hiirei

daiki

[#inoo & #daiki. inoo-nya hantu. untunglah daichan anak yang kuat.] [ficlet, bahasa indonesia.]

Daiki sebenarnya tidak mau pindah.

Kamar kosnya yang lama lebih nyaman. Jaraknya juga tidak jauh dari fakultasnya, sehingga bisa bangun lebih siang untuk kelas pagi. Dia juga sudah terbiasa di sana.

Tidak diganggu seperti di sini.

Tempat kosnya kini lebih kecil. Lebih murah juga—untuk itulah dia pindah. Lebih jauh dari gedungnya, sehingga mungkin nanti dia harus sering-sering berlatih lari agar tidak habis napas.

Namun yang paling penting adalah: penghuni kos ini menyebalkan.

Daiki tidak pernah mempermasalahkan hal-hal yang tidak bisa dia lihat. Dia pikir, selama dia tidak mengganggu, maka sebaiknya mereka juga tidak mengganggu. Dan dia selalu mencoba memberi impresi yang baik setiap berada di tempat yang baru.

Sayangnya, penghuni ini terlalu keras kepala.

Inoo, namanya, menurut lelaki kamar sebelah yang kebetulan dengar rumornya dari orang-orang sekitar. Jahil, katanya. Daiki tentu percaya karena dia mengalaminya sendiri.

Walau begitu, keberadaan Inoo memang ada untung-ruginya.

Dimulai dari rugi, kembali pada bahasan sebelumnya—dia jahil. Bukan jahil yang menampakkan diri tiba-tiba atau menimbulkan suara entah darimana. Bukan, bukan. Namun jahil dalam bentuk menyembunyikan barang.

Inoo sepertinya tahu benda-benda yang diperlukan Daiki pada saat tertentu. Dan pada saat itulah dia menyembunyikannya. Misalnya, makalah ujiannya yang harus dikumpulkan sebelum kelas. Sebelum berangkat, Daiki mencari ke semua tempat, namun nihil. Dia sudah hampir menangis karena makalah itu dikerjakannya semalam suntuk, belum lagi waktu sudah hampir habis untuknya—dia harus segera berlari menuju gedungnya kalau tidak mau telat.

Ketika dia sudah putus asa, tiba-tiba makalah itu muncul. Di depan matanya. Di atas meja, padahal dia sudah mencarinya berkali-kali di sana.

Tidak hanya itu, Inoo juga suka menyembunyikan benda penting lainnya. Dompetnya, ponsel, bahkan cemilan yang baru saja Daiki beli dari warung. Mungkin Inoo senang melihat Daiki panik. Mungkin memang sedang bosan saja karena tidak ada yang harus dilakukan ketika sudah menjadi hantu.

Jika melihat dari sisi untungnya ... sama saja. Karena kejahilan Inoo, terkadang Daiki juga jadi terbantu. Contohnya seperti suatu pagi di mana Daiki tertidur di toilet, padahal dia harus segera berangkat untuk menghadiri kelas. Inoo, mungkin menertawakan Daiki yang tertidur setelah duduk di kloset, memercikkan air ke wajahnya. Pelan-pelan, namun lama-lama Daiki merasa seakan diguyur.

Daiki tidak terlalu ingat apakah dia benar-benar basah diguyur atau hanya perasaan saja. Namun setidaknya, hari itu dia tidak telat masuk kelas.

[#keito, #yamada, & #daiki. among us au.] [ficlet, english.]

Keito just finished his task to do the wires when he was faced with Daiki, who got out from the vent next to him. He was a little suspicious with the other (Chinen reminded him at the start of the game to NOT trust other people, even if they are friends, because who knows who will stabbed you on the back), but he still flashed him a smile.

Until he saw the other pulled out a knife.

He was about to run away until he saw Yamada coming to the room.

“Yama-chan, get out! He—”

But his can't find his voice after seeing Yamada, still looking at him, pulled out a gun.

Keito thought, this is it. This is how he's gonna die. They probably will turn off the lights, kill him in an instant, and then go to the other room by the vent.

Oh well. He will still be able to do his tasks anyway. He just hoped someone will found him.

“I will kill him,” said Yamada, eyes now on Daiki and his knife.

“What?” Daiki points his knife to himself, “I got here first! So I will be the one who killed him.”

“You got here first but you haven't killed him yet. So slow.”

“Speak for yourself. You got the gun, you could just kill him from some distance.”

Both of the imposters argued. Keito thought it was his chance to slip away and run, press the emergency button, and just report to everyone about them.

But when he made his move (it was just one step), he got yelled by Yamada and Daiki.

“Don't move until Dai-chan and I settle this!”