betweennightshift

SCI-FI (Park Yury & Baek Jin)

by: SchoolgirlQ MTLed by: betweennightshift

original post: https://archiveofourown.org/works/19254565


“Tuan Baek.”

Di dalam laboratorium yang redup, terdengar suara 'bip' dari jam elektronik yang menunjukkan pukul dua belas, dan suara samar hembusan nafas.

“Jangan berbicara, Yury.” Baek Jin tengah membungkuk di atas badan dengan garis otot yang jelas terlihat sekalipun di bawah cahaya temaram, ia hanya mengandalkan lampu dari smartwatchnya untuk melakukan salah satu operasi paling berisiko dalam hidupnya.

“Cip pemindai lokasi sudah disingkirkan, saat aku mengangkat cip pusat kontrol nanti— jangan bergerak. Aku tidak yakin, tidak akan membuatmu terbunuh jika kau bergerak— kau tidak akan berada di bawah kendali 404 lagi. Aku akan memotong sumber tenaga pangkalan, nanti. Bawalah kartu akses rekanku, gunakan sepanjang rute yang memiliki pengawasan lemah yang telah kuberikan, dan kau akan keluar dari pangkalan ini dengan aman.”

Saat cip penting terakhir berhasil diangkat, Baek Jin menghela nafas lega. Ia menyeka keringat dingin dari dahinya dan kembali mengerjakan penyusunan bagian mekanik pada dada Yury dan menjahit jaringannya.

“Tuan Baek, kau sadar telah melanggar setidaknya 28 peraturan dari pangkalan 404, bukan?”

Bahkan ketika, pria yang dipanggil Yury tersebut, tengah menjalani operasi dimana dadanya dipotong dan dibuka, tidak tampak perubahan ekspresi pada wajah tampannya.

Nama aslinya adalah 1994. 'Yury' adalah nama yang diberikan Baek Jin padanya saat mereka berbincang. Karena ia diciptakan menggunakan sampel dari kumpulan gen Rusia, yang sebagian koleganya memberi julukan “gen dari negara yang berjuang”.

“Diam! Memangnya kau atau aku yang menjadi peneliti di 404? Kau pikir aku tidak tahu peraturan di sini?!”

Yury bangkit dari meja operasi, perlahan menatapnya lurus.

Baek Jin memandang pantulan dirinya pada mata hitam itu. Untuk sesaat, ia dapat merasakan keringat dingin kembali muncul di dahinya.

Dada Yury yang tidak tertutup apapun memiliki beberapa luka bekas tembakan yang tampak mengerikan, punggungnya juga dipenuhi bekas luka dari berbagai sumber yang berbeda.

“Lalu mengapa kau mencari masalah?”

“Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, tidak bolehkah?”

Baek Jin tidak dapat menahannya lagi. Ia tidak lagi berbisik dan mengkhawatirkan pengawasan dalam ruangan. Pertanyaan Yury yang dingin seakan menjadi titik nadir yang menghancurkan bendungannya.

“Jika kau menunggu lebih lama, kau akan disiksa hingga berkeping-keping seperti yang lainnya! Aku bisa menyembuhkan lukamu satu persatu, aku bisa menyambungkan lengan atau kakimu satu persatu, bahkan jika jantungmu tertikam, aku bisa membuatmu hidup kembali! Pihak militer menugaskan kami untuk menciptakan tubuh yang memiliki performa tinggi dengan tingkat perawatan yang rendah, dan itu sudah menjadi pekerjaanku! Tapi aku sudah tidak mau melakukannya lagi!”

Setelah teriakkan histerisnya, rambut Baek Jin yang telah menjelma seperti singa kembali turun ke kedua sisi dahinya. Ia menarik nafas kasar, matanya yang kemerahan kini dipenuhi air mata yang berusaha keras ia tahan.

“Secara teknis kau bukan manusia, tapi apa aku menciptakanmu hanya untuk dihancurkan dengan cara-cara yang tidak manusiawi?! Ini tidak bisa diterima! Kau adalah ciptaanku yang paling sempurna, pendengarku satu-satunya, dan aku—”

Baek Jin tercekat saat ia mengatakan kata yg tidak bisa diutarakan. Air mata yang terasa pahit mengalir saat dia menutup matanya.

“Ini gila. Aku pasti sudah gila, mengatakan ini semua padamu… Aku mengharapkanmu, yang bahkan tidak dapat merasakan sakit, untuk mengerti perasaanku.”

Ia seharusnya tidak memberinya nama.

Ia seharusnya tidak memberikan satupun dari ciptaannya nama.

Ia seharusnya tahu, disaat ia mulai memanggilnya Yury dan bukan 1994, ia telah menjerumuskan dirinya sendiri.

Baek Jin menampar pipi kanannya, sebagai hukuman untuk dirinya sendiri, dan menghapus bekas keringat dan air mata di wajahnya.

Setelah menarik nafas panjang untuk menenangkan diri, Ia berbalik dan mengambil kartu akses yang telah ia siapkan di meja. Tanpa menoleh ke Yury, kartu tersebut ia lempar ke arahnya.

“Jangan biarkan aku melihatmu di pangkalan ini lagi. Aku akan mengurus sisanya. Semakin jauh kau pergi, semakin baik.”

Ia mengira suara langkah kaki Yury akan terdengar menjauh. Baek Jin tidak menyangka akan mendengar langkah itu perlahan mendekat seiring dengan suara jatuhnya kartu akses menghantam lantai.

Detik berikutnya, lengannya ditarik dan tubuhnya dibalikkan dengan kasar, punggungnya menimbulkan suara keras saat menghantam dinding.

Ia mengerang kesakitan, mengangkat wajahnya dengan gugup dan gemetaran. Ia menatap lurus ke kedua mata gelap Yury-air mata tidak tampak di dalamnya, tapi benarkah?

Tetapi Baek Jin tidak punya cukup waktu untuk memikirkannya. Yury menumpukan satu tangannya pada dinding, mengurung Baek Jin diantaranya tubuh tingginya dan dinding. Tangannya yang lain menggenggam jemari Baek Jin di dada kirinya

Jarak diantara mereka berdua nyaris tidak ada. Degup jantung Yury terdengar keras bagaikan hentakan kaki rusa di dalam dadanya, getarannya terhantar pada jemari Baek Jin dan membuat telinganya berdengung.

Kedekatan mereka membuat seluruh tubuh Baek Jin gemetaran. Ia merasa seolah tubuhnya akan meleleh di bawah pria itu.

“Baek Jin, kau bertanya apakah aku mempunyai perasaan sepertimu? Apakah kau berani menanggung jawabannya?”

tbc.

Romance Diary (Park Yury & Baek Jin)

by: 宥闵youminsin🍑 MTLed by: betweennightshift

original post: https:// youminxiaomeimei.lofter.com/post/1f791638_1c6ced6a0


Kamu adalah satu-satunya yang paling aku cintai dan kamu jugalah satu-satunya yang tidak menyadarinya. -Lan Li Shen


Park Yury mengakui, ialah yang pertama kali merasa hatinya tergerak. Sehingga ia memutuskan untuk mengambil inisiatif berbicara pada Baek Jin, yang lebih pendek setengah kepala darinya.

“Kau terlihat sangat tampan.” Kalimatnya terdengar usang, tetapi terbukti efektif.

“Kau juga, hyung.” Baek Jin terlihat sedikit malu dan hanya menundukkan kepalanya sembari merapihkan baju di dalam koper.

Dalam waktu kurang dari sehari, Park Yury telah berubah banyak untuknya. Ia terlihat tampan dan keren saat di atas panggung. Tetapi di hadapan Baek Jin ia berubah menjadi lembut dan ceria. Keduanya pergi untuk pengambilan gambar mystery box bersama.

“Aku Baek Jin dari Esteem.” “Aku Yury dari VINE.”

Seakan tidak ada yang salah saat mereka mengucapkannya, tidak ada yang salah dengan tertukarnya agensi mereka.

Baek Jin menggenggam pergelangan tangan Yury sepanjang waktu. Membuat Yury merasakan dorongan kuat untuk menang dan kalah di saat yang sama, Baek Jin juga meratakan lendir pada lengan Yury dengan jijik.

Saat Yury menirukan gerak peristaltik dari cacing sendok, Baek Jin beberapa kali menyikutnya, sambil bergumam 'sudah selesai'.

Betapa menggemaskannya, pikir Yury.


Untuk Yury ini adalah pertama kalinya ia mengejar seseorang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, sehingga akhirnya ia pergi ke tim 'BOSS' dan bertanya pada Han Seungwoo.

“Bagaimana cara mengejar seseorang? Apakah orang itu Baek Jin?” Seungwoo langsung menebaknya, Park Yury tersipu malu dan mengangguk.

Bagaimana ia mengejar Byungchan? Seungwoo mencoba mengingat saat penampilan komersial mereka dulu, saat menari Byungchan dapat membuat karpet yang menjadi alas penampilan mereka tergulung hingga membentuk bunga. Seungwoolah yang akan meluruskan karpet tersebut sambil menari. Setelahnya, Byungchan akan menutupi wajahnya dan tertawa, Seungwoo tersenyum dan berkata,

“Mungkin dengan menyelesaikan masalah yang ia buat.”

Yury merasa perkataan Seungwoo masuk akal. Tetapi belakangan ia menyadari Baek Jin tidak pernah membuat masalah dan melakukan segala sesuatu dengan teratur, hal yang akan membuat orang lain merasa lega.

Yury pergi ke tim 'BOSS' lagi. Kali ini ia menemui Lee Jinhyuk, karena sepertinya Wooseok adalah tipe orang yang tidak perlu banyak dikhawatirkan.

“Baek Jin hyung orang yang sangat keren.” Komentar Jinhyuk. Yury tidak bisa berkata-kata. Bagaimana semua orang bisa mengetahui ia ingin mengejar Baek Jin???

Jinhyuk melirik Wooseok, yang sedang terduduk di lantai tidak jauh darinya dan sedang berkonsentrasi pada lirik di tangannya. Walaupun ia terlihat dingin, tetapi sesungguhnya ia adalah seseorang yang sangat lembut.

Hyung bisa mencoba memberinya minuman. Aku pernah memberikan Wooseok minuman sebelumnya.”

Yury mencoba mengingat minuman kesukaan Baek Jin, kopi. Ia biasa meminum dua hingga tiga gelas sehari, yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan.

Akhirnya Yury memutuskan untuk membeli susu rasa pisang dan membawanya saat ia mencari Baek Jin.

“Ah.. Ini sangat keren.” Saat Baek Jin memeluknya, Yury merasa jantungnya akan melompat keluar.

Hyung, Aku sangat menyukaimu!” Mendengar kata-kata Baek Jin, Yury tidak tahan dan akhirnya menciumnya.

“Tapi, bisakah aku mendapatkan kopi lain kali? Aku tidak menyukai susu.”

Setidaknya Yury mendapat alasan bagus untuk menemuinya.


Di tengah-tengah waktu latihan, event adu panco tiba-tiba digelar. Yury merasa khawatir Baek Jin akan dikalahlan oleh Kim Sunghyun. Ia ingin meminta Sunghyun untuk bertukar urutan dengannya.

Tetapi pada akhirnya, Baek Jin berhasil menang dengan mudah hanya dalam beberapa saat. Baek Jin dikelilingi oleh pemain lain yang merayakan kemenangannya.

Yury hanya mendengar Song Yuvin berteriak kencang, “Kecil! Kecil! Cabe Rawit!”


Yury menghabiskan waktu dengan Baek Jin beberapa hari sebelum eliminasi pertama. Baek Jin terlihat sangat indah dengan rambut putihnya.

“Ya.” Baek mengatakannya sambil tersenyum, menundukkan kepalanya dan mengaduk pecahan es di mangkuknya. “Aku tereliminasi setelah mengecat rambutku di pertunjukkan yang lalu. Kali ini, aku ingin bertahan.”

Yury menggenggam tangannya. “Ini akan menjadi panggung yang hebat.”

“Apakah hyung akan bersamaku?”

“Mungkin.”


Yury memilih [Barcode] berdasarkan keinginannya sendiri, dan Baek Jin melompat ke arahnya dengan gembira sesaat setelah ia melihatnya.

Dua pria itu berdiri di barisan belakang dan menyaksikan kelompok lain tampil. Baek Jin melirik Yury, lalu kembali melihat ke layar.

Yury merendahkan kepalanya dan tertawa pelan, “Mengapa kau memandangiku?”

Baek Jin memajukan bibirnya dan menekuknya ke bawah. “Siapa yang memandangimu? Aku sedang melihat kekasihku. Ia sangat tampan.”

Yury tidak bisa berhenti tertawa mendengar jawabannya.


Panggung pertunjukkan [Barcode] tidaklah sempurna. Semua orang melupakan lirik mereka kecuali Wonhyuk.

Setelah pertunjukkan, Baek Jin menampar dirinya sendiri dan menangis hingga voting selesai. Tidak peduli seberapa kuatnya seseorang, akan ada saat dimana ia lemah.

Di belakang panggung, Yury memeluk dan menenangkannya untuk waktu yang lama.


“Aku ingin minum teh susu hari ini!” Baek Jin berkata pada Yury setelah memperhatikan daftar menu. Ia memegang selembaran 'X Resurrection' dari penggemar.

Karena ia melakukan kesalahan pada penampilan terakhir, ia pikir ia tidak akan mungkin lolos ke dalam 30 besar. Mereka tidak menyangka akan ada babak kebangkitan. Penggemarnya juga bekerja keras, memakai kostum boneka dan membagikan selembaran dan permen pada orang di jalan dan meminta mereka mendukungnya. Baek Jin mendatangi penggemarnya untuk menyampaikan terimakasih.

“Baiklah.” Yury tidak menanyakan alasannya, ia memesan lalu membayar minuman mereka.

Semuanya akan baik-baik saja.


Baek Jin menyesali mengapa ia tidak terpilih menjadi X di babak kebangkitan. Ia memulai siaran langsung untuk menjelaskan mengapa saat ia dihubungi dari pihak acara, tempatnya terlihat seperti PC room.

[Baek Jin buka maskernya!] Park Yury mengirimkan komentar di bawah. Sebenarnya, ia berada di ruangan yang sama.

Baek Jin mengabaikan komentarnya. Ia memutarkan lagu komposisinya sendiri. Lagu ketiga yang ia putar, ditulis bersama Yury.

[Baek Jin, Aku mencintaimu!] Komentar Yury lagi.

Untungnya, dibawah sinar temaram, muka Baek Jin tidak terlihat terlalu merah.

“Baterai ponselku sudah hampir habis! Selamat tinggal, semuanya!” Setelah mengakhiri siarannya dengan tergesa, ia menghela nafas lega dan melihat Yury yang sedang tertawa di sampingnya.

Ia menghampiri pria itu dan membubuhkan ciuman lembut di bibir Yury.

“Aku juga mencintaimu, Park Yury!”

DIZZINESS (Park Yuri & Baek Jin)

⚠️ NSFW🔞 Plot? What Plot? (PWP) Explicit content Blow Job Sexual Intercourse

You've been warned! Proceed at your own risk


by: kurasio MTLed by: betweennightshift

original post: https://archiveofourown.org/works/19371301


Saat mereka bertemu untuk ketiga kalinya, ia telah melihat setiap jengkal dari kulit pada tubuh Park Yuri. Semua bagian tanpa terkecuali, baik yang tertutupi pakaian ataupun yang terbuka saat shooting.

Ia meraih dan menyentuh tekstur kulit lengan pria itu, tiap-tiap ototnya tampak penuh dengan kekuatan. Yuri bekerja keras untuk mendapatkan hasil tersebut. Saat pria itu berbalik, ia dapat menggunakan tubuhnya untuk mengurung tubuh Baek Jin dari atas.

Saat ia tersenyum, matanya akan menyipit membentuk dua garis. Baek Jin merasa ia sangat mempesona. Senyumnya selalu membuat Baek Jin kesulitan berkonsentrasi. Ia mengedipkan mata dengan keras dan mencoba untuk fokus pada tanda yang ada di pipi kiri Yuri, dalam lamunannya Baek Jin merasa titik hitam itu terlalu dekat. Ia dapat merasakan hembusan nafas di kulitnya satu detik sebelum sebuah ciuman menguasainya.

Baek Jin memanggilnya dengan suara yang berasal dari pangkal tenggorokan “Hyung,”

Kalimatnya terpotong sebelum ia sempat melanjutkan, ia terjerat oleh lidah yang lembab dan panas milik Yuri.

Park Yuri adalah seorang pencium yang ulung. Ia membimbing Baek Jin bagaimana membiasakan diri dengan satu sama lain, seakan hanya itulah satu-satunya hal bermakna untuk mereka saat ini.

Baek Jin memiringkan kepalanya untuk menerima keaktifan yang timbul dari perbedaan ukuran tubuh mereka. Yuri terlihat seperti singa yang terlatih dengan baik, dan hanya setelah ia mendapat persetujuan, ia mulai menekan tonjolan di dada Baek Jin.

Dibandingkan bentuk tubuh Yuri yang ramping dan padat, Baek Jin merasa tubuhnya dapat dengan mudah dikuasai oleh pria itu.

Baek Jin sendiri tidak menyangka ia akan menyerahkan dirinya pada Yuri. Hal ini membuatnya sedikit bingung, tetapi saat ia melihat Yuri lagi, ia merasa tidak ada pilihan yang lebih baik daripada pria di hadapannya.

Park Yuri membungkuk dan menggigit tulang selangkanya, menyusuri garis tengah dadanya hingga ke ujung putingnya. Rasa yang timbul akibat gigitannya adalah perpaduan dari rasa nyeri dan sensasi yang tidak biasa. Ia menempelkan tangannya pada bahu dan punggung Yuri.

“Apakah kau menyukainya?” Tanya pria itu.

Mata Yuri yang jelas menunjukkan percampuran darah asing itu terlihat tajam, tetapi suaranya yang dapat membuat Baek Jin merasa telinganya berdengung terdengar amat halus.

Baek Jin tahu ia akan ditikam dan dibuka dengan cara yang lembut. Aroma sabun mandi yang asing dan lapisan tipis keringat membuatnya merasa semuanya akan baik-baik saja.

Ia mendekatkan badannya pada pria itu dan membisikkan, “Itu terasa menyenangkan.”


Hubungannya dengan Yuri seharusnya hanya untuk kenikmatan dan tanpa beban, untuk mengimbangi harga diri yang ia relakan sedari awal sebagai pihak yang 'diserang'. Baek Jin mendorong bahu Yuri, menyuruhnya untuk menyingkir setelah mereka selesai bersenggama.

“Aku ingin mandi.” Ujar Baek Jin dengan suaranya yang parau.

Tetapi Yuri hanya melingkarkan lengan panjangnya ke belakang pinggang Baek Jin.

Hyung, huh?” Yuri merendahkan kepalanya dan menekan bibirnya pada leher dan bahu Baek Jin. Ia bergumam dengan samar, “Kau seharusnya memanggil namaku.”

Baek Jin berteriak dengan ragu. “Yuri!” Sebelum ia sempat membalikkan badan, Yuri menahan leher Baek Jin dan menciumnya.

Saat mereka berciuman, ia dengan mudah dapat merasakan tubuh Yuri yang masih dalam keadaan bergairah, sedangkan tubuhnya sendiri telah mengalami pendinginan.

Hyung, aku ingin mandi.” Baek Jin mengatakannya lagi. Kalimat itu terdengar seakan ia sedang memohon belas kasihan.

Yuri melepaskannya dan berkata, “Ayo mandi bersama.”


Kamar mandi apartemen itu terlalu sempit untuk digunakan oleh dua pria dewasa secara bersamaan, Baek Jin merasa canggung karena jarak diantara mereka yang dapat dengan mudah hilang jika ia berbalik badan.

Park Yuri merentangkan tangannya melewati bahu Baek Jin dan mengambil sabun mandi beraroma teh yang baru saja dibuka minggu lalu. Gerakan Yuri selalu terlihat anggun, bahkan di dalam kubik shower yang sempit, ia tidak terlihat terbatasi.

Baek Jin mencuci rambutnya dengan posisi menyamping. Rambut pirang yang jatuh di depan mata tidak menghalanginya untuk memperhatikan Yuri diam-diam. Ia melihat pria itu menggosokkan sabun hingga menghasilkan busa, mengangkat lengannya dan meratakan busa tersebut pada lengan hingga punggungnya. Tekstur dari perut bagian bawah dan penisnya belum melemah.

Tulang tangan Yuri terlihat menonjol. Baek Jin memperhatikannya meraih penisnya sendiri yang tebal dan menggosoknya. Yuri menyadari arah pandangan Baek Jin dan melemparkan senyum malu kepadanya.

Baek Jin segera memalingkan wajahnya, membilas sabun pada tubuhnya dengan cepat dan bergegas ingin keluar dari kamar mandi.

Tetapi Yuri menangkapnya lagi.

“Aku belum selesai.” Bibir tipisnya menempel pada telinga Baek Jin, dan hembusan nafasnya membuat Baek Jin merasa terbakar.

Yuri mengambil tangan Baek Jin dan meletakkannya pada tempat yang panas di selangkangannya. Ia memanggil nama Baek Jin dan berkata, “Tolong aku.”

Baek Jin berlutut diantara kedua kaki panjang Yuri. Butiran air menetes turun dari rambut di dahinya. Yuri meraih rambut di Baek Jin dan merapihkannya ke belakang telinga, agar perhatiannya tidak teralihkan. Rambut pirangnya mengalami cukup kerusakan, dan jari Yuri hampir saja tersangkut di dalamnya.

Baek Jin menggenggam organ seks Yuri dan menggosoknya beberapa kali. Ia mendengar suara rendah Yuri disertai getaran kepuasan.

Yuri tidak tampak seperti pria korea selatan untuk hal ini. Melihat dari penampilan, ia jelas terlihat seperti orang korea umumnya. Tetapi Baek Jin dapat melihat lebih banyak ekspresi pada matanya, yang membuat Baek Jin menjadi ragu akan penilaian awalnya.

Ia membuka rahang bawahnya dan menjilat bagian atas kemaluan Yuri dengan ujung lidahnya, sebelum menarik nafas dalam dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Dalam seketika, jari Yuri yang setengah terbenam pada rambut Baek Jin yang basah bergetar secara tidak terkendali. Yuri hampir menarik rambutnya dari kulit kepalanya dan membuatnya kesakitan. Ia melepaskan jarinya dari rambut Baek Jin dengan perlahan, lalu meletakkan tangannya pada wajah Baek Jin. Ia membelai kelopak mata Baek Jin yang setengah terpejam dengan ibu jarinya, usapannya mengisyaratkan pada pria yang tengah berlutut itu untuk meneruskan gerakannya.

Baek Jin menengadahkan kepalanya dan berusaha mencari cara yang benar dalam melakukan oral seks yang tidak familiar ini. Yuri akan bereaksi terhadap rasa nyaman yang ditimbulkan dari gerakannya, dengan cara menarik nafas tajam dan menahannya. Saat Yuri menatapnya, Baek Jin merasa ia akan tenggelam ke dalam lautan di matanya.

Ia memberikan Park Yuri oral seks, menghisap tanpa keahlian, membiarkan glans Yuri meluncur dari langit-langit mulutnya yang tidak rata hingga pangkal tenggorokannya yang lembut, lagi dan lagi.

Pria menyukainya, setidaknya pria yang berdiri di hadapannya menyukai itu. Baek Jin tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Yuri yang masih dalam keadaan basah juga. Yuri menggosokkan bagian belakang leher Baek Jin dengan telapak tangannya yang panas dan menghela nafas penuh kepuasaan saat ujung lidah Baek Jin melewati bagian pangkalnya.

Baek Jin tidak tahu mengapa ia melakukan ini dan mengapa ia bersedia memasukkan penis pria lain ke dalam mulutnya untuk menyenangkan pria tersebut. Mungkin ia hanya memerlukan seseorang yang bersedia memberikan cinta padanya, dan tidak menjadi masalah siapa orang tersebut.


Baek Jin menyadari Park Yuri tidak pernah ragu dalam menunjukkan cinta padanya, mungkin melebihi kedekatannya dengan yang lainnya, atau mungkin itu hanyalah bagaimana orang Rusia menunjukkan pertemanan mereka.

Mereka tengah berjalan berdampingan di pasar malam Hongdae, Yuri mencondongkan separuh badannya dan mengambil gelas kopi americano dari tangan Baek Jin.

Jarak diantara mereka terlalu dekat. Saat itu, Baek Jin berpikir ia ingin mengecup kelopak mata pria itu.

Hyung, apakah kau akan pulang?” Ia bertanya dengan ekspresi muka yang dingin dan kaku, Yuri tersenyum melihatnya.

“Ke tempatmu? Atau tempatku?” Tanyanya.

Baek Jin menjawab, “Yang mana saja.” Tanpa ia sadari, tersirat ketidaksabaran dalam nada bicaranya.

Belakangan Yuri berkata padanya, 'Kau sangat mirip dengan kucing yang pemarah.'

Baek Jin sangat ingin membalasnya, 'Hyung yang lebih mirip kucing.'


Singa jantan itu, dengan aura agresi yang membara, tidak pernah mengeluarkan cakarnya untuk melukai Baek Jin.

Saat Yuri menikamnya dari belakang, telapak tangannya menekan bagian bawah perut Baek Jin. Pinggiran dari telapaknya menstimulasi kulit Baek Jin yang lembut dan sensitif, tetapi untuk saat itu ia tidak punya waktu untuk memperdulikannya.

Baek Jin membuka mulutnya, mencoba bernafas. Ia sendiri tidak yakin apakah ia sudah menghirup oksigen sampai ketika Yuri mencium bulu halus dibelakang lehernya. Senjata Yuri yang terkubur di dalam badannya terasa amat panas, hingga menimbulkan ilusi seolah akan meleleh.

Baek Jin merasa 'kehausan'. Ia meraih tangan Yuri yang berdiam di tulang pubisnya dan mengarahkannya untuk menyentuh kelaminnya. Ia menolehkan kepalanya, membiarkan bibirnya yang lembut menyentuh pipi dan telinga pria dibelakangnya.

Park Yuri menggenggamnya dan menggosoknya dengan lembut. Saat kelemahannya dikuasai sepenuhnya, Baek Jin merasa ia bahkan tidak bisa membenci permukaan jari tangan Yuri yang kasar.

Yuri menggenggamnya tiap kali ia melengkungkan tulang belakangnya, dan itu membuatnya menahan nafas. Yuri tidak melanjutkan gerakannya hingga Baek Jin menggerakkan pinggul dan bokongnya sendiri dengan tidak sabar.

“Yuri.. Yuri..” Ia bahkan tidak mengetahui mengapa dirinya memanggil nama itu, dan Yuri tidak memperdulikan alasan dibaliknya.

Park Yuri mencengkram pinggul Baek Jin dan menghunjamkan ke dalam dengan cara yang liar. Baek Jin menegangkan otot pahanya dan mengeluarkan erangan tiap kali Yuri mendorong ke tempatnya yang terdalam.

Pria itu sedang bekerja keras dibelakang, tetapi ia masih bisa mengangkat Baek Jin mendekat dengan tangannya yang ramping.

“Aku menyukaimu.” Kata Park Yuri padanya.

-fin.

SHOW (Yury & Baek Jin)

by: infyw MTLed by: betweennightshift

original post: http://infyw.lofter.com/tag/yu点眞


Untuk Park Yury, hari yang menyenangkan dimulai saat ia membuka mata dan melihat Baek Jin.

Setelah pindah asrama, sudah sewajarnya mereka berdua yang tergabung dalam grup Barcode, menghuni asrama yang sama. Karena itu Yury bisa melihat orang terkasihnya hampir 20 jam dalam sehari. Ia tidak tahu sejak kapan perasaannya pada Baek Jin berubah.

Model bertubuh tinggi itu selalu jujur dan tidak akan berbelit dalam menyampaikan sesuatu, untuk rekannya yang lain ia hanya merasakan perasaan peduli seperti kepada saudara sendiri. Pada awalnya, Baek Jin juga salah seorang rekannya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu sesuatu seakan mulai tumbuh diantara mereka.

Mulanya, sempat terbersit dalam benak Yury, jika saja Baek Jin perempuan, maka ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya.

Saat itu, Park Yury selalu mencoba mengontrol perasaannya karena khawatir Baek Jin akan merasa malu. Belakangan, ia tidak terlalu memperdulikan hal tersebut. Ia sungguh cinta mati pada Baek Jin.


Baek Jin bukanlah orang yg bodoh. Ia bisa merasakan perubahan pada Yury, ia tidak menolak perubahan tersebut tetapi ia menunggu trik apa yang akan dikeluarkan oleh model Rusia itu. Sebagai pria dewasa Baek Jin merasa ia tidak akan dirugikan.

Lagipula, ia tidak membenci Yury. Sebaliknya ia cukup menyukai model tampan itu, hingga membuatnya sengaja menyentuh cacing sendok di dalam mystery box untuk meratakan lendirnya pada tangan Yury dan berkejaran dengannya, tetapi ia sendiri tidak yakin akan bentuk rasa suka yang ia miliki.

Perjalanan pencarian mereka berdua tidak semulus yang mereka kira.


Yury merasa Baek Jin berada di bawah tekanan setelah tim Barcode mereka mengganti centre, tetapi Yury tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tekanan itu berasal dari dirinya. Ini terjadi karena ia tidak melakukan pekerjaan sebagai centre dengan baik, hingga tim mereka harus mengalami pergantian.

Kualifikasi apa yang ia punya untuk ikut menanggung beban Baek Jin?

Hyung, ini tidak tepat.”

Lihat kan? ia membuat kesalahan lagi dan menambah beban pekerjaan untuk Baek Jin, lagi. Wajah tampan Baek Jin terlihat sedikit kelelahan beberapa hari belakangan ini, ia mengemban tanggung jawab yang berat sebagai ketua dan centre, belum lagi ditambah beban memiliki anggota rapper pemula seperti dirinya.


Sebenarnya, Baek Jin bisa melihat rasa bersalah di dalam hati Yury, tetapi ia tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk membuat hyungnya berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Baek Jin memikirkan hal ini sepanjang hari hingga itu memperparah raut kelelahan di wajahnya.

Akhirnya Yury tidak tahan melihatnya.

“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.” Saat Yury mengatakan ini, hatinya tulus mengkhawatirkan Baek Jin, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat sangat serius hingga anggota tim Barcode lainnya bertanya-tanya apakah ia akan memulai perkelahian dengan ketua mereka.

“Ada apa, hyung?” Baek Jin membuka mulutnya saat mereka berdua memasuki ruangan kecil.

“Tidak ada apa-apa. Hanya ingin mengingatkan, jangan terlalu kelelahan, istirahatlah yang cukup.” Yury bukan orang yang menunjukkan perhatiannya secara berlebihan, dia hanya mengatakan apa yang ia rasakan, tetapi ia tetap ingin menjaga orang yang ia sayangi.

Baek Jin bukanlah orang yang lemah, ia tidak membiarkan dirinya melakukan kesalahan atau menangis. Ia bahkan akan menampar dirinya sendiri untuk menahan air matanya.

“Aku baik-baik saja, hyung. Hyung juga jangan terlalu kelelahan.”

“Tidak perlu membebankan semua itu pada dirimu sendiri. Kau boleh bersedih, tidak perlu menahannya, aku akan menemanimu.” Yury tahu Baek Jin mengerti maksud perkataannya dan hanya berpura-pura tidak mengerti. Untuk sesaat, Yury tidak ingin menyembunyikan perasaannya.

“Baiklah. Tapi hyung, apa yang membuatmu merasa berhak mengatakan itu padaku? Bukankah hyung juga melakukan hal yang sama?”

Tentu saja, inilah yang akan terjadi jika dua orang keras kepala bertemu, apapun yang ia katakan akan dibalikkan oleh Baek Jin. Ia melihat sosok Baek Jin yang hendak keluar dari ruangan, Yury berusaha keras memikirkan kata-kata lain yang bisa ia katakan.

Hyung bukanlah beban.” Suara Baek Jin memecahkan lamunannya, dan sekarang yang ada di dalam pikirannya hanyalah senyum lebar Baek Jin yang terlihat sangat mempesona.

Hyung bukanlah beban, kau terlihat sangat tampan di atas panggung, apakah hyung menyadarinya?”

“Kau juga selalu terlihat mempesona sepanjang waktu baik saat di atas panggung ataupun sekarang. Apakah kau juga menyadarinya?” Yury membalas ucapan Baek Jin, sekarang ia tidak lagi berusaha menutupi perasaannya.

“Terimakasih untuk pujiannya. Apakah hyung menyukaiku?” Tanpa menunggu balasan dari Yury, Baek Jin segera menutup pintu setelah melontarkan pertanyaan tersebut.

Sepanjang jalan menuju ruang latihan, Yury bergumam pada dirinya sendiri, “Iya, aku menyukaimu. Aku tergila-gila padamu. Aku ingin menyimpanmu di dalam sakuku.”

Trainee lain yang melihat model Rusia itu mengira ia meracau akibat kelelahan atau menjadi bodoh akibat terlalu banyak berlatih.

Di malam hari, tidak ada yang menduga saat Baek Jin menghampiri kasur Yury dengan bantal di tangannya. Dua anggota muda tim mereka melihat pemandangan itu dengan raut wajah kebingungan.

Yury dan Baek Jin hanya saling memandang tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka akhirnya tidur di kasur yang sama.

Tengah malam, Yury masih terbangun. Ia melihat Baek Jin di sisinya, dan merasa ini semua seperti mimpi. Baek Jin sudah tahu tentang perasaannya, tetapi tidak menunjukkan respon negatif terhadapnya.

Sekarang ia ingin menarik Baek Jin ke dalam dekapannya, dan menciumnya. Tetapi ia tidak berani bergerak sedikitpun. Ia khawatir Baek Jin akan merasa jijik, ia juga takut salah menafsirkan perasaan Baek Jin terhadap dirinya.

Selama sisa hari mereka, Baek Jin selalu tidur bersama Yury.

Keduanya perlahan terbiasa dengan hal itu. Dari kondisi awal dimana mereka berdua tidak berani bergerak sedikitpun hingga sekarang Baek Jin yang dengan santainya memakai piyamanya yang kebesaran dan Yury yang tidur tanpa memakai baju atasan.


Saat performance, tim mereka melakukan kesalahan. Yury menatap Baek Jin dengan khawatir. Ia tahu Baek Jin sudah tidak sanggup menahan semuanya lebih lama.

Benar saja, Baek Jin berbalik dan berjongkok sambil menitikkan air mata.

Yury merasa hatinya teramat pilu. Ia tahu walaupun seluruh penonton bersorak meneriakkan “Tidak apa-apa.” dan “Jangan menangis.”, Baek Jin tetap akan merasa menyesal. Ia menghampiri pria yang tengah berjongkok membelakangi penonton, membungkuk dan menarik Baek Jin ke dalam pelukannya.


Baek Jin merasakan lengan yang hangat melingkari dadanya dan membantunya berdiri. Tanpa perlu melihat, ia tahu itu adalah Yury. Baek Jin menoleh dan memastikan itu hyungnya.

Yury menatapnya dengan penuh khawatir. “Tidak apa-apa, tidak apa-apa.” Yury berusaha menenangkan dengan suara khasnya yang rendah, tetapi matanya yang kemerahan menunjukkan penyesalan karena telah membuat kesalahan.

'Bohong, dan hyung jelas-jelas juga merasa sedih.' Ucap Baek Jin dalam hati, tetapi pada akhirnya ia tidak mengatakannya pada Yury.

Dari saat mereka turun panggung hingga waktu pengumuman nilai, tangan Yury tidak pernah lepas darinya. Sentuhan tangan besar itu membuat Baek Jin merasa lebih tenang. Setelah urutan nilai diumumkan, Baek Jin menarik Yury dan mengatakan ia akan pergi ke kamar mandi. Ia meminta anggota timnya yang lain untuk lebih dulu ke area backstage

“Kau tidak membawaku kesini hanya untuk ke kamar mandi, kan? Kau bukan gadis kecil.” Yury tahu Baek Jin ingin menyampaikan sesuatu padanya, dan ia menduga mungkin hubungan tanpa kejelasan keduanya akan berakhir hari ini. Baek Jin menariknya ke sudut dimana tidak terdapat kamera.

Hyung, apakah kau menyukaiku?”

Yury tidak menyangka Baek Jin akan menanyainya secara blakblakan.

“Aku menyukainya.”

Baek Jin menatap hyungnya yang seakan mendadak tidak tahu bagaimana cara menyusun kalimat. Ia akhirnya mencoba membantu.

Hyung harusnya mengatakan, aku menyukaimu. Sungguh menyukaimu. Park Yuri menyukai Baek Jin.”

Pada titik ini, Yury merasa tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Kemungkinan yang terburuk, mereka tidak akan bisa menjadi teman lagi.

“Kalau bagitu aku akan menunggumu di luar. Hyung, kau harus bertahan di acara ini dan mencapai debut.” Baek Jin tersenyum lagi tetapi kali ini Yury tidak menyukai makna dibalik senyumannya.

“Kaulah yang seharusnya bertahan. Kau jauh lebih baik dariku. Aku akan menunggumu diluar sana. Aku akan menunggu jawaban darimu.” Yury segera membalikkan badan dan hendak pergi.

“Park Yury!” Seruan Baek Jin menghentikan gerakan Yury. Ini adalah pertama kalinya Baek Jin memanggil nama lengkapnya.

Yury berhenti di tempat dan berbalik. Ia menyaksikan pria impiannya mendekat selangkah demi selangkah, sebelum akhirnya berjinjit dan mencium bibirnya.

'Park Yury kau sangat bodoh', Yury mengumpat dirinya sendiri di dalam hati. Ia sudah mengetahui jawaban dari Baek Jin, Yury menyentuh pipi pria di hadapannya dan perlahan memperdalam ciuman mereka. Saat bibir mereka berpisah, Yury memandang sepasang mata yang ia kagumi karena menyimpan gemerlap bintang. Mata itu menatapnya dengan penuh kasih sayang.

“Aku tidak ingin hyung pergi. Apakah kau akan tetap disini?” Kalimat yang seharusnya terdengar lemah seakan menjadi perintah saat terucap dari mulut Baek Jin.

Sebuah perintah untuk Yury agar tidak pergi,

perintah untuk memeluk pria di hadapannya dengan erat dan tidak melepaskannya,

perintah untuk meyakinkan Baek Jin bahwa ia akan selalu ada disisinya,

“Aku tidak akan pergi, kita akan debut bersama.”

Mereka tahu betul seberapa tipis kemungkinan keduanya untuk bertahan dan mencapai debut, tetapi mereka masih ingin bertahan dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama.


Malam harinya, Yury akhirnya dapat mendekap kekasihnya di dalam pelukannya dan membubuhkan ciuman selamat malam yang lembut di dahinya.

“Selamat malam, Jin-ah”