abeydoc

tempat menulis paling nyaman sedunia.

CW // HARSH WORD , KISSING Disarankan mendengarkan lagu Angel Baby – Troye Sivan saat membaca narasi dibawah.

“Apaan sih, main tarik tarik aja!” bentak Ibra pada Johan yang dengan kasar menariknya keluar. Ibra coba lepaskan genggaman tersebut namun tentu saja gagal karena kekuatan genggaman yang Johan berikan lebih besar dari usaha lelaki kecil tersebut untuk melepaskan diri.

“Diem,” ucap Johan lalu menaikkan tubuh kecil tersebut ke atas motor miliknya. Tak butuh waktu lama, Johan lajukan kendaraan roda dua tersebut menyusuri lalu lintas malam Kota Jakarta. Di sepanjang jalan mulut Ibra selalu saja mengoceh, membuat Johan yang tadinya marah sedikit demi sedikit dapat Ibra kikis oleh ceritanya yang kadang tak masuk akal. Bahkan kadang di beberapa cerita random yang di ceritakan Ibra dapat membuat Johan tersenyum tipis.

Setelah menyusuri padatnya jalanan Kota Jakarta, mereka berdua pun sampai pada kediaman keluarga milik Ibra. Johan angkat badan si kecil dan berjalan menuju pintu masuk utama di rumah megah tersebut. Setelah membuka kunci rumah tersebut, Johan langkahkan kakinya memasuki rumah yang menjadi tempat tinggal sementaranya dan ia bawa tubuh ramping tersebut menuju kamar milik Ibra.

Saat memasuki ruangan tersebut, Johan dapat mencium aroma vanilla khas milik kamar Ibra. Segera ia tidurkan tubuh si kecil di atas kasur dengan keadaan yang acak acakan. Tak sadar sang dominan terkekeh kecil melihat penampilan si kecil.

“Kalau pakai baju yang bener, Cil,” gumam Johan dengan kekehan di akhir saat menatap Ibra.

“Jem- Jemme..,” gumam si kecil dikala ia tengah terbaring di atas kasur. Sontak Johan bulatkan matanya dan bergerak sedikit mendekati tubuh tersebut.

Ibra dengan seluruh tenaganya yang tersisa mencoba untuk berdiri di atas kasur lalu menatap lelaki di depannya yang ia hayalkan sebagai Jemme. Dengan langkah gontai ia berjalan mendekati Johan dan tiba-tiba ia kalungkan tangannya di leher sang dominan. Tubuh Johan mematung dan ia tak bisa lakukan apa apa kali ini.

Perlahan Ibra dekatkan wajahnya pada wajah milik Johan dan tentu saja, masih dengan pikiran bahwa itu adalah Jemme. Tak lama dari itu hidung mancung milik keduanya dapat dirasakan telah bersentuhan. Johan dapat merasakan bahwa jantungnya kini berdetak 2x lebih kencang dari biasanya.

“Cantik,” gumamnya dalam hati tatkala ia tatap wajah Ibra dengan jarak yang sangat dekat. Kini jarak diantara wajah mereka menjadi semakin dekat dan akhirnya kedua benda tak bertulang tersebut bersentuhan. Sungguh, malam ini Johan juga di mabuk. Oleh asmara mungkin?

Malam itu, Johan melajukan motor yang sedang ia kendarai dengan kecapatan yang sangat cepat. Pikirannya beradu argumen, bagaimana bisa Ibra lolos keluar dan pergi menuju kelab malam yang jika Pak Nabil tahu pasti akan sangat marah besar. “Pasti Pak Nabil di blok, tau gue kenapa dia bisa post seenak jidatnya,” gumamnya pelan bahkan hampir tidak terdengar.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, akhirnya sang dominan sampai pada tempat tujuannya. Terdengar samar-samar musik DJ yang mengalun di tengah dinginnya malam. Ia langkahkan kaki jenjangnya menuju pintu masuk kelab tersebut dan menunjukkan tanda pengenalnya sebagai syarat utama untuk memasuki kelab. Setelah memenuhi syarat untuk masuk, ia pun langkahkan kakinya memasuki bagian dalam kelab malam itu. Hanya beberapa langkah dari pintu masuk, Johan dapat mencium bau alkohol yang begitu menyengat. Ia putar kepalanya ke kanan dan ke kiri guna mencari berandal ciliknya.

Tak butuh waktu lama, ia dapat temukan Ibra yang tengah menari di atas lantai dansa bersama lelaki yang ia ketahui bernama Nando. Ia tilik dari jauh bagaimana kedua sejoli tersebut menari mengikuti irama lagu, dan tentu saja dapat di pastikan keduanya telah di buat terbang oleh alkohol yang sedari tadi Ibra pegang di tangan kanannya.

Perlahan ia dekati yang lebih kecil. Oh ya! Tak lupa juga ia tampangkan raut muka datarnya pada khalayak ramai di sana. Dapat di pastikan semua orang yang menatap wajah Johan langsung bergidik ngeri. Johan coba tahan emosinya namun gagal.

Saat ia telah berada di belakang Ibra, segera ia raih pergelangan tangan si resesif dengan kuat lalu membawanya pergi keluar kelab tersebut dan meninggalkan Nando dengan tampang linglung khas orang mabuk.

JOHIB

Johan parkirkan motornya di garasi kediaman keluarga Ibra, lalu ia berjalan menuju pintu masuk rumah besar tersebut dan membuka pintu bercat putih itu menggunakan kunci serep yang memang di berikan oleh Pak Nabil untuknya.

Terdengar dari ruang tamu suara tawa kecil milik Ibra, terlihat manusia mungil tersebut tengah duduk di atas sofa dan tertawa sembari menatap layar HP miliknya. Johan naikkan satu alisnya lalu bergumam, ‘ni bocah ga denger gue masuk apa?’

Johan berjalan mendekat kearah meja di depan Ibra lalu meletakkan kantung plastik berisi nasi goreng kesukaan Ibra. Ia dapatkan semua informasi tentang Ibra melalui Pak Nabil yang memberinya 1 bendel kertas yang seluruhnya berisi tentang Ibra.

Ibra yang tengh fokus dengan benda pipih tersebut terpaksa mengalihkan seluruh atensinya kepada pria berambut coklat di depannya.

“Apaan nih?” ucapnya sembari mencondongkan diri guna melihat isi dari kantung plastik tersebut dan matanya mulai berbinar kala ia lihat stiker yang tertera di atas styrofoam putih tersebut. Ia tatap Johan dengan senyum lebar yang melekat di wajah manisnya.

“Kok lo tau? Makasih loh btw”

“Tau lah, dimakan jangan lupa. Gue mau ke atas dulu,” kata Johan lalu ia langkahkan kakinya menuju lantai dua dan masuk ke dalam kamar pribadinya.

“Makasih, Jo!” ucap ibra dengan sedikit menjerit agar Johan mendengar ucapan terimakasihnya. Tak lama setelah itu ia mulai memakan makanan pemberian Johan hingga habis, tetapi saat ia tilik lebih jelas ke dalam kantung plastik tersebut terlihat selembar post it berwarna kuning bertuliskan,

‘Happy Eating, Happy Ibra’

Ibra sunggingkan senyum kecil di bibirnya lalu ia tempelkan kertas tersebut di punggung tangannya. Setelah kegiatan makannya selesai, Ibra tak membereskan bekas makannya dan langsung pergi bergegas menuju kamarnya.

Ia ambil post it tersebut lalu menyimpannya di laci meja belajar miliknya.

“Nah, ini dia pertama kali baik sama gue. Harus di abadikan,” ucapnya disertai kekehan di akhir, tak lama dari itu ia mulai beranjak menuju kasur king size miliknya dan mulai memejamkan mata indahnya berharap segera memasuki alam mimpi.

JOHIB

“Woy, si Ibra ngapain tiba tiba nge chat gue?” Tanya Jemme pada Johan yang tengah menguyah pizza dan Chiko yang tengah memakan pastanya hanya mendengarkan. Johan mengangguk lalu memberi sinyal ‘tunggu bentar, gue masi makan’ saat dirasa pizza yang ia makan telah di telan habis, Johan mulai bersuara

“Tadi, dia bilang kalau dia mau chat lo. Kaga tau ada keperluan apa, katanya sih mau nyambung tali silahturahmi”

“Ohh.. yaudah. Gapapa, kan si Ibra juga gebetan gue dulu, jadi gapapa” ucap Jemme dengan tawa di akhir, Johan dan Chiko tampangkan raut bingung pada Jemme.

“Yaudah kaga usah di bahas lah, sekarang kita teman. Dah, balik makan lagi dah” ucapnya lalu kembali melanjutkan kegiatan makan yang tadi sempat tertunda.

Chiko dan Johan kembali melanjutkan makannya dengan tenang, oh ya, kini Johan telah tahu apa alasan Ibra meminta nomor milik Jemme dan sunggingkan senyum kecil di wajahnya.

Paman Tua

Ia berlari dengan membawa angan di bahunya, berharap dapat mengejar bus yang 2 menit lagi akan berjalan meninggalkan Halte pertama. Untung kini Dewi Fortuna berada di sisinya, ia —Jaehyun— dapat duduk di dalam bus tua yang kini tengah melaju pelan.

Jaehyun mencoba mengontrol nafasnya, lalu ia ambil sebotol air mineral di dalam tas dan meneguknya.

Setelah itu, pikirannya mulai berkecamuk dan ia mulai melamun. Ekonomi keluarganya yang kian memburuk membuat nya tak bisa berpikir jernih. Raut wajahnya menampilkan raut gusar dan sedih, Jaehyun takut ia akan menjadi ayah yang buruk untuk suami dan kedua anaknya yang kini tengah menempuh bangku SMA.

Tiba-tiba seorang kernet bis membuyarkan lamunannya, segera ia bayar ongkos dari halte menuju perusahaan swasta yang menjadi tempat Jaehyun bekerja. Lalu ia keluar dari bis dan langkahan kaki jenjangnya menuju salah satu ruangan yang cukup besar di perusahaan tersebut.

“Jaehyun, Nanti tolong buatkan kopi untuk Pak Johnny. Seperti biasa ya!”

Ucap salah seorang staff yang dapat dibilang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Jaehyun. Ia jawab dengan anggukan kecil & senyuman yang merekah. Mau bagaimanapun situasinya, entah sedih ataupun bahagia ia harus tetap tersenyum. Pikirnya.

Sungguh keberuntungan bagi Jaehyun karena ada Perusahaan yang menerima orang berkebutuhan khusus seperti Jaehyun. Ia Penyandang Tuna Wicara.

Kini Jaehyun tengah membawa nampan putih berisi kopi milik atasannya, ia bawa kopi tersebut menuju ruangn pribadi milik Johnny dan tak lupa ia ketuk pintu tersebut sebanyak 3 kali.

Tak lama dari itu Johnny sang atasan membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan Jaehyun untuk masuk. Jaehyun langkahkan kakinya menuju ruangan tersebut dan menaruh secangkir kopi tersebut di meja utama milik Johnny.

Johnny ucapkan terimakasih pada Jaehyun. Sebagai balasan ia anggukan kepalanya dan bergerak keluar ruangan. Lalu ia lanjutkan perkejaan utamanya, sebagai Office Boy atau yang kerap kita panggil OB.

————————————————————

Matahari kini mulai menghilang dan Jaehyun telah di gang yang menuju ke rumah miliknya. Sampailah tubuhnya di depan pintu kayu berwarna putih, ia buka pintu dan masuk ke dalam rumahnya.

Suaminya —Taeyong— yang tengah menata meja makan malam menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Senyum manis terpampang sempurna di wajahnya, ia peluk erat suaminya dan tak lupa memberikan kecupan selamat datang.

Ia tarik lengan Jaehyun menuju meja makan yang telah Taeyong siapkan sedari tadi. Oh ya, tak lupa ia panggil kedua anak remajanya.

“Mark, Jeno ayo makan! Papa sudah datang.”

Mark dan Jeno bergegas berjalan menuju asal suara Taeyong. Mereka tatap Papanya dengan tatapan Bahagia, sama seperti yang Taeyong lakukan tadi, lalu memeluk Papanya dengan erat.

Dan tentu saja Jaehyun balas juga dengan erat.

————————————————————

Selesai makan malam semua orang pergi menuju kamar masing masing, terkecuali Jaehyun dan Taeyong yang kini masih bersantai di depan televisi dengan piyama putih.

Saat menonton hiburan yang di siarkan oleh benda tabung tersebut, pikirannya kembali berkecamuk. Ia tatap suami kecilnya yang tengah tertawa kecil karena adegan komedi lalu ia belai pelan surai hitam legam milik suaminya menggunakan tangan kiri.

Tangan kanannya ia gunakan untuk meraih selembar kertas berisi pesan singkat yang memang ia tulis di bus saat akan pulang tadi dan memberikannya kepada Taeyong.

Taeyong tolehkan kepalanya menghadap samping saat tangan kiri Jaehyun menepuk pelan pundak kanannya.

Ia tatap selembar kertas yang tengah Jaehyun pegang untuk diserahkan kepadanya. Dengan senang hati ia ambil kertas tersebut dan mulai membacanya.

Namun beberapa saat setelah membacanya, Taeyong tunjukkan raut muka sedih. Kini ia tak bisa berkata apa apa. Ia tatap wajah Jaehyun yang kini tengah menatap ke arah kanan, ia malu menceritakan masalahnya kepada Taeyong. Ia sungguh malu.

— senyumnya perlahan pudar, digantikan dengan sesak.

Paman tua by Nadin Amizah.

#WRITTEN by abeydoc

#JOHIB

Ibra berlari kecil menuruni tangga, sungguh emosinya tidak dapat ia kontrol. Ia dibuat naik pitam oleh pemuda yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

“Sini lo!” Ucapnya saat melihat pemuda yang lebih tua berdiri membelakanginya menghadap kulkas. Ia pukul pergelangan tangan Johan dengan kekuatan yang cukup kuat, sontak Johan terkejut lalu segera memutar badannya dan mencengkram kedua pergelangan milik Ibra.

Pria kecil tersebut merasa tak terima, ia coba tendang kedua kaki Johan namun nihil. Saat ia mencoba menendang kedua kaki milik Johan di saat yang sama juga Johan menggendong tubuh langsing milik Ibra.

“Lepasin gue, Anjing! ARGHHH” ucap Ibra seraya berusaha melepaskan gendongan dari Johan. Bisa Ibra lihat, kini Johan membawa tubuhnya menuju kamar miliknya sendiri.

“Just shut the fuck up, Bra” ucapnya sebelum melempar tubuh Ibra menuju kasur.

“JANCOK! Maksud lo apa cok?!”

Johan tatap raut ketakutan Ibra lalu bergumam di benaknya.

‘Ibra bisa takut?”

Johan mulai mendekat dan mendudukkan tubuhnya di tepi kasur sebelum ia menjawab pertanyaan Ibra.

“Gue Johan, umur 2, kerjaan gue ngejagain orang-orang atau bodyguard. Salam kenal. Udah kan? Gausah banyak omong ya lo. Gaada keluar buat hari ini” Johan tatap wajah si kecil dengan tatapan tajam. Ibra mendadak mati kutu.

“Dah ya? Gue keluar dulu. Pokonya gaada keluar buat hari ini” Johan tinggalkan Ibra yang masih terduduk di atas kasur, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Bagaimana bisa seorang Ibra, berandal paling nakal se antero Jakarta Selatan ciut di tangan seorang Johan? Dunia sedang tidak baik baik saja.

#JOHIB

Ibra berlari kecil menuruni tangga, sungguh emosinya tidak dapat ia kontrol. Ia dibuat naik pitam oleh pemuda yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

“Sini lo!” Ucapnya saat melihat pemuda yang lebih tua berdiri membelakanginya menghadap kulkas. Ia pukul pergelangan tangan Johan dengan kekuatan yang cukup kuat, sontak Johan terkejut lalu segera memutar badannya dan mencengkram kedua pergelangan milik Ibra.

Pria kecil tersebut merasa tak terima, ia coba tendang kedua kaki Johan namun nihil. Saat ia mencoba menendang kedua kaki milik Johan di saat yang sama juga Johan menggendong tubuh langsing milik Ibra.

“Lepasin gue, Anjing! ARGHHH” ucap Ibra seraya berusaha melepaskan gendongan dari Johan. Bisa Ibra lihat, kini Johan membawa tubuhnya menuju kamar miliknya sendiri.

“Just shut the fuck up, Bra” ucapnya sebelum melempar tubuh Ibra menuju kasur.

“JANCOK! Maksud lo apa cok?!”

Johan tatap raut ketakutan Ibra lalu bergumam di benaknya.

‘Ibra bisa takut?”

Johan mulai mendekat dan mendudukkan tubuhnya di tepi kasur sebelum ia menjawab pertanyaan Ibra.

“Gue Johan, umur 2, kerjaan gue ngejagain orang-orang atau bodyguard. Salam kenal. Udah kan? Gausah banyak omong ya lo. Gaada keluar buat hari ini” Johan tatap wajah si kecil dengan tatapan tajam. Ibra mendadak mati kutu.

“Dah ya? Gue keluar dulu. Pokonya gaada keluar buat hari ini” Johan tinggalkan Ibra yang masih terduduk di atas kasur, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Bagaimana bisa seorang Ibra, berandal paling nakal se antero Jakarta Selatan ciut di tangan seorang Johan? Dunia sedang tidak baik baik saja.