#Amerta | 5.
Membosankan.
Denji, kembali menguap untuk yang kesekian kalinya. Sudut matanya sudah berair, pertanda ia sudah diambang pertahanannya.
Suasana sepi di perpustakaan sekolah memanglah mendukung untuk tidur saat ini, belum lagi AC dengan suhu sedang menambah nilai plus dari ruangan ini, Denji pikir, mulai saat ini ia akan memilih membolos di sini ketimbang di rooftop tanpa alas untuk tiduran tersebut.
Yup. Sesuai janji, Yoshida mengajarkan materi matematika yang akan dikerjakan Denji besok dalam bentuk ulangan harian.
Tidak ada yang salah. Yoshida, mampu menjelaskan dengan cara sederhana dan Denji bisa mencernanya, hanya saja, matanya tak bisa diajak bekerja sama. Ia justru diserang kantuk yang semakin menjadi seiring berjalannya waktu.
Yoshida, yang tengah duduk di sampingnya hanya tersenyum tipis, ia menopang sebelah wajahnya dengan tangan kiri yang bertumpu di atas meja, menatap penuh minat pada wajah lucu yang selalu berhasil memporak-porandakan hatinya.
“Kenapa liat-liat?” Denji, bertanya dengan sewot. Sedikit salah tingkah sebenarnya, namun ia tutupi sebisa mungkin.
“Lah? Gak boleh? Lagi ngeliatin keajaiban dunia ini.” Sahut Yoshida, dengan tenang.
Denji, justru bingung dengan sahutannya. “Maksudnya?”
Yoshida tertawa kecil, mengangkat sedikit kursinya untuk didekatkan ke arah Denji, tangannya lalu bergerak, mengusak surai pirang itu dengan lembut. “Lo, lo itu keajaiban dunianya. Coba jelasin ke gue, surga lagi bermasalah apa gimana sampai-sampai salah satu malaikatnya turun kesini?”
Blush.
“Apasih anjing.”
“Salting?”
“Enggak!”
“Masa?”
“Ck. Jangan gitu bangsatttttt, kalo gue jatuh ke elo gimana?”
“Ya gapapa, bagus malah. Santai aja kali, jatuh mah tinggal gue tangkep, toh mendaratnya juga nanti bakal di altar.”
Wow. Yoshida dan mulut manis sialannya.