada halangan yang menutupi.
Soonyoung mengangkat lengannya, memposisikan lengannya di depan keningnya sambil mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih nakal. Pikirnya, ya seperti ini harusnya ia bergaya di depan kamera Mingyu. Tapi bagaimana, dia belum siap untuk menunjukkan tubuhnya yang belum terbentuk sempurna itu.
“Lo tuh sebenernya ganteng, Soonyoung.. Kenap—”
“Iya,”
Soonyoung terperanjat begitu suara yang lain di luar sana memberikan sahutan atas gumamnya barusan.
“Siapa?”
“Jihoon. Bukain dong, gue juga mau liat, katanya Soonyoung ganteng.”
Jihoon berkata sambil mengetuk pintu ruang ganti yang berisi Soonyoung.
Soonyoung membuka pintunya. Kepalanya mengintip dari dalam dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia memperhatikan keadaan di sekitar ruang tersebut untuk memastikan apakah ada orang lain selain Jihoon atau tidak.
“Gada orang.” ucap Jihoon sambil mendorong kepala Soonyoung dan memaksa dirinya untuk ikut masuk ke dalam ruang kecil itu.
Jihoon mengunci pintu, sementara Soonyoung hanya memperhatikan pria yang lebih mungil darinya ini, berbuat apa yang dia kehendaki.
“Kenapa liatin gue?”
“Lo mau ngapain? Jangan ngada-ngada deh, ini ruangan kecil.” jawab Soonyoung. Bukannya menjawab, Jihoon malah membalikkan tubuh Soonyoung agar menghadap ke cermin, kemudian memegang kedua lengannya dengan mantap.
“Bagus, kok. Gada yang bilang tubuh lo jelek. Even foto yang diambil Mingyu juga hasilnya bagus.”
“Kalo lo yang ngomong, sih..”
“Ah, mau ditunjukin lagi lebih bagusnya tubuh lo itu gimana?”
Wajah Jihoon ikut nampak di cermin itu, bersandar di lengan Soonyoung sambil memeluk orang yang dicintainya itu dari belakang. Matanya menatap mata Soonyoung melalui pantulan di cermin, yang meskipun begitu, sama sekali tidak mengurangi keindahan netra hitam yang tertutup kelopak agak sipit.
“Bentar deh,”
Setelahnya, Jihoon keluar dari ruang kecil itu meninggalkan Soonyoung dengan sejuta tanda tanya di benaknya.
Tidak perlu waktu yang lama hingga pada akhirnya Jihoon kembali ke dalam fitting room itu. Masih ada Soonyoung di dalamnya, tapi pria itu sedang duduk di samping cermin, seperti menunggu ayah yang hendak menjemputnya.
“Pake ini dulu biar makin ganteng.”
Jihoon menyodorkan water spray yang sebelumnya ia gunakan untuk menata surai member lainnya. Ia sadar, Soonyoung belum mendapat usakan jemari lentiknya di rambut hitam itu. Jadi sepertinya sekarang inilah waktunya Jihoon mengubah Soonyoung menjadi pria yang paling indah yang hanya dilihat oleh dirinya seorang.
“Berdiri, cepet.” perintahnya.
Soonyoung hanya tersenyum sambil menuruti perintah dari Jihoon. Perbedaan tinggi antara keduanya membuat Soonyoung sedikit menundukkan kepalanya begitu Jihoon mulai menata rambutnya. Satu kali, dua kali, tangan Jihoon terlalu terampil melakukannya. Jemarinya menelisik di antara helai rambut Soonyoung dan mengusaknya acak. Basah, namun tidak lepek. Sangat pas. Entah Jihoon memiliki kemampuan ini dari mana, yang jelas Soonyoung pun sedikit terkejut mengetahuinya.
“Jihoon, lo ngapain sih?”
“Bikin lo makin ganteng, biar lo pede, terus gue doang yang bisa ngeliatnya.”
Soonyoung terkekeh mendengar jawaban itu. Pandangnya lurus menatap netra Jihoon yang masih fokus dengan sisir dan surai miliknya. Indah. Ditambah dengan kacamata yang masih setia menggantung di hidungnya. Jihoon menjadi terlihat manis dan dewasa disaat yang bersamaan.
“Lo manis banget, kenapa deh?”
“Sekarang lo ngomong gini. Dari tadi kemana aja?”
“Kalo tadi itu harus ngendaliin. Kalo gue terlalu gemes sama lo, bisa bahaya.”
Jihoon menggeleng. Ia menghentikan kegiatannya, kemudian menangkup wajah Soonyoung. Memperhatikan hasil dari pekerjaan tangannya yang membuat Soonyoung terlihat semakin seksi dengan rambut basah yang mengacak.
“Ganteng banget.” ucap Jihoon sambil menepuk pipi Soonyoung, gemas. Soonyoung hanya tersenyum kemudian menoleh ke cermin di sampingnya. Melihat rupanya yang sedari tadi mendapat pujian bertubi-tubi dari si mungil Jihoon, teman yang dicintainya.
“Jadi ini penampilan gue yang ganteng, yang cuma bisa diliat lo doang?”
“Ngga, masih ada lagi.”
Jihoon meraih tengkuk leher Soonyoung, memaksanya untuk menundukkan kepalanya dan menempelkan bibir keduanya. Kakinya sedikit menjinjit, meskipun begitu, bibirnya dapat dengan tepat merasakan ranumnya bibir Soonyoung yang selalu menagihkan. Ciuman yang awalnya hanya sebagai pancingan, berakhir menjadi lumatan-lumatan panas yang saling mendominasi. Seakan sebagai ajang pembuktian, bahwa siapalah yang paling dominan disini. Di tengah pergulatan kedua lidah mereka di dalam sana, tanpa sadar Jihoon terus memajukan tubuhnya ke arah Soonyoung hingga Soonyoung terpojok, bersandar pada dinding tipis ruang ganti itu.
Soonyoung menyambut. Tangannya merengkuh pinggang ramping Jihoon, membawanya lebih intim. Jihoon pun menanggapinya dengan mengalungkan kedua tangannya pada leher Soonyoung. Panas. Di ruang sempit ini, keduanya diburu oleh hawa nafsu yang semakin membara. Decapan dari kedua bibir yang saling bersentuhan pun menjadi irama yang mengiringi perbuatan yang tidak direncanakan ini.
Ciuman tersebut diakhiri begitu oksigen dirasa lebih dibutuhkan daripada kelanjutan dari ini. Untaian saliva yang terurai dari kedua bibir, menjadi penandanya. Keduanya tergesa menghirup oksigen di sekitar sambil bertukar tatap, seolah begitulah cara yang tepat untuk mengutarakan kenikmatan yang baru saja dirasakan.
“How was it, Ji? Is that what you've planned for coming here?”
“Hah, kurang lebih. But, is it better to do it more?”
Sebuah senyuman terukir di wajah Soonyoung. Ia meraih kepala Jihoon, mendekatkannya, dan mencium keningnya. Lembut dan dalam, begitulah kesannya. Setelahnya, ia berbisik dengan suara yang dalam.
“Do you mind if everyone will see how bad you are after i break you?”
Jihoon bergidik. Ia hanya bisa meneguk salivanya sambil menghela napas panjang.
“Ya, okay.... maybe tonight. But..”
Lagi, jemari Jihoon kembali melakukan tugasnya. Setelah mereka berhasil merubah tampilan Soonyoung dengan rambut basah yang seksi itu, kini dengan cekatan membuka benik kancing jaket denim yang dikenakan Soonyoung. Soonyoung kembali diam, mengawasi bagaimana Jihoon membuka kancing itu dan perlahan menyibak denim dari tubuhnya.
“Jihoon really.. what are you doing?”
Tubuh bagian atas Soonyoung sekarang sudah tidak lagi tertutup apapun. Polos dan putih, layaknya sebuah kanvas. Dan yang pasti, indah. Jihoon memandanginya sebentar setelah ia berhasil melepas denim itu dari tubuh Soonyoung.
“Huh Soonyoung, you're really....”
Jihoon kembali meraih tubuh Soonyoung, berdiri di belakangnya, menghadapkannya kepada cermin.
“Look, how beautiful you are, Soonyoung.”
Tangannya memeluk Soonyoung dari belakang. Telapak tangannya menyentuh lembut permukaan dada Soonyoung. Sementara kepalanya bersandar di belakang, sesekali menghirup aroma natural tubuh Soonyoung.
“Jihoon, jangan aneh-aneh.”
“Ngga, cuma kaya gini doang kok, sebentar.”
Sebentar katanya. Tapi hingga sekarang, dia masih belum beranjak dari posisinya.
“Lee Jihoon, how to say i love you without saying it?”
“Ya tunjukin dengan perbuatan.”
“Am i did it?”
“Uhm.”
“How about you?”
“Only you can feel it.” ucapan itu ditutup dengan rengkuhan yang semakin erat dari Jihoon.
Jawabannya sudah jelas, bukan?
...
“Hoshi-hyung! Lo liat Uji-hyung, ga? Gue mau minta dibenerin nih rambutnya.”
Suara Seokmin membuat keduanya terkejut. Jihoon buru-buru melepaskan tangannya dari Soonyoung, tapi Soonyoung menahannya.
“Ya, Seokmin! We're inside!” teriak Soonyoung.
“Heh?????! Are you fucking there, hyung???? Ga kenal tempat banget, heuh. Oke gue keluar aja daripada denger hal menjijikan dari kalian.”
Hehehehehe...